You are on page 1of 15

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/305881968

Batik Priangan (Sebuah Pengantar)

Presentation July 2010


DOI: 10.13140/RG.2.1.2117.4002

CITATIONS READS

0 81

1 author:

Yan Yan Sunarya


Bandung Institute of Technology
81 PUBLICATIONS 13 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

GKL Young Creator Indonesia (Ycifi & KOFICE) Project as the Global Fashion Mentor to encourage
mutual growth and exchange of Korean & Indonesian fashion industries View project

Kerjasama Grazia Indonesia dengan Kriya FSRD Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam kegiatan
School Of Grazia 2016 View project

All content following this page was uploaded by Yan Yan Sunarya on 05 August 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 1
______________________________________________________________________________________________________________

Batik Priangan (Sebuah Pengantar)

Yan Yan Sunarya


Kata kunci: Identitas, Estetik, Batik, Priangan
PENDAHULUAN
Di dalam naskah buhun Sunda Siksa Kanda ng Karesian awal abad ke-16
yang berkenaan dengan artefak batik, terdapat fakta bahwa disebut bermacam-
macam corak lukisan (tulis): pupunjengan, hihinggulan, kekembangan, alas-
alasan, urang-urangan, memetahan, sisirangan, taruk hata, kembang tarate,
disebut juga beragam kain (boeh): kembang mu(n)cang, gagang senggang, anyam
cayut, poleng re(ng)ganis, cecempaan, mangin haris, surat awi, parigi nyengsoh,
hujan riris; yang menunjukkan bahwa pada masa naskah itu ditulis, orang Sunda
telah mengenal berbagai corak kain (samping) dan batik. Walaupun tidak ada
peninggalan dari Kerajaan Sunda, namun ditemukan beberapa helai kain berusia
200-300 tahun (Rosidi, dkk., 2000).
Kemudian ditemukan juga dalam kosakata bahasa Sunda, berdasarkan sumber
teks tertulis berupa naskah Sunda buhun dan prasasti Sunda yang ditulis di Tatar
Sunda (Jawa Barat) abad ke-11 s.d. ke-18 M, dibuat di masa Kerajaan Sunda dan
Kerajaan Galuh sejak prasasti Bantarmuncang (abad ke-11) melalui prasasti
Kawali (abad ke-14) hingga prasasti Batu Tulis (abad ke-16). Bahan naskah itu
terbuat dari lontar, nipah, saeh, daluang, dan kertas (Suryani NS., dkk., 2005);
yang bisa menerangkan serta menghubungkan kaitan antara aspek estetik beserta
terapannya, antara lain: cinde (kain, selendang); euyeuk (batik); pangeuyeuk (ahli
batik); gandawasa (pakaian corak); kaen (kain); lawe (benang tenun); lungsir
(sutera, benang tenun); malaka (zat pewarna); parada (pinarada keemasan); ridha
alus (kain halus); rupa (rupa, wujud, bentuk); samping (kain); sandang (sandang,
pakaian, sutera); sinjang (kain); sinjang kampuh (kain panjang); tipulung (ikat
kepala); warna (rupa, jenis, warna); dan wastra (kain) (Ibid.,). Berkaitan dengan
artefak batik ini pun dipertegas, bahwa barang yang terbuat dari kapas atau kulit
kayu, ialah kain. Kain ini biasa diolah menjadi kain batik oleh pangeuyeuk (tukang
batik) (Atja, dkk., 1981).
Temuan-temuan penting tentang peristilahan batik dalam budaya Sunda yang
diuraikan di atas menunjukkan, bahwasanya data-data mengenai artefak Sunda
dalam Batik Priangan perlu disusun kembali agar tidak berserakan, dengan
demikian tindak lanjut atas pemahaman artefak Sunda dalam hal ini Batik
Priangan menjadi utuh dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Namun
di sinilah letak permasalahannya, bahwa kepustakaan budaya Sunda jika diamati
pada bagian artefak Sunda jarang sekali membahas lebih mendalam tentang
ragam rupa, terutama jika ditinjau dari aspek estetik dan aspek identitas. Oleh
karena itu, kesulitan pencarian data-data ilmiah khususnya tentang ragam rupa
selama ini, menurut pendapat penulis menjadi faktor penting dalam penelusuran
kembali artefak Sunda secara komprehensif.
Di sisi lain, batik telah dikaji dalam berbagai aspek, namun dalam konteks Batik
Priangan (lama/klasik dan modern), kini perlu diteliti lebih mendalam terutama
dari aspek identitas dalam ranah estetik, yang merupakan upaya awal dalam

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 2
______________________________________________________________________________________________________________
melengkapi penelitian sebelumnya. Walaupun sebagian besar pakar dunia batik
sementara ini mengakui, bahwa artefak Sunda khususnya batik mendapat
pengaruh tradisi budaya Jawa; akan tetapi jika berkenaan dengan nilai-nilai estetik
yang didasari oleh nilai-nilai budaya lokal beserta manusia pendukungnya, tentu
memiliki nilai keaslian dan nilai kearifan lokal budaya Sunda. Ditambah lagi,
terdapat masyarakat awam yang beranggapan, bahwa batik yang ada di Jawa
Barat (Sunda, pen.) berasal dari kebudayaan Jawa. Namun sebenarnya batik Jawa
Barat memiliki ciri corak khas. Beberapa motif kain batik Jawa Barat itu bahkan
kini sudah tidak dikenal lagi, hingga sulit untuk dirunut kembali keasliannya
(Morissan, 2005). Untuk itu, aspek identitas perlu diteliti guna memposisikan
keberadaan budaya Sunda di dalam historiografi kebudayaan. Identitas kesundaan,
apabila ditinjau dari terminologi dan estetik, diharapkan dapat ditemui dalam
Batik Priangan sebagai upaya pemetaan dan pendokumentasian.
Selanjutnya, pada abad ke-20, kegiatan membatik berkembang di Cirebon
(Trusmi), Indramayu (Paoman), Ciamis (Cikoneng), Tasikmalaya (Sukaraja,
Cihideung, Cipedes), dan Garut (Tarogong); yang masing-masing tempat memiliki
corak khas, sehingga timbul sebutan Dermayon, Trusmian, Garutan, dll. (Rosidi,
dkk., 2000). Tetapi dalam perkembangannya, batik-batik ini pun telah meluas
dan mewahana ke berbagai bentuk pengertian dalam dimensi pemaknaan, prinsip
tujuan, hingga pengaruh kebhinekaan budaya Indonesia. Ia, merupakan
pengejawantahan dari kondisi yang melingkari pembatik, apa yang diungkapkan
merupakan curahan perasaan dan pemikiran terhadap kekuatan di luar dirinya,
yang berkait dengan tradisi sosial yang berlaku di masyarakat. Hal ini terlihat dari
sajian corak; karena itu perkembangan batik sejalan dan mencerminkan nilai
ketradisian serta dinamika masyarakat pendukungnya. Rancangan dan motif batik
didapat dari ilham kehidupan keagamaan, kebudayaan bangsa, serta keadaan alam
Indonesia (Anas dkk., 1997). Lantas batik dibangun dengan pandangan dasar
artistik yang berkembang sesuai tuntutan zaman (Hasanudin, 2001). Ia, adalah
proses menghias tekstil dengan memakai lilin/malam sebagai penahan zat warna.
Proses ini menggunakan teknik celup dingin dengan penerapan lilin/malam
memakai teknik canting tulis/cap tembaga. Di masa lalu batik cap tidak dipandang
sebagai batik dalam arti sebenarnya, namun hal ini sudah berubah; walaupun ia
muncul awalnya semata-mata atas dasar pertimbangan komersial (Tirta, 2005).
Namun begitu, secara mendasar istilah Batik Priangan harus dikembalikan ke arah
maksud awal kelahirannya, agar bisa dikaji lalu dipahami karakteristiknya secara
jelas dalam aspek estetik dan aspek identitas. Pemahaman karya batik pada masa
lampau, kini dikaitkan dengan tuntutan masa datang sebagai wujud pengaruh
kemodernan.
Tulisan ini merupakan sebuah pengantar penelitian dengan menggunakan metode
sejarah (Yudoseputro, 2005), yang secara umum akan digunakan dalam
mengupas nilai kesundaan di dalam ragam rupa Batik Priangan (lama/klasik dan
modern) baik dalam ragam hias, tema, pola, komposisi, penamaan, dan warna
yang dapat mewakilinya, kemudian dijadikan identitas kesundaan. Lalu dalam
mengkaji objek desain terbagi atas dua kelompok, yaitu: (a) tinjauan historis
suatu karya atau kegiatan desain tertentu; (b) tinjauan sejarah desain (Sachari,
2003); yang dapat diadopsi sebagai rujukan utama untuk menyusun peta
perkembangan Batik Priangan dalam satu kurun waktu tertentu, beserta
perubahan-perubahannya serta unsur-unsur luar yang mempengaruhi, untuk

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 3
______________________________________________________________________________________________________________
kemudian menggagas proyeksinya ke depan. Berbagai bentuk dimensi
pemaknaan, tujuan, hingga pengaruh keragaman budaya dalam Batik Priangan ini,
dapat didokumentasikan ke dalam ranah estetik, melalui pendekatan klasifikasi
tipologis sebagai sub bagian dari taksonomi yang berkaitan dengan morfologi dari
studi bentuk (Walker, 1989), yang didukung oleh pendekatan sinkronik.
Permasalahan
Tulisan ini pada dasarnya mempermasalahkan aspek identitas dalam ranah estetik
dari Batik Priangan, yang bertolak dari berbagai bentuk perjalanan perkembangan
sejak Batik Priangan dulu (lama/klasik) hingga kini (modern) yang terjadi dalam
konstelasi perubahan terminologi beserta unsur-unsur estetiknya. Beberapa
permasalahan yang timbul dari peristiwa di atas, dirumuskan sbb:
1. Bahwasanya tidak mudah merunut kronologi kesejarahan dari perkembangan
Batik Priangan dulu (lama/klasik) hingga kini (modern), disebabkan
keterbatasan atas ketersediaan data-data ilmiah yang komprehensif, khususnya
yang membahas mengenai ragam rupa. Sementara ini perolehan data-data,
masih berupa potongan-potongan pernyataan yang kadangkala belum lengkap
masih harus ditelusuri keakuratannya bahkan bisa jadi saling bertentangan;
2. Identitas kesundaan apabila ditinjau dari terminologi dan estetik, tidak
sertamerta dapat ditemukan dalam Batik Priangan, apalagi yang dapat
langsung mewakili budaya Sunda secara umum. Mengingat berbagai pengaruh
kemodernan yang melanda dunia perbatikan, baik terhadap ragam hias, tema,
warna, komposisi, teknik, penamaan, hingga karakteristik daerah produksi
batik masing-masing daerah. Ia telah bercampur-baur dengan berbagai
kebudayaan terutama pengaruh kemodernan yang pada intinya bisa
meniadakan bentuk asal atau keasliannya.
Pada bagian pertama dari permasalahan di atas menimbulkan konsekuensi
pertanyaan: (a) Bagaimana menelusuri data-data ilmiah atas artefak Sunda dalam
hal ragam rupa Batik Priangan lama/klasik dan modern, agar dapat dirangkum ke
dalam kompilasi data-data ilmiah secara komprehensif yang saling menguatkan
atas postulat-postulat? Dan (b) Sejauhmana penelusuran data-data ilmiah yang
dilakukan guna memeriksa keakuratannya, mengingat kendala-kendala yang
dihadapi di lapangan a.l.: kendala waktu, tempat, dokumen, dan manusia?
Sedangkan pada bagian kedua, memunculkan pertanyaan: (a) Bagaimana cara
mencari dan menentukan nilai kesundaan di dalam ragam rupa Batik Priangan
baik dalam ragam hias, tema, pola, komposisi, penamaan, dan warna, untuk dapat
dijadikan identitas kesundaan? Dan (b) Bagaimana cara agar perkembangan Batik
Priangan yang telah meluas ke berbagai bentuk dimensi pemaknaan, tujuan,
hingga pengaruh keragaman budaya (modern), dapat dianalisis kemudian
didokumentasikan dalam karakteristik ranah estetik?
Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain:
1. Menelusuri, mengumpulkan, dan memahami kembali secara komprehensif
fakta-fakta sejarah Batik Priangan (lama/klasik dan modern);
2. Mendefinisikan kembali identitas kesundaan yang lebih jelas melalui Batik
Priangan baik ditinjau dari terminologi dan estetik.

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 4
______________________________________________________________________________________________________________
Identitas
Pemahaman atas identitas yang digunakan di sini, adalah tentang cara materi
dirancang menjadi objek budaya, yang bisa dimanipulasi dan digunakan oleh
kelompok, lembaga, dan negara dalam membentuk identitas lantas
mengkomunikasikannya ke khalayak (Sparke, 2004). Identitas tidak lain, adalah
ciri khas dari kepribadian. Seseorang (sesuatu, pen.) dilihat sebagai wujud
sekumpulan kualitas. Kualitas yang memancar dari seseorang (sesuatu, pen.) itu
ialah eksistensi kepribadian atau identitas (Sadali, 2000). Peran benda atau
lingkungan digunakan pula untuk mengungkapkan identitas; baik ia disengaja
untuk dibentuk oleh individu, organisasi, dan negara, agar tercipta gambaran dan
makna tertentu (Heskett, 2002). Identitas secara konseptual, yaitu bagaimana
menentukan apa dan siapa yang menjadi identitas; bisa berupa ciri fisik,
keyakinan, silsilah, serta preferensi budaya (During, 2005). Dengan demikian,
identitas pada unsur-unsur estetik dari Batik Priangan sertamerta mengacu pada
teori di atas, sehingga dapat dijadikan panduan untuk menelusuri, menggali, dan
kemudian memformulasikan identitas budaya Sunda dalam ranah estetik.
Estetika/Estetik
Pada bagian istilah estetika, adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu atau
semua aspek yang berkaitan dengan keindahan (Djelantik, 1999). Ia merupakan
filsafat yang membahas esensi dari totalitas kehidupan estetik dan artistik yang
sejalan dengan zaman (Sachari, 1989), mengacu pada wacana hal yang baik
dan indah dalam seni. Wacana ini dianggap universal adalah yang berangkat
dari kebudayaan Barat. Namun demikian, sebenarnya terdapat relativitas yang
terkait dengan kekhasan budaya bangsa (Sedyawati, 2006).
Estetika (Aesthetica, Aesthetic), berasal dari kata Yunani yang berarti: sesuatu
yang dapat dicerap oleh indera, kemudian berkembang menjadi filsafat keindahan
atau ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang berhubungan dengan keindahan
termasuk konsep berpikir yang menyertai karya seni ataupun karya budaya
lainnya. Nilai estetik (aesthetics), ialah nilai keindahan yang menyertai suatu
karya seni atau karya desain. Nilai-nilai estetik (aesthetic values), adalah sejumlah
nilai keindahan yang menyertai suatu karya seni/desain. Makna nilai estetis (the
meaning of aesthetics), yakni suatu objek yang memproduksi, mendistribusi nilai
estetik dan merupakan bentuk pembenaran kebudayaan di dalam masyarakatnya
(Sachari, 2004). Lalu estetik, adalah kualitas rupa suatu objek yang membuat
objek ini disebut cantik. Aesthetic bisa diartikan hiasan; dan aesthetics adalah
ragam hias (Supangkat, dkk., 2006).
Sunda
Istilah Sunda dan Jawa Barat dewasa ini telah memasuki kehidupan masyarakat
Indonesia yang menunjuk kepada pengertian kebudayaan, etnis, geografis,
administrasi pemerintahan, dan sosial. Di samping itu, dua istilah tersebut telah
memasuki pula dunia ilmu pengetahuan, terutama ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, yang membahas tentang Indonesia, khususnya kebudayaan Sunda dan
daerah Jawa Barat. Kedua istilah itu kadang-kadang digunakan untuk merujuk
pada pengertian yang sama, tetapi kadang-kadang menunjuk pada pengertian yang
nyata bedanya, dan kadang-kadang dicampuradukkan pemakaiannya. Dalam pada

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 5
______________________________________________________________________________________________________________
itu, secara historis keduanya mengalami perubahan pengertian dan tafsiran,
sehingga sering terjadi kekeliruan dan keragu-raguan dalam menggunakannya.
Akibatnya, tercipta suasana yang kurang wajar dalam menggunakan salah satu
dari kedua istilah itu, yaitu suasana yang di satu pihak diliputi keragu-raguan dan
ketidakmenentuan, di pihak lain diliputi ketakutan atau sebaliknya (keberanian)
karena pertimbangan politis (Ekadjati, 2005). Membahas tentang Sunda, berarti
berbicara tentang lingkungan hidup Sunda, kawasan Sunda, dan budaya Sunda
(Mintaredja, 2006).
Dalam ihwal ini, peristilahan Sunda dan Jawa Barat masih dalam perdebatan
dalam dikotomi kubu yang saling berbeda cara pandangnya. Di sini penulis
melihat terdapat celah kemungkinan pembahasan justru menyempit pada istilah
Priangan sebagai bagian dari kedua istilah yang telah disebutkan di atas yang
telah dituliskan Denys Lombard (2005), daerah yang sekarang disebut provinsi
Jawa Barat pada kenyataannya adalah Tanah Pasundan adalah padanan yang
dipilih para penerjemah untuk pays Sunda, yang kata demi kata berarti tanah atau
negeri Sunda [Terj.] sementara kata Jawa Barat beralih dari pengertian sekadar
administratif ke dalam penggunaan sehari-hari. Di Tanah Pasundan pada garis
besarnya dapat dibedakan dengan mudah dua tipe pemandangan. Di utara terdapat
dataran rendah dengan panjang 250 km dan lebar rata-rata 50 km. Sedangkan di
selatan terdapat pegunungan Priangan.
Sunda, merupakan nama wilayah (tanah, tatar) yang menurut sumber setempat
meliputi bagian barat Pulau Jawa yang mula-mula (sampai akhir abad ke-16)
batasnya sebelah timur adalah Sungai Cipamali (Kali Pemali sekarang), tetapi
kemudian batas itu pindah ke sebelah barat ke Sungai Cilosari. Menurut Tome
Pires (1513) batas sebelah timur itu ialah Sungai Cimanuk, tetapi mungkin
berdasarkan tafsiran atau informasi tentang perbedaan agama yang dianut, yaitu
antara agama Hindu (Sunda) dan agama Islam (Jawa). Bagian terbesar (2/3) tanah
Sunda berupa dataran tinggi dan pegunungan, hanya bagian utara yang berupa
dataran rendah. Pegunungan itu memanjang dari barat ke timur; tanahnya subur,
karena bagian atasnya dilapisi tanah hasil semburan lava gunung ber-api. Banyak
pula dijumpai sungai yang berkelok-kelok mengalir dari daerah pedalaman
(pegunungan) menuju laut, baik di utara (Laut Jawa), barat (Selat Sunda) maupun
di selatan (Lautan Hindia). Penamaan Sunda bagi tanah, wilayah, dan
penduduknya diketahui telah digunakan pada abad ke-8, sebagaimana dibuktikan
oleh prasasti Prahajian Sunda yang ditemukan di Bogor. Segala sesuatu yang
bertalian dengan kebudayaan Sunda yang merujuk kepada kebudayaan masa
praislam (sebelum abad ke-17) disebut Sunda Buhun (Sunda Kuna); tetapi yang
intensif digunakan adalah yang menyangkut bahasa, sastera, dan aksara (Bahasa
Sunda Kuna, Sastera Sunda Kuna, dan Aksara Sunda Kuna); Sunda juga
digunakan pula sebagai nama kerajaan yang diketahui telah ada sejak abad ke-8
hingga runtuhnya pada akhir abad ke-16 (1579) (Rosidi, dkk., 2000).
Priangan
Priangan, pa-rahyang-an, para-hyang-an. Rahyang, hyang identik dengan dewa;
awalan pa dan akhiran an, menunjukkan tempat. Priangan kini meliputi: Cianjur,
Bandung, Sumedang, Limbangan (Garut), Sukapura (Tasikmalaya), dan Galuh
(Ciamis). Sesudah Kerajaan Sunda runtuh (1579), terbagi atas: Sumedanglarang,
Banten, Cirebon, Galuh. Sumedanglarang dan Galuh lalu jadi satu wilayah

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 6
______________________________________________________________________________________________________________
bernama Priangan (Haan, 1910, 1912). Bekas wilayah Kerajaan Sunda itu disebut
Tanah Sunda atau Tatar Sunda atau Pasundan (Walbeehm, 1857; Hageman, 1867,
1869, 1870; Chijs, 1886). Dalam perkembangan berikutnya, Priangan dipandang
sebagai pusat Tanah Sunda (Pasoendan, 1925). Batas wilayah Propinsi Jawa Barat
dan Jawa Tengah sama seperti yang ditetapkan oleh Mataram dan Kompeni
(1706), dengan perubahan dari Daendels. Propinsi Jawa Barat meliputi Banten,
Batavia (Jakarta), Priangan (Preanger-regentschappen), dan Cirebon (Staatsblad
no. 235 dan 378 tahun 1925) (Ekadjati, 2005).

Gambar 1. Priangan (Rosidi, dkk., 2000).

Pada awal pemerintahan Gubernur Jenderal H.W. Daendels, daerah Priangan


(Cianjur, Bandung, Sumedang, dan Parakanmuncang) digabungkan dengan daerah
Batavia dan disebut Jacatrasche en Preanger-Regentschappen. Daerah Priangan
lainnya, yaitu Limbangan, Sukapura, dan Galuh dimasukkan ke wilayah Cirebon.
Dasar utama pembagian daerah Priangan itu adalah dipertahankannya
Preangerstelsel warisan Kompeni, khususnya penanaman wajib kopi yang sangat
menguntungkan bagi pemerintah kolonial. Oleh karena itu, Daendels memisahkan
daerah surplus kopi (Cianjur, Bandung, Sumedang, dan Parakanmuncang) dengan
daerah minus kopi (Limbangan, Sukapura, dan Galuh). Tiga daerah yang disebut
terakhir digabungkan dengan Cirebon. Pada masa pemerintahan Letnan Gubernur
Raffles berdasarkan ketentuan tertanggal 10 Agustus 1815 (1811-1816), daerah
tersebut dijadikan satu keresidenan yang disebut Preangerlanden, kemudian tahun
berikutnya menjadi Preanger-Regentschappen. Jumlah kabupaten di Priangan
menjadi berkurang karena Raffles dengan surat keputusan tanggal 16 Februari
1813 telah menghapuskan Kabupaten Sukapura. Pada masa kekuasaan Komisaris
Jenderal (1816-1830), di Tatar Sunda terjadi lagi perubahan dalam pemerintahan.
Priangan dikukuhkan statusnya sebagai keresidenan. Dalam hal ini, Limbangan
dan Sukapura dikembalikan statusnya sebagai kabupaten. Dengan demikian sejak
waktu itu Keresidenan Priangan terdiri atas empat kabupaten, yaitu Cianjur,
Bandung, Sumedang, dan Limbangan. Sejak tahun 1829 ditetapkan bahwa
Residen Priangan berkedudukan di Cianjur. Pada tahun 1852 Residen Priangan

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 7
______________________________________________________________________________________________________________
Van Steinmetz menyatakan bahwa wilayah Priangan terbuka untuk orang asing.
Kebijakan ini rupanya dimaksudkan untuk mengembangkan kehidupan di wilayah
Priangan yang menunjang kepentingan pemerintah kolonial, antara lain
perkembangan fisik dan kehidupan kota-kota kabupaten. Salah satu ibu kota
kabupaten yang menunjukkan perkembangan sejak pertengahan abad ke-19 ialah
Kota Bandung sehingga Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud mengajukan
usul kepada Pemerintah Kerajaan Belanda agar ibu kota Keresidenan Priangan
dipindahkan dari Cianjur ke Bandung (Lubis, dkk., 2003).
Modern
Dalam membahas hal makna kemodernan, di Indonesia, nilai estetik modern
tumbuh pada awal abad ke-20 dan mengalami proses tekstualitas kedua di
tanah airnya sendiri oleh kebudayaan Barat. Sejak mengalami tekstualitas
pertama melalui kehadiran nilai estetik modern, dan upaya besar untuk
menggeser kebudayaan Timur; Bangsa Indonesia telah menjelang menjadi
bangsa transisi ke arah bangsa modern seperti halnya bangsa Barat (Sachari,
2006). Ditambah lagi, bahwa gaya hidup masyarakat perkotaan semasa
kolonialisasi, tetap bertahan di era kemerdekaan sebagai westernisasi. Seiring
kemajuan itu, terbangun tatanan gaya hidup ala Eropa modern (ibid., 2002);
seperti yang pernah dialami pula oleh penduduk kota Bandung di masa lalu.
Secara substansial, bahwa paradigma budaya modern adalah ilmu pengetahuan
yang rasionalistik, objektif, sistematik (Sumardjo, 2003). Dengan kata lain,
bahwa paradigma ini berisi konsep rasionalisme yang diyakini mendukung
proses produksi industri, dan yang terkait dengan konsep objektivitas, kolektivitas,
universalitas dan utilitas, serta budaya komersial (Sparke, 2004). Demikian pula,
kemodernan menerpa kebudayaan Sunda yang telah mengalami perubahan besar
sejak pengaruh Hindu-Budha, Islam, Jawa, Barat, nasional, bahkan global
(Ekadjati, 2005); hingga lahir sebutan Sunda Modern (Teeuw, 2006) (Mustappa,
2006), yakni Sunda yang telah mengalami transformasi budaya secara diakronik-
sinkronik, bertaut tumpang-tindih dalam proses asimilasi, akulturasi, inkulturasi,
negasi sekaligus adopsi dengan berbagai kebudayaan baru yang dianggap modern.
Di pihak lain, lahirnya semangat baru dalam karya tulis modern dengan konteks
kelembagaan baru, terjadi antara 1800 dan 1908, sebagaimana diperlihatkan oleh
sekelompok kecil sarjana dan pegawai kolonial Belanda yang berupaya
merumuskan kembali bahasa dan kesastraan Sunda berdasarkan konsep-konsep
Barat dalam berbagai kepustakaan dan kebudayaan yang telah mapan. Didorong
oleh kebutuhan akan pegawai Bumiputra yang semakin besar, karena Belanda
semakin jauh mencampuri kehidupan masyarakat dan kepentingan-kepentingan
bisnis, pemerintah kolonial mendirikan sekolah-sekolah untuk penduduk
Bumiputra dan memperkenalkan teknologi cetak ke dalam sistem tulis-menulis
yang ada. Kedua usaha pemerintah itu, membakukan bahasa Sunda dan
mendirikan sekolah, yang demikian besar pengaruhnya pada masyarakat di
wilayah penutur Bahasa Sunda, khususnya para menak. Timbul modernitas di
kalangan mereka, sesuai dengan gagasan yang menerapkan standar-standar
estetika kesastraan Eropa, yang menolak pengetahuan tradisional dan
mengutamakan paradigma berpikir yang rasional dan empiris, memajukan
moralitas dan pengetahuan lain yang dianggap lebih bermanfaat, dan hormat serta
setia kepada penguasa kolonial (Moriyama, 2005).

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 8
______________________________________________________________________________________________________________
Batik Modern
Kenyataannya, telah terjadi bauran nilai estetik antara busana bergaya modern
dan tradisional. Awal abad ke-20, saat zat warna dan teknik produksi tekstil
berkembang, kain batik cap pun tumbuh pesat. Di masa pasca kemerdekaan
busana batik bergaya modern makin meluas akibat batik cap dan mesin tekstil
untuk memproduksi kain bermotif batik (Sachari, 2007). Batik modern yang ada
dan pernah hadir di Bandung a.l.: Batik Komar, Batik Hasan, Batik Prie Ernalia,
Batik Tetet Cahyati, Batik Fraktal, Batik Jawa Barat, Batik Bandung, dst. Hal itu
merupakan fenomena baru dalam pemasyarakatan batik modern. Fenomena ini
merupakan pembudayaan batik secara lebih teratur dan bermakna (Ibid.).
Ragam hias batik telah mengalami pertumbuhan, yakni batik sebagai dagangan
dan kebutuhan desain dalam konstelasi konsep kontemporer (Hasanudin, 2001).
Maka bila sebelumnya batik dibuat untuk keperluan adat dan budaya internal,
lalu juga diproduksi guna pasar eksternal, menjadikannya sebagai komoditas
(Anas, 2010). Batik mestinya berdimensi komersial dan inovasi (Yuliman,
1986). Perhatian diberikan pada mereka yang berkiprah dalam perspektif
pembaruan penerobos kemapanan. Menjelajahi wilayah pendekatan baru di luar
konteksnya sebagai warisan budaya yang harus serba pakem (Anas, dkk., 1997).
Batik Priangan Modern bisa disebut batik dengan paduan ragam hias asing
dengan pola wastra tradisional (Soemantri, dkk., 2002).

Gambar 2. Batik modern (Kriya Indonesian Craft, 2008; Hamy, dkk., 2009; Arti, 2009).

Aktualisasi terhadap Batik modern, adalah bila kita mampu mempelajari latar
belakang sejarah, filsafat, simbol, teknik, ekspresi dan segala aspek penciptaan
lainnya untuk mendapatkan secercah wisdom yang dimanfaatkan untuk
pengembangan kreativitas manusia kini, dalam menciptakan bentuk artikulasi
simbol baru yang sesuai dengan waktunya (Widagdo, 1999). Dalam kerangka
pikir modern, bila berbicara soal tekstil maka pengertiannya berkisar tentang
hubungannya dengan fungsi tekstil sebagai sandang, pelengkap rumah, atau
komoditas. Sejarah menunjukkan, selalu ada tarik-menarik antara tradisi dan
modernisasi. Dinamika dua kutub ini akan menghasilkan sintesa yang harus kita
buat sendiri, sesuai dengan kebutuhan kini (Widagdo, 1997). Walaupun, dewasa
ini kita berhadapan dengan fenomena batik tulis dan cap terdesak oleh cara
menghias tekstil yang lain. Dalam banyak hal tekstil yang modern ini berlindung
di bawah bendera batik (Tirta, 2005). Batik Priangan yang telah mengalami
perkembangan estetik modern, a.l.: Batik Garutan, Batik Tasikan, Batik Ciamisan,
Batik Sumedangan.

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 9
______________________________________________________________________________________________________________

Gambar 3: Batik Tasikan modern (Dok, 2007).

PENUTUP
Beberapa catatan sebagai butir-butir yang masih menjadi persoalan dalam tulisan
ini, yang mesti nantinya dikaji dan dicari data-data akuratnya, sebagai berikut:
1. Lama vs modern, bentuknya seperti apa, sehingga bisa menentukan batasan
penelitiannya pada faktor kurun waktu berdasar: tahun, abad, era, masa, atau
peristiwa penting, dst. Pencanangan modern berisikan makna waktu: tahun
berapa Batik Priangan (lama/klasik dan modern) itu secara signifikan lahir.
2. Adakah Batik Priangan klasik/asli atau hanya bentuk primordialisasi? Hal ini
berbeda dengan apa yang terjadi Solo dan Jogja yang memiliki tradisi Batik
Keraton yang bisa tidak dipengaruhi oleh pihak manapun akibat karakter
keraton itu sendiri yang justru menjadi inspirasi bagi wilayah di luar keraton.
3. Sebenarnya Batik Priangan berasal dari mana? Bisa saja terjadi dari hasil
derivasi Batik Jawa, akibat faktor (a) Kekuasaan Kerajaan Mataram; (b) Lintas
perdagangan; (c) kolonialisasi atau imperialisme Barat, sehingga tulisan ini
harus melihat dan mencari substansinya terlebih dulu sebelum masuk kepada
kesejarahan Batik Priangan itu sendiri.
UCAPAN TERIMA KASIH
Saya haturkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada segenap panitia Gelar
Batik Jabar atas pemuatan tulisan ini, terutama kepada Wawan Juanda (Arena
Kultural) dan Dinas KUMKM Jabar; Prof. Dr. Setiawan Sabana, MFA., Prof. Dr.
Biranul Anas, dan Dr. Agus Sachari, MSn. sebagai wali akademik dan dosen
program doktor yang sedang saya jalani; Dr. Imam Santosa, MSn. atas masukan
berharga tentang identitas kebudayaan Sunda; Dr. Prijanto Sunarto, ketua Prodi
Doktor Ilmu Seni Rupa dan Desain FSRD ITB beserta staf; Dr. Achmad Syarief,
MSD. sebagai mentor dalam manajemen informasi riset; Dian Widiawati, SSn.,
MSn. penghubung atas kegiatan seminar ini; terakhir untuk Wawan S. Husin,
Chandra Tresnadi, MDs., dan Tyar Ratuannisa, SSn., sebagai kontributor riset.

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 10
______________________________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Anas, Biranul, dkk. 1997, Indonesia Indah Buku ke-8, Batik, Jakarta: Yayasan Harapan Kita BP3 Taman Mini
Indonesia Indah, Perum Percetakan Negara RI, cetakan I
Anas, Biranul, dkk. 2000 Refleksi Seni Rupa Indonesia Dulu, Kini, dan Esok, Jakarta: PT Balai Pustaka
During, Simon, 2005, Cultural Studies, A Critical Introduction, New York: Routledge London & New York, 1st
Published
Ekadjati, Edi S., 2005, Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Sejarah, Jilid 1, Cetakan kedua, Jakarta: PT Dunia
Pustaka Jaya
Ekadjati, Edi S., 2005, Kebudayaan Sunda: Zaman Pajajaran, Jilid 2, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya
Hamy, Stephanus; et. all., 2009, Batik Jawa Barat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hasanudin, Drs., MSn., 2001, Batik Pesisiran: Melacak Pengaruh Etos Dagang Santri pada Ragam Hias Batik,
Cetakan I, Bandung: PT Kiblat Buku Utama
Heskett, John, 2002, Toothpicks and Logos, Design in Everyday Life, New York: Oxford University Press, 1st
Published
Kuntowijoyo, 1995, Pengantar Ilmu Sejarah, Bentang, cetakan I
Lombard, Denys, 2005, Nusa Jawa: Silang Budaya, Batas-Batas Pembaratan, Jilid 1, Cetakan ketiga, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama dengan Forum Jakarta-Paris dan Ecole francaise dExtreme-Orient
Lubis, Nina H., dkk., 2003, Sejarah Tatar Sunda, Jilid 1, Bandung: PPKK Lembaga Penelitian UNPAD dan
Mayarakat Sejarawan Indonesia Cab. Jawa Barat
Moriyama, Mikihiro, 2005, Semangat Baru: Kolonialisme, Budaya Cetak, dan Kesastraan Sunda Abad ke-19,
Jakarta: KPG Kepustakaan Populer Gramedia dan The Resona Foundation for Asia and Oceania
Morissan, Drs., SH., MA., 2005, Pelajaran Seni dan Budaya Jawa Barat, Jakarta: Ramdina Prakarsa
Rosidi, Ajip; Ekadjati, Edi S., dkk., 2000, Ensiklopedi Sunda, Alam, Manusia, dan Budaya, Termasuk Budaya
Cirebon dan Betawi, Jakarta: Pustaka Jaya, cetakan I
Rosidi, Ajip ; Ekadjati, Edi S.; Alwasilah, A. Chaedar, 2006, Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS), Jilid 1,
Bandung: Yayasan Kebudayaan Rancage dan PT Dunia Pustaka Jaya
Rosidi, Ajip, Ekadjati, Edi S.; Alwasilah, A. Chaedar, 2006, Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS), Jilid 2,
Bandung: Yayasan Kebudayaan Rancage dan PT Dunia Pustaka Jaya
Rosidi, Ajip, dkk. Esiklopedi Sunda, Jakarta: PT Pustaka Jaya
Sachari, Agus, 2002, Sosiologi Desain, Bandung: Penerbit ITB
Sachari, Agus. 2003, Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa, Desain, Arsitektur, Seni Rupa dan Kriya,
Bandung: Penerbit Erlangga, cetakan I
Sachari, Agus. 2006, Estetika: Makna, Simbol dan Daya, Cetakan ke-3, Bandung: Penerbit ITB
Sachari, Agus. 2007, Budaya Visual Indonesia, Jakarta: Penerbit Erlangga
Sedyawati, Edi, 2006, Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Soemantri, Hilda, dkk., 2002, Indonesian Heritage: Seni Rupa, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Buku Antar Bangsa
dan Grolier International, Inc.
Sparke, Penny, 2004, An Introduction to Design and Culture (1900 to The Present), Edition 2.0, London: Routledge
Sumardjo, Jakob, 2003, Simbol-Simbol Artefak Budaya Sunda: Tafsir-Tafsir Pantun Sunda, Bandung: Penerbit Kelir
Sunarya, Yan Yan, dkk., 2005, Motif Batik, Batik dan Tenun, Perspektif Industri dan Dagang, Bandung: DEPPERIN
Supangkat, Jim; Zaelani, Rizki A., 2006, Ikatan Silang Budaya: Seni Serat Biranul Anas, Bandung: Art Fabrics, KPG
Suryani NS., Elis, dan Marzuki, A., 2005, Kamus Bahasa Sunda Buhun, Sumedang: Alqaprint Jatinangor, cetakan I
Walker, John A., 1989, Design History and The History of Design, London: Pluto Press
Widagdo, 2005, Desain dan Kebudayaan, Cetakan ke-3 (edisi revisi), Bandung: Penerbit ITB
Yudoseputro, Wiyoso, 2005, Historiografi Seni Indonesia, Sebuah Pemikiran Terwujudnya Sejarah Seni Rupa
Indonesia, Bandung: Penerbit ITB, cetakan I
Disertasi/Tesis/Skripsi:
Santosa, Imam, NIM: 37001001, 2006, Kajian Estetika dan Unsur Pembentuknya pada Keraton Surakarta, Disertasi,
karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari ITB, Bandung: Program Pascasarjana ITB
Sachari, Agus, NIM: 33396002, 2004, Peran Nilai Estetis Modern Dalam Perkembangan Desain Abad ke-20 di
Indonesia, Disertasi, karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari ITB, Bandung:
Program Pascasarjana ITB
Sartika, Antje, 1988; Tinjauan Desain Batik Garut, Skripsi Program Studi Desain Tekstil FSRD ITB, Bandung:
FSRD ITB
Tresnadi, Chandra, 2009, Perancangan Game Participatory Batik Nitiki, Tesis Program Studi Magister Desain,
FSRD ITB, Bandung
Riset:
Sunarya, Yan Yan; Syarief, Achmad; Joyodihardjo, Bismo Jelantik, 2007, Telaah Semantika Kain Batik Tasik:
Identifikasi Persepsi Subjek Terhadap Makna Tampilan Warna, Corak, dan Tekstur Kain Batik Tasik, Program
Riset Unggulan ITB 2007, Bandung: LPPM ITB
Sunarya, Yan Yan, dkk., 2009, Pemetaan dan Inventarisasi Desain Batik Tradisional sebagai Langkah Cultural
Herritage Dalam Upaya Pengembangan Artefak Berbasis Local Genius Sentra Industri UKM dalam Era Industri
Kreatif, Program kompetitif HPSN Batch II, Bandung: LPPM ITB
Makalah:
Anas, Biranul, 21-25 November 2005, Tradisi dan Modernitas Dalam Desain Batik Indonesia, Makalah
disampaikan pada Temu Usaha Terpadu IKM Batik Nusantara, Cirebon: Dirjen IKM RI

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 11
______________________________________________________________________________________________________________
Anas, Biranul, 2006, Menyingkap Keberadaan Industri Kreatif Indonesia: Ruang Lingkup dan Konvergensi Sektoral
Sebuah Perspektif Seni Rupa dan Desain, Bandung: SUK ITB
Anas, Biranul, 20 Februari 2010, Serat dan Kain Dalam Ranah Kriya Tradisi Kebanggaan Bangsa, Pidato Ilmiah
Guru Besar ITB di Balai Pertemuan Ilmiah ITB, Bandung: Majelis Guru Besar ITB
Sunarya, Yan Yan, Oktober 2004, Titian Batik Kontemporer: Wacana Citra Eklektik, Budaya, dan Komersial,
Kurasi dalam Gelar Karya Eksplorasi Batik Terpanjang di Dunia 2004, Bandung: Rumah Batik Komar
Tirta, Iwan, 22 November 2005, Quo Vadis Batik Indonesia, Makalah dalam Seminar Sehari Temu Usaha Terpadu
IKM Batik Nusantara, Cirebon: Direktorat Industri Sandang Dirjen IKM Departemen Perindustrian RI
Widagdo, Drs., Dipl. Inn. Arch., 15 November 1997, Sekilas Tentang Tekstil Indonesia, Makalah dalam Seminar
Desain Tekstil Indonesia 2000: Tantangan dan Peluang Pendidikan, Profesi, Apresiasi, Bandung: Program Studi
Desain Tekstil FSRD ITB
Widagdo, Drs., Dipl. Inn. Arch., 26 November 1999, Pengembangan Desain Bagi Peningkatan Kriya, Makalah
dalam Konferensi Tahun Kriya dan Rekayasa 1999, Bandung: ITB
Zainuddin, Imam Buchori, 29 September 1999, Kriya Tradisi Dalam Wacana Pendidikan Tinggi Menghadapi
Budaya Global, Makalah dalam Seminar Seni Rupa Tradisi Nusantara Kriya Indonesia dan Tantangan Era
Globalisasi Abad ke-21, Surakarta: STSI Surakarta
Katalog/Majalah/Diktat:
Arti, 2009 Corak Kebangsaan Batik Mutakhir, Jakarta: PT Media Nusa Pradana DEKRANAS (2008) Kriya
Indonesian Craft, Jakarta: Dekranas Indonesia
Kudiya, Komarudin, H., M.Ds, 2005; Gelar Batik Terpanjang di Dunia 465,5 Meter, Jakarta: Yayasan Batik
Indonesia
Sachari, Agus, MSn., 2000, Desain dan Pembangunan, Diktat, Bandung: Penerbit ITB
Situs Web:
http://diditds.wordpress.com/2008/11/03/batik-ciamis (diakses: 12 Oktober 2009)
http://diditds.files.wordpress.com/2008/11/pembuatbatik.jpg - 12 Oktober 2009
http://wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Ciamis (diakses: 28 November 2009)

CURRICULUM VITAE
IDENTITAS DIRI
Nama : Yan Yan Sunarya, SSn., MSn. / Dosen Fakultas Seni Rupa & Desain ITB
Alamat e-mail : yanyan@fsrd.itb.ac.id

RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI


Tahun Program Pendidikan Perguruan Tinggi Program Studi
1988 - 1993 Sarjana FSRD - ITB Desain Tekstil
Skripsi: Tinjauan Gaya Busana Posmodernisme di Indonesia
1995 - 1998 Magister FSRD - ITB Desain
Tesis: Kajian Awal Gaya Busana (Fashion) di Indonesia Pasca Tahun 1980
2009 - , , , Doktor FSRD-ITB Ilmu Seni Rupa dan Desain
Draft Disertasi: Estetika Batik Priangan
PENGALAMAN MENGAJAR/BIMBINGAN DI ITB 1993 - kini
Mata Kuliah
(1) Tinjauan Kriya; (2) Sejarah Desain Modern; (3) Penelitian Desain; (4) Tesis; (5) Gambar Fashion; (6) Art & Humanities
PENGALAMAN PENELITIAN
Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana
Tahun
1995 Pengembangan dan Diversifikasi Desain Produk Modern pada Industri Kecil Anggota Vucer LPM ITB
Logam Tempa (Tahap II), Pasirjambu Ciwidey Jabar
1997 Pengembangan Desain Cinderamata Khas Perguruan Tinggi di Jabar Ketua Vucer LPM ITB
Berbahan Akrilik & Resin sbg Alternatif Usaha Baru Masyarakat Tamansari

1998 Pengembangan Wirausaha Baru Produk Cinderamata Berbahan Baku Alam Ketua Vucer LPM ITB
dan Sintetis Khas Kampung Pasawahan Margahayu

1999 Diversifikasi Desain Bordir Sutera di Kain Sutera Lokal di Mekarwangi Bdg Ketua Vucer LPM ITB
1999 Rencana Teknis Pengembangan Desa-Desa Adat sebagai Objek Wisata Anggota Deparsenbud RI &
Budaya di Indonesia, Tahap II: Sumatera Barat dan Jambi LPM ITB
1999 Inventarisasi Kemasan Makanan Tradisional Jawa Barat Anggota PKMT LPM ITB
1999 Perencanaan Bentuk Promosi Visual-Audio Visual Makanan Tradisional Anggota PKMT LPM ITB
Jabar
2000 Diversifikasi Bentuk Kemasan Gula Kawung Tradisional di Kawasan Ketua PKMT LPM ITB
Gunung Halu Cililin Jabar dengan Pendekatan Desain Produk Modern
2000 Pengembangan Desain Wadah Saji Ketupat Bandung Anggota PKMT LPM ITB
2000 Kemasan Baru Makanan Tradisional di Bandung (Kajian Penyesuaian Anggota PKMT LPM ITB
Kemasan Makanan Jajanan Tradisional yg Diproduksi untuk Masyarakat
Umum)
2000 Pemberdayaan Industri Kecil Kriya Elemen Estetika Interior Berorientasi Anggota Iptekda IV LIPI

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 12
______________________________________________________________________________________________________________
Ekspor melalui Rekayasa Desain-Manajemen-Teknologi
2001 Rancangan Tayang-Dengar Apresiasi Prinsip Sains Teknologi, Aplikasi Ketua Lembaga Penelitian
Multimedia untuk Perkuliahan Sains TPB-Seni Rupa ITB
2001 Pengembangan Desain Produk Radio Jinjing dari Aneka Bahan Alami Ketua Lembaga Penelitian
Melalui Pendekatan Kriya ITB
2002 Pengembangan Desain Batik Sutera Alam dlm Mendukung Pembangunan Anggota LAPI ITB
Potensi Garut
2003 Serat Limbah Penyulingan Minyak Atsiri Akar Wangi Sebagai Alternatif Ketua IPTEKDA LIPI
Bahan Baku Produk Kriya. Peningkatan Potensi Garut
2004 Manga and Japanimation: Critical Study based on its influence on Pop Ketua Sumitomo
Culture within Southeast Asia Foundation
2005 Proses Transformasi Nilai Estetik pada Karya Desain Indonesia 1900-1966 Anggota LPPM ITB
2006 Perkembangan Desain di Indonesia 1900-2005: Studi Historiografi Nilai Ketua Riset KK ITB
Estetis Modern dalam Konteks Sosial (Karya Adi Busana Wanita
Kontemporer)
2007 Telaah Semantika Kain Batik Tasik: Identifikasi Persepsi Subjek thd Makna Ketua RU ITB & PP SRD
Tampilan Warna, Corak, Tekstur Kain Batik Tasik via Analisis Semantic
Differential Method
2009 Pemetaan & Inventarisasi Desain Batik Tradisional sebagai Langkah Ketua Hibah HPSN Dikti
Cultural Heritage dlm Pengembangan Artefak Berbasis Local Genius Sentra Batch II
UKM di Era Industri Kreatif
2009 Metode Pembelajaran Blended-Learning Bagi Kuliah Sejarah Desain di ITB Ketua DIPA Ditdik ITB

2010 Aktualisasi, Kontekstualisasi, dan Pemberian Nilai Baru pada Seni dan Anggota PPSRD ITB
Budaya Tradisional Nusantara Dalam Bentuk Penciptaan Produk Film Seni
dan Budaya (Riset Tindak dlm Ranah Industri Kreatif Nasional Berbasis
Seni-Budaya Tradisional di Yogya)
KARYA ILMIAH
A. Buku/Bab Buku/Jurnal
Judul Penerbit/Jurnal
Tahun
1997 Indonesia Indah 8: Batik Indonesia Yayasan TMII Jakarta

1999 Modernisme: Sebuah Tinjauan Historis Desain Modern Balai Pustaka Jakarta
2001 Makna Pendidikan Kesenirupaan dalam Pencapaian Pembangunan di Indonesia Jurnal FSRD ITB Vol.1
2001 Kemasan Tradisional Makanan Sunda: Ungkapan Simbolik-Estetik Seni Rupa Penerbit ITB
Tradisional Sunda
2001 Desain dan Dunia Kesenirupaan Indonesia Dalam Wacana Transformasi Budaya Penerbit ITB
2002 Sejarah dan Perkembangan Desain dan Kesenirupaan di Indonesia Penerbit ITB
2004 Gua Pawon dalam Wacana Konstelasi Potensi Kriya Jawa Barat KRCB
2005 Motif Indonesia: Batik dan Tenun dalam Perspektif Industri dan Dagang Depperin RI
2007 The Semantics of New Batik Clothes: Identifying Users Perception on the Colors and ITB Journal of Visual
Patterns of Newly Developed West Javanese Batik Clothes Art&Design Vol.1 D.3
B. Makalah
Judul Penyelenggara
Tahun
1999 Redefinisi Kriya (=craft?) Menjelang Abad ke-21 Seminar Internasional Kriya-
Rekayasa 99 ITB
1998 Pengembangan Desain Cinderamata Khas Perguruan Tinggi di Jabar Artikel Publikasi Ilmiah Vucer
1997/1998 Dikti
Berbahan Akrilik Resin, sbg Alternatif Usaha Baru Masyarakat Kebon
Bibit
2005 Perspektif Batik Indonesia Dalam Konteks Desain Modern Dirjen IKM Depperin RI
2008 Makna Pendidikan Seni Rupa & Desain Dlm Konteks Industri Kreatif di Depdag RI
Ind
2010 Batik Priangan Jawa Barat (Sebuah Pengantar) Gelar Batik Jabar
C. Artikel
Judul Penerbit/Jurnal
Tahun
1994 Kontribusi Desain pada Program Ekspor HU Pikiran Rakyat
1994 Desain, Globalisasi dan Postmodernisme HU Pikiran Rakyat
1997 Desain dalam Siaran Pariwara Televisi Kita HU Pikiran Rakyat
D. Penyunting

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 13
______________________________________________________________________________________________________________
Judul Penerbit/Jurnal
Tahun
2001 Makna Pendidikan Kesenirupaan dlm Pencapaian Pembangunan di IndJurnal SRD FSRD ITB
2005 Metodologi Penelitian Desain Proseding Vol II, Titian Pustaka-
Pasca FSRD ITB
2009 Desain Kebaya Sunda Abad ke-20 (Studi Kasus Bandung 1920-1980) Jurnal Visual Art & Design ITB
2010 Keilmuan Seni Rupa dan Desain FSRD ITB 2010 Buku/FSRD ITB
2010 Inventarisasi Tenun Tradisional Songket Palembang Buku/Dit Tradisi Dirjen Nilai Budaya-
Seni-Film
2010 Inventarisasi Aspek-Aspek Tradisi Sarung Tenun Samarinda Buku/Dit Tradisi Dirjen Nilai Budaya-
Seni-Film
2010 Inventarisasi Tenun Ikat Ende Buku/Dit Tradisi Dirjen Nilai Budaya-
Seni-Film
KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Judul Kegiatan Penyelenggara Jabatan
Tahun
1995 Seminar & Pameran Karya dan Pengabdian ITB 75 Tahun ITB Panitia

1996 Seminar & Pameran Seni Patung Iriantine Karnaya Galeri Soemardja ITB Moderator

1996 Seminar & Pameran Menjepret Fotografi Amatir di Jerman 1900- Galeri Soemardja ITB- Pembicara/
Kini Goethe Institut
Panitia

1996 Seminar-Pameran Seni Keramik Kontemporer Apresiasi Kreatif Galeri Soemardja ITB- Moderator
Ditkes Dikbud

1997 Seminar & Pameran Peringatan 50 Th Pendidikan Tinggi SR ITB FSRD ITB Panitia
1998 Seminar Nasional Hasil Vucer & Terapan IPTEKS pada Masyarakat DP2M Dikti Pembicara
1998 Seminar dan Pameran Desain Tekstil 2000 Asosiasi Pertekstilan Panitia
Indonesia, FSRD-ITB,
Yayasan Prajudi, IPMI
1999 Program Pelatihan Printing & Dyeing, Proyek Pengembangan dan LAPI ITB - Jurusan Panitia &
Pelayanan Teknologi Industri Kerajinan dan Batik Desain ITB Balai Besar Instruktur
Kerajinan & Batik Yogya
1999 Konferen Menggali Nilai Asli Kriya Indo menuju Peningkatan Kemenneg Pariwisata Panitia
Kualitas Kes & ITB
2000 International Seminar on The International Joint Exhibition for Fiber Textile Museum Jkt, Moderator
Arts of Indonesia Korea Museum & Preservation
Office Jkt Capital City
Adm & Korea Fiber
Artists Assoc The
Assoc of Traditional
Natural Dyeing for
Research Promotion
2001 Semiloka Pendidikan Tinggi SR: Realitas Lokal dlm Konteks Global FSRD ITB Panitia
2004 Seminar Bedah Buku Supernova HMGunadharma ITB Pembicara
2004 Lokakarya Proses Belajar Mengajar Untuk Meningkatkan Kualitas Hibah A1 Dikti & Dep Panitia
Penyelenggaraan Pendidikan Desain FSRD ITB
2005 Simposium Internasional Ilmu Desain Dep. Desain ITB Panitia
2005 Seminar UKM Batik Cirebon Jabar Depperin RI Pembicara
2008 Seminar Warisan Bud Ind Inspirasi Kebangkitan Ekonomi Kreatif Depdag RI Pembicara
2009 Batik Indonesia Dalam Kontelasi Pengakuan World Herritage Mahasiswa S2 Desain Pembicara
FSRD ITB
2010 Batik Priangan Jawa Barat Pertemuan akademik Pembicara
UNIMAS Malaysia
dengan FSRD ITB
KEGIATAN PROFESIONAL/PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Tahun Jenis/Nama Kegiatan Tempat
1992-00 Tim Desain Kostum Olah Raga Mahasiswa ITB ITB
1995 Tim Festival Istiqlal 95 Bagian Seni Rupa Tradisional dan Kriya Mesjid Istiqlal
Jakarta
1995 Tim Desain Tekstil & Ornamen Kapal Bukit Siguntang Papenburg Jerman, PT. PAL Bandung
Indonesia
1995 Tim Konsultasi Desain Pameran Kerajinan Jabar 1995, Dekranasda Jabar Hotel Horison
Bandung
1996 Tim Instruktur Pemagangan Guru SMIK Tasikmalaya, FSRD ITB LPM ITB, SMK Gobras Tasik
Ditdikmenjur

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya


Seminar Batik Jabar, Arena Kultural-Dinas KUMKM Jabar, 3 Juli 2010, Gedung Sate Bandung - 14
______________________________________________________________________________________________________________
1996 Tim Pameran Education & Training EXPO 96 JHCC Jakarta
1996 Tim Desain Elemen Estetis Tapestri Gedung YDPP Telkom YDPPT Bandung
1997-98 Konsultan Desain Pusat Konsultasi UKM LPM ITB ITB
1998 Tim Pameran: URBANIZATION, Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina ITB
1998 Tim ITB dalam Pameran Raya Pendidikan dan Teknologi 98 JHCC Jakarta
1998 Pameran Patterning in Contemporary Art Indonesia-Australia ITB
1998 Tim Pameran Collaborative Internet Curtin University & FSRD ITB
1998 Pembuatan Panduan Kerja Standarisasi Workshop Kriya Sekolah Menengah Kejuruan DITMENJUR LPM
di Ind ITB
1999 Tim Pelatihan Desain & Kriya, Balai Besar Kerajinan & Batik Yogyakarta - FSRD ITB - ITB
LAPI ITB
1999 Tim Pameran Retrospektif 55 Tahun Seni Lukis Popo Iskandar Galeri Nasional
Jakarta
2000 Tim Pameran Tekstil 2000, Yayasan Seni Rupa Indonesia - Museum Tekstil Jakarta Jakarta
2000 Nara Sumber Inventarisasi Potensi Pembangunan Nagari di Kab. Tanah Datar Tanah Datar
Sumatera Barat Sumbar
2001 Ketua Workshop Seniman Batik Jerman: Joachim Blank ITB
2002-03 Pengajar Wawasan Kriya dan Desain Poliseni Yogya
2003 Ketua Pelaksana Cultural & Education Exchange, Hogskolan i Boras Swedia & Kriya ITB & HB Swedia
FSRD ITB
2002-04 Tim Pengembangan Desain Kriya Purun Kapuas, LAPI ITB Kapuas Kalimantan
2005 Kurator Gelar Batik Terpanjang di Dunia, Guinness World Records, MURI, YBI, Batik Bandung
Komar
2009 Juri Festival Desain Motif Batik Khas Bojonegoro Bojonegoro
JABATAN DALAM PENGELOLAAN INSTITUSI
Jabatan Institusi Tahun... s.d. ...
Sekretaris Galeri Soemardja ITB 1996-1998
Sekretaris Unit Implementasi Prodi Magister Desain FSRD ITB 2000-2003
Sekretaris Program Studi Kriya FSRD ITB 1998-2001
Ketua Laboratorium Kriya FSRD ITB 2002-2003
Ketua Lomba Desain Cinderamata ITB 2002
Ketua Program Studi Kriya FSRD ITB 2001-2004
Sekretaris Departemen Desain FSRD ITB 2004-2005
Wakil Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB 2006-2010
PENGHARGAAN
Bentuk Penghargaan Pemberi
Tahun
2000 Buku Terbaik Bidang Sains dan Teknologi Mendiknas RI, Yayasan Buku Utama

2001 Ganesha Wira Adi Utama Rektor ITB


2007 Satyalancana Karya Satya X Tahun Presiden RI
ORGANISASI PROFESI
Jenis/ Nama Organisasi Jabatan/jenjang keanggotaan
Tahun
2000 Komunitas Galeri Seni Popo Iskandar Kurator

2006 Asosiasi Pendidik Seni Indonesia Anggota Bidang Profesi

Batik Priangan (Sebuah Pengantar), oleh : Yan Yan Sunarya

View publication stats

You might also like