You are on page 1of 7

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Air Asam Tambang

Air Asam Tambang (AAT) Air Asam Tambang (AAT) atau disebut juga Acid
Mine Drainage (AMD), yang disebut juga Acid Rock Drainage (ARD) terjadi sebagai
akibat proses fisika dan kimia yang cukup kompleks yang melibatkan beberapa faktor
dalam kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan ini dapat berupa tambang
terbuka maupun tambang dalam (bawah tanah). Umumnya keadaan ini terjadi karena
sulfur yang terjadi dalam batuan teroksidasi secara alamiah (pada proses pembukaan
tambang). Selanjutnya dengan kondisi kelembaban lingkungan yang cukup tinggi
akan menyebabkan oksida sulfur tersebut berubah menjadi asam. Kualitas air
digunakan sebagai pembanding dalam usaha pemantauan ketika tambang sedang
berjalan. Pengukuran kualitas air dapat ditentukan dari beberapa faktor yaitu :
1. Temperatur Temperatur yang terukur adalah suhu yang dianggap normal pada
daerah tersebut.
2. Derajat keasaman (pH) Nilai pH menunjukkan derajat keasaman dalam air
dinyatakan sebagai logaritma konsentrasi ion H+. Larutan bersifat asam bila
nilai pH kurang dari 7 dan larutan bersifat basa bila nilai pH lebih dari 7.
3. Kekeruhan dan padatan terlarut Kekeruhan, muatan padat tersuspensi dan
residu terlarut merupakan sifat fisik air yang saling berkait. Semakin tinggi
muatan padat tersuspensi maka semakin tinggi nilai residu terlarut dan
kekeruhan air.
4. Daya hantar listrik (DHL) atau electroconductivity Daya hantar listrik
menggambarkan jumlah ion-ion yang terlarut dalam air.

2
3

5. DO Oksigen terlarut merupakan O2 bebas yang terdapat dalam perairan dan


secara kimia tidak bereaksi dengan air serta berperan dalam proses penguraian
bahan organik secara biologis.
6. Logam Kandungan logam-logam dapat mempengaruhi kehidupan biota air
terutama logam berat yang dapat meracuni manusia. Sumber-sumber air asam
tambang ini antara lain berasal dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Air dari lokasi penambangan Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat
dari terkupasnya lapisan tanah penutup, sehingga sulfur yang terdapat
dalam batubara akan mudah teroksidasi dan bila bereaksi dengan air akan
membentuk air asam tambang.
b. Air dari lokasi penimbunan Timbunan batubara dapat menghasilkan air
asam tambang karena adanya kontak langsung dengan udara bebas yang
selanjutnya terjadi pelarutan akibat adanya air. Masalah ini berkaitan erat
dengan proses pembentukan batubara dimana pembentukan batubara
terdapat sulfur dan mineral pengotor yang berupa mineral sulfida (pyrit).
Air lokasi penimbunan ini merupakan sumber air utama air asam
tambang.

Gambar II.1.
Air Asam Tambang
II.2. Proses Terjadinya Air Asam Tambang
4

Proses Terjadinya Air Asam Tambang Prinsip terjadinya air asam tambang
adalah adanya reaksi pembentukan H+ yang merupakan ion pembentuk asam akibat
oksidasi mineral-mineral sulfida dan bereaksi dengan air (H2O). Kemudian oksidasi
dari Fe2+, hidrolisis Fe3+ dan pengendapan logam hidroksida. Prinsip tersebut bila
dilihat secara kimia, sedangkan secara biologi terjadi air asam tambang akibat adanya
bakteri-bakteri tertentu yang sanggup untuk mempercepat proses (katalisator) dari
oksida mineral-mineral sulfida dan oksidasi-oksidasi besi. Berikut reaksi
pembentukan air asam tambang secara kimia dan secara biologi :
1. Secara Kimia Oksidasi mineral-mineral sulfida (dalam bentuk pyrit) yang
menyebabkan keasaman dari air asam tambang dapat digambarkan dengan tiga reaksi
a. FeS2 + 7/2 O2 + H2O Fe2+ + 2 SO42- + 2 H+
b. Fe2+ + O2 + H+ Fe3+ + H2O
c. Fe3+ + 3 H2O Fe(OH)3 + 3 H+
d. FeS2 + 15/4 O2 + 7/2 H2O 2 H2SO4 + Fe(OH)3
Persamaan a. menunjukkan oksidasi dari kristal pyrit oleh oksigen, persamaan b.
menunjukkan oksidasi dari ferrous iron (Fe2+) menjadi Ferric iron dan persamaan c.
menunjukkan hidrolisis ferric iron dan pengendapannya menjadi besi hidroksida
[Fe(OH)3]. Bila ketiga persamaan tersebut dijumlah akan memberikan hubungan
stokiometri secara menyeluruh
2. Secara Biologi Kondisi keasaman dari pelapukan ion-ion hidrogen selama
oksidasi dapat pula disebabkan karena adanya aktivitas biologi oleh bakteri-bakteri.
Bakteri tersebut mampu untuk mempercepat proses oksidasi dari mineral-mineral
sulfida dan oksidasi besi serta mendapat energi hasil pelepasan energi dari proses
oksidasi. Bakteri ini termasuk dalam subgroup strick aerobes, genus trobhasillus,
species thiobasillus, ferroxidans (kadang-kadang dijumpai Ferrobacillus ferroxidans).
Persamaan reaksi terbentuknya air asam tambang berdasarkan aktivitas biologi
sebagai berikut : FeS2 + H2O + 7/2 O2 Fe2+ + 2 SO42- Fe2+ + O2 + 5/2 H2O
T.Ferroxidans Fe(OH)3 + 2 H+ + FeS2 + 7/2 H2O + 15/4 O2 Fe(OH)3 + 2
H2SO4 Dari reaksi kimia dan biologi di atas dapat dilihat bagaimana terbentuk asam
5

sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat, dengan adanya kadar asam sulfat ini
menyebabkan air yang mengalir pada daerah yang terjadi proses kimia dan biologi
tersebut akan bersifat asam, inilah yang disebut air asam tambang. Air asam tambang
ini dapat dikenal dari warna jingga atau merah dari endapan besi hidroksida di dasar
aliran atau bau belerang, tetapi ini tidak selalu terjadi karena ada air asam tambang
yang warnanya agak jernih.

Gambar II.2.
Proses Terjadinya AMD

II.3. Dampak Yang Ditimbulkan Air Asam Tambang


Dampak Yang Ditimbulkan Akibat Air Asam Tambang (AAT) Dampak yang
dapat ditimbulkan akibat air asam tambang adalah terjadinya pencemaran lingkungan,
dimana komposisi atau kandungan air di daerah yang terkena dampak tersebut akan
berubah sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah, mengganggu kesehatan
masyarakat sekitarnya, dan dapat mengakibatkan korosi pada peralatan tambang.
Derajat keasaman tanah yang telah tercemar akibat air asam tambang ini akan
semakin meningkat, sehingga tanaman tidak dapat tumbuh karena derajat keasaman
tanahnya terlalu tinggi. Apabila air asam tersebut mencemari air tanah maupun aliran
air sungai dimana masyarakat memanfaatkan air tersebut maka dapat mengganggu
kesehatan masyarakat sekitar, diantaranya dapat menimbulkan penyakit diare maupun
6

penyakit lainnya yang berhubungan dengan pencernaan. Sedangkan air asam tambang
juga dapat mempercepat proses pengkaratan pada peralatan tambang, sehingga perlu
penanganan agar pengaruh yang ditimbulkan dari air asam tersebut tidak merusak
peralatan tambang.

Gambar II.3
Dampak AMD
II.4. Penanganan AMD
Pengolahan air asam harus dilakukan sebelum air tersebut dibuang ke badan
air, sehingga nantinya tidak mencemari perairan di sekitar lokasi tambang.
Pengolahan air asam dapat dilakukan dengan cara penetralan. Penetralan air asam
dapat menggunakan bahan kimia diantaranya seperti Limestone (Calcium Carbonat),
Hydrate Lime (Calcium Hydroxide), Caustic Soda (Sodium Hydroxide), Soda Ash
Briquettes (Sodium Carbonate), Anhydrous Ammoni.
1. Limestone (Calcium Carbonat)
Limestone atau biasa dikenal dengan batu gamping telah digunakan selama
berpuluh-puluh tahun untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam di dalam air
asam. Penggunaan limestone merupakan penanganan yang termurah, teraman dan
termudah dari semua bahan-bahan kimia. Kekurangan dari limestone ini ialah
mempunyai keterbatasan karena kelarutan yang rendah dan limestone terlapisi.

2. Hydrate Lime (Calcium Hydroxide)


7

Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk
menetralkan air asam. Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam yang sangat
besar dan keadaan acidity yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah hydrophobic,
begitu lama pencampuran diperlukan untuk membuat hydrated lime dapat larut dalam
air. Hydrated lime mempunyai batasan keefektifan dalam beberapa tempat dimana
suatu pH yang sangat tinggi diperlukan untuk mengubah logam seperti mangan.
3. Caustic Soda (Sodium Hydroxide)
Caustic Soda merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan sering dicoba
lebih jauh (tidak mempunyai sifat kelistrikan), kondisi aliran yang rendah. Caustic
menaikkan pH air dengan sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana
kandungan mangan merupakan suatu masalah. Penggunaannya sangat sederhana,
yaitu dengan cara meneteskan cairan caustic ke dalam air asam, karena kelarutannya
akan menyebar di dalam air. Kekurangan utama dari penggunaan cairan caustic untuk
penanganan air asam ialah biaya yang tinggi dan bahaya dalam penanganannya.
Penggunaan caustic padat lebih murah dan lebih mudah dari pada caustic cair.
4. Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)
Sodium Carbonate biasanya digunakan dalam debit kecil dengan kandungan
besi yang rendah. Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam biasanya berdasar
pemakaian sebuah kotak atau tong dengan air masuk dan buangan.
5. Anhydrous Ammoni Anhydrous
Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan acidity dan
untuk mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia diinjeksikan ke
dalam kolam atau kedalam inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat
dan dapat menaikkan pH.Ammonia memerlukan asam (H+) dan juga membentuk ion
hydroxyl (OH-) yang dapat bereaksi dengan logam-logam membentuk endapan.
Injeksi ammonia sebaiknya dekat dengan dasar kolam atau air inlet, karena ammonia
lebih ringan dari pada air dan naik kepermukaan. Ammonia efektif untuk
membersihkan mangan yang terjadi pada pH 9,5.
8

6. Penggunaan Tawas Sebagai Bahan Koagulan


Air asam dalam kegiatan penambangan juga bisa dipastikan akan memiliki
kekeruhan yang sangat tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan kekeruhannya dapat
menggunakan bahan kimia seperti alum atau lebih dikenal dengan tawas atau rumus
kimianya (Al2SO4)3. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak
digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran serta mudah
penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan)
air. Semakin tinggi turbidity air maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan.
Makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena
dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8
-7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu
ditambahkan alkalinitas.

You might also like