You are on page 1of 7

Damianus Journal of Medicine;

DAMIANUS Journal of Medicine


Vol.9 No.1 Februari 2010: hlm. 3844

TINJAUAN PUSTAKA

Prokalsitonin sebagai kandidat petanda inflamasi pada sepsis neonatorum

Rudianto Sofwan, Sansan Suhelda, Stefanus Lembar

ABSTRACT
Neonatal sepsis is a condition in which blood has been contaminated with Departemen Patologi Klinik, Fakultas
bacterial agents in newborn baby. Neonatal sepsis has a high morbidity and Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl.
mortality. The signs and symptoms of neonatal sepsis are caused by systemic Pluit Raya, Jakarta 14440
response and are not typical. There are many additional examinations to con-
firm the diagnosis of neonatal sepsis including procalcitonin (PCT). Procalcitonin
has been used more frequent as routine laboratory examination for neonatal
sepsis recently. In many experiments, PCT has been approved more superior
than C-reactive protein (CRP), leucocyte count, and neutrophyl immature ratio
for neonatal sepsis, especially in early onset of neonatal sepsis. The sensitivity
of procalcitonin in diagnosing neonatal sepsis ranges from 61% to 100%, and
the specificity ranges from 50% to 97%. The cut-off point of procalcitonin is
different, depends on the age of the newborn baby and onset of the sepsis.
Key words: neonatal sepsis, sepsis marker, procalcitonin.

PENDAHULUAN neonatus secara empirik diterapi dengan antibiotika


parenteral atas dugaan adanya sepsis sementara
Sepsis neonatorum adalah suatu keadaan adanya in-
menunggu hasil kultur keluar.4,5 Padahal, sebenarnya
feksi bakteri di dalam darah yang terjadi pada bayi
hanya kurang dari 10% neonatus ini yang benar-benar
baru lahir.1 Gejala klinis sepsis timbul sebagai akibat
menderita sepsis. Hal ini menunjukkan adanya penge-
dari respons sistemik yang dapat berupa hipotermia,
luaran yang tidak perlu dalam biaya perawatan rumah
hipertermia, takikardi, hiperventilasi, dan letargi.2 Sep-
sakit, dan hal ini akan sangat penting terutama pada
sis neonatorum mempunyai tingkat morbiditas dan
negara-negara berkembang yang mayoritas pen-
mortalitas yang tinggi.3 Diagnosis sepsis neonatorum
duduknya masih berada dalam kemiskinan.4,6 Hingga
masih cukup sulit karena tanda dan gejalanya yang
saat ini kultur bakteri masih merupakan pemeriksaan
tidak spesifik (terutama pada bayi baru lahir), dan se-
baku emas untuk menegakkan diagnosis sepsis ka-
ringkali sulit dibedakan dengan berbagai gangguan
rena mempunyai spesifisitas yang tinggi, namun sen-
yang bukan disebabkan oleh infeksi. Sampai saat ini
sitivitasnya rendah dan membutuhkan waktu yang cu-
belum ada petanda infeksi tunggal yang dapat lang-
kup lama (24-48 jam).5,6 Pemahaman yang lebih baik
sung dipakai untuk menyingkirkan sepsis.3-6 Gejala
tentang patofisiologi sepsis dan pelepasan sitokin
dan tandanya sering sulit dibedakan dengan penyebab
mendorong perkembangan berbagai upaya diagno-
non-infeksi seperti apnea, hipotermia, dan eksaser-
sis dan terapi yang baru.6 Beberapa petanda inflamasi
basi akut penyakit paru kronik.3
telah dicoba dan dievaluasi untuk dipakai sebagai pe-
Diagnosis dan terapi infeksi bakterial sistemik yang tanda dalam mendiagnosis sepsis neonatorum, misal-
cepat dan tepat sangat dibutuhkan karena keterlam- nya interleukin 1 (IL-1), IL-6, IL-8, tumor necrosis fac-
batan terapi dapat menyebabkan dampak yang buruk tor (TNF), C-reactive protein (CRP), dan serum amy-
dan meningkatkan mortalitas neonatus.6,7 Banyak loid alpha (SAA). Namun demikian, berbagai petanda

38 Vol. 9, No.1, Februari 2010


Prokalsitonin sebagai kandidat petanda inflamasi pada sepsis neonatorum

ini mempunyai kelemahan baik sensitivitas maupun dengan angka kematian sebesar 22%. Sepsis awitan
spesifisitasnya.4-6 Prokalsitonin (PCT) adalah salah sa- cepat yang disebabkan oleh basil gram negatif me-
tu dari petanda inflamasi yang mulai banyak digunakan miliki tingkat insidens 0,15 per 1000 kelahiran hidup
dalam pemeriksaan laboratorium rutin.4 dengan angka kematian 12%. Sepsis awitan lambat
ditemukan sekitar 406 episode, dengan insidens 11,6
SEPSIS NEONATORUM per 1000 kelahiran hidup, dengan tingkat kematian
8,9%. Pada sepsis awitan lambat, stafilokokus ko-
Jenis bakteri pada sepsis neonatorum
agulase negatif ditemukan pada 34,1% kasus, stafilo-
Berdasarkan saat mulai terjadinya, sepsis neonatorum kokus aureus pada sekitar 5,4% kasus, dan basil gram
dibedakan dalam dua jenis, yaitu awitan cepat (early negatif menyebabkan 46,6% kasus. Meningitis terjadi
onset) dan awitan lambat (late onset). Infeksi pada pada 17,2% episode sepsis awitan lambat, dengan
jenis awitan cepat dapat terjadi dalam 24 jam (85%), tingkat kematian sebesar 20%. Angka kejadian sep-
2448 jam (5%), dan sebagian kecil dalam 48 jam6 sis awitan lambat di Asia lebih tinggi bila dibandingkan
hari. Awitan timbul lebih cepat pada bayi prematur. dengan kawasan benua lain.
Infeksi awitan cepat ini dihubungkan dengan penular-
Patofisiologi dan diagnosis sepsis neonatorum
an mikroorganisme dari ibu. Selain karena infeksi oleh
bakteri, sejumlah faktor juga mempermudah seorang Janin dalam kandungan relatif aman terhadap konta-
bayi berkembang menjadi sepsis, diantaranya adalah minasi kuman karena terlindung oleh berbagai organ
imunitas selular, imunitas humoral, dan fungsi barier tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion, dan
tubuh bayi terhadap infeksi.1 beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion.
Infeksi bakteri pada janin yang terjadi selama masih
Beberapa jenis bakteri yang diduga sering ditemukan
berada di dalam kandungan disebut sepsis jenis awit-
pada awitan cepat adalah Streptokokus grup B (group
an cepat, sedangkan bila infeksi bakteri terjadi pada
B streptococcus-GBS), Escherichia coli, Haemophilus
bayi setelah lahir disebut sepsis jenis awitan lambat.
influenzae, dan Listeria monocytogenes. Infeksi oleh
Sepsis awitan lambat dapat terjadi melalui lingkungan
bakteri Stafilokokus (termasuk Stafilokokus aureus)
sekitar seperti misalnya infeksi silang atau alat yang
pernah juga dilaporkan. Sepsis awitan lambat umum-
digunakan bayi, bayi mendapat prosedur invasif se-
nya terjadi pada usia 7-90 hari disebabkan oleh infeksi
perti kateter umbilikalis, bayi dalam ventilator, dan be-
bakteri yang biasanya didapat dari lingkungan. Bakteri
berapa tindakan lain yang kurang memperhatikan
yang diduga sering berperan pada sepsis neonatorum
tindakan asepsis maupun antisepsis.2
tipe awitan lambat adalah bakteri stafilokokus (Sta-
phylococcus aureus), E. coli, Klebsiella, Pseudomo- Menurut Short, patofisiologi dan tingkat berat ringan-
nas, Enterobacter, kandida, GBS, Serratia, Acineto- nya sepsis tampaknya tidak banyak berbeda antara
bacter, dan beberapa bakteri anaerob.8 orang dewasa dan bayi. Setelah kuman masuk ke
dalam tubuh maka akan timbul respons sistemik dari
Epidemiologi
dalam tubuh dengan gambaran inflamasi, koagulopati,
Angka kejadian sepsis neonatorum di seluruh dunia gangguan fibrinolisis dan selanjutnya akan menimbul-
tetap tinggi meskipun banyak antibiotik baru dibuat. kan gangguan sirkulasi dan perfusi yang berakhir de-
Suatu penelitian di Korea Selatan oleh Shin YJ et al9 ngan gangguan fungsi organ.11 Sepsis sering dikait-
mendapatkan angka kejadian sepsis neonatorum 30,5 kan dengan istilah Systemic Inflammatory Response
per 1000 kelahiran hidup. Penelitian oleh Tiskumara Syndrome (SIRS) dan juga Multi Organ Dysfunction
et.al10 di delapan negara Asia pada tahun 2009 mene- Syndrome (MODS). Kriteria diagnosis SIRS untuk
mukan 453 kasus sepsis awitan cepat. Streptokokus anak-anak adalah bila ditemukan adanya dua dari
grup B ditemukan pada 38% kasus sepsis awitan empat gejala berikut: (1) Suhu tubuh yang diukur se-
cepat, dengan insidens 0,51 per 1000 kelahiran hidup cara oral, rektal, atau kateter vena sentral >38C atau

Vol. 9, No.1, Februari 2010 39


DAMIANUS Journal of Medicine

<36C (Suhu abnormal harus ada pada SIRS anak- tai gambaran klinis sepsis. Pada sepsis neonatorum,
anak); (2) laju jantung >2 SD di atas normal sesuai timbulnya sitokin merupakan respons sistemik yang
umur tanpa pengaruh obat atau nyeri, atau pening- penting. Sebagian sitokin dapat memperburuk keada-
katan laju jantung yang tak dapat dijelaskan selama an penyakit tetapi sebagian lainnya bertindak
30 menit4 jam, atau laju jantung <10th persentil tanpa meredam infeksi dan mempertahankan homeostasis
adanya rangsang vagus, efek obat, maupun kelainan organ vital tubuh. Sitokin yang muncul dan beredar
jantung; (3) laju pernapasan 2 SD di atas normal se- dalam darah ini dapat dideteksi 2 hari sebelum gejala
suai umur, atau kebutuhan akan ventilasi mekanik klinis timbul.2
yang tidak disebabkan oleh penyakit neuromuskular
Peran imunitas seluler
maupun pengaruh anestesi; dan (4) jumlah leukosit
meningkat atau menurun yang tidak disebabkan oleh Pada neonatus sebagian besar sel darah masih ber-
kemoterapi, atau sel batang lebih dari 10% disertai sifat immatur, seperti neutrofil dan polymorphonuclear
bentuk sel imatur.12 Sedangkan MODS didefinisikan (PMN), monosit, sel T dan juga sel pembunuh (Natu-
sebagai perubahan fungsi organ pada pasien sakit ral Killer/NK). Pada sepsis neonatorum, kemampuan
akut yang membutuhkan intervensi medik untuk mem- sel neutrofil dan sel PMN untuk membunuh bakteri
pertahankan homeostasis dalam tubuh.13 menurun, baik dari segi kemotaksis maupun kemam-
puan membunuh. Sel-sel tersebut mengalami pe-
I. Dua atau lebih tanda SIRS, sebagai berikut: nurunan kemampuan untuk melekat pada endotel
(1) suhu > 38oC atau <36oC, pembuluh darah yang sebenarnya berfungsi untuk
(2) denyut jantung >90 kali/menit, menyingkirkan dan membawa bakteri dari dalam da-
rah ke dalam jaringan. Sel PMN pada neonatal juga
(3) respirasi >20 kali/menit,
belum sempurna, sehingga tidak mampu bergerak
(4) jumlah sel darah putih >12.0109/L, <4.0
109, atau >0,1 bentuk immatur (band) menuju daerah inflamasi dan infeksi melalui matriks
ekstraseluler. Produksi sitokin oleh makrofag juga ren-
II. Sepsis
dah, yang dikait-kan dengan penurunan produksi sel
SIRS dan dokumentasi kultur infeksi (kultur positif
T. Walaupun sel T sudah dapat ditemukan pada sir-
untuk organisme)
kulasi fetal dan meningkat jumlahnya sejak lahir sam-
III. Sepsis berat
pai usia 6 bulan, tetapi masih dalam populasi yang
Sepsis dan gangguan fungsi organ, hipoten-si imatur. Sel jenis ini tidak berproliferasi seperti sel T
atau hipoperfusi (keabnormalan hipoper-fusi,
termasuk, tetapi tidak terbatas hanya pada laktik dewasa dan tidak memproduksi sitokin secara efektif.8
asidosis, oliguria, atau perubahan status mental
akut). Peran imunitas humoral

IV. Septik Syok Fetus telah memiliki sejumlah imunoglobulin, terutama


Hipotensi (walaupun dengan resusitasi cairan), didapat dari transfer melalui plasenta. Imunoglobulin
dan keabnormalan hipoperfusi) M dibuat sejak janin berusia 10 minggu, tetapi ka-
darnya tetap rendah sampai lahir, kecuali bila ter-
ekspos dengan agen infeksius selama kehamilan. IgG
Tabel 1. Definisi Stadia Sepsis (Konsensus Konferensi
didapat dari ibu selama fase akhir kehamilan, se-
Dokter Ahli Paru) di Universitas Amerika. O'connor,
dangkan Ig A didapat dari air susu ibu (ASI). Komple-
dkk.14
men yang mature tidak akan dicapai setidaknya
Definisi sepsis neonatorum ditegakkan apabila terda- sampai bayi berusia 610 bulan.8
pat keadaan SIRS yang dipicu infeksi baik berbentuk
tersangka (suspected) infeksi ataupun terbukti (pro- PROKALSITONIN
ven) infeksi. Sepsis pada bayi baru lahir ditegakkan
Prokalsitonin merupakan prohormon kalsitonin (cal-
bila ditemukan satu atau lebih kriteria SIRS yang diser-
citonin-CT), yang diproduksi oleh sel C kelenjar tiroid

40 Vol. 9, No.1, Februari 2010


Prokalsitonin sebagai kandidat petanda inflamasi pada sepsis neonatorum

sebagai respons terhadap hiperkalsemia.4,7,15 Prokal- dibandingkan dengan berbagai petanda lain, baik pada
sitonin merupakan polipeptida dengan massa mole- pasien dewasa maupun pasien anak termasuk
kular 12,793 Da.8 PCT akan dipecah secara enzimatik neonatus.4,16
menjadi aminoprocalcitonin (N-ProCT) bebas dan
Namun demikian, terdapat penelitian lain yang mene-
conjoined calcitonin: calcitonin-carboxypeptide-I
mukan fakta yang berbeda. Penelitian tersebut me-
(CT:CCP-I). CT : CCP-I akan dipecah lagi menjadi
CCP-I bebas dan CT imatur. Kalsitonin imatur selanjut- ragukan dan mempertanyakan manfaat PCT, baik da-
nya akan diamidasi menghasilkan CT matur (gambar. lam mendiagnosis maupun menentukan prognosis pa-
1). Semua peptida ini ditemukan dalam serum orang sien dengan sepsis dan renjatan septik. Telah dibukti-
normal. Pada saat terjadi sepsis, semua peptida ini kan bahwa PCT serum juga meningkat pada pasien
akan meningkat kecuali CT matur.16 dengan Systemic Inflammatory Response Syndrome
(SIRS) dengan etiologi bukan infeksi.7 Dalam 48 jam
pertama kehidupan neonatus tanpa infeksi bakterial,
terdapat peningkatan konsentrasi PCT.5

PCT PADA SEPSIS NEONATORUM

PCT merupakan petanda sepsis neo-natorum awal


(dalam 12 jam pertama kehidupan) yang lebih baik
daripada CRP atau IL-6. PCT dari darah tali pusat da-
pat digunakan dalam diagnosis sepsis neonatorum
onset awal.4
Gambar 1. Perubahan prekursor kalsitonin menjadi
Kordek et.al mengevaluasi penggunaan PCT pada
kalsitonin matur pada manusia.16
sampel darah tali pusat untuk mendeteksi infeksi in-
Dalam keadaan normal, dapat ditemukan PCT dalam trauterin. Diagnosis infeksi bakterial intrauterin (IBI)
serum dengan konsentrasi yang sangat rendah (<0.1 pada neonatus cukup sulit karena tanda klinis yang
ng/mL).4,7 Saat terjadi infeksi dan inflamasi sistemik tidak spesifik dan rendahnya sensitivitas tes laborato-
berat, tubuh akan mengeluarkan PCT sampai ribuan rium rutin yang biasa digunakan, seperti hitung leu-
kali lipat daripada keadaan normal. Peningkatan ini kosit, hitung neutrofil absolut, ratio neutrofil immature
berkorelasi dengan derajat keparahan penyakit dan /total (I/T), dan CRP. Kultur darah sendiri sering mem-
berhubungan dengan mortalitas.5,16 Proses inflamasi berikan hasil negatif karena sedikitnya darah yang da-
akan menginduksi produksi PCT ekstratiroid.7 pat diambil dan biasanya hanya dilakukan satu kali.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa konsentrasi
Kordek, et.al mengemukakan bahwa prokalsitonin se-
PCT lebih tinggi didapatkan pada pasien prematur
rum akan meningkat setelah tiga jam penyuntikan en-
yang terinfeksi. Area under the curve (AUC) untuk
dotoksin, mencapai puncak setelah 6 jam, kemudian
PCT, CRP dan hitung leukosit berturut-turut adalah
mengalami plateau setelah 24 jam yang akan bertahan 0.7, 0.61 dan 0.50. PCT mempunyai cut off point 1.2
hingga 48 jam.7 Hal ini membuat PCT menjadi agen ng/ml, PPV 42%, NPV 93%, sensitivitas 69%, dan
baru yang menjanjikan sebagai alat deteksi awal dan spesifisitas 81%. Sedangan CRP mempunyai cut off
sensitif pada pasien yang terinfeksi.5 point 2.5 mg/l, PPV 19%, NPV 86%, sensitivitas 22%
Peran PCT sebagai petanda sepsis neonatal belum dan spesifisitas 97%. ROC curve hitung leukosit tidak
sepenuhnya jelas dan konsisten.7 Berbagai penelitian berbeda secara signifikan dari garis nondiskriminasi.15
klinis telah menunjukkan keunggulan PCT dalam men- Sastre et.al melaporkan bahwa PCT serum berguna
diagnosis dan menentukan derajat keparahan sepsis dalam mendeteksi sepsis dari transmisi vertikal. Pada

Vol. 9, No.1, Februari 2010 41


DAMIANUS Journal of Medicine

neonatus yang asimptomatik, nilai PCT pada 12-24 73.7%, spesifisitas 80.6%), dan pada 3648 jam kehi-
jam lebih tinggi daripada nilai PCT saat lahir dan pada dupan adalah 0.69 ng/mL (sensitivitas 86.5%, spesi-
36-48 jam; maka dibutuhkan nilai cut off yang fisitas 72.7%).17
berbeda-beda untuk tiap usia tersebut. Batas PCT
Ballot et.al mengevaluasi peranan PCT sebagai petan-
untuk diagnosis sepsis adalah 0.55 ng/mL saat lahir
da awal dari sepsis neonatorum. Hasil penelitiannya
(sensi-tivitas 75.4%, spesifisitas 72.3%); 4.7 ng/mL
menunjukkan bahwa PCT mempunyai negative pre-
dalam 1224 jam kehidupan (sensitivitas 73.8%,
dictive value sebesar 0.95. Walaupun PCT dapat
spesifisitas 80.8%); dan 1.7 ng/mL dalam 3648 jam
memprediksi sepsis neonatorum, PCT sebaiknya tidak
kehidupan (sensitivitas 77.6%, spesifisitas 79.2%).5
digunakan sebagai tes tunggal dan perlu didukung
Sepsis yang berasal dari infeksi nosokomial saat ini dengan hasil pemeriksaan lain. Hasil PCT yang negatif
juga harus diperhatikan karena jumlahnya semakin dapat menyingkirkan sepsis, tetapi hal ini juga me-
meningkat. Hal ini seiring dengan semakin meningkat- merlukan evaluasi lebih lanjut.4
nya jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah atau
White et.al mengevaluasi penggunaan PCT dalam
bayi prematur yang bertahan hidup dari berbagai pe-
sepsis neonatorum onset awal. Hasil penelitiannya
nyakit parah karena kemajuan dalam dunia kedok-
menunjukkan bahwa NPV PCT lebih baik daripada
teran, terutama pada bayi-bayi yang dirawat di neo-
PPV-nya, tetapi hasil PCT yang negatif tidak cukup
natal intensive care unit. Prevalensi sepsis nosokomial
untuk mengeksklusi sepsis bahkan dengan menggu-
adalah 2.1%, sedangkan pada bayi berat badan lahir
naan nilai cut off yang lebih tinggi. Nilai PCT tidak ber-
sangat rendah adalah 15.6%, dan pada bayi dengan
beda secara signifikan antara kelompok bayi prematur
berat badan 1500 g adalah 1.16%. Seperti pada sep-
dan aterm. Dengan menggunakan cut off 0.5 ng/ ml,
sis neonatorum karena transmisi vertikal, diagnosis
NPV PCT adalah 80% dan PPV 39%. Pada penelitian
sepsis nosokomial juga sulit ditegakkan karena tanda
ini didapatkan bahwa jumlah hasil kultur yang positif
awalnya bisa minimal dan menyerupai berbagai pe-
pada sepsis neonatorum onset awal hanya sedikit.6
nyakit noninfeksi. Kultur bakteri membutuhkan waktu
yang lama, sedangkan tes laboratorium lainnya tidak Ciesa et.al juga mengevaluasi penggu-naan PCT pada
tersedia secara rutin dan mempunyai kekurangan da- sepsis neonatorum onset awal. Hasil penelitiannya
lam hal sensitivitas dan spesifisitas. Maka neonatus menunjukkan bahwa keparahan penyakit dan status
dengan faktor risiko infeksi atau secara klinis dicurigai risiko tidak mempengaruhi penggunaan CRP dan PCT
menderita infeksi secara empirik diterapi dengan an- dalam mendeteksi sepsis neonatorum onset awal.
tibiotika. Informasi mengenai penggunaan berbagai Namun, nilai IL-6 saat lahir dipengaruhi oleh keparah-
petanda infeksi dalam diagnosis sepsis nosokomial an dan indeks risiko. Reliabilitas CRP, IL-6 dan PCT
masih sangat sedikit dibandingkan dengan sepsis dari untuk diagnosis infeksi neonatorum onset awal mem-
transmisi vertikal. Oleh karena itu, Sastre et.al mela- butuhkan nilai cut off yang berbeda-beda pada tiap
kukan evaluasi penggunaan PCT sebagai petanda waktu dalam 48 jam pertama kehidupan. Untuk CRP,
sepsis neonatorum yang berasal dari infeksi nosoko- nilai cut off adalah 4 mg/L saat lahir, dan 10 mg/L
mial. Pada penelitian prospektif multisenter ini didapat- pada 24 dan 48 jam pertama kehidupan. Untuk IL-6,
kan bahwa PCT serum dapat digunakan untuk diag- nilai cut off adalah 200 saat lahir, 30 pada 24 jam,
nosis sepsis nosokomial namun lebih baik digunakan dan 20 ng/L pada 48 jam pertama kehidupan. Untuk
sebagai salah satu petanda untuk evaluasi dan tidak PCT, nilai cut off adalah 1 saat lahir, 100 pada 24
digunakan sebagai petanda tunggal. Berdasarkan jam, dan 50 g/L pada 48 jam pertama kehidupan.
kurva ROC, pada penelitian Sastre et.al, nilai optimum Sensitivitas CRP bervariasi dari 35% sampai 97%,
PCT pada saat awal tersangka sepsis adalah 0.59 tergantung jumlah pemeriksaan yang dilakukan, se-
ng/mL (sensitivitas 81.4%, spesifisitas 80.6%); pada dangkan spesifisitasnya 76% sampai 96%. Pada IL-6
1224 jam kehidupan adalah 1.34 ng/mL (sensitivitas darah tali pusat, sensitivitasnya bervariasi antara 88%

42 Vol. 9, No.1, Februari 2010


Prokalsitonin sebagai kandidat petanda inflamasi pada sepsis neonatorum

sampai 93%. Pada PCT juga bervariasi berdasarkan N.ProCT Amin Procalcitonin
jumlah pemeriksaannya antara 61% sampai 100%, NPV Negative Predictive Value
sedangkan spesifisitasnya 50% sampai 97%.18
PCT Procalciton
Ucar et.al mengevaluasi serum amyloid A (SAA) dan PMN Polymorphonuclear
prokalsitonin (PCT) dalam diagnosis dan follow-up PPV Positive Predictive Value
sepsis neonatorum awitan lambat. Penelitian ini me-
SAA Serum Amyloid Alpha
laporkan bahwa CRP merupakan indikator inflamasi
SIRS Systemic Inflammatory Response Syn-
yang paling baik dalam diagnosis NLS, sedangkan
drome
PCT dan TNF- juga dapat digunakan untuk diagno-
sis awal NLS. Namun, SAA, IL-1, dan Tollner's sep- TNF Tumor Necrosis Factor
sis score (TSS) tidak dapat dipakai sebagai petanda TSS Tollner's Sepsis Score
diagnosis dan follow-up NLS. Sensitivitas dan spe-
sifisitas PCT adalah 86.8% dan 97.2%, TNF- 83.3% DAFTAR PUSTAKA
dan 80.6%, SAA 75% dan 44.4%.3 1. Feigin RD. Bacteremia and septicemia. Dalam:
Behrman RE, Vaugh VC and Nelson WE (penyunting)
KESIMPULAN Nelson text-book of pediatrics, edisi ke-13. Phila-
delphia; WB Saunders Co, 1987:568
Sepsis neonatorum mempunyai tingkat morbiditas dan
2. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI.
mortalitas yang tinggi. Walaupun dunia kedokteran Sepsis dan syok septik. Jakarta; Badan Penerbit IDAI,
telah berkembang pesat, diagnosis sepsis neona- 2002: 358-63.
torum masih cukup sulit. Hal ini disebabkan karena 3. Fioretto JR, Borin FC, Bonatto RC, Ricchetti SMQ,
tanda dan gejalanya yang tidak spesifik, dan seringkali Kurokawa CS, Moraes MA, et al. Procalcitonin in chil-
sulit dibedakan dengan berbagai gangguan yang bu- dren with sepsis and septic shock. J Pediatr (Rio J).
kan disebabkan oleh infeksi. Hingga saat ini belum 2007;83(4):323-328

ada petanda infeksi tunggal yang secara langsung da- 4. Ballot DE, Perovic O, Galpin J, Cooper PA. Serum
pat dipakai untuk menyingkirkan sepsis. Pemeriksaan procalcitonin as an early marker of neonatal sepsis.
SAMJ, Oct. 2004, Vol. 94, No. 10
tambahan yang sering dipergunakan adalah CRP, I/T
rasio, Interleukin, dan SAA. Prokalsitonin dapat di- 5. Sastre JBL, Sols DP, Serradilla VR, Colomer BF,
Cotallo GDC. Evaluation of procalcitonin for diagno-
pertimbangkan sebagai salah satu kandidat petanda
sis of neo-natal sepsis of vertical transmission.
sepsis neonatorum karena memiliki tingkat sensitifitas
dan spesifisitas yang cukup tinggi. BMC Pediatrics 2007,7:9 doi:10.1186/ 1471-2431-7-
9

DAFTAR SINGKATAN 6. White D, Ballot D, Cooper P, Perovic O, Galpin J. Can


a negative procalci-tonin level guide antibiotic therapy
CCP-I Calcitonin carboxy peptide-I in early-onset neonatal sepsis? SAJCH Dec. 2007 Vol.
CRP C-Reactive Protein 1 No. 4. 146-150

CT Conjoined calcitonin 7. Kordek A, Kalemba SG, Pawlus B, Podraza W, Czajka


R. Umbilical cord blood serum procalci-tonin concen-
GBS Group B Streptococcus tration in the diagnosis of early neonatal infection.
IBI Infeksi bacterial intra uterine Journal of Perinatology 2003; 23:148-153

IL-6 Interleukin-6 8. Anderson-Berry AL. Neonatal sepsis. Diunduh dari:


http://emedicine.medsca pe.com/article/978352-over-
I/T Immature/Total
view
MODS Multi organ dysfunction syndrome
9. Shin YJ, Ki M, Foxman B. Epidemio-logy of neonatal
NK Natural Killer sepsis in South Korea. Pediatr Int 2009 Apr;51(2):225-
NLS Neonatorum onset lambat 32.

Vol. 9, No.1, Februari 2010 43


DAMIANUS Journal of Medicine

10. Tiskumara R, Fakharee SH, Liu CQ, Nuntnarumit P, 15. Kordek A, Kalemba SG, Pawlus B, Podraza W, Czajka
Lui KM, Hammoud M, et al. Neonatal infections in Asia. R. Umbilical cord blood serum Procal-citonin
Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2009 Mar; concentra-tion in the diagnosis of early neonatal in-
94(2):F144-F148. fection. Journal of Perinatology 2003; 23:148-153

11. Short MA. Linking the sepsis triad of inflammation, 16. Mller B, Becker KL. Procalcitonin: how a hormone
coagulation, and supress-ed fibrinolysis to infants. Adv became a marker and mediator of sepsis. Swiss Med
neonatal care 2004;4(5):258-73 Wk Ly 2001;131:595-602

12. Members of the American College of Chest Physi- 17. Sastre JBL, Sols DP, Serradilla VR, Colomer BF,
cians/Society of Critical Care Medicine Consensus Cotallo GDC, Vidal XK, et al. Procalcitonin is not suf-
Conference Committee. American College of Chest ficiently reliable to be the sole marker of neo-natal
Physicians/Society of Critical Care Medicine Consen- sepsis of nosocomial origin. BMC Pediatrics 2006,
sus Conference Com-mittee. Definition for sepsis 6:16
and organ failure and guidelines for the innovative
18. Chiesa C, Pellegrini G, Panero A, Os-born JF, Signore
therapies in sepsis. Crit Care Med 1992; 20:864-74
F, Assumma M, et al. C-Reactive Protein, Interleukin-
13. Anonim. Diunduh dari: http://en.Wiki pedia.org/wiki/ 6, and Procalcitonin in the Immediate Postnatal Pe-
Multiple_organ_dysfunc tion_syndrome (WIKI) riod: Influence of illness severity, risk status, antena-
tal and perinatal compli-cations, and infection. Clin
14. O'Connor EO, Venkatesh B, Lipman J, Mas-
Chem. 2003 Jan;49(1):60-8.
hongonyika C, Hall J. Procalcitonin in critical illness.
Crit Care Res 2001;3: 236-243

44 Vol. 9, No.1, Februari 2010

You might also like