You are on page 1of 11

GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY

PROFIL LIPID DAN TERAPI OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI


RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PALU

LIPID PROFILE AND DRUG THERAPY ON DIABETIC MELLITUS TYPE II


PATIENT IN LOCAL HOSPITAL MADANI PALU

Sisnawati1, Alwiyah Mukaddas2, Ingrid Faustine3


1
Jurusan Farmasi Strata 1, Fakultas MIPA,UniversitasTadulako, Palu.
2
Bagian Farmasetika, Jurusan Farmasi,Fakultas MIPA,UniversitasTadulako, Palu.
3
Bagian Farmakognosi dan Fitokimia, Jurusan Farmasi,Fakultas MIPA,UniversitasTadulako,
Palu.

Received August, 2016/Accepted

ABSTRACT

Type 2 Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease with continuously increasing


prevalence from year to year. The metabolic syndrome in diabetic patients shows changes in
blood lipid profile, so that many uncontrolled type 2 DM patients experience complications
of cardiovascular disease. This study aims to determine the lipid profile as well as drug use
profile of patients with type 2 DM in Madani Regional Hospital, Palu, Central Sulawesi,
2014. This is a descriptive study which was done retrospectively of which samples were
taken by purposive sampling.
The data were taken from 61 patients diagnosed with type 2 DM comprising of 29 male
and 32 female in which the most cases occurred at the age of 41-60 years as many as 49.2%
and 61 years 42.6%. Their lipid profile with incidence of dyslipidemia is showed in the
number of total cholesterol 13.76% in males, 43.74% in females; LDL cholesterol 13.76% in
males, 34.36% in females; HDL cholesterol 48.24% in males, 87.47% in females; and
triglycerides 20.64% in males and 46.86% females.
Oral hypoglycemic drugs widely used in patients with type 2 DM in Madani Regional
Hospital are sulfonylurea and biguanide classes, nevertheless there are some patients given
insulin therapy. Early examination of dyslipidemia in patients with type 2 DM is neccessary
to be done to predict or even to avoid the risk of cardiovascular disease.

Keywords : Type 2 Diabetes Mellitus, Dyslipidemia, Cardiovascular, Lipid Profile,


Metabolic Syndrome.

*)Corresponding Author: hello.sisna@gmail.com (ph: +62-852-414-95693)

1
GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY

ABSTRAK

Diabetes Mellitus (DM) tipe II merupakan penyakit metabolik dengan prevalensi yang
terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Sindrom metabolik pada pasien DM
menunjukkan perubahan profil lipid darah, sehingga banyak pasien DM tipe II yang tidak
terkontrol mengalami komplikasi penyakit kardiovaskular. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui profil lipid dan profil penggunaan obat pada pasien DM tipe II di Rumah Sakit
Daerah Madani Palu, Sulawesi Tengah, Tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yang dikerjakan secara retrospektif dimana sampel diambil dengan teknik
purposive sampling.
Data diambil dari 61 pasien terdiagnosis DM tipe II yang terdiri dari 29 pasien laki-laki
dan 32 pasien perempuan dengan jumlah kasus DM paling banyak terjadi pada usia 41-60
Tahun 49,2% dan usia 61 Tahun sebanyak 42,6%. Profil lipid pada pasien DM tipe II
dengan kejadian dislipidemia ditunjukkan dalam jumlah kolesterol total sebesar 13,76% pada
laki-laki, 43,74% pada perempuan; LDL kolesterol 13,76% pada laki-laki, 34,36% pada
perempuan, HDL kolesterol 48,24% pada laki-laki, 87,47% pada perempuan, trigliserida
20,64% pada laki-laki dan 46,86% pada perempuan.
Obat hipoglikemik oral yang banyak digunakan pasien DM tipe II di RSD Madani
adalah golongan sulfonilurea dan biguanida, meskipun ada beberapa pasien diberikan terapi
insulin. Pemeriksaan dislipidemia sejak awal pada pasien diabetes mellitus tipe II perlu
dilakukan untuk memprediksi bahkan menghindari risiko penyakit kardiovaskular.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus tipe II, Dislipidemia, Kardiovaskular, Profil Lipid,
Sindrom Metabolik.

PENDAHULUAN diabetes yang terdiagnosis dokter atau


Diabetes Melitus (DM) Tipe II gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi
merupakan penyakit metabolik yang Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%),
prevalensinya meningkat setiap tahunnya. Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa
Indonesia dengan jumlah penduduk yang Tenggara Timur 3,3 persen (Riskesdas
melebihi dua ratus juta jiwa, telah menjadi 2013).
negara dengan jumlah penderita DM nomor DM merupakan kelompok penyakit
4 terbanyak di dunia (Hawkins, 2005). metabolik yang ditandai dengan
Estimasi terakhir International Diabetes hiperglikemia yang disebabkan oleh
Federation (IDF), terdapat 382 juta orang kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin,
yang hidup dengan diabetes di dunia pada atau keduanya. Hiperglikemia kronik
tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah berhubungan dengan kerusakan jangka
tersebut diperkirakan akan meningkat panjang, disfungsi, dan kegagalan beberapa
menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung,
382 juta orang tersebut, 175 juta dan pembuluh darah (ADA, 2014). DM tipe
diantaranya belum terdiagnosis, sehingga II merupakan penyakit progresif dengan
terancam berkembang progresif menjadi komplikasi akut maupun kronik. Tata
komplikasi tanpa disadari dan tanpa laksana terapi yang tepat pada pasien DM
pencegahan (Kemenkes RI, 2014). Di tipe 2 dapat menurunkan angka kematian
Indonesia DM terdiagnosis dokter atau dan jumlah penderita. Dalam pengelolaan
gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi DM tipe II, diperlukan juga usaha

2
GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY

mengkoreksi faktor-faktor risiko penyakit METODE PENELITIAN


kardiovaskuler yang sering menyertai DM
tipe II, seperti hipertensi, dislipidemia, Desain Penelitian
resistensi insulin dan lain-lain. Walaupun Jenis penelitian yang digunakan dalam
demikian pengendalian kadar glukosa darah penelitian ini merupakan penelitian
tetap menjadi fokus utama (Arifin, 2015). deskriptif yang dikerjakan secara
Sindrom metabolik merupakan hasil retrospektif dengan melihat data rekam
interaksi antara gangguan genetik dengan medik yang meliputi profil lipid dan obat
perubahan gaya hidup, yang akan muncul pasien Diabetes Melitus tipe II.
saat seorang dengan kecenderungan
genetik mendapatkan sindroma metabolik Waktu dan Tempat Penelitian
mengalami obesitas. Gangguan metabolik Penelitian ini berlangsung pada bulan
dan klinik yang ditemukan pada sindroma November 2015 sampai dengan Januari
metabolik memberikan risiko yang lebih 2016. Penelitian dilakukan dibagian rekam
besar terhadap penyakit kardiovaskular medik, Rumah Sakit Daerah Madani Palu.
ketimbang risiko penyakit jantung koroner
lainnya bila berdiri sendiri (Achmad, Sampel
2004). Hasil penelitian Josten dkk. Tahun Sampel pada penelitian ini adalah seluruh
2006 dalam Lipid Profile In Type 2 pasien Diabetes Melitus tipe II periode
Diabetes Mellitus Patients, menunjukkan tahun 2014 s/d 2015 yang memenuhi
bahwa terjadi peningkatan trigliserida, kriteria inklusi dan eksklusi. Dengan
peningkatan LDL (Low-density lipoprotein) Kriteria Inklusi yaitu terdiagnosa DM Tipe
dan penurunan HDL (High-density II dengan atau tanpa penyakit penyerta,
lipoprotein) mempunyai hubungan pasien yang memiliki data laboratorium
bermakna terhadap usia penderita dengan berupa : Kolesterol total, HDL, LDL dan
penderita terbanyak dikelompok usia > 59 Trigliserida. Kriteria Eksklusi berupa data
tahun, tersering peningkatan kadar LDL rekam medik yang tidak lengkap.
dan penurunan kadar HDL.
Penderita DM di kota Palu dari tahun Analisis Data
ke tahun juga menunjukkan peningkatan Data yang telah dikumpulkan akan
yang sangat tinggi. Data Dinas Kesehatan disajikan secara deskriptif dengan
Kota Palu menunjukkan jumlah penderita menjelaskan karakteristik demografi,
DM Tahun 2012 sebanyak 1.767 orang karakteristik Klinik dan karakteristik obat
meningkat hingga 3.434 orang di tahun yang digunakan sehingga menghasilkan
2014. Data Rumah Sakit Daerah Madani distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
Palu menunjukkan jumlah pasien DM pada variabel.
tahun 2013 sebanyak 457 orang meningkat
menjadi 473 orang di tahun 2014.
Berdasarkan data peningkatan jumlah HASIL PENELITIAN
penderita DM di Kota Palu setiap tahunnya
dan masih sedikitnya studi mengenai profil Tabel 1. Karakteristik demografis Pasien DM
lipid dan pengobatannya terhadap pasien tipe II di RSU Madani Palu
DM tipe II membuat penulis tertarik untuk Karakteristik Jumlah Persentase
Demografi Pasien (%)
melakukan penelitian ini.
Jenis Kelamin
Laki-laki 29 47,5
Perempuan 32 52,5

Umur (Tahun)
18 40 5 8,2
41 60 30 49,2
61 26 42,6

3
GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY

Tabel 2. Distribusi Diagnosis Pasien DM tipe II Tabel 4. Jumlah Pasien Diabetes Melitus Tipe
di RSU Madani Palu II Yang Mengalami Dislipidemia di RSD
Frekuen Persentase Madani Palu Tahun 2014.
Diagnosis
si (%) KT LDL HDL TG
Diagnosis X (n = (n = (n = (n=6
DM Tipe II tanpa penyakit 61) 61) 61) 1)
19 31,15
penyerta
1 N 14 13 7 15
DM Tipe II dengan
penyakit penyerta 42 68,85 Bulan D 6 7 13 5
1-3 N 7 6 1 5
Jenis Penyakit Penyerta Bulan D 2 3 8 4
DM Tipe II 19 31,15 3-6 N 5 6 2 5
DM Tipe II + Hipertensi 13 21,31 Bulan D 2 1 5 2
DM Tipe II + Dispepsia 11 18,03 6-12 N 5 7 2 4
DM Tipe II + 6 Bulan D 2 0 5 3
Gastroenteritis akut 9,84 1-2 N 7 9 3 6
DM Tipe II + CHF + PJK 5 8,20 Tahun D 3 1 7 4
DM Tipe II + 4
2-3 N 4 4 2 3
Hiperlipidemia 6,56
DM Tipe II + Infeksi 3 Tahun D 1 1 3 2
serebral 4,92 3-9 N 1 1 2 2
Tahun D 2 2 1 1
Ket : X;Rentang waktu terapi, N;Normal,
Tabel 3. Profil Kadar Glukosa Darah Pasien
D;Dislipidemia, n; jumlah pasien.
Diabetes Melitus Tipe II Di RSD Madani Palu.
GDS
L P
X
n n (32)
% %
(29)
0-1 T 3 10,34 5 15,62
Bulan TT 4 13,79 8 25
1-3 T 3 10,34 3 9,37
Bulan TT 1 3,44 2 6,25
3-6 T 1 3,44 2 6,25
Bulan TT 1 3,44 3 9,37
6-12 T 3 10,34 2 6,25
Bulan TT 1 3,44 1 3,12
1-2 T 5 17,24 1 3,12
Tahun TT 1 3,44 3 9,37
2-3 T 4 13,79 1 3,12
Tahun TT 0 0,00 0 0,00
3-9 T 0 0,00 1 3,12
Tahun TT 2 6,89 0 0,00
Ket : X; Rentang waktu terapi, T ; Terkontrol, TT ; Tidak
Terkontrol, L ; Laki-laki, P ; Perempuan

Tabel 5. Profil Lipid Pasien Diabetes Melitus Tipe II di RSD Madani Palu tahun 2014.
Kolesterol Total LDL HDL Trigliserida
X
(n=61) (n=61) (n=61) (n=61)
1 N 6 20,68 8 25 6 20,68 7 21,87 5 17,24 2 6,25 6 20,68 9 28,12
Bulan D 1 3,44 5 15,62 1 3,44 6 18,75 2 6,89 11 34,37 1 3,44 4 12,5
1-3 N 4 13,79 3 9,37 3 10,34 3 9,37 1 3,44 0 0,00 3 10,34 2 6,25
Bulan D 0 0,00 2 6,25 1 3,44 2 6,25 3 10,34 5 15,62 1 3,44 3 9,37
3-6 N 2 6,89 3 9,37 2 6,89 4 12,5 1 3,44 1 3,12 2 6,89 3 9,37
Bulan D 0 0,00 2 6,25 0 0,00 1 3,12 1 3,44 4 12,5 0 0,00 2 6,25
6-12 N 4 13,79 1 3,12 4 13,79 3 9,37 2 6,89 0 0,00 3 10,34 1 3,12
Bulan D 0 0,00 2 6,25 0 0,00 0 0,00 2 6,89 3 9,37 1 3,44 2 6,25
1-2 N 5 17,24 2 6,25 6 20,68 3 9,37 2 6,89 1 3,12 5 17,24 1 3,12
Tahun D 1 3,44 2 6,25 0 0,00 1 3,12 4 13,79 3 9,37 1 3,44 3 9,37
2-3 N 3 10,34 1 3,12 3 10,34 1 3,12 2 6,89 0 0,00 3 10,34 0 0,00
Tahun D 1 3,44 0 0,00 1 3,44 0 0,00 2 6,89 1 3,12 1 3,44 1 3,12
3-9 N 1 3,44 0 0,00 1 3,44 0 0,00 2 6,89 0 0,00 1 3,44 1 3,12
Tahun D 1 3,44 1 3,12 1 3,44 1 3,12 0 0,00 1 3,12 1 3,44 0 0,00
Ket : X;Rentang waktu terapi, N;Normal, D;Dislipidemia, n; jumlah pasien

4
GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY

Tabel 6. Profil Obat Pasien Diabetes Melitus Pasien diabetes melitus tipe II sebesar 8,2%
Tipe II Yang Mengalami Dislipidemia di RSD (5 orang) terjadi pada umur 18-40 tahun.
Madani Palu Tahun 2014 49,2% (30 orang) pada umur 41-60 tahun
Kelas Terapi Golongan Jenis Obat
Fre
k.
%
Rute
Pembe dan 42,6% (26 orang) pada umur 61
rian
Antidiabetik Sulfonilurea Glibenclamide 4 1,68 Oral
tahun. Peningkatan diabetes seiring dengan
Glimepirid 30 12,61 Oral umur, khususnya pada umur lebih dari 40
Glikuidon 2 0,84 Oral
Biguanida Metformin 28 11,76 Oral tahun, disebabkan karena pada umur
Insulin aspart Levemir 2 0,84 S.c
Novorapid 8 3,36 S.c tersebut mulai terjadi peningkatan
Novomix 1 0,42 S.c
Inhibitor Acarbose 1 0,42 Oral intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan
glukosidase
Antihipertensi Angiotensin Candesartan 9 3,78 Oral menyebabkan berkurangnya kemampuan
Reseptor Bloker
(ARB) II
Irbesartan
Valsartan
1
3
0,84
1,26
Oral
Oral
sel pankreas dalam memproduksi insulin
Kalsium
Antagonis
Amlodipine
Nifedipine
3
1
1,26
0,42
Oral
Oral
(Sunjaya, 2009).
ACE Inhibitor
bloker
Captopril
Bisoprolol
8
2
3,36
0,84
Oral
Oral
Tabel 2 menunjukkan penderita
Diuretik Furosemid 3 1,26 Oral diabetes melitus tanpa penyakit penyerta
Antiulkus Penghambat Lansoprazole 11 4,62 Oral
pompa proton Omeprazole 4 1,68 Oral 31,15% (19 orang) dan diabetes melitus
Antagonis Simetidin 1 0,42 Oral
reseptor H2 Ranitidine 8 3,36 Oral tipe II dengan berbagai macam penyakit
Sitoprotektif Sukralfat 4 1,68 Oral
Antasida Antasida 2 0,84 Oral penyerta sebanyak 68,85% (42 orang).
Antidiare
Antiemetik
Obstipansia
Antagonis
Loperamid
Domperidon
1
1
0,42
0,42
Oral
Oral
Penyakit penyerta yang paling banyak di
Hiperlipidemia
dopamine
Statin Simvastatin 15 6,30 Oral
temukan pada penderita diabetes melitus
Fibrat
Atorvastatin
Gemfibrozil
2
1
0,84
0,42
Oral
Oral
tipe II dalam penelitian ini adalah
Analgetik,
Antipiretik
Non Opioid Paracetamol 5 2,10 Oral hipertensi. Hipertensi lebih banyak 1,5
Analgesik,
Antiinflamasi
OAINS Asam
Mefenamat
2 0,84 Oral sampai 3 kali lipat ditemukan pada
Aspilet 4 1,68 Oral penderita diabetes mellitus dibanding
Natrium 2 0,84 Oral
Diklofenac dengan yang tanpa diabetes mellitus
Meloxicam 1 0,42 Oral
Antimigrain Ergotamine 2 0,84 Oral (Arifin, 2007).
Flunarizin 1 0,42 Oral
Antibiotik Penisilin Amoxicillin 2 0,84 Oral Pengendalian diabetes melitus yang
Cefalosporin Cefadroxil 3 1,26 Oral
Cefixime 2 0,84 Oral baik akan mencegah terjadinya komplikasi
Kuinolon
Metronidazole
Ciprofloxacin
1
2
0,42
0,84
Oral
Oral
pada diabetes. Diabetes melitus yang
Vitamin Multivitamin Kalsium
Aspartat
1 0,42 Oral dikatakan terkendali dengan baik, apabila
Vitamin
B1,B6,B12
22 9,24 Oral kadar glukosa darah dan kadar profil lipid
Mukolitik Ambroxol 4 1,68 Oral mencapai kadar yang diharapkan. Merawat
Antidepresan Trisiklik Amitriptiln 2 0,84 Oral
Antiansietas Benzodiazepin Alprazolam 2 0,84 Oral diabetes melitus dapat membantu untuk
Diazepam 1 0,42
Antikonvulsan Gabapentin 5 2,10 Oral menurunkan risiko penyakit jantung dan
Antihistamin Betahistin 3 1,26 Oral
Mesilat pembuluh darah. Jika memiliki penyakit
Mebhidrolin 2 0,84 Oral
Antiangina Vasodilator Isosorbid 3 1,26 Oral jantung dan pernah mengalami serangan
Dinitrat
Neurotropik Citicolin 2 0,84 Oral jantung atau stroke dengan langkah
Piracetam 3 1,26 Oral
Mecobalamin 3 1,26 Oral
menjaga sistem ABC (A1c, Blood pressure,
238 100
Cholestrol) dapat mencegah progresivitas
penyakit jantung atau stroke. Pemeriksaan
A1c dilakukan untuk menentukan perkiraan
PEMBAHASAN kadar glukosa darah rata-rata untuk 2-3
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bulan terakhir. Pemeriksaan tekanan darah
data yang di peroleh dari 61 pasien diabetes perlu dilakukan untuk mengetahui tekanan
melitus berjenis kelamin perempuan yaitu darah, dengan tekanan darah yang tinggi
sebanyak 32 orang (52,5%) sedangkan dapat membuat jantung bekerja lebih keras
pasien laki-laki 29 orang (47,5%). dari seharusnya. Pemeriksaan kadar
Berdasarkan data yang diperoleh dapat kolesterol untuk mengetahui jumlah lemak
dilihat prevalensi kejadian diabetes melitus dalam darah, seperti kolesterol HDL yang
tipe II di RSD Madani Palu hampir sama membantu melindungi jantung, kolesterol
jumlah pasien laki-laki dan perempuan. LDL dapat menyumbat arteri dan kadar

5
GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY

trigliserida yang tinggi dapat meningkatkan glukosa dari darah ke jaringan perifer
risiko untuk serangan jantung atau stroke akibat defisiensi insulin. Peninggian kadar
(ADA, 2015). asam lemak bebas dalam darah tidak hanya
Diabetes melitus tidak dapat sebagai akibat adanya resistensi insulin,
disembuhkan tetapi kadar gula darah dapat tetapi juga memperberat resistensi insulin
dikendalikan melalui diet, olah raga, dan yang ada. Kelainan yang terjadi tergantung
obat-obatan. Untuk dapat mencegah pada tipe diabetes dan kontrol diabetes
terjadinya komplikasi kronis, diperlukan pasien (Asdie&Kusumo, 1985).
pengendalian diabetes melitus yang baik Pada penelitian yang telah dilakukan
dan mempunyai sasaran dengan kriteria di RSD Madani Palu di peroleh data
nilai baik, di antaranya gula darah puasa pemeriksaan kadar kolesterol total adalah
80-<100 mg/dL, 2 jam sesudah makan 80- gabungan dari trigliserida, LDL (low
144 mg/dL, A1C <6,5%, kolesterol total < density lipoprotein) kolesterol, HDL (high
200 mg/dL, trigliserida <150 mg/dL, IMT density lipoprotein) kolesterol, VLDL (very
18,5-22,9 kg/m2 dan tekanan darah low density lipoprotein) kolesterol (Lee dan
<130/80 mmHg (Laurentia, 2009). Kulick, 2005). Kadar kolesterol total yang
Hasil penelitian yang diperoleh normal adalah 200mg/dl. Pemeriksaan
menunjukkan data pasien dengan kadar kolesterol total dibagi dalam beberapa
glukosa darah terkontrol dan tidak kelompok berdasarkan waktu pemeriksaan
terkontrol mengalami dislipidemia. profil lipid dan evaluasi setelah menerima
Penderita diabetes melitus laki-laki dengan terapi antidiabetik (sejak terdiagnosa
kadar glukosa terkontrol 19 orang (65,52%) pertama kali di RSD Madani Palu) yaitu 0-
dan mengalami dislipidemia 14 orang 1 bulan, 1-3 bulan, 3-6 bulan, 6-12 bulan,
(48,27%), yang tidak terkontrol 10 orang 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-9 tahun.
(34,48%) dan mengalami dislipidemia 4 Pada data pemeriksaan yang
orang (13,79%) dari 29 pasien. Pada dilakukan oleh pasien terjadi peningkatan
perempuan dengan kadar glukosa terkontrol kolesterol total. Kadar kolesterol total
15 orang (46,87%) semuanya mengalami pasien diabetes melitus tipe II dengan jenis
dislipidemia, yang tidak terkontrol 17 orang kelamin laki-laki yang mengalami
(53,13%) dan mengalami dislipidemia 16 dislipidemia adalah 4 orang (13,76%) dari
orang (50%), dari 32 pasien. Terdapat 1 29 pasien dan pada perempuan 14 orang
orang pasien dengan glukosa darah tidak (43,74) dari 32 pasien. Peningkatan
terkontrol tetapi tidak mengalami kolesterol total disebabkan oleh
dislipidemia. Dislipidemia yaitu kelainan meningkatnya kadar VLDL oleh hati.
metabolisme lemak berupa peningkatan Meningkatnya kolesterol total dapat
kadar LDL dan trigliserida serta penurunan menyebabkan pasien mengalami
HDL. Dislipidemia sering ditemui pada dislipidemia. Dislipidemia merupakan
resistensi insulin atau Diabetes mellitus tipe faktor penyebab sindrom metabolik.
II meskipun dengan gula darah terkontrol Bentuk dislipidemia pada sindrom
(Rohman, 2007). Pada pasien diabetes metabolik meliputi tingginya kadar
melitus tipe II perubahan metabolisme trigliserida dan LDL kolesterol serta
lemak terjadi akibat insulin yang menurun rendahnya HDL kolesterol. Dislipidemia
yaitu peningkatan lipolisis dan efektivitas pada sindrom metabolik menunjukkan
lipoprotein lipase yang menurun didalam perlunya perhatian terhadap bentuk lipid
darah, sehingga kadar lemak dalam darah sebagai faktor risiko terhadap penyakit
meningkat (Guyton, 2006). kardiovaskular.
Kelainan utama pada penderita Hasil penelitian yang diperoleh
diabetes melitus tipe II adalah peninggian menunjukkan bahwa kadar LDL kolesterol
glukosa produk hati yang pasien diabetes melitus tipe II dengan jenis
bertanggungjawab dalam gangguan influks kelamin laki-laki yang mengalami

6
GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY

dislipidemia adalah 4 orang (13,76%) dari dalam darah di simpan dalam bentuk
29 pasien dan pada perempuan 11 orang lemak, khususnya trigliserida. Sehingga
(34,36%) dari 32 pasien. Kelainan jika kendali glikemik buruk, akan
metabolisme pada pasien diabetes melitus menimbulkan peningkatan kadar glukosa
sendiri sering memberi dampak berupa dalam darah. Selanjutnya glukosa diubah
peninggian kadar lemak dalam darah. Pada menjadi trigliserida, sehingga terjadi
pasien diabetes dan obesitas terjadi peningkatan kadar trigliserida (Priyadi,
peningkatan kadar LDL (Adams, 2005). 2014).
kontrol glukosa darah yang baik akan Pada diabetes mellitus tipe II yang
mempengaruhi kadar kolesterol LDL yang tidak terkontrol, kadar trigliserida
normal, begitu juga sebaliknya. meningkat. Peningkatan ini disebabkan
Berkurangnya aktivitas kolesterol adalah oleh penurunan pengangkutan trigliserida
kompensasi dari penurunan aktivitas insulin ke dalam depot lemak. Aktivitas lipoprotein
(dalam bentuk resistensi insulin). Hal ini lipase juga berperan dalam penurunan
menyebabkan penurunan klirens LDL dan pengangkutan ini (Hanum, 2013).
dapat menyebabkan peningkatan Pada penelitian yang telah dilakukan
konsentrasi LDL (Hanum, 2013). diperoleh hasil kenaikan profil lipid yang
Hasil penelitian yang diperoleh banyak terjadi pada perempuan hal ini
menunjukkan bahwa kadar HDL kolesterol disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen
pasien diabetes melitus tipe II dengan jenis yang berhubungan erat dengan
kelamin laki-laki yang mengalami hiperkolesterolemia yaitu berupa
dislipidemia adalah 14 orang (48,24%) peningkatan LDL dan penurunan HDL
dari 29 pasien dan pada perempuan 27 karena hormon estrogen mempengaruhi
orang (87,47%) dari 32 pasien. metabolisme lipid (Jovanovic, 2004).
Menurunnya kadar HDL ini menyebabkan Tabel 2 menunjukkan diagnosa
pasien mengalami dislipidemia. Kadar penderita diabetes melitus tipe II dengan
HDL kolesterol pada penderita diabetes penyakit penyerta dan tanpa penyakit
melitus tipe II umumnya menurun, sebagai penyerta. Pada penelitian ini ditemukan
akibat penurunan aktivitas enzim penderita diabetes melitus tanpa penyakit
lipoprotein lipase yang menyebabkan penyerta 31,15%(19 orang) dan diabetes
penurunan sintesis dan peningkatan melitus tipe II dengan berbagai macam
pembersihan HDL. Kelainan tersebut penyakit penyerta sebanyak 68,85%(42
disebabkan pula oleh resistensi insulin. orang). Dalam pengelolaan diabetes melitus
Penurunan HDL kolesterol terlihat pada tipe II, diperlukan usaha mengoreksi faktor-
obesitas, diabetes melitus, faktor risiko penyakit kardiovaskular yang
hipertrigliseridemia, diet tinggi karbohidrat, sering menyertai diabetes melitus tipe II
lipoproteinemia, dan pemberian preparat seperti hipertensi, dislipidemia, resistensi
androgen (Adiwijono & Asdie, 1993). insulin, dan lain-lain (Arifin, 2015).
Pada pasien diabetes melitus dan Pada penelitian yang telah dilakukan
obesitas diperoleh data pasien diabetes melitus tipe
biasanya terjadi peningkatan kadar II dengan berbagai macam penyakit
trigliserida (Adams, 2005). Kadar penyerta seperti Hipertensi, Dispepsia,
trigliserida yang normal adalah 150 mg/dl. Gastroenteritis akut, Congestive heart
Hasil penelitian yang diperoleh failure (CHF), Penyakit jantung koroner
menunjukkan bahwa kadar trigliserida pada (PJK), Hiperlipidemia, dan Infeksi
pasien diabetes melitus tipe II dengan jenis Serebral.
kelamin laki-laki yang mengalami Dari beberapa jenis obat yang
dislipidemia adalah 6 orang (20,64%) dari digunakan, terapi antidiabetik oral yang
29 pasien dan pada perempuan 15 orang paling banyak diberikan adalah golongan
(46,86%) dari 32 pasien. Kelebihan glukosa sulfonilurea (glimepirid, glibenclamid,

7
GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY

glikuidon) 15,13%, biguanida (metformin) tercapai dengan terapi sulfonilurea saja.


11,76%, dan inhibitor glukosidase Dosis dimulai dengan dosis rendah
(acarbose) 0,42%. Terapi sulfonilurea kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai
banyak digunakan karena obat golongan ini dengan respon. Penggunaan kombinasi
mempunyai efek utama meningkatkan beberapa antidiabetik lebih dianjurkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan daripada meningkatkan dosis satu macam
merupakan pilihan utama untuk pasien antidiabetik yang dapat meningkatkan
dengan berat badan normal dan kurang, risiko toksisitas dan efek samping. Dua
namun masih boleh diberikan kepada atau lebih antidiabetik dengan mekanisme
pasien dengan berat badan lebih. Untuk aksi yang berbeda bila digunakan secara
menghindari hipoglikemia berkepanjangan bersamaan dapat memberikan manfaat yang
pada berbagai keadaan seperti orang tua, lebih baik dalam mengontrol kadar glukosa
gangguan faal ginjal dan hati, serta darah (Perkeni, 2006).
penyakit kardiovaskular tidak dianjurkan Penggunaan obat diabetes yang
penggunaan sulonilurea kerja panjang paling banyak adalah golongan
seperti klorpamid (Yoga, 2011). Golongan sulfonilurea, hasil yang baik dari
biguanida (metformin) mempunyai penggunaan sulfonilurea diperoleh pada
beberapa efek terapi antara lain penderita yang diabetesnya mulai timbul
menurunkan kadar glukosa darah melalui pada umur diatas 40 tahun (Ganiswarna,
penghambatan produksi glukosa hati dan 1995). Penggunaan terapi kombinasi antara
menurunkan resistensi insulin khususnya di sulfonilurea dan biguanida dilakukan untuk
hati dan otot, tidak meningkatkan kadar mendapatkan efek sinergis dari kedua obat
insulin plasma, menurunkan absorbsi untuk menurunkan glukosa darah dengan
glukosa di usus dan meningkatkan efek samping minimal, pemberian terapi
sensitivitas insulin melalui efek kombinasi dilakukan apabila pemberian
peningkatan ambilan glukosa di perifer terapi tunggal dengan dosis maksimal
(Ndraha, 2014). Sedangkan terapi golongan sudah tidak dapat mengendalikan kadar
inhibitor -glukosidase diberikan karena glukosa plasma. Ada beberapa pasien yang
obat golongan ini bekerja dengan menggunakan terapi insulin jenis aspart
mengurangi absorbsi glukosa di usus halus, (novorapid, novomix, levemir) yaitu
menghambat enzim-enzim pencernaan 4,62%. jenis insulin aspart yaitu insulin
yang mencerna karbohidrat, sehingga kerja cepat (rapid acting), (Dipiro et al,
memperlambat absorpsi glukosa ke dalam 2008). Penggunaan insulin sebagai
darah (Depkes, 2005). antidiabetik berbeda antar individu,
Golongan sulfonilurea mempunyai sehingga diperlukan penyesuaian dosis
mekanisme kerja yang sangat kompleks pada tiap pasien (Arifin, 2007).
sehingga berguna dalam penatalaksanaan Terapi antihipertensi yang digunakan
pasien diabetes melitus tipe II dimana pasien diabetes melitus tipe II pada
pankreasnya masih mampu memproduksi penelitian ini adalah golongan angiotensin
insulin. Penggunaan golongan sulfonilurea reseptor bloker II (candesartan, irbesartan,
dapat menyebabkan hipoglikemia, sehingga valsartan) 5,88%, kalsium antagonis
pengobatan dengan golongan ini di (amlodipine, nifedipine) 1,68%, ACE
anjurkan dengan dosis rendah. Antidiabetik inhibitor (captopril) 3,36%, bloker
golongan sulfonilurea dan biguanida (bisoprolol) 0,84%, dan diuretik
merupakan pilihan yang tepat untuk pasien (furosemid) 1,26%.%. Indikasi terapi
diabetes melitus tipe II dengan tingkat kombinasi oleh dua atau lebih obat
keparahan ringan dan menengah. Terapi antihipertensi adalah jika hipertensi tidak
kombinasi golongan sulfonilurea dan terkontrol dengan dosis optimal satu jenis
golongan biguanida dianjurkan bila sasaran obat. Pemilihan obat antihipertensi di
pengendalian kadar glukosa darah belum

8
GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY

pengaruhi oleh adanya penyakit lain atau menandakan terjadinya penurunan sekresi
faktor risiko (Davey, 2005). asam lambung (Anam, 2015).
Ada hubungan yang bermakna antara Hiperlipidemia lebih tepat disebut
tekanan darah dengan diabetes melitus. dislipidemia, yaitu kelainan metabolisme
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang lipid yang di tandai dengan peningkatan
yang terkena hipertensi berisiko lebih besar maupun penurunan fraksi lipid dalam
untuk menderita diabetes, dengan odds 6,85 plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama
kali lebih besar dibanding orang yang tidak adalah kenaikan kadar kolesterol total,
hipertensi (Trisnawati, 2013). kolesterol LDL, trigliserida serta penurunan
Beberapa literatur mengaitkan kadar HDL (Anwar, 2004). Dislipidemia
hipertensi dengan resistensi insulin. merupakan faktor terjadinya sindrom
Pengaruh hipertensi terhadap kejadian metabolik. Pada sindrom metabolik,
diabetes melitus disebabkan oleh penebalan timbunan lemak viseral dan resistensi
pembuluh darah arteri yang menyebabkan insulin merupakan faktor penyebab dari
diameter pembuluh darah menjadi kenaikan tekanan darah dan dislipidemia
menyempit. Hal ini akan menyebabkan (Rohman, 2007).
proses pengangkutan glukosa dari dalam Terapi antihiperlipidemia yang
darah menjadi terganggu (Zieve, 2012). digunakan pasien diabetes melitus tipe II
Penggunaan obat antihipertensi yang pada penelitian ini adalah golongan statin
paling banyak digunakan adalah obat (simvastatin, atorvastatin) 7,14%, fibrat
golongan Angiotensin Reseptor Bloker (gemfibrozil) 0,42%. Golongan statin
(ARB) II pemilihan obat ini dikarenakan menghambat sintesis kolesterol pada fase
ARB relatif lebih aman dan meminimalisir awal dengan menghambat
efek samping selain itu penggunaan ARB hidroksimetilglutaril koenzim (HMG KoA)
seperti Candesartan juga di indikasikan reduktase dan dapat meningkatkan sintesis
untuk pasien dengan gagal jantung LDL sehingga mengurangi kadar kolesterol
kongestif (Brookes, 2003). dalam darah. Efek statin untuk menurunkan
Terapi antiulkus yang digunakan LDL mencapai 18-55% dan trigliserida 7-
pasien diabetes melitus tipe II pada 30%, tergantung dari jenis statin yang
penelitian ini adalah golongan inhibitor digunakan (Rohman, 2007).
pompa proton (lansoprazole, omeprazole) Berdasarkan data profil penggunaan
6,3%, antagonis reseptor H2 (simetidin, obat diketahui bahwa terdapat satu pasien
ranitidin) 3,78%, pelindung mukosa yang menggunakan gemfibrozil (golongan
(antasida, sukralfat) 2,52%. Golongan fibrat) sehubungan dengan penggunaan
inhibitor pompa proton merupakan terapi yang diperuntukkan pada pasien dengan
utama pada pasien dengan gejala-gajala kadar trigliserida lebih dari 200mg/dL.
tidak normal, gejala komplikasi dan Golongan fibrat mempengaruhi produksi
penyakit. Antagonis reseptor H2 yaitu dan pembuangan VLDL yang dapat
dapat menyembuhkan tukak lambung dan menurunkan kadar trigliserida dan
duodenum dengan cara mengurangi sekresi meningkatkan kadar HDL kolesrterol,
asam lambung sebagai akibat hambatan sehingga ideal untuk pengobatan
resepteor H2 (Sukandar,dkk. 2008). dislipidemia pada penderita diabetes
Terjadinya dispepsia pada penderita melitus tipe II (Adiwijono&Asdie, 1993).
diabetes melitus karena pasien mengalami Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gastroparesis dimana lambung memiliki profil lipid yang paling banyak terjadi yaitu
kesulitan untuk mengosongkan dirinya dan penurunan HDL kolesterol, peningkatan
berdasarkan studi sebelumnya ditemukan nilai LDL kolesterol dan Trigliserida.
bahwa Ph lambung pasien Dispepsia Fungsi HDL kolesterol adalah mengangkut
dengan diabetes melitus adalah 2,30 yang kembali kelebihan kolesterol yang terdapat
di jaringan untuk dibawa ke hati dan diubah

9
GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY

kembali menjadi VLDL. Sehingga, Terapi. Fakultas Kedokteran


penurunan nilai HDL ini dapat Universitas Gadjah Mada.
menyebabkan dislipidemia, yang dapat Yogyakarta.
meningkatkan risiko terjadinya PJK American Diabetes Association. 2014.
(Penyakit Jantung Koroner). Diagnosis And Classification Of
Pada penelitian ini terdapat pasien Diabetes Mellitus. Diabetes Care Vol.
yang menggunakan terapi antiplatelet 37. U.S.A.
(aspilet) 1,68%. Golongan antiplatelet American Diabetes Association. 2015.
menghambat pembentukan tromboksan A2 Healthy ABCs. Online article
pada mekanisme inflamasi siklooksigenase available at :
sebagai agen pemicu agregasi platelet atau http://www.diabetes.org/living-with-
pembekuan darah (Mayes, 2003). diabetes/complications/heart-
Penggunaan antiplatelet ini dalam rangka disease/healthy-abcs.html? [diakses
mencegah perkembangan atau perburukan 18 Mei 2016].
penyakit pasien kearah penyumbatan Arifin, Ibrahim. 2007. Evaluasi
pembuluh darah (stroke). Kerasionalan Pengobatan Diabetes
Mellitus Tipe 2 pada Pasien Rawat
Inap di Rumah Sakit Bakti Wira
UCAPAN TERIMA KASIH Tamtama Semarang Tahun 2006.
Fakultas Farmasi Univ. Wahid
Terima kasih saya ucapkan kepada Hasyim. Semarang.
Alwiyah Mukaddas, S.Si., S.Farm., Apt. Arifin, Agusta L. 2015. Panduan Terapi
dan Ingrid Faustine, S.Farm., M.Sc., Apt., Diabetes Mellitus Tipe 2 Terkini.
yang telah banyak memberikan bimbingan Bandung : Sub Bagian Endokrinologi
dan saran selama penulisan karya ilmiah & Metabolisme Bagian/UPF Ilmu
ini. Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
UNPAD/RSUP dr. Hasan Sadikin.
Brookes, Linda. 2003. CHARM :
DAFTAR PUSTAKA Candesartan in Heart Failure-
Assessment of Reduction in Mortality
Achmad, Tri Hanggono. 2004. Metabolic dan Morbidity. Online article :
Syndrome and Diabetic Vascular www.medscape.com/viewarticle/460
Disease. Bagian Biokimia Fakultas 846 diakses 18 Juli 2016.
Kedokteran Universitas Padjajaran. Davey, Patrick. 2005. At a Glance
Bandung. Medicine. Erlangga Medical Series.
Adams, L. B. 2005. Hyperlipidemia. Online Jakarta.
article available at : Dipiro et. Al. 2008. Pharmacotherapy a
www.epi.umn.edu/let/pubs/img/adol_ Pathophysiologic Approach 7 edition.
ch10.pdf . [diakses 18 April 2016]. McGraw-Hill. New York.
Asdie dan Kusumo, S,D. 1985. Ganiswarna G. Sulistia. 1995. Farmakologi
Pengelolaan Hiperlipidemia Pada dan Terapi. Bagian Farmakologi
Diabetes Melitus, dalam Askandar T. Fakultas Kedokteran Universitas
Buku Naskah Lengkap Simposium Indonesia. Jakarta.
Nasional Era Baru Pengobatan Guyton Arthur. C, Hall Jhon,E. Textbook of
Hiperlipidemia. Surabaya, 26 Medical Physiology 11th Edition.
Oktober 1985. Airlangga University Philadepia. Elsivier Saunders. 2006
Press. Hawkins M, Rossetti L. (2005). Insulin
Adiwijono dan Ahmad H. Asdie. 1993. Resistance and Its Role in the
Dislipidemia pada Diabetes Melitus Pathogenesis of Type 2 Diabetes. In :
Tipe II Patofisiologi dan Pendekatan Kahn CR, King GL, Moses AC, Weir

10
GALENIKA JOURNAL OF PHARMACY

GC, Jacobson AM, Smith RJ (Eds) Zieve, David. 2012. Hypertension


Joslins Diabetes Mellitus. overview. Available at :
Philadelphia : Lippincott Williams & https://www.nlm.nih.gov/medlineplus
Wilkin. /ency/anatomyvideos/000072.htm
Hanum, NN. 2013. Hubungan Glukosa diakses 14 Juni 2016.
Darah Puasa Dengan Profil Lipid
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
di RSUD Kota Cilegon Periode
Januari-April 2013. UIN, Jakarta.
Josten S, Mutmainnah, Hardjoeno. (2006).
Lipid Profile In Type 2 Diabetic
Mellitus Patients. Makassar : Bagian
Patologi Klinik FK-UNHAS-BLU
RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Jovanovic, Lois MD. 2004. Advances in
Diabetes for the Millennium :
Diabetes in Women. Sunsum
Research Fondation, California.
Kementrian Kesehatan. 2014. Situasi dan
Analisis Diabetes. Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Mayes,PA. 2003. Biosintesis Asam Lemak.
In:MurrayRK. Granners DK. Rodwell
VW. Biokimia. Jakarta.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,
2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2
di Indonesia 2006. PB Perkeni.
Jakarta.
Priyadi, Rheza. 2014. Hubungan Antara
Kendali Glikemik dengan Profil Lipid
pada Penderita Diabetes Mellitus
Tipe 2. Fakultas Kedokteran Univ.
Udayana. Denpasar.
Rohman, MS. 2007. Patogenesis dan
Terapi Sindroma Metabolik. Jurnal
Kardiologi Indonesia FKUI. Jakarta.
Sukandar E,Y,dkk. 2008. ISO
Farmakoterapi. ISFI. Jakarta.
Sunjaya, I Nyoman. 2009. Pola Konsumsi
Makanan Tradisional Bali Sebagai
Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe
2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada
Vol. 6 No. 1
Trisnawati, Shara Kurnia. 2013. Faktor
Risiko Kejadian Diabetes Mellitus
Tipe II Di Puskesmas Kecamatan
Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012. STIKes MH. Thamrin. Jakarta.

11

You might also like