You are on page 1of 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA

TUBERKULOSIS PAR[] DI PUSKESMAS DEPOK

Felly Philipus Senewe*

FACTORY CIONCERNIN(i THE COMPLIANCE OF TAKING MEDICINE AMONG THE


L UNG TUBERCULOSIS PA TIENTS A T PUBLIC HEAL TH CENTERY, DEPOK

Abstract. llepok- West .Java has a lirng tuberc1i1osl.rprevalence of 0,17%, ~rpto now there 1,s no
any scient$c p~rblication concerning the regularity of taking medicine among the h~ng
tz1berc1r1osispatient.srn the area. lhis research was done at 11 public health centers in the whole
area of Depok at August 199 7. C'ross sectlorial desrgn was used in this st14dy with 215 patients as
the sample, whrch were taken by simple random .samplrrzg method Among 215 patients there +tfa.s
33% of re.sporiu'ent.s that didn't take the med~cmeregularly. In ana1ysiLsthere are two variables
which have relatronship with the regularity of taktng medicine, i.e. health promotion [OR-+, 19,
95% CT1(2,28; 7,70) and p value =0,OOO], and the a~?ailabilityof transportation [OR=3,12, 95%
('I(/,19;8,I4) and p \wlue = 0.015). Zhe cotlcluston of this research is that the,factors qf health
proniotlon and asailability of transportation hmw sign!ficarlt associations (y<-0,05)w~ththe
treatment compliatzce among the lzrrzg tubercrrlosw patients. We suggest that health promotron
conducted by the health officials is the most important tool .for sz~pportingthe success qf the
treatmetlt.

Key word :/z~berculo.si,s,


con~plimlce,public health centers.

PENDAHULUAN penderita baru akan meningkat meniadi


Penyakit tuberkulosis (Tb) paru sampai sekitar 550.000 kasus baru -setiap tahun.
saat ini masih menjadi masalah kesehatan Hampir 75% kasus ~b paru menyerang usia
masyarakat. Menurut Survey Kesehatan Ru- produktif, yaitu kelompok umur 15-44
mah Tangga (SKRT) 1995 penyakit ini me- tahun, dan terutama mengenai kalangan
nempati urutan ketiga sebagai penyebab ke- sosio-ekonomi lemah. Proporsi besar sumber
matian dan menempati urutan pertama se- daya dan produktivitas kerja akan hilang
bagai penyebab kesakitan untuk semua go- akibat Tb paru 12).
longan umur ('). Diperkirakan 0,3% dari penduduk Indo-
World Health Organization memperki- nesia menderita Tb paru dan sebagian besar
rakan di Indonesia terjadi 500.000 kasus menyerang kelompok usia kerja. Sampai
baru Tb paru setiap tahun, dan 175.000 akhir Pelita V prevalensi penyakit Tb paru di
orang diantaranya akan meninggal. Tanpa Indonesia adalah 2,4/1000 penduduk, ang-
penanggulangan yang efektif, efisien dan ka ini masih cukup tinggi karena di seluruh
terencana dengan baik diperkirakan jumlah dunia diharapkan prevalensi Tb paru adalah
- --

Peneliti Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes


Bul. Penel. Kcselmta~l,Vo1.30, No. 1,2002: 3 1 - 38

0,001%. Angka prevalensi yang sama juga nyuluhan kesehatan dengan keteraturanlke-
ditemukan pada survei di 15 Propinsi yaitu patuhan berobat penderita Tb paru di pus-
0,29% '3). Sesuai dengan ruang lingkup kesmas, 2) untuk mengetahui hubungan an-
penelitian kami di Depok ternyata angka tara kunjungan rumah dengan keter-
prevalensi Tb paru pada tahun 1996 sekitar aturanlkepatuhan berobat penderita Tb paru
0,17%, dengan demikian masih cukup di puskesmas, 3) untuk mengetahui hubu-
banyak orang yang sakit karena Tb paru ngan antara ketersediaan obat Tb dengan
yang perlu mendapat pelayanan kesehatan keteraturankepatuhan berobat penderita Tb
yang intensif khususnya pelayanan kese- paru di puskesmas, 4) untuk mengetahui hu-
hatan dasar seperti Puskesmas yang lebih bungan antara mutu obat Tb dengan ke-
profesional '4). teraturankepatuhan berobat penderita Tb
paw di puskesmas, 5) untuk mengetahui hu-
Untuk mencapai kesembuhan diperlu-
bungan antara ketersediaan sarana trans-
kan keteraturan atau kepatuhan berobat bagi
portasi dengan keteraturanlkepatuhan ber-
setiap penderita. Untuk itu pendapat strategi
obat penderita Tb paru di puskesmas, 6)
untuk menjamin kesembuhan penderita yaitu
untuk mengetahui hubungan antara jarak
penggunaan panduan obat anti tuberkulosis
jangka pendek dan penerapan pengawasan dengan keteraturanlkepatuhan berobat pen-
derita Tb paru di puskesmas.
menelan obat atau directly observed
treatment short-course(D0TS) ('). Walaupun
panduan obat yang digunakan baik tetapi BAHAN DAN METODE
bila penderita tidak derobat dengan teratur
maka umumnya hasil pengobatan akan Penelitian cross sectional dengan me-
mengecewakan ( 5 ) . Keteraturadkepatuhan nyelidiki hubungan antara faktor pelayanan
berobat penderita Tb paru juga ditentukan kesehatan dengan keteraturankepatuhan ber-
oleh perhatian tenaga kesehatan untuk mem- obat penderita Tb paru di puskesmas se
berikan penyuluhan, penjelasan kepada pen- Depok, Jawa Barat dari Mei s/d Agustus
derita, kalau perlu mengunjungi ke rumah tahun 1997. Pelaksanaan meliputi semua
serta tersedianya obat paket tbc ini @'. puskesmas dalam wilayah Depok sebanyak
11 puskesmas dengan jumlah sampel yang
Sampai saat ini penyakit Tb paru diwawancarai sebanyak 215 orang. Peneli-
merupakan masalah yang cukup serius ka- tian dilakukan pada semua penderita yang
rena selain menyebabkan kematian yang berobat di puskesmas se Depok, tahun 1997,
tinggi pada usia produktif juga penyakit ini dengan diagnosa menderita penyakit tuber-
berhubungan dengan kepatuhan penderita kulosis paru, dan responden yang terpilih
untuk berobat secara teratur ke pelayanan sesuai dengan prosedur sampling yang akan
kesehatan, sehingga penelitian ini dilakukan diikutkan dalam penelitian ini. Penelitian ini
untuk melihat apakah ada hubungan antara menggunakan sumber data primer dari
faktor pelayanan kesehatan di puskesmas penderita Tb paru dan data sekunder me-
dengan faktor kepatuhadketeraturan berobat liputi laporan penyakit Tb paru di puskes-
penderita Tb paru. Secara umum penelitian mas.
ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
deterrninan kepatuhanlketeraturan pada pe- Kerangka sampling dibuat berdasarkan
ngobatan pasien Tb paru di puskesmas-pus- catatan atau laporan dari puskesmas kemu-
kesmas di Depok, 1997, dan secara khusus: dian dilakukan pengambilan sample (n)
1) untuk mengetahui hubungan antara pe- yang diambil menurut perhitungan sample
Ijaktor-Falitor yang Menlpctlgaruh~Kzpatuhan (Scncac)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Size deterntirlation irr health str~dies(" adalah
sebesar 112 orang, dengan presisi 7 % maka Dalam penelitian ini sesuai dengan
jumlah sampel adalah 195 orang dan ditam- kriteria tersebut maka didapati seba~ian
bah 10% maka jumlah sampel seluruhnya besar responden (67.0%) berobat secara
menjadi 2 15 orang. teratur/ patuh dan 33% responden berobat
secara tidak teraturhidak patuh (Tabel 1.).
Variabel yang akan diteliti pada peneli- Dalam penelitian ini responden yang
tian ini yaitu keteraturanfkepatuhan berobat, tidak teratur berobat sebagian besar
penyuluhan kesehatan, kunjungan rumah, ke- (69,0%) tidak mendapat penyuluhan kese-
tersediaan obat tbc, mutu obat tbc, keterse- hatan dari petugas kesehatan, sedangkan
diaan sarana transportasi, dan jarak. dari uji bivariate didapati nilai OR=4.19
dengan 95% CI (2,28;7,70) dan nilai
p=0,000 (p<0,05) (Tabel 2.). Penderita
Data yang dikumpulkan adalah data pri- yang mendapat penyuluhan kesehatan dari
mer dan data sekunder. Data primer dengan petugas kesehatan mempunyai kemung-
cara wawancara yakni menggunakan kue- kinan 4,19 kali untuk teratur atau patuh
sioner, sedangkan data sekunder diperoleh de- berobat dibandingkan penderita yang tidak
ngan mempelajari laporan dan catatan medis mendapat penyuluhan kesehatan dan secara
di puskesmas meliputi identitas dan alamat statistik bermakna.
penderita untuk pengambilan sampel. Pewa-
Pada responden yang tidak ter-
wancara adalah tenaga kesehatan yaitu pera-
aturltidak patuh berobat sebagian besar
wat dan dokter puskesmas, dengan sebelum-
tidak ada kunjungan rumah (59,2%) (Tabel
nya diberikan pelatihan dan penjelasan me-
3.), sedangkan pada uji hubungan antara
ngenai cara pengisian kuesioner dan peng-
kunjungan rumah dengan keteraturan ber-
gunaan lembaran pedoman pewawancara.
obat didapati nilai OR=2,15 dengan 95%
Selanjutnya untuk memantau kebenaran dari
CI (1,20;3,83) dan nilai p=0,0090(p<0,05).
jawaban responden maka dilakukan dengan
Penderita yang mendapat kunjungan ru-
lembaran observasi, ini dimaksudkan untuk
mah oleh petugas kesehatan mempunyai
validasi hasil wawancara dengan data laporan
kemungkinan 2,15 kali untuk teratur atau
di puskesmas.
patuh berobat dibandingkan penderita yang
Data yang terkumpul diolah secara manu- tidak mendapat kunjungan rumah dari
al kemudian dengan menggunakan komputer petugas kesehatan dan secara statistik ber-
melalui beberapa tahap yaitu editing, koding, makna.
cleaning dan etltry data. Entry data meng- Pada responden yang tidak teratur
gunakan program Epi Info version 6.0 dan berobat sebagian besar menyebutkan bahwa
SPSS ,for windows untuk analisis. Analisis obat yang tersedia di puskesmas jumlahnya
data meliputi analisis univariate untuk men- masih kurang (54,9%), sedangkan pada uji
dapatkan gambaran distribusi fiekuensi dan hubungan antara ketersediaan obat di pus-
proporsi dari berbagai variabel yang diteliti, kesmas dengan keteraturan berobat ter-
analisis bivariate untuk menguji hubungan nyata secara statistik tidak bermakna nilai
antara faktor pelayanan kesehatan dengan p>0,05 (nilai p=0,694 1) (Tabel 4.).
keteraturan berobat, dengan memakai simple Penderita yang menyebutkan bahwa obat
regression (bivariate). tersedia cukup di puskesmas mempunyai
Bul. Penel. Kesehatan, Vo1.30, No.1,2002: 32 - .38

Tabel 1. Frekwensi Distribusi Responden Menurut KeteraturanJKepatuhan Berobat


Penderita Tb Paru di Puskesmas
Keteraturanl Jumlah %
Kepatuhan Berobat
TeraturJPatuh 144 67,O
Tidak teraturltdk patuh 71 33,O
Jumlah 215 100,O

Tabel 2. Hubungan Penyuluhan Kesehatan dengan KeteraturdKepatuhan Berobat


Penderita Tb Paru di Puskesmas
Penyuluhan Tidak teraturl TeraturPatuh Jumlah
kesehatan Tidak patuh
N % n YO N %
Tidak ada 49 69.0 50 34,7 99 46,O
Ada 22 3110 94 65,3 116 54,O
Jumlah 71 100,O 144 100,O 215 100,O
OR=4.19 ;95%CI = 2,28;7.70 ;nilai p=O.OOOO

Tabel 3. Hubungan Kunjungan Rumah dengan KeteraturdKepatuhan Berobat


Penderita Tb Paru di Puskesmas
Kunjungan Tidak teraturl TeraturPatuh Jumlah
rumah Tidak patuh
N YO n . % n yo
Tidak ada 42 59,2 58 40,3 100 46,5
Ada 29 40,8 86 59,7 116 533
Jumlah 71 100,O 144 100,O 215 100,O
OR=2,15 ; 95% CI = 1,20;3,83 ;nilai p=0,0090

Tabel 4. Hubungan Ketersediaan Obat dengan KeteraturanJKepatuhan Berobat


Penderita Tb Paru di Puskesmas
Ketersediaan obat Tidak teratur I TeraturPatuh Jumlah
Tidak patuh
N % N % n %
Kuran!!3 39 54,9 75 52,l 114 53,O
Banyak 32 45,l 69 47,9 101 47,O
Jumlah 71 100,O 144 100,O 215 100,O
OR=1,12 ; 95% CI = 0,63; 1,98 ;nilai ~ 0 , 6 9 4 1
kemungkinan ],I2 kali untuk teratur atau responden yang berobat secara tidak
patuh berobat dibandingkan penderita yang teratur. Hal ini hampir sama se erti yang
menyebutkan obat di puskesmas kurang, te- dikatakan bahwa ada 61,9% 9/015JPyang se-
tapi secara statistik tidak bermakna. lesai berobat dengan teratur sedangkan
yang lain melaporkan dari 43 1 penderita
Pada responden yang teratur berobat yang berobat hanya 32,7% (I4) yang teratur
sebagian besar mengatakan mutu obat tbc berobat.
baik (82,6%) (Tabel 5 . ) , sedangkan pada uji
hubungan antara mutu obat tbc dengan ketera-
turan berobat didapati nilai OR=2,00 dengan
95% CI (1,02;3,90) dan nilai p<0,05(nilai
.'
Bebera a enelitian lain menemukan
ada 37,6% " 17' Pyang datang kontrol sesuai
ketentuan sedangkan ada yang melaporkan
penyembuhan yang dicapai di bawah 85%
p=0,0399)]. Penderita yang mengatakan mutu diakibatkan kepatuhan berobat yang ku-
obat tbc baik mempunyai kemungkinan 2.00 rang '".Hasil penelitian ini agak berbeda
kali untuk teratur atau patuh berobat di- mungkin karena hasil penelitian ini dila-
bandingkan penderita yang mengatakan mutu kukan di rumah sakit sehingga berbeda ke-
obat tbc jelek, dan secara statistik bermakna. adaannya dengan penelitian yang dilakukan
di puskesmas. Juga dikatakan walaupun
Pada responden yang teratur berobat se- panduan obat yang digunakan adalah yang
bagian besar mengatakan tersedia sarana paling baik, tetapi bila penderita tidak ber-
transport yang mudah untuk ke puskesmas obat dengan teratur atau tidak memenuhi
(94,4%) (Tabel 6). Pada uji hubungan antara jangka waktu pengobatannya, maka umum-
tersedianya sarana transportasi dengan ketera- n a hasil pengobatan akan mengecewakan
turan berobat didapat nilai OR=3,12 dengan
J
(1 )

95OhCI (1,19;8,14) dan nilai p=0,0157. Pen- Pada Tabel 2, responden yang tidak
derita yang mengatakan mudah tersedia sara- teratur berobat sebagian besar (69,0%)
na transportasi mempunyai kemungkinan 3,12 tidak mendapat penyuluhan kesehatan dari
kali untuk teratur atau patuh berobat diban- petugas kesehatan. Ada juga yang me-
dingkan penderita yang mengatakan sulit ter- ngatakan bahwa kurangnya informasi dok-
sedia sarana transportasi, dan secara statistik ter sebagai petugas kesehatan kepada pen-
bermakna. derita perihal pentingnya berobat secara
Pada responden yang tidak teratur bero- teratur untuk jangka waktu tertentu, kondisi
bat sebagian besar mengatakan jarak yang ini dapat menyebabkan penderita berobat
jauh untuk ke puskesmas (62,0%) (Tabel 71, tidak teratur, sehingga perlu diberikan pe-
sedangkan pada uji hubungan antara jarak nyuluhan kesehatan berupa ceramah atau
dengan keteraturan berobat didapat nilai OR brosur-brosur (1-'0,16'.
=3,26 dengan 95%C1 1,80;5,89 dan nilai p
=0,0000. Penderita yang mengatakan jarak Responden yang tidak teratur berobat
dekat ke puskesmas mempunyai kemung- sebagian besar tidak ada kunjungan rumah
kinan 3,26 kali untuk teratur atau patuh ber- (59,2%). Hal ini ditunjang oleh peneli-
obat dibandingkan penderita yang menga- tian lain yang mengatakan bila dilakukan
takan jarak yang jauh ke puskesmas, dan se- pengawasan yang penuh selama jangka
cara statistik bermakna. waktu pengobatan antara lain melalui
Dalam penelitian ini sesuai dengan kri- kunjungan ke rumah oleh petugas kese-
teria tersebut didapati sebagian besar respon- hatan maka diharapkan responden akan ter-
den (67.0%) berobat secara teratur dan 33% atur berobat (1,16718).
C
Bul. Penel. Kesehatan, Vo1.30, No. 1,2002: 3 1 - 38

Tabel 5. Hubungan Mutu Obat Tbc dengan KeteraturdKepatuhan Berobat


Penderita Tb Paru di Puskesmas
Mutu obat tbc Tidak teratur / TeraturIPatuh Jumlah

Baik 50 7014 119 82,6 169 78,6


Jumlah 71 100,O 144 100,O 215 100,O
OR=2,00 ;95%CI = 1,02;3,90 ;nilai p=0.03995

Tabel 6. Hubungan Ketersediaan Sarana Transportasi dengan Keteraturd


Kepatuhan Berobat Penderita Tb Paru di Puskesmas
Ketersediaan sarana Tidak teratur / TeraturPatuh Jumlah
transport Tidak patuh
N % n % n %
Sulit 11 15,5 8 5,6 19 8,8
Mudah 60 84,5 136 94,4 196 91,2
Jumlah 71 100,O 144 00,O 215 100,O
OR=3,12 ;9 5 W I = 1,19;8,14 ;nilai p=0.0157

Tabel 7. Hubungan Jrak dengan KeteraturdKepatuhan


Berobat Penderita Tb Paru di Puskesmas

Jarak Tidak teratur 1 Tidak TeraturPatuh Jumlah

n YO n % n YO
Jauh 44 62.0 48 ' 33.3 92 42.8
Dekat 27 38,O 96 6617 123 5712
Jumlah 71 100,O 144 100,O 215 100,O
OR=3,26 ;95%CI = 1,80;5,89 ;nilai p=O,OOOO

Pada responden yang tidak teratur berobat menyebutkan obat di puskesmas kurang,
sebagian besar menyebutkan bahwa obat yang tetapi secara statistik tidak bermakna yang
tersedia di puskesmas jumlahnya masih ku- lain mengatakan bila dilakukan pengawasan
rang (54,9%), sedangkan pada uji hubungan yang penuh selama jangka waktu pengobatan
antara ketersediaan obat di puskesmas dengan antara lain melalui kunjungan rumah oleh
keteraturan berobat ternyata secara statistik petugas kesehatan maka diharapkan responen
tidak bermakna nilai p>0,05 (nilai p=0,6941). akan teratur berobatnya(1,16,18).
Penderita yang menyebutkan bahwa obat ter-
Responden yang tidak teratur berobat
sedia cukup di puskesmas mempunyai
kemungkinan 1,12 kali untuk teratur atau sebagian besar menyebutkan bahwa obat yang
tersedia di puskesmas jumlahnya masih ku-
patuh berobat dibandingkan penderita yang
rang (54,9%).
Falitor-F'aktor yang Mcmpenganthi Kepritul~al(Sene\+e)

Penelitian yang lain mengatakan tata- bungan yang bermakna dengan keteraturanl
laksana pengobatan yang baik yakni pengen- kepatuhan berobat penderita Tb paru di pus-
dalian penderita dan pengadaan obat anti kesmas (nilai p=0,0 1 57) (p<0,05). Jarak
tuberkulosis yang cukup dan tidak terputus '9). mempunyai hubungan yang bermakna dengan
Seperti dikatakan obat-obat anti tuberkulosis keteraturadkepatuhan berobat penderita Tb
disediakan di setiap puskesmas yang ditunjuk paru di puskesmas(ni1ai p=0,0000) (p<0,05).
sebagai pelaksana program pemberantasan Tb Ketersediaan obat tidak ada hubungan secara
paru secara cuma-cumdgratis 'I6). statistik dengan keteraturanlkepatuhan bero-
bat penderita Tb paru di puskesmas,nilai
Responden yang tidak teratur berobat
p=0,694 1(p>0,05).
sebagian besar mengatakan mutu obat tbc di
puskesmas baik (70,4%). Penelitian yang sa- Kegiatan penyuluhan kesehatan hams
ma mengatakan bahwa sampai 20 tahun men- terus dilakukan secara berkesinambungan dan
datang tampaknya belum akan ditemukan intensif pada setiap kesempatan dan hams le-
obat anti tuberkulosis yang lebih efektif dari- bih difokuskan pada penderita Tb paru yang
pada obat saat ini dan mutunya masih cukup belum atau sementara berobat agar dapat dila-
baik sampai sekarang ini 'I6'. kukan tindak lanjut pengobatannya. Juga di-
Responden yang teratur berobat seba- harapkan adanya koordinasihantuan dengan
pihak instansi yang lain secara lintas sektor
gian besar mengatakan tersedia sarana trans-
port yang mudah untuk ke puskesmas maupun lintas program. Jika sarana trans-
(94,4%). Responden yang tidak teratur bero- portasi agak sulit maka diharapkan pihak te-
bat sebagian besar mengatakan jarak yang naga puskesmas untuk membawa obat ke pen-
jauh untuk ke puskesmas (62,094). Ada pene- derita agar tidak terjadi putus obat.
litian yang menyatakan bahwa lebih separuh
penderita Tb paru berdomisili jauh dari pus- UCAPAN TERIMA ICASIH
kesmas dan ha1 ini berhubungan juga dengan Dengan segala kerendahan hati, saya
ketaatan (2,'6). mengucapkan terima ka'sih atas dukungan dan
bimbingan dr. Mon Dastri Korib Sudiryo,
MSPH., selama persiapan, pengumpulan data
Beberapa kesimpulan dari penelitian ini dan analisa data.
adalah penyuluhan kesehatan mempunyai hu-
bungan yang bermakna dengan keteraturad DAFTAR RUSUKAN
kepatuhan berobat penderita Tb paru di pus- 1. BALITBANGKES Departemen Kesehatan RI
kesmas (nilai p=0,0000)(p<0,05). Kunjungan dan BPS. SKRT-1995. Jakarta, 1997; In1 32-
rumah mempunyai hubungan yang bermakna 90.
dengan keteraturadkepatuhan berobat pende-
rita Tb paru di puskesmas(ni1ai p=0,009) 2. Abednego HM. Eliminasi TN dan Pening-
katan Pemberantasan Tb Pam. PPM-PLP,
(p<0,05). Mutu obat Tb mempunyai hubu- Depkes RI. Jakarta; 1997. B,08: ha1 8-10.
ngan yang bermakna dengan keteraturad
kepatuhan berobat penderita Tb paru di pus- 3. Basar N. Pengetahuan, sikap dan perilaku
kesmas (nilai p=0,0399) (p<0,05). Keterse- masyarakat pedesaan Sumedang terhadap
diaan sarana transportasi mempunyai hu- penfrakit tuberculosis paw Majalah Kesehatan
Bul. Penel. Kesehatan, Voi.30, No. 1,2002: 31 - 38

Masyarakat Indonesia 1989;22(9):590- 1. 12. Rasjid R et.al. Berbagai permasalahan da-


lam penyaht Tb paru. Pulmonologi
4. Dahlan S. Diagnosis dan Penatalaksanaan Klinik Bagian Pulmonologi FKUI;
Tuberkulosis, FK Unpad, Cermin Dunia Jakarta; 1992. p. 73-8.
Kedokteran 1997;97(115):8-12.
13. Senewe FP. Aplikasi-I dan 11, Epidemio-
5. Ditjen PPM-PLP Departemen Kesehatan logi. Dinkes Dati I1 Kab.Bogor; FETP-PS
RI. Pedoman Penyakit Tuberkulosis dan IKM Pascasarjana UI Depok; 199611997.
Penanggulangannya. Jakarta;1996. ha1 1- p. 1-34.
106.
6. Ditjen PPM-PLP Departemen Kesehatan 14. Soemantri ES. Masalah Respirolog~Masa
RI. PMO (Pengawas Menelan Obat) kini clan tantangannya, Cermin Dunia
adalah DOTS ala Indonesia. Jakarta; Kedokteran 1997;97(115): 41-4.
1997. ha1 1-4. 15. Sudijo. Pengobatan Tb paru dcngan
7. Hosmer DW, Lemeshow S. Applied strategi baru rejimen WHO, di Jatim.
Logistic Regression. Canada: A Wiley- Cermin Dunia Kedokteran 1995re
Interscience Publication;1989. p. 1-301. 97(115):13-6.
8. Lwanga, S.K. et.al. Sample Size Deter- 16. Sujudi. Pengarahan Menteri Kesehatan RI
mination In Health Studies. WHO: pada Kongres V1 PPTI; Jakarta;1996. p. 1-
Geneva;l991. p. 1-77. 5.
9. Manaf A. -Pemberantasan Tuberkulosis 17. Sullha U. Studi tentang perilaku kepatu-
pada Pelita VI. Cermin Dunia Kedokteran han datang kontrol penderita Tb pam
1995;97(115): 5-7. dengan pengobatan jangka pendek dan
faktor yang mempengaruhinya di RS
10. Mangunnegoro H. Pengobatan TBC Paru
Persahabatan. [Tesis]. Jakarta; 1991. p. 1-
secara rasional. Kumpulan Makalah Per-
100.
temuan Ilrniah ke 7 TB-Pam; Surakarta;
1985. 18. Suryatenggara B. Pengobatan Tuber
kulosis yang dianjurkan WHO. Jurnal
11. Rasjid R. Patofisiologi dan diagnostik Tb
Respiratori Indonesia 1996;16(1):18-21.
paru. Kumpulan Makalah Pertemuan
Ilmiah ke 7- TB-Pam; Surakarta; 1985.

You might also like