You are on page 1of 23

LAPORAN EKOSISTEM IRKHAS

by irkhas-aliyah
on Jul 17, 2015

LAPORAN KAJIAN EKOSISTEM


by onyatop
on Jul 02, 2015

Praktikum Ekosistem Air Tawar

EKOSISTEM AIR TAWAR (LENTIK DAN LOTIK)

DI BANYUWINDU

Tanggal Praktikum : 22 Oktober 2011

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengetahui faktor-faktor abiotik seperti kecepatan arus, suhu, salinitas,


dan tingkat keasaman (pH) sungai di Banyuwindu.

Untuk mengetahui jenis-jenis organisme yang terdapat di sekitar perairan sungai


dan kolam Banyuwindu.

Untuk menghitung kadar CO2 dan O2 yang terkandung dalam air sungai

Untuk menghitung kadar CO2 dan O2 yang terkandung dalam air kolam

B. LANDASAN TEORI

Ekosistem merupakan sistem terbuka, yaitu sistem yang mempunyai satu atau
lebih masukan (input) dan keluaran (output). Masukan dan keluaran itu dapat
berupa energi, materi atau makhluk hidup. Ekosistem merupakan satuan
fungsional dasar dalam ekologi. Energi adalah penyebut yang penting dalam
semua ekosistem, sehingga energi merupakan dasar utama dalam klasifikasi
ekosistem.
Dari segi makanan, ekosistem mempunyai dua komponen yaitu komponen
autotrofik dan heterotrofik. Komponen autotrofik yaitu organisme yang mampu
menyediakan mensintesa makanan sendiri yang berupa bahan organik dari
bahan anorganik dengan bantuan energi matahri dan klorofil (fotoautotrofik)
atau energi yang diperoleh dari hasil penguraian bahan kimia (kemoautotrofik).
Yang termasuk komponen ini adalah semua tumbuhan klorofil dan jamur
tertentu. Komponen heterotrofik yaitu orgainsme yang mampu memanfaatkan
bahan organik sebagai bahan makanannya. Semua hewan, jamur dan
mikroorganismee termasuk dalam komponen ini.

Berdasarkan habitatnya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan


ekosistem perairan.. Ekosistem perairan merupakan ekosistem yang selalu
mengalami perubahan kualitas dan kuantitas akibat pengaruh variasi abiotik
tersebut. Oleh karena itu, organisme perairan harus dapat beradaptasi dalam
mencari nutrisi dan menjalankan kelangsungan hidup dengan menggunakan
gas-gas yang terlarut pada perairan tersebut. Pengaruh variasi abiotik ini juga
sebagai penunjang lingkungan secara keseluruhan yang memungkinkan
adanya perubahan produktivitas biologis. Kualitas suatu perairan dapat
ditentukan oleh sifat kimia dan fisika. Interaksi antara sifat kimia dan fisika di
perairan sungai dan kolam dapat menentukan kemampuan perairan tersebut
untuk mendukung kehidupan yang ada di dalamnya.

Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak mencolok, penetrasi
cahaya kurang, dan dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Ekosistem air tawar
dibedakan menjadi ekosistem lentik atau perairan menggenang dan
ekosistem lotik atau perairan mengalir. Yang termasuk ekosistem lentik adalah
danau, rawa dan kolam, sedangkan yang termasuk ekosistem lotik adalah
sungai.

Komponen yang terdapat dalam ekosistem air tawar dapat dibedakan menjadi :

Berdasarkan cara memperoleh energi (makanan)

Komponen autotrof : tumbuhan air, ganggang dan lumut.

Komponen heterotrof : ikan, kepiting, katak, dll.

Berdasarkan kebiasaan kehidupan dalam air

Plankton : terdiri atas fitoplankton (plankton tumbahan) dan zooplankton


(plankton hewan), merupakan organismee yang gerakannya pasif selalu
dipengaruhi oleh arus air.
Nekton : organismee yang bergerak aktif berenang. Contoh: ikan, serangga
air.

Neuston : organismee yang beristirahat dan mengapung di permukaan air.

Bentos : organismee yang hidup di dasar perairan.

Perifiton : organismee yang melekat pada suatu substrat (batang, akar, batu-
batuan) di perairan.

Dalam ekosistem perairan, parameter yang selalu menjadi perhatian utama


adalah kandungan gas oksigen dan karbondioksida dalam air yang menunjukkan
kualitas perairan. Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi jumlah dan jenis
makrobentos di perairan. Semakin tinggi kadar O2 terlarut maka jumlah bentos
semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah kadar CO2 terlarut maka jumlah
bentos akan makin sedikit.

Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal
dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut
minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organismee (Swingle, 1968).

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan


untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimiawi, dengan reduktornya
KMnO4 atau K7Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (Oxidixing Agent).
Selain itu, penetapannya di dasarkan atas reaksi oksidasi bahan organik dengan
oksigen dan proses tersebut berlangsung secara kimia dalam kondisi asam dan
mendidih, dalam melakukan percobaan COD ini dapat menggunakan metode
permanganat dan bikromat (Soeseno, 1970). Menurut (lee at al., 1978), semakin
banyak bahan organik yang menumpuk dalam suatu perairan, nilai COD akan
semakin tinggi dan kemudian akan menurun dengan adanya dekomposer lebih
lanjut dari bahan organik

Kandungan Karbondioksida bebas (CO2) dalam suatu perairan maksimal 20 ppm


(Rahmatin, 1976). Kandungan karbondioksida bebas dalam suatu perairan lebih
tinggi dari 12 ppm dapat membahayakan kehidupan organismee perairan, dapat
diasumsikan bahwa bila dalam suatu perairan kadar Karbondioksida (CO2)
berlebihan dapat berdampak kritis bagi kehidupan binatang air (Spotte, 1920).

Perairan tawar alami hampir tidak memiliki pH > 9 sehingga tidak ditemukan
karbon dalam bentuk karbonat. Pada air tanah, kandungan karbonat biasanya
sekitar 10 mg/L karena sifat tanah yang cenderung alkalis. Perairan yang
memiliki kadar sodium tinggi mengandung karbonat sekitar 50 mg/L. Perairan
tawar alami yang memiliki pH 78 biasanya mengandung ion karbonat < 500
mg/L dan hampir tidak pernah kurang dari 25 mg/L. Ion ini mendominasi sekitar
60 90% bentuk karbon organik total di perairan

Kadar karbon di perairan dapat mengalami penurunan bahkan hilang akibat


proses fotosintesis, evaporasi dan agitasi air. Perairan yang diperuntukan untuk
kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar karbondioksida bebas < 5
mg/L. Kadar karbondioksida sebesar 10 mg/L masih dapat ditolerir oleh
organismee akuatik, asal disertai oksigen yang cukup. Sebagian besar
organismee akuatik dapat bertahan hidup hingga kadar karbondioksida bebas
mencapai sebesar 60 mg/L.

C. ALAT DAN BAHAN

Stop watch

Meteran

Bola pingpong

Alat tulis

Kertas label

10 buah botol gelap

Gelas ukur

Bekker glass

Indikator PP

Reagen KOH-KI

Reagen MnSO4

Reagen H2SO4

Reagen Amylum

Reagen Na2S2O3

Tissue

Termometer air

pH meter

Salinometer
D. CARA KERJA

Pengamatan faktor-faktor abiotik

Menentukan area sungai

Menentukan area sungai yang dijadikan sebagai obyek amatan menjadi 3


stasiun. Selanjutnya faktor-faktor abiotik ( kecepatan arus, suhu, salinitas, dan
pH) diukur untuk masing-masing area yang telah ditentukan.

Stasiun 1 : area sungai yang berada di dalam kawasan hutan.

Stasiun 2 : area sungai di sepanjang persawahan.

Stasiun 3 : area sungai di belakang perkampungan warga.

Mengukur suhu perairan

Suhu air diukur dengan cara memasukkan thermometer ke dalam air dan
membaca skalanya dengan posisi thermometer masih didalam air.

Mengukur salinitas perairan

Salinitas air dapat diukur dengan salinometer atau refraktometer. Dalam


praktikum ini salinitas diukur dengan salinometer, caranya yaitu dengan
mengambil sampel perairan yang akan diteliti, meneteskan air sampel pada
salinometer, kemudian membaca skala salinitas pada alat tersebut.

Mengukur tingkat keasaman perairan


Mengukur tingkat keasaman perairan dengan mencelupkan kertas pH ke
perairan tersebut, kemudian memperhatikan perubahan warna kertas tersebut
kemudian bandingkan warnanya dengan pH standard.

Mengukur kecepatan arus sungai di Banyuwindu:

Menentukan area sungai yang dijadikan sebagai obyek amatan menjadi 3


stasiun.

Stasiun 1 : area sungai yang berada di dalam kawasan hutan.

Stasiun 2 : area sungai di sepanjang persawahan.

Stasiun 3 : area sungai di belakang perkampungan warga.

Menentukan dan mengukur jarak pengamatan pada titik dimana pengamatan


akan dilakukan dengan menggunakan meteran yaitu 5 m.

Melepaskan bola dari salah satu ujung tali sebagai titik awal kemudian
menangkap bola tersebut pada ujung tali di titik akhir.

Mengukur waktu tempuh dimulai dari saat bola dilepas sampai bola ditangkap
kembali dengan stopwatch.

Mengulangi kegiatan pada poin nomor 2-6 hingga kegiatan praktikum selesai
mencakup semua titik di semua stasiun.

Mencatat dalam tabel pengamatan.

Untuk mengetahui kadar oksigen dan karbondioksida :

Mengambil sample air sungai di masing-masing stasiun. Setiap stasiun diambil 2


botol sampel air sungai, lalu diberi keterangan pada label.

Mengambil sampel air kolam dan dimasukkan ke dalam 2 buah botol yang telah
disiapkan kemudian diberi label.

Menguji kadar CO2 dan O2 untuk setiap sampel baik air mengalir/sungai maupun
air tergenang/kolam.

1. Penghitungan kadar CO2

Menyiapkan sampel air mengalir dari semua stasiun dan air tergenang.

Mengambil air sampel 5 ml.


Menambahkan 1 tetes indicator PP. Kalau warna berubah jadi pink/merah, maka
kadar CO2=0. Kalau tidak berubah, kadar CO2>0.

Mentitrasi dengan reagen 2 (KOH-KI) dengan siring sampai berwarna merah


muda

CO2 yang terlarut = jumlah (ml) titran X 100 mg/ppm

Mengulangi kegiatan poin b-e hingga tercatat semua data dari air sungai
maupun air kolam.

Memasukkan data pengamatan ke dalam tabel pengamatan.

2. Penghitungan kadar O2

Menyiapkan sampel air mengalir dari semua stasiun dan air tergenang.

Mengambil air sampel 5 ml.

Menambahkan 5 tetes reagen 1 (MnSO4) dan 5 tetes reagen 2 (KOH-KI).


Membiarkan selama 1 menit sampai terbentuk endapan

Menambahkan 10 tetes reagen 3 (H2SO4 pekat) sampai endapan hilang /


berwarna kuning.

Mengambil 5 ml larutan (langkah kerja b-d)

Menambahkan 1 tetes reagen 4 (amylum) sampai berwarna biru.

Menitrasi dengan reagen 5 (Na2S2O3) sampai warna biru hilang (jernih).

DO = jumlah titran X 10 mg/ppm

Jika DO = 5 mg/ppm, maka dilakukan uji ketetapan dengan cara mengambil


larutan 3-10 ml lalu melakukan langkah kerja f dan g. DO= jumlah titran
dikalikan dengan 5 mg/ppm .

Mengulangi kegiatan hingga tercatat semua data dari air sungai maupun air
kolam.

Memasukkan data pengamatan ke dalam tabel pengamatan.

Mengamati biota air

Pengamatan bentos, Peryphiton, Nekto dan Neuston

Pada saat pengambilan data kecepatan arus sungai, berbagai jenis komponen
biotik (biota air) yang tampak diidentifikasi untuk dikategorikan ke dalam
beberapa golongan berdasarkan kebiasaanya yaitu bentos (berada di dasar),
peryphiton (hewan/tanaman yg akarnya menonjol ke permukaan), plankton
(pergerakan mengikuti arus), nekton (bebas berenang/kemauan sendiri), neuston
(di permukaan air). Lalu mencatatnya ke dalam data sheet.
Pengamatan Plankton

Mengambil 1 tetes sampel air dalam botol sampel

Mengamati keberadaan plankton dibawah mikroskop

Mengambil gambar kenampakan plankton yang telah diamati.

Mengidentifikasi jenis plankton dengan mengacu pada buku keanekaragaman


jenis plankton

A. DATA HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Data Kecepatan Air Dan Biota Air

No

Tempat

Titik

pH

Salinitas

Kecepatan

(m/s)

Suhu

(OC)
Bentuk kehidupan Air

Bentos

Perifiton

Nekton

Neuston

1 Stasiun I

(Masuk

Hutan)

0,46 22 Cacing : 1

Udang : 1

Pacet : 1

Kepiting sawah sawah : 1

Cetol : 3
Anggang-anggang warna kelabu : 7

Anggang-anggang putih : 34

Kecebong : 131

Serangga air : 8

0,41 24 Pacet : 3

Udang : 2

Cetol : 1 Anggang-anggang abu-abu : 28

Kecebong : 126

0,37 24,5 Cacing : 1

Pacet : 1

Udang : 2
Anggang-anggang putih : 16

Kecebong : 28

Anggang-anggang abu-abu : 34

Stasiun II

(belakang mushola-Sawah)

0,17 24 Lumut : melimpah Marsilea sp : 1 Cetol : 8

Kepiting sawah sawah : 1

Anggang-anggang putih : 5

Anggang-anggang abu-abu : 12

Kecebong : 2

0
0,25 24 Lumut : melimpah

Keong :

Cetol : 3 Anggang-anggang putih : 3

Anggang-anggang abu-abu : 1

0,33 25 Lumut : melimpah

Keong : 4

Cetol : melimpah

Ikan : 4

Anggang-anggang putih : 12

Anggang-anggang abu-abu : 13

No

Tempat

Titik

pH
Salinitas

Kecepatan

(m/s)

Suhu

(OC)

Bentuk kehidupan Air

Bentos

Perifiton

Nekton

Neuston

3 Stasiun III

(Belakang mushola-

Jembatan)

7
0

0,31 24,5 Cetol : berlimpah Anggang abu-abu : 3

0,27 24,5 Cetol : berlimpah Anggang-anggang abu-abu : 5

0,25 24,5 Serangga air

4 Air kolam 1

Lumut Ikan mas : 2

Ikan mujair : melimpah

0
Lumut Ikan mujair : melimpah Anggang-anggang

Tabel 2. Data Plankton Yang Ditemukan Di Perairan Sungai dan Kolam

No

Nama Plankton

Gambar

1 Anismodexus

2 Astemomela

3 Compsorocoa

4 Cylotella

5 Gothatococcus

6 Lymgia

7 Mouceotia

8 Ptageotars

9 Tetraspora

10 Tracmelomonas

11 Ulothrix

12 Vaucnepia
13 Wildemeramoia

Table 3. Data Pengukuran CO2 (COD)

Stasiun ke-

CO2 terlarut

Rata-rata

Sampel 1

Sampel 2

Sampel 3

1 ppm

0,5 ppm

0,5 ppm

0,67 ppm

2
2 ppm

1 ppm

1 ppm

1,33 ppm

1 ppm

1 ppm

1 ppm

1 ppm

Kolam

2 ppm

2 ppm

2 ppm

2 ppm
Tabel 4. Data Pengukuran O2 (BOD)

Stasiun ke-

O2 terlarut

Rata-rata

Sampel 1

Sampel 2

Sampel 3

0,5 ppm

0,5 ppm
0,5 ppm

0,5 ppm

0,5 ppm

0,5 ppm

0,5 ppm

0,5 ppm

0,5 ppm

0,5 ppm

0,5 ppm

0,5 ppm

Kolam

0,5 ppm
0,5 ppm

0,5 ppm

0,5 ppm

B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Praktikum ekosistem perairan yang dilaksanakan mengkaji tentang kategori


ekosistem air tawar yang dibagi menjadi dua macam ekosistem yaitu ekosistem
air mengalir (lotik) dan ekosistem air tergenang (lentik).

Sungai merupakan badan air yang bergerak terus menerus dalam satu arah dari
tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah. Di bagian hulu sungai, airnya
dingin dan jernih karena berada di daerah pegunungan. Selain itu air di bagian
hulu realtif sedikit membawa sedimen dan nutrient mineral. Semakin jauh air
mengalir menuju bagian hilir, air sungai dari hulu telah bergabung dengan
sumber-sumber air lainnya, air mulai tampak keruh karena mengangkut lebih
banyak sedimen, mineral, dan zat terlarut lainnya.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka kegiatan praktikum dilakukan pada 3


bagian sungai yang berbeda yaitu hulu sungai (stasiun 1), pertengahan sungai
(stasiun 2) dan hilir sungai (stasiun 3). Pembagian area staiun pengambilan
sampel terutama dengan mempertimbangkan asumsi bahwa semakin menjauhi
bagian hulu sungai, kadar pencemaran air semakin tinggi. Pencemaran air itu
dapat berasal dari pencemaran organik dari alam, pupuk dan pestisida kimia dari
persawahan, dan limbah kimia serta rumah tangga dari pemukiman warga.
Untuk setiap stasiun pengambilan data dilakukan pada tiga titik yang berbeda.
Data yang di dapat dari hasil praktikum di ketiga stasiun tersebut adalah:

Stasiun 1 (masuk hutan) : Kadar oksigen terlarut sebesar 0,5 ppm dan
karbondioksida terlarut sebesar 0,67 ppm. Kehidupan air yang ditunjukkan pada
area ini yaitu bentos berupa cacing, udang dan pacet. Nekton berupa kepiting
dan ikan cetol. Neuston berupa anggang-anggang, kecebong dan serangga air
lainnya.

Stasiun 2 (belakang mushola-sawah) : Kadar oksigen terlarut sebesar 0,5 ppm


dan karbondioksida terlarut sebesar 1,33 ppm. Kehidupan air yang diperlihatkan
pada area ini adalah bentos berupa lumut dan keong. Nekton berupa semanggi
air. Nekton berupa ikan cetol, kepiting dan ikan. Neuston berupa anggang-
anggang dan kecebong.

Stasiun 3 (belakang mushola-jembatan) : Kadar oksigen terlarut sebesar 0,5


ppm dan karbondioksida terlarut sebesar 1 ppm. Kehidupan air yang diperoeh di
stasiun ini adalah bentos yang berupa lumut dan tumbuhan air lainnya. Nekton
berupa ikan cetol yang jumlahnya berlimpah dan ikan-ikan kecil. Neuston berupa
anggang-anggang dan serangga air.

Untuk pangamatan pada ekosistem air tergenang/lentik diambil dari air dari
kolam yang berada di dekat pemukiman warga. Data yang diperoleh yaitu kadar
karbondioksida terlarut sebesar 2 ppm dan oksigen terlarutnya sebesar 0,5 ppm.
Untuk kehidupan airnya yaitu bentos berupa lumut. Nekton berupa berbagai
jenis ikan. Neuston berupa anggang-anggang.

Kecepatan air sungai di masing-masing stasiun berbeda-beda.

Stasiun 1 (masuk hutan) : kecepatan rata-rata air sebesar


0,41 m/s

Stasiun 2 (belakang mushola-sawah) : kecepatan air rata-rata sebesar


0,27 m/s

Stasiun 3 (belakang mushola-jembatan) : kecepatan air rata-rata sebesar


0,25 m/s.

Kecepatan air pada stasiun 1 lebih besar daripada stasiun lainnya. Hal ini
dikarenakan topografi stasiun 1 lebih miring dibandingkan stasiun 2 dan 3.
Sehingga arus yang mengalir di situ lebih deras.

Pada pengukuran kadar oksigen dan karbondioksida, untuk kadar oksigen di


semua stasiun memliki kandungan yang sama besar. Kadar karbondioksida di
stasiun 2 memiliki kadar yang lebih tinggi daripada stasiun 1 dan 3. Stasiun 2
terletak di area persawahan, sehingga air di sungai area ini dapat terkontaminasi
pupuk, pestisida atau senyawa kimia lainnya yang digunakan di sawah. Akibat
yang ditimbulkan yaitu banyaknya jenis tumbuhan air ditemukan lebih banyak
dibanding stasiun lainnya.
Jika dibandingkan kadar oksigen dan karbondioksida pada air kolam, kandungan
oksigennya cenderung sama dan kadar karbondioksidanya jauh lebih tinggi. Air
kolam tidak memiliki aliran air, sehingga kandungan karbondioksida terus
menumpuk seiring dengan perlakukan yang diberikan warga misalnya saja
pemberian pakan kimiawi.

Berbagai bentuk fenomena kenidupan perairan baik di air mengalir maupun air
tergenang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut
antara lain suhu, derajat keasaman (pH), arus permukaan, dan kandungan zat
terlarut (O2 dan CO2).

Suhu air mempengaruhi sifat kimia maupun biologis perairan. Kenaikan suhu
dapat menyebabkan menurunnya kandungan oksigen dan menaikkan daya
toksik yang ada dalam suatu perairan. Selain itu suhu air juga mempengaruhi
proses pertukaran zat atau metabolismee dan pertumbuhan makhluk hidup di
dalamnya.

Arus permukaan perairan sangat berpengaruh terhadap distribusi perairan dan


meningkatkan terjadinya difusi oksigen dalam perairan. Arus air membantu
penyebaran organismee air dari suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu juga
arus air membantu suplai bahan makanan yang dibutuhkan oleh organisme itu.

Derajat keasaman (pH) suatu perairan sering digunakan sebagai petunjuk untuk
menyatakan kualitas air sebagai media hidup. Karena pH sangat berpengaruh
terhadap berbagai metabolisme dan proses fisiologis di dalam tubuh makhluk
hidup. Derajat keasaman yang dianjurkan adalah sebesar 7 (netral). Kadar pH
yang terlampau jauh dari batas netral akan mengganggu sistem regulasi dalam
tubuh organisme.

C. KESIMPULAN

Kecepatan arus sungai di desa Banyuwindu bervariasi berdasarkan masing-


masing tempatnya yaitu hulu sungai sebesar 0,41 m/s, persawahan sebesar 0,25
m/s, dan hilir sungai sebesar 0,27 m/s. Suhu yang tercatat pada saat
pengamatab berkisar antara 22oC-25oC. Tingkat keasaman (pH) air sungai dan
air kolam sebesar 7 (netral) serta tidak memiliki kandungan garam.

Organisme yang hidup di sekitar perairan meliputi pacet, cetol, ikan-ikan kecil,
kecebong, anggang-anggang, lumut, semanggi dan serangga air lainnya..
Kadar oksigen yang terukur pada pengamatan memiliki nilai yang sama yaitu
sebesar 0,5 ppm.

Sedangkan kadar karbondioksida bervariasi pada setiap stasiun yaitu stasiun 1


sebesar 0, 67 ppm, stasiun 2 sebesar 1,33 ppm, stasiun 3 sebesar 1 ppm dan air
kolam sebesar 2 ppm

D. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Ekologi Perairan. http://www.scribd.com/doc/14066466/Ekologi-


Perairan diakses pada 18 Oktober 2011

______. 2010. Penentuan Faktor Abiotik Perairan.


http://www.bangkoyoy.com/2010/10/penentuan-faktor-abiotik-perairan-
tawar.html diakses pada 18 Oktober 2011.

Ngabekti, Sri. 2006. Ekologi. Semarang: FMIPA Unnes

You might also like