You are on page 1of 15

Laporan Praktikum 1

Agroklimatologi

PENGENALAN ALAT STASIUN KLIMATOLOGI

Oleh :
NAMA : YUSTIKA ANGGRAENI BURHAN
NIM : G11116056
KELAS : AGROKLIMATOLOGI F
KELOMPOK :1
ASISTEN : MUHAMMAD RISAL
ANDI YUDHISTIRA MAPPASAWE

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Klimatologi adalah ilmu yang membahas dan menerangkan tentang iklim.


Bagaimana iklim itu dapat berbeda pada suatu tempat dengan tempat lainnya. Hal
yang sangat erat hubungannya dengan ilmu ini adalah ilmu cuaca, dimana cuaca dan
iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam sehingga kehidupan manusia,
hewan, dan tumbuhan-tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfer dengan segala
prosesnya ( Kartasapoetra, 2016 ) .
Untuk memahami sifat iklim, dimana iklim dinyatakan sebagai rata-rata
keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, diperlukan kegiatan penelitian
lebih banyak lebih dari sekedar kumpulan data statistic yang mungkin diliputi oleh
perkataan rata-rata di atas. Data statistik memang penting, tetapi hanya merupakan
bahan mentah dengan pengertian harus mendapatkan pengolahan lebih lanjut agar
benar-benar dapat mendekati pengertian yang sebenarnya ( Kartasapoetra, 2016 ) .
Ilmu yang mempelajari hubungan antara iklim dengan dunia pertanian adalah
agroklimatologi. Agroklimatologi pertanian merupakan suatu cabang ilmu
pengetahuan tentang hubungan antara keadaan cuaca dan masalah-masalah khusus
kegiatan pertanian. Setiap usaha dalam bidang pertanian pada dasarnya bertujuan
untuk mendapatkan produktivitas yang setinggi tingginya dengan kualitas yang
sebaik baiknya. Untuk itu maka persyaratan tumbuh tanaman sedapat mungkin
dapat terpenuhi agar proses pertumbuhan dan perkembangannya berlangsung optimal.
Dalam setiap fase perkembangan tanaman memerlukan syarat cuaca dan iklim yang
berbeda menurut jenis tanaman dan wilayah tempat tumbuhnya (Setiawan, 2003).
Selain itu dalam hubungan yang luas, agroklimatologi pertanian mencakup aspek
yang sangat penting seperti, lama musim pertanian, hubungan antara laju
pertumbuhan tanaman atau hasil panen dengan faktor atau unsur unsur cuaca dari
pengamatan jangka panjang. Prakiraan permulaan musim hujan mempunyai arti
penting dalam menentukan saat tanam di suatu wilayah. Jadi, bidang pertanian ini
memanfaatkan informasi tentang cuaca dan iklim mulai dari perencanaan sampai
dengan pelaksanaannya (Setiawan, 2003).
Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan pengamatan
secaraterus menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan (atmosfer) serta
pengamatan tentangkeadaan biologi dari tanaman dan objek pertanian lannya. Dalam
persetujuan internasional,suatu stasiun meteorologi paling sedikit mengamati keadaan
iklim selama 10 tahun berturut-turut hingga akan mendapatkan gambaran umum
tentang rerata keadaan iklimnya, batas batas ekstrim dan juga pola siklusnya.
Koordinasi secara luas mengenai pengumpulan dan pengelolaan data
meteorologidilakukan oleh World Meteorology Organization(WMO) yang
berkedudukan di Geneva. Sedangkan untuk Indonesia koordinasi dilakukan oleh
Badan Meteorologi, Klimatologi danGeofisika (BMKG) dibawah Dinas Perhubungan
(Dishub) yang berkedudukan di Jakarta.
Stasiun klimatologi harus memenuhi standar seperti misalnya harus dibangun
diareal lahan yang jauh dari bangunan fisik, hal ini untuk melakukan pengamatan
cuaca dan iklim tidak boleh terhalang oleh bangunan, karena akan berpengaruh dalam
mengamati unsur-unsur iklim. Pada stasiun, peralatan yang digunakan dalam
pengamatan cuaca sangat banyak jumlah dan jenisnya. Peralatan peralatan tersebut
terdiri atas alat pengukur curah hujan, pengukur kelembaban udara, pengukur suhu
udara, pengukur suhu tanah, pengukur hujan, pengukur panjang penyinaran matahari,
pengukur kecepatan angin, dan pengukur evaporasi.
Berdasarkan uraian di atas, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kondisi
cuaca setempat terkhusus digunakan dalam bidang pertanian agar dapat menetukan
jenis tanmaan yang dapat baik untuk ditanam pada waktu tertentu, dalam menentukan
cuaca diperlukan pengamatan menggunakan alat-alat klimatologi, sehingga kita
terlebih dahulu harus paham mengenai alat alat yang digunakan dalam menetukan
cuaca.

1.2. Tujuan
Adapun Tujuan dari Pengenalan alat Stasiun Klimatologi yaitu :
1. Untuk alat-alat klimatologi.
2. Untuk mengetahui hubungan Klimatologi dengan pertanian.
3. Untuk mengetahui prinsip kerja dan cara penggunaan alat-alat klimatologi di
stasiun klimatologi.
1.3. Kegunaan

1. Untuk memahami hubungan alat-alat agroklimatologi denga pertanian.


2. Untuk mengetahui berbagai permasalahn di dalam stasiun klimatologi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata cuaca yang terjadi
pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang panjang. Cuaca merupakan keadaan
fisik atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu dalam jangka pendek. Pengukuran
dan pencatatan unsur iklim dan cuaca yang penting diamati oleh sebuah stasiun
Klimatologi dan Meteorologi antara lain curah hujan yang terkait dengan jumlah dan
intensitas hujan, evaporasi dari permukaan tanah dan tanaman, radiasi sinar matahari
yaitu lama penyinaran dan intensitas penyinaran, kelembapan dan suhu baik pada
udara maupun tanah dan tentang angin yaitu kecepatan serta arah angin. Karena
pentingnya faktor iklim maka perlu dilakukan pengamatan iklim dengan
benar,akurat,kontinyu dan terorganisir (Yogi, 2014).
Matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi. Jumlah
bahan bakar fosil yang semakin menipis meningkatkan pemanfaatan energi matahari
oleh manusia. Dengan demikian, perubahan aktifitas matahari akan mempengaruhi
kehidupan di bumi. Perubahan aktifitas matahari jangka panjang memegang peranan
penting dalam perubahan iklim global. Ketika aktifitas matahari meningkat, maka
jumlah energi yang dipancarkan ke bumi akan semakin besar. Hal ini ditunjukkan
dengan besarnya radiasi matahari yang sampai ke bumi (Winasis, 2011).
Perubahan iklim dapat diartikan sebagai perbedaan yang nyata secara statistik
pada nilai rata-rata iklim maupun variabilitas yang terjadi secara luas pada periode
waktu tertentu (Muin, 2014).
Taman tempat peralatan yang dipakai untuk mengukur unsur cuaca/iklim secara
kontinyu disebut Stasiun Klimatologi. Taman ini merupakan lahan datar yang
ditumbuhi rumput yang luasnya di atur sesuai banyak dan macam alat yang
digunakan di stasiun tersebut (Muin, 2014).

2.1.1. Pengertian klimatologi


Menurut Bayong (2004), Klimatologi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
klimatologi fisis, klimatologi kedaerahan (regional). Klimatologi fisis mempelajari
sebab terjadinya ragam pertukaran panas, pertukaran air dan gerakan udara terhadap
waktu dan tempat, sehingga di muka bumi ini terdapat iklim yang berbeda.
Klimatologi kedaerahan bertujuan memberikan gambaran (deskripsi) iklim dunia
yang meliputi sifat dan jenis iklim, sedangkan klimatologi terapan mencari hubungan
klimatologi dengan ilmu lain, misalnya: agroklimatologi: penerapan klimatologi
dalam bidang pertanian.
Menurut Handoko (1993), klimatologi dapat dibagi dalam beberapa cabang
keilmuan iklim berdasarkan: 1. Metode pendekatan keilmuan 2. Ruang lingkupnya di
atmosfer 3. Pemanfaatannya Berdasarkan pendekatan keilmuannya terdapat 4 cabang
klimatologi antara lain: Klimatografi, pembahasan secara deskriptif (apa adanya)
berdasarkan data, peta dan gambar. Pembahasan tak disertai analisis fisika dan
matematika yang mendalam.
Menurut Tjasjono (1999), Klimatologi seperti halnya meteorologi,
yaitu ilmu tentang atmosfer. Perbedaanya terletak pada fokus
kajiannya. Meteorologi lebih menitikberatkan pada proses atmosfer,
sedangkan klimatologi lebih memusatkan pada hasil proses
atmosfer
Menurut Gibbs (1978), menyatakan bahwa iklim ialah salah
satu peluang statistik dalam berbagai keadaan atmosfer, antara lain
yaitu suhu, tekanan, agin, kelembaban, yang terjadi pada sebuah
daerah selama dalam jangka wkatu yang panjang.

2.1.2. Hubungan pertanian dengan klimatologi


Klimatologi pertanian adalah klimatologi dalam pengaruhnya kepada produksi
tanaman, termasuk utamanya tentang musim tumbuh, hubungan antara laju
pertumbuhan dan hasil panen kepada berbagai faktor iklim, batasan-batasan iklim
untuk pertanaman, irigasi, dan pengaruh iklim kepada perkembangan dan penyebaran
penyakit tanaman (Wirjohamidjojo, 2007)
Perubahan iklim selain berdampak negative terhadap penyediaan produk
pertanian juga berdampak negative pula pada stabilitas system produksi pertanian dan
akses penduduk terhadap produk produk pertanian. Pada penyediaan, turunnya
produktivitas dan meningkatnya risiko gagal panen menyebabkan kuantitas dan
kualitas ketersediaan produk pertanian menjadi lebih rawan. Kinerja stabilitas juga
menurun karena perubahan iklim juga tidak kondusif untuk mendukung kinerja
rantai pasokan karena kelancaran transportasi, komunikasi, pemrosesan, dan
penyimpanan terganggu (Hermaningsih 2014).
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor paling rentan terhadap risiko
dan dampak perubahan iklim global. Di sisi lain sektor pertanian merupakan sumber
utama mata pencaharian bagi sebagian besar masyarakat pedesaan di Kabupaten
Jember. Perubahan iklim dapat dianggap sebagai faktor alam yang tidak terlihat yang
mampu menciptakan risiko tinggi bagi sektor pertanian. Perubahan iklim global
dirasakan telah melewati batas adaptasi sebagian besar petani Kabupaten Jember.
Dengan demikian menjadi penting untuk mengembangkan dan menerapkan
langkahlangkah adaptasi yang efektif sehingga dapat menekan risiko-risiko yang
terkait dengan perubahan iklim global (Hermaningsih 2014).
Secara historis, setiap individu atau komunitas petani selalu dihadapkan pada
kondisi untuk beradaptasi dengan lingkungannya; baik lingkungan fisik maupun
sosial ekonomi. Oleh karena itu, esensi dari kebijakan dan program adaptasi tersebut
harus diorientasikan untuk memperlancar proses peningkatan kapasitas adaptasi
mereka. Oleh karena aktor utama adaptasi terhadap perubahan iklim pada sektor
pertanian adalah petani maka bentukbentuk adaptasi yang secara mandiri telah
dikembangkan oleh petani atau komunitas petani (autonomous adaptation)
merupakan modal dasar yang penting. Implikasinya, peningkatan kapasitas adapatasi
melalui adaptasi terencana (planned adaptation) yang pengembangannya dilakukan
oleh pemerintah seyogyanya bertumpu atau setidaknya sinergis dengan autonomus
adaptation yang telah mentradisi dalam komunitas petani (Hermaningsih 2014).
Kondisi inilah yang menyebabkan menurunnya produktivitas dan produksi
berbagai komoditas pertanian di Indonesia termasuk tembakau. Komoditas tembakau
dikenal memiliki kepekaan tinggi terhadap hujan baik pada saat tanam maupun
hampir panen. Tanaman tembakau bisa rusak dan kualitas daun bisa menurun drastis
hanya karena hujan turun tidak pada waktunya, oleh karena itu cuaca yang ekstrem
dan tidak bersahabat sudah barang tentu dapat menyebabkan kerusakan tanaman dan
turunnya produktivitas tanaman ini. Dalam hal ini informasi tentang cuaca terutama
terkait dengan awal musim hujan dan kemarau menjadi sesuatu yang sangat penting
bagi petani tembakau, agar kerusakan tanaman dapat dicegah (Hermaningsih 2014).
Pengetahuan, pemahaman dan tindakan adaptif dapat menghindari petani dari
kerugian akibat gagal panen. Petani yang memiliki pengetahuan, dan pemahaman
mengenai perubahan iklim akan bertindak reaktif dan melakukan antisipasi terhadap
dampak yang terjadi akibat dari perubahan iklim. Adaptasi terhadap perubahan iklim
dapat direncanakan atau dilakukan dengan spontan. Petani melakukan adaptasi
terhadap perubahan iklim dengan strategi menggeser masa tanam, mengubah variasi
tanaman, mengubah pola tanam, mengubah tempat dan lokasi tanam, hal ini
berdasarkan pengalaman mereka atas perubahan iklim yang berlangsung secara
bertahap (Hermaningsih 2014).
2.2. Agroklimatologi
Agroklimatologi berasal dari kata agro dan klimatologi. Agro merupakan
tanaman, sedangkan klimatologi adalah ikim. Jadi, agroklimatologi adalah ilmu yang
membahas berbagai macam iklim yang berhubungan dengan permasalahan perrtanian
( Anonim, 2014).
Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan antara
unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Yang dipelajari
diagroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan di dalam
kehidupan tanman. Kita akan mempelajari bagaimana agar fotosintesis bisa tinggi,
respirasi optimal, transpirasi normal, sehingga hasil bisa tinggi. Arah dari ilmu ini
adalah bagaimana fotosistesis bisa lebih tinggi dari respirasi yang dipengaruhi unsur
udara dan air ( Anonim, 2014 )
Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan antara
unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman. Kita akan mempelajari
bagaimana agar fotosintesis bisa tinggi, respirasi optimal, transpirasi normal,
sehingga hasil bisa tinggi. Arah dari ilmu ini adalah bagaimana fotosintesis bisa lebih
tinggi dari respirasi yang dipengaruhi unsur udara dan air. Kisaran agroklimatologi
seperti Radiasi, Suhu, Kelembaban, Udara, Angin, Awan, Hujan dan Gas. ( Anonim,
2014 ).
Agroklimatologi (agro: tanaman, klimatologi: ilmu iklim) ilmu yang
membahas berbagai aspek iklim yang berhubungan dengan permasalahan pertanian.
Iklim yaitu karakter, sintesis atau nilai statistik cuaca jangka panjang di suatu tempat
atau wilayah misalnya iklim: tropik, subtropik, basah, kering. Cuaca kondisi atmosfer
sesaat (jangka pendek) beserta perubahan yang terjadi. Iklim dibagi menjadi iklim
makro dan iklim mikro. Iklim mikro kondisi cuaca dalam lingkungan atmosfer
terbatas sebatas lingkungan tanaman atau di sekitar permukaan tanah. Meteorologi
ilmu yang memperlajari proses fisik bagaimana cuaca terbentuk permukaan tanah
( Anonim , 2014 ).

2.3. Stasiun
Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan
pengamatan secara terus menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan
(atmosfer) serta pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek
pertanian lainnya. Dalam persetujuan internasional, suatu stasiun meteorologi paling
sedikit mengamati keadaan iklim selama 10 tahun berturut turut hingga akan
mendapatkan gambaran umum tentang rerata keadaan iklimnya, batas batas ekstrim
dan juga pola siklusnya (Mabes, 2014).
Peralatan yang digunakan dalam pengamatan cuaca sangat banyak jumlah dan
jenisnya. Peralatan peralatan tersebut terdiri atas alat pengukur curah hujan,
pengukur kelembaban udara, pengukur suhu udara, pengukur suhu tanah, pengukur
hujan, pengukur panjang penyinaran matahari, pengukur kecepatan angin, dan
pengukur evaporasi (Mabes, 2014).
Seringnya terjadi kesalahan dalam pendataan hasil klimatologi, menjadikan
pentingnya pengetahuan tentang klimatologi dalam hal ini di bidang pertanian. Oleh
sebab itu di adakannya praktikum agroklimatologi ini. Stasiun
Klimatologi/Meteorologi merupakan taman tempat yang mengukur unsur-unsur
iklim/cuaca secara kontinyu. Ia merupakan lapangan datar berumput dengan luas
sesuai dengan banyak dan macam alat yang ada di dalamnya (Mabes, 2014).

2.3.1. Pengertian Stasiun


Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan
pengamatan secara terus menerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan
(atmosfer) serta pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek
pertanian lainnya. Dalam persetujuan internasional, suatu stasiun meteorologi paling
sedikit mengamati keadaan iklim selama 10 tahun berturut turut hingga akan
mendapatkan gambaran umum tentang rerata keadaan iklimnya, batas batas ekstrim
dan juga pola siklusnya.
Peralatan yang digunakan dalam pengamatan cuaca sangat banyak jumlah dan
jenisnya. Peralatan peralatan tersebut terdiri atas alat pengukur curah hujan,
pengukur kelembaban udara, pengukur suhu udara, pengukur suhu tanah, pengukur
hujan, pengukur panjang penyinaran matahari, pengukur kecepatan angin, dan
pengukur evaporasi.
Seringnya terjadi kesalahan dalam pendataan hasil klimatologi, menjadikan
pentingnya pengetahuan tentang klimatologi dalam hal ini di bidang pertanian. Oleh
sebab itu di adakannya praktikum agroklimatologi ini. Stasiun
Klimatologi/Meteorologi merupakan taman tempat yang mengukur unsur-unsur
iklim/cuaca secara kontinyu. Ia merupakan lapangan datar berumput dengan luas
sesuai dengan banyak dan macam alat yang ada di dalamnya.

2.3.2. Pembagian Stasiun

2.3.3. Syarat Penempatan Stasiun


Penempatan stasiun klimatologi harus ada pada setiap titik jaringan pengamatan
internasional secara mantap, minimal dalam jangka waktu 10 tahun tidak boleh
dipindahkan (BMKG, 2008).
Oleh karena itu dalam penentuan lokasinya harus tepat, yaitu lokasi yang
mewakili lingkungan alam yang tidak mudah berubah, sehingga data yang diperoleh
dapat terjamin (BMKG, 2008).
Tingkat ketelitian tergantung pada tujuan pengukuran data, segi teknik, dan
seberapa jauh kemungkinan pelaksanaan pengumpulan data dapat dicapai (BMKG,
2008).
Kebutuhan pokok yang harus dipenuhi agar dapat menghasilkan data yang
benar ialah :
1. Letak stasiun harus mewakili hubungan alamiah dari: iklim, tanah, air, tanaman di
daerah luas sehingga data yang diperoleh dapat memenuhi sasaran.
2. Masing-masing alat menghasilkan data yang benar, tidak rusak dan mudah dirawat.
2. Pembacaan skala dan perekaman data mudah dilaksanakan.
3. Tersedia cukup tenaga pengamat, terlatih baik dan bertempat tinggal di dekat
stasiun untuk menjamin pengawasan terhadap stasiun dan kelancaran pengamatan.

2.3.4. Kesalahan Penempatan Alat Stasiun

2.3.5. Fungsi Alat Stasiun Bagi Pertanian

Curah hujan sebagai yang tercurah dari langit dan diukur oleh penakar hujan
dengan luasan diameter tertentu merupakan kondisi air yang tercurah dalam suatu
luasan tertentu. untuk perhitungan kasar volume air yang jatuh dari langit dapar
dihitung dengan mempertimbangkan luasan suatu daerah tertentu dikalikan dengan
tinggi curah hujan yang terukur yang akan menghasilkan satuan volume air. Karena
wilayah Indoneisa merupakan daerah tropis denfgan intensitas hujan berbeda dari
satu tempat ke tempat lain meskipun jaraknya sangat dekat, maka perhitungan
besarnya intensitas hujan ditentukan oleh banyaknya penakar hujan (Arifin, 2010).
Secara luas angin akan mempengaruhi unsur cuaca seperti suhu yang optimum
dimana tanaman tumbuh dan berproduksi dengan sebaik-baiknya, kelembaban udara
yang berpengaruh terhadap penguapan permukaan tanah dan penguapan permukaan
daun, maupun pergerakan awan, Membawa uap air sehingga udara panas menjadi
sejuk dan Membawa gas-gas yang sangat dibutuhkan oleh pertumbuhan dan
perkembangan tanaman (Arifin, 2010).
Suhu udara dan tanah sangat mempengaruhi dalam proses pertumbuhan, karna
setiap jenis tanaman mempunyai suhu batas minimum, optimum dan maksimum
untuk setiap tingkat perrtumbuhannya (Arifin, 2010).
Pengaruh iklim yang terdapat di Indonesia, di satu pihak sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sedangkan di pihak lain unsur iklim dapat
menyebabkan kurangnya unsur hara dan zat makanan yang tersedia dalam tanah
melalui pengangkutan dan penghanyutan (Arifin, 2010).

BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat

3.2. Alat dan Bahan

3.3. Metode Praktikum


DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra A.G. 2016. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.
Jakarta:Sinar Grafika Offset.

Hildayanti I.N, dan Suryanto 2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi
Pertanian Dan Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringan Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan. Volume 16, Nomor 1, April 2015,
hlm.42-52.
Hermaningsih H, 2014. Hubungan Adaptasi Petani Terhadap Perubahan Iklim
Dengan Produktivitas Tembakau Pada Lahan Sawah Dan Tegalan Di
Kabupaten Jember JSEP Vol. 7 No. 2 November 2014.

Yogi, P. 2014. Laporan Pengamatan Alat-Alat BMKG. https://www.academia.edu/


6989601/Laporan_Pengamatan_Alat-alat_BMKG. Diakeses 04 Maret 2017.

Winasis, E.K. Susatya, A. Pamungkas, R. Susanti, T. Setiawan, A. 2011. Pengukuran


Radiasi Matahari Dengan Memanfaatkan Sensor Suhu Lm35. Prosiding
Seminar Nasional Sains Dan Pendidikan Sain UKSW. Universitas Kristen
Satya Wacana (ed.), Jawa Tengah. Halaman 1.

Muin, S.N. 2014. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. Universitas Bengkulu,


Bengkulu.

Bayong, T.H.K., 2004.Klimatologi, Penerbit ITB, Bandung

Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE Yogyakarta : Yogyakarta

Tjasjono, B. 1999. Klimatologi Umum. Institut Teknologi Bandung Press. Bandung

Mabes, J. 2014. Laporan Agroklimatologi Alat-Alat Klimatologi.


http://www.slideshare.net/joelmabes/laporan-agroklimatologi-alatalat-
agroklimatologi. Diakeses 04 Maret 2017.

Anonim, 2014. Agroklimatologi http://zulfaecca.blogspot.co.id/2014/03/


agroklimatologi _1676.html

Fatawi, A, 2016. https://www.academia.edu/24345918/PENGAMATAN_UNSUR-


UNSUR_CUACA_SECARA_MANUAL. Diakses 07 Maret 2017.
Setiawan, A. I. 2003. Penghijauan Lahan Kritis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Malik. A, 2016. Alat-Alat-Ukur-Fisbum , https://scribd.zxcv.website/doc /


92994478 /Alat-Alat-Ukur-Fisbum. Diakses 07 Maret 2017.

Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam
Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian
MAPETA UPN, Jawa Timur. Hal:144.

You might also like