Professional Documents
Culture Documents
Diare ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan atau buang air
besar (BAB) dengan frekuensi yang lebih sering dibandingkan dengan
biasanya. Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi makanan atau
minuman yang terkontaminasi.
MENCRET (DIARE)
Diare masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Data pada tahun 2004
menunjukkan ada sekitar 2,5 milyar penderita diare yang mengakibatkan 1,5 juta
penderita meninggal dunia terutama anak balita. Lebih dari separoh korban berasal
dari Afrika dan Asia Selatan. Diare adalah penyebab kematian kedua pada bayi (16
%) setelah radang paru (17 %).
Dikatakan sakit diare kalau frekuensi BAB (Buang Air Besar) nya lebih dari tiga kali
sehari dengan bentuk tinja yang lembek sampai cair.
Normalnya, makanan dan minuman yang kita konsumsi akan diproses di lambung,
usus dua belas jari dan usus kecil bagian pangkal oleh asam lambung, enzym yang
dibuat oleh pankreas dan cairan empedu. Kemudian bahan gizi dan cairan yang
telah selesai diproses akan diserap oleh usus kecil dan usus besar sehingga bentuk
tinja makin lama makin padat.
Diare terjadi kalau ada gangguan di saluran pencernaan, bisa akibat sekresi cairan
berlebihan, gangguan penyerapan atau karena gerakan usus terlalu cepat sehngga
waktu penyerapan terganggu.
1. Diare akut (timbul mendadak), yaitu diare yang berlangsung kurang dari satu minggu.
2. Diare kronis (menahun), bila diare berlangsung lebih dari tiga minggu.
1. Intoleransi makanan antara lain: intoleransi laktose susu, frukose, lemak dan
sebagainya
2. Penyakit peradangan usus antara lain: colitis ulseratif (radang di usus besar), penyakit
Crohn dan sebagainya
3. Infeksi parasit antara lain: Giardia
4. Penyakit hormonal antara lain: hipertitoid
5. Irritable bowel syndrome (usus yang mudah terangsang)
6. Pemakai obat pencahar (laksatif) yang tidak wajar
7. Kanker usus
1. Pemberian cairan pengganti baik secara oral (antara lain: Oralit) maupun melalui infus
vena
2. Pemberian obat antara lain:
o Obat yang dapat menyerap air di usus (absorbents) antara lain: attapulgit dan
polikarbofil
o Obat untuk mengurangi gerakan usus antara lain: loperamid (Imodium) dan
senyawa Bismuth
o Antibitotika, khususnya untuk infeksi kuman dan parasit.
3. Pemberian enzyme pencernaan
4. Pemberian suplemen yang menggandung Zinc (tidak untuk bayi dibawah usia 6
bulan)
5. Pemberian Probiotik yang mengandung Lactobacillus antara lain: yogurt, keju, tempe
dan lain-lain.
Tidak, bayi yang diare tetap diberi ASI dan susu pengganti seperti biasa kecuali ada
lactose intolerans maka perlu diganti susu rendah lactose. Anak dan orang dewasa
tetap makan dan minum seperti biasa dengan sedapat mungkin menghindari
makanan yang banyak lemak dan minuman yang mengandung perangsang seperti
kopi, softdrink.
Apa Tanda Diare yang Berpotensi Berbahaya Sehingga Harus Segera
Konsultasi Ke Dokter ?
1. Demam tinggi
2. Sakit perut yang sedang sampai hebat
3. Diare disertai lendir dan darah
4. Telah ada tanda dehidrasi sedang atau berat antara lain: mata dan pipi cekung, mulut
kering, kulit kering, haus, jarang kencing dan kencing warna gelap.
Wanita hamil, bayi dan anak balita yang menderita diare lebih berpotensi timbul
komplikasi serius sehingga sebaiknya segera konsultasi dokter.
Masih ingat lagu anak-anak yang berjudul Aku anak sehat. Bunyinya
teksnya seperti ini, aku anak sehat tubuhku kuat, karena ibuku rajin dan
cermat, selama aku bayi selalu diberi ASI, makanan bergizi dan imunisasi,
berat badanku ditimbang selalu, posyandu menunggu setiap waktu, bila
aku diare ibu selalu waspada, pertolongan oralit selalu siap sedia.
Sebaiknya orang tua bersabar dan lebih tenang menilai kondisi anaknya,
pada dasarnya diare merupakan penyakit yang sembuh sendiri (self
limiting disease), yang dikhawatirkan dari diare adalah terjadinya
dehidrasi, karena itu orang tua harus tahu tentang pencegahan dehidrasi
dan tanda-tanda dehidrasi pada anak yang diare.
Bayi dan balita yang diare membutuhkan lebih banyak cairan untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang melalui tinja dan muntah. Pemberian
cairan yang tepat dengan jumlah memadai merupakan modal utama
mencegah dehidrasi. Cairan harus diberikan sedikit demi sedikit dengan
frekuensi sesering mungkin.
Baca aturan penggunaan oralit dengan baik, berapa jumlah air yang harus
disiapkan untuk membuat larutan oralit, sehingga takaran oralit dapat
tepat diberikan. Larutan sup maupun air biasa cukup praktis dan hampir
efektif sebagai upaya rehidrasi oral untuk mencegah dehidrasi.
Cairan yang biasa disebut sebagai cairan rumah tangga ini harus segera
diberikan pada saat anak mulai diare. Berikan cairan dengan sendok,
sesendok tiap 1-2 menit. Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan
minum langsung dari gelas/cangkir dengan tegukan yang sering. Jika
terjadi muntah, ibu dapat menghentikan pemberian cairan selama kurang
lebih 10 menit, selanjutnya cairan diberikan perlahan-lahan (misalnya 1
sendok setiap 2-3 menit).
Orang tua pun harus tahu tanda-tanda memburuknya diare. Bawa anak ke
fasilitas pelayanan kesehatan atau ke dokter jika kondisinya tidak
membaik dalam 3 hari atau buang air besar cair bertambah sering,
muntah berulang-ulang, makan atau minum sangat sedikit, terdapat
demam dan tinja anak berdarah.
Dapat juga diperiksa turgor kulit pada daerah perut yang akan berkurang
kelenturannya jika anak mengalami dehidrasi. Caranya dengan menjepit
atau mencubit kulit selama 30-60 detik, kemudian lepaskan. Bila turgor
kulit masih baik, kulit akan cepat kembali ke keadaan semula. Bila tidak,
kembalinya akan lambat. Selain itu anak yang mengalami dehidrasi
matanya akan terlihat cekung, menangis tidak keluar air mata, tidak
kencing, mulut dan lidah terlihat kering.
Jika terjadi hal-hal tersebut maka anak perlu ditangani oleh petugas
kesehatan. Antibiotik tidak rutin diberikan, hanya pada kasus-kasus
tertentu saja dokter akan meresepkan antibiotik. Saat ini lebih sering
diberikan sejenis probiotik yang dicampurkan dalam cairan atau makanan
anak. Tujuan pemberian probiotik adalah memperbanyak "kuman baik"
sehingga dapat mempersingkat episode diare.