Professional Documents
Culture Documents
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Par Di Puskesmas Depok
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Par Di Puskesmas Depok
Abstract. llepok- West .Java has a lirng tuberc1i1osl.rprevalence of 0,17%, ~rpto now there 1,s no
any scient$c p~rblication concerning the regularity of taking medicine among the h~ng
tz1berc1r1osispatient.srn the area. lhis research was done at 11 public health centers in the whole
area of Depok at August 199 7. C'ross sectlorial desrgn was used in this st14dy with 215 patients as
the sample, whrch were taken by simple random .samplrrzg method Among 215 patients there +tfa.s
33% of re.sporiu'ent.s that didn't take the med~cmeregularly. In ana1ysiLsthere are two variables
which have relatronship with the regularity of taktng medicine, i.e. health promotion [OR-+, 19,
95% CT1(2,28; 7,70) and p value =0,OOO], and the a~?ailabilityof transportation [OR=3,12, 95%
('I(/,19;8,I4) and p \wlue = 0.015). Zhe cotlcluston of this research is that the,factors qf health
proniotlon and asailability of transportation hmw sign!ficarlt associations (y<-0,05)w~ththe
treatment compliatzce among the lzrrzg tubercrrlosw patients. We suggest that health promotron
conducted by the health officials is the most important tool .for sz~pportingthe success qf the
treatmetlt.
0,001%. Angka prevalensi yang sama juga nyuluhan kesehatan dengan keteraturanlke-
ditemukan pada survei di 15 Propinsi yaitu patuhan berobat penderita Tb paru di pus-
0,29% '3). Sesuai dengan ruang lingkup kesmas, 2) untuk mengetahui hubungan an-
penelitian kami di Depok ternyata angka tara kunjungan rumah dengan keter-
prevalensi Tb paru pada tahun 1996 sekitar aturanlkepatuhan berobat penderita Tb paru
0,17%, dengan demikian masih cukup di puskesmas, 3) untuk mengetahui hubu-
banyak orang yang sakit karena Tb paru ngan antara ketersediaan obat Tb dengan
yang perlu mendapat pelayanan kesehatan keteraturankepatuhan berobat penderita Tb
yang intensif khususnya pelayanan kese- paru di puskesmas, 4) untuk mengetahui hu-
hatan dasar seperti Puskesmas yang lebih bungan antara mutu obat Tb dengan ke-
profesional '4). teraturankepatuhan berobat penderita Tb
paw di puskesmas, 5) untuk mengetahui hu-
Untuk mencapai kesembuhan diperlu-
bungan antara ketersediaan sarana trans-
kan keteraturan atau kepatuhan berobat bagi
portasi dengan keteraturanlkepatuhan ber-
setiap penderita. Untuk itu pendapat strategi
obat penderita Tb paru di puskesmas, 6)
untuk menjamin kesembuhan penderita yaitu
untuk mengetahui hubungan antara jarak
penggunaan panduan obat anti tuberkulosis
jangka pendek dan penerapan pengawasan dengan keteraturanlkepatuhan berobat pen-
derita Tb paru di puskesmas.
menelan obat atau directly observed
treatment short-course(D0TS) ('). Walaupun
panduan obat yang digunakan baik tetapi BAHAN DAN METODE
bila penderita tidak derobat dengan teratur
maka umumnya hasil pengobatan akan Penelitian cross sectional dengan me-
mengecewakan ( 5 ) . Keteraturadkepatuhan nyelidiki hubungan antara faktor pelayanan
berobat penderita Tb paru juga ditentukan kesehatan dengan keteraturankepatuhan ber-
oleh perhatian tenaga kesehatan untuk mem- obat penderita Tb paru di puskesmas se
berikan penyuluhan, penjelasan kepada pen- Depok, Jawa Barat dari Mei s/d Agustus
derita, kalau perlu mengunjungi ke rumah tahun 1997. Pelaksanaan meliputi semua
serta tersedianya obat paket tbc ini @'. puskesmas dalam wilayah Depok sebanyak
11 puskesmas dengan jumlah sampel yang
Sampai saat ini penyakit Tb paru diwawancarai sebanyak 215 orang. Peneli-
merupakan masalah yang cukup serius ka- tian dilakukan pada semua penderita yang
rena selain menyebabkan kematian yang berobat di puskesmas se Depok, tahun 1997,
tinggi pada usia produktif juga penyakit ini dengan diagnosa menderita penyakit tuber-
berhubungan dengan kepatuhan penderita kulosis paru, dan responden yang terpilih
untuk berobat secara teratur ke pelayanan sesuai dengan prosedur sampling yang akan
kesehatan, sehingga penelitian ini dilakukan diikutkan dalam penelitian ini. Penelitian ini
untuk melihat apakah ada hubungan antara menggunakan sumber data primer dari
faktor pelayanan kesehatan di puskesmas penderita Tb paru dan data sekunder me-
dengan faktor kepatuhadketeraturan berobat liputi laporan penyakit Tb paru di puskes-
penderita Tb paru. Secara umum penelitian mas.
ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
deterrninan kepatuhanlketeraturan pada pe- Kerangka sampling dibuat berdasarkan
ngobatan pasien Tb paru di puskesmas-pus- catatan atau laporan dari puskesmas kemu-
kesmas di Depok, 1997, dan secara khusus: dian dilakukan pengambilan sample (n)
1) untuk mengetahui hubungan antara pe- yang diambil menurut perhitungan sample
Ijaktor-Falitor yang Menlpctlgaruh~Kzpatuhan (Scncac)
95OhCI (1,19;8,14) dan nilai p=0,0157. Pen- Pada Tabel 2, responden yang tidak
derita yang mengatakan mudah tersedia sara- teratur berobat sebagian besar (69,0%)
na transportasi mempunyai kemungkinan 3,12 tidak mendapat penyuluhan kesehatan dari
kali untuk teratur atau patuh berobat diban- petugas kesehatan. Ada juga yang me-
dingkan penderita yang mengatakan sulit ter- ngatakan bahwa kurangnya informasi dok-
sedia sarana transportasi, dan secara statistik ter sebagai petugas kesehatan kepada pen-
bermakna. derita perihal pentingnya berobat secara
Pada responden yang tidak teratur bero- teratur untuk jangka waktu tertentu, kondisi
bat sebagian besar mengatakan jarak yang ini dapat menyebabkan penderita berobat
jauh untuk ke puskesmas (62,0%) (Tabel 71, tidak teratur, sehingga perlu diberikan pe-
sedangkan pada uji hubungan antara jarak nyuluhan kesehatan berupa ceramah atau
dengan keteraturan berobat didapat nilai OR brosur-brosur (1-'0,16'.
=3,26 dengan 95%C1 1,80;5,89 dan nilai p
=0,0000. Penderita yang mengatakan jarak Responden yang tidak teratur berobat
dekat ke puskesmas mempunyai kemung- sebagian besar tidak ada kunjungan rumah
kinan 3,26 kali untuk teratur atau patuh ber- (59,2%). Hal ini ditunjang oleh peneli-
obat dibandingkan penderita yang menga- tian lain yang mengatakan bila dilakukan
takan jarak yang jauh ke puskesmas, dan se- pengawasan yang penuh selama jangka
cara statistik bermakna. waktu pengobatan antara lain melalui
Dalam penelitian ini sesuai dengan kri- kunjungan ke rumah oleh petugas kese-
teria tersebut didapati sebagian besar respon- hatan maka diharapkan responden akan ter-
den (67.0%) berobat secara teratur dan 33% atur berobat (1,16718).
C
Bul. Penel. Kesehatan, Vo1.30, No. 1,2002: 3 1 - 38
n YO n % n YO
Jauh 44 62.0 48 ' 33.3 92 42.8
Dekat 27 38,O 96 6617 123 5712
Jumlah 71 100,O 144 100,O 215 100,O
OR=3,26 ;95%CI = 1,80;5,89 ;nilai p=O,OOOO
Pada responden yang tidak teratur berobat menyebutkan obat di puskesmas kurang,
sebagian besar menyebutkan bahwa obat yang tetapi secara statistik tidak bermakna yang
tersedia di puskesmas jumlahnya masih ku- lain mengatakan bila dilakukan pengawasan
rang (54,9%), sedangkan pada uji hubungan yang penuh selama jangka waktu pengobatan
antara ketersediaan obat di puskesmas dengan antara lain melalui kunjungan rumah oleh
keteraturan berobat ternyata secara statistik petugas kesehatan maka diharapkan responen
tidak bermakna nilai p>0,05 (nilai p=0,6941). akan teratur berobatnya(1,16,18).
Penderita yang menyebutkan bahwa obat ter-
Responden yang tidak teratur berobat
sedia cukup di puskesmas mempunyai
kemungkinan 1,12 kali untuk teratur atau sebagian besar menyebutkan bahwa obat yang
tersedia di puskesmas jumlahnya masih ku-
patuh berobat dibandingkan penderita yang
rang (54,9%).
Falitor-F'aktor yang Mcmpenganthi Kepritul~al(Sene\+e)
Penelitian yang lain mengatakan tata- bungan yang bermakna dengan keteraturanl
laksana pengobatan yang baik yakni pengen- kepatuhan berobat penderita Tb paru di pus-
dalian penderita dan pengadaan obat anti kesmas (nilai p=0,0 1 57) (p<0,05). Jarak
tuberkulosis yang cukup dan tidak terputus '9). mempunyai hubungan yang bermakna dengan
Seperti dikatakan obat-obat anti tuberkulosis keteraturadkepatuhan berobat penderita Tb
disediakan di setiap puskesmas yang ditunjuk paru di puskesmas(ni1ai p=0,0000) (p<0,05).
sebagai pelaksana program pemberantasan Tb Ketersediaan obat tidak ada hubungan secara
paru secara cuma-cumdgratis 'I6). statistik dengan keteraturanlkepatuhan bero-
bat penderita Tb paru di puskesmas,nilai
Responden yang tidak teratur berobat
p=0,694 1(p>0,05).
sebagian besar mengatakan mutu obat tbc di
puskesmas baik (70,4%). Penelitian yang sa- Kegiatan penyuluhan kesehatan hams
ma mengatakan bahwa sampai 20 tahun men- terus dilakukan secara berkesinambungan dan
datang tampaknya belum akan ditemukan intensif pada setiap kesempatan dan hams le-
obat anti tuberkulosis yang lebih efektif dari- bih difokuskan pada penderita Tb paru yang
pada obat saat ini dan mutunya masih cukup belum atau sementara berobat agar dapat dila-
baik sampai sekarang ini 'I6'. kukan tindak lanjut pengobatannya. Juga di-
Responden yang teratur berobat seba- harapkan adanya koordinasihantuan dengan
pihak instansi yang lain secara lintas sektor
gian besar mengatakan tersedia sarana trans-
port yang mudah untuk ke puskesmas maupun lintas program. Jika sarana trans-
(94,4%). Responden yang tidak teratur bero- portasi agak sulit maka diharapkan pihak te-
bat sebagian besar mengatakan jarak yang naga puskesmas untuk membawa obat ke pen-
jauh untuk ke puskesmas (62,094). Ada pene- derita agar tidak terjadi putus obat.
litian yang menyatakan bahwa lebih separuh
penderita Tb paru berdomisili jauh dari pus- UCAPAN TERIMA ICASIH
kesmas dan ha1 ini berhubungan juga dengan Dengan segala kerendahan hati, saya
ketaatan (2,'6). mengucapkan terima ka'sih atas dukungan dan
bimbingan dr. Mon Dastri Korib Sudiryo,
MSPH., selama persiapan, pengumpulan data
Beberapa kesimpulan dari penelitian ini dan analisa data.
adalah penyuluhan kesehatan mempunyai hu-
bungan yang bermakna dengan keteraturad DAFTAR RUSUKAN
kepatuhan berobat penderita Tb paru di pus- 1. BALITBANGKES Departemen Kesehatan RI
kesmas (nilai p=0,0000)(p<0,05). Kunjungan dan BPS. SKRT-1995. Jakarta, 1997; In1 32-
rumah mempunyai hubungan yang bermakna 90.
dengan keteraturadkepatuhan berobat pende-
rita Tb paru di puskesmas(ni1ai p=0,009) 2. Abednego HM. Eliminasi TN dan Pening-
katan Pemberantasan Tb Pam. PPM-PLP,
(p<0,05). Mutu obat Tb mempunyai hubu- Depkes RI. Jakarta; 1997. B,08: ha1 8-10.
ngan yang bermakna dengan keteraturad
kepatuhan berobat penderita Tb paru di pus- 3. Basar N. Pengetahuan, sikap dan perilaku
kesmas (nilai p=0,0399) (p<0,05). Keterse- masyarakat pedesaan Sumedang terhadap
diaan sarana transportasi mempunyai hu- penfrakit tuberculosis paw Majalah Kesehatan
Bul. Penel. Kesehatan, Voi.30, No. 1,2002: 31 - 38