You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya populasi manusia dan seiring dengan kemajuan zaman tingkat kebisingan
atau hiruk-pikuk dalam lingkungan pun meningkat misalnya dapat kita rasakan ketika kita berada
di jalan, kita mendengar keriuhan lain proyek pembangunan, suara kendaraan umum yang
menderu dan musik yang dinyalakan orang lain.
Perubahan lingkungan suara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran suara, yaitu
pencemaran suara terjadi akibat peningkatan kebisingan yang disebabkan alam dan kegiatan
manusia pula. Pencemaran suara yang terjadi di lingkungan sangat berdampak pada kehidupan,
salah satunya berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia terhadap 20.000 orang di tujuh provinsi itu mencatat
bahwa sekitar 38 juta penduduk Indonesia terganggu pendengarannya. Dan sekitar 16,8 persen
dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan pendengaran pada 1996. Dan jumlah ini
terus meningkat seiring perubahan gaya hidup yang semakin modern (fetty,2010)
Melihat hasil penelitian dari berbagai ahli dan penemuan dalam kehidupan seharihari
tentang dampak kebisingan atau pencemaran suara inilah seharusnya diambil langkah langkah
yang tepat untuk menanggulangi salah satu polusi yang dianggap tidak begitu berdampak
dibanding dengan polusi air, tanah dan udara yang sekarang ini dengan jelas terlihat dalam
kehidupan kita seharihari.
Dalam laporan penelitian ini penulis dapat menyajikan data polusi suara yang terjadi
di Pulau tidung, cara menanggulangi polusi suara suara yang efeknya secara tidak sadar telah
menggangu kehidupan manusia. Selain itu, penulis ingin menyajikan tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan pencemaran suara.

B. Identifikasi Masalah
Masalah yang dibahas dalam laporan ini adalah mengenai tingkat kebisingan atau
polusi suara di Pulau Tidung. Pulau tidung merupakan pulau yang banyak di kunjungi wisatawan
asing maupun wisatawan lokal. Hal itu yang menyebabkan penulis mengira kalau tingkat
kebisingan di Pulau Tidung tergolong tinggi dan membuat kenyamanan penduduk yang tinggal
diwilayah tersebut terganggu.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan polusi suara?
b. Apa yang menyebabkan polusi suara?

c. Apa saja dampak dari polusi suara?

d. Bagaimana menanggulangi dampak polusi suara?

e. Bagaimana karakteristik tempat terjadinya polusi suara?


f. Bagaimana cara penggunaan Sound Level atau alat pengukur kebisingan?
g. Berapa standar pemaparan kebisingan atau polusi suara yang disarankan?

D. Tujuan Penelitian
Dalam laporan penelitian ini, tujuan yang ingin diperoleh sebagai berikut :
a. Mengetahui definisi dari polusi suara.
b. Mengetahui sebab-sebab terjadinya polusi suara.
c. Mengetahui dampak dari polusi suara.
d. Mengetahui cara penanggulangan dampak polusi suara.
e. Mengetahui karakteristik tempat terjadinya polusi suara.
f. Mengetahui nilai kebisingan dibeberapa tempat di Pulau Tidung.
g. Mengetahui nilai pemaparan kebisingan atau polusi suara yang disarankan.

E. Kerangka Teori
pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi atau
suara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran suara
diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan
tidak menyenangkan. Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas bunyi melewati 70 desibel (dB).
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar.
Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul molekul udara di sekitarnya,
sehingga molekul molekul udara tersebut ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan
terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola rambatan
longitudinal.Rambatan gelombangdi udara ini dikenal sebagai suara atau bunyi (mada,2013).

Menurut Dr. Luther Terry, mantan peneliti di Badan Bedah AS, yang melakukan
penelitian adanya akibat negatif terkait suara yang bising, selain mengganggu proses
pendengaran, polusi suara juga mengganggu kontruksi jantung, peredaran darah, meningkatkan
kerja hati, pernafasan yang meningkat, menghambat penyerapan kulit dan tekanan kerangka otot,
sistem pencernaan berubah, aktivitas yang berhubungan dengan kelenjar yang memberi pertanda
pada zat-zat kimia dalam tubuh termasuk darah dan air seni, efek keseimbangan organ. Juga
keseimbangan efek perasa dan perubahan kimia di otak dan mengganggu perkembangan janin
(mada,2013)

F. Hipotesa
Hipotesa atau dugaan sementara dari penelitian polusi suara di Pulau Tidung ini sebagai
berikut :
a. Tingkat kebisingan atau polusi suara di Pulau Tidung belum melewati ambang maksimum
pendengaran manusia yang sebesar 70 dB.
b. Polusi suara tertinggi terdapat di daerah yang banyak terjadi aktivitas manusia.
c. Penempatan pemukiman penduduk jauh dari lokasi wisata sehingga jauh dari polusi suara.

G. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian polusi suara ialah dengan metode observasi
langsung ke wilayah yang ingin di teliti yaitu Pulau Tidung. Tujuan dari metode observasi adalah
untuk mengamati langsung lokasi-lokasi yang menjadi tempat kebisingan atau polusi suara dan
menganalisis tingkat kebisinginnya. Selain dengan metode observasi, penyusunan laporan ini
juga menggunakan metode studi pustaka karena saya mencari materi-materi yang berkaitan
dengan polusi suara di berbagai buku dan internet. Tujuan dari metode studi pustaka adalah
untuk membandingkan hasil pengamatan secara langsung dengan teori yang ada.

BAB II
POLUSI SUARA
A. Pengertian Polusi Suara
Pencemaran (polusi) adalah proses masuknya polutan ke dalam suatu lingkungan
sehingga menurunkan mutu lingkungan. Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam
lingkungan hidup mengalami perubahn sehingga keeimbangan dalam hal struktur maupun
fungsinya terganggu (fetty,2010).
Maka pencemaran dapat diartikan sebagai keberadaan suatu substansi dalam lingkungan
yang disebabkan komposisi kimianya atau kuantitas kerusakan proses fungsi-fungsi alam dan
hasil lingkungan yang tidak diinginkan yang berdampak pada kesehatan.
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup No. 4 Tahun 1982).
Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang
merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi,
gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara. Kebanyakan
suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat
dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo
atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar bunyi saat
gelombang bunyi, yaitu getaran di udara atau medium lain sampai ke gendang telinga manusia.
Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20
kHz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya (hikmat,2014).

Jadi, pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi
atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya. Pencemaran
suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising
dan tidak menyenangkan. Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas bunyi melewati 70 desibel
(dB).

B. Penyebab Polusi Suara


Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat
suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk
hidup.

Sifat polutan adalah:


1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak
merusak lagi.

2. Merusak dalam jangka waktu lama.

Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang bergetar.
Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul molekul udara di sekitarnya,
sehingga molekul molekul udara tersebut ikut bergetar. Getaran sumber ini menyebabkan
terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut pola rambatan
longitudinal.Rambatan gelombangdi udara ini dikenal sebagai suara atau bunyi (mada,2013).

Dalam pencemaran suara kebisingan yang dialami sehari hari tanpa sadar merupakan
faktor utama terjadinya pencemaran suara. Apalagi pada era modern seperti sekarang ini banyak
sekali alat alat yang menggunakan mesin yang berbunyi bising serta penggunaan gadget yang
bisa memutar bunyi dengan earphone yang suaranya langsung mengenai gendang telinga tanpa
ada perantara merupakan suatu hal yang beresiko mengakibatkan pencemaran suara.
Saat berada di rumah, telinga kita diisi oleh riuhnya suara binatang peliharaan, suara AC,
televisi, dan banyak hal lain. Saat berada di jalan, kita juga mendengar keriuhan lain: proyek
pembangunan, suara kendaraan umum yang menderu dan musik yang dinyalakan orang lain. Di
kabin mobil, kapal laut, dan pesawat terbang menimbulkan suara mesin yang menderu. Juga di
pabrik atau tempat kerja yang memakai kipas angin besar, kompresor, trafo, dan pompa. Di hotel,
perkantoran, atau apartemen biasanya saluran udaranya mengeluarkan bising.
Sebagai contoh beberapa kebisingan yang menyebabkan kebisingan yang kekuatannya
diukur dengan dB atau desibel adalah
1. Orang ribut / silat lidah = 80 dB

2. Suara kereta api / krl = 95 dB

3. Mesin motor 5 pk = 104 dB

4. Suara petir = 120 dB

5. Pesawat jet tinggal landas = 150 dB

Sumber polusi suara, menurut lokasinya:


1. Dalam ruangan (contoh: keramaian di dalam kelas)
2. Dalam bangunan, luar ruangan (contoh: keramaian di selasar ruangn kelas)

3. Luar bangunan, dalam kawasan (suara kendaraan yang parkir dalam kawasan)

4. Luar kawasan (suara kendaraan yang lewat di depan bangunan)

Sumber noise dapat berupa suara kendaraan, manusia, atau mesin yang dapat
mengganggu kenyamanan. noise ini dapat merambat secara langsung (lewat udara) atau airborne
atau lewat benda padat.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan


manusia.
1. Kegiatan manusia

a. Transportasi
b. Industri
c. Pembangkit listrik
d. Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)

2. Sumber alami

a. Gunung berapi
b. Rawa-rawa
c. Kebakaran hutan
d. Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi

C. Dampak Polusi Suara


Tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu (lamanya) kontak.
Menurut WHO, tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu sebagai berikut (yuni,2012) :
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan tubuh
serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain.
2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan menyebabkan sakit yang
kronis.
3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga menimbulkan
gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan.
Menurut penelitian musik berirama keras hingga 'berlimpah ruah' berdampak dramatik
pada psikologi. Selain berakibat merusak gendang pendengaran. Menurut Dr. Luther Terry,
mantan peneliti di Badan Bedah AS yang melakukan penelitian adanya akibat negatif terkait
suara yang bising, proses pendengaran melibatkan: kontruksi jantung, peredaran darah,
meningkatkan kerja hati, pernafasan yang meningkat, menghambat penyerapan kulit dan tekanan
kerangka otot, sistem pencernaan berubah, aktivitas yang berhubungan dengan kelenjar yang
memberi pertanda pada zat-zat kimia dalam tubuh termasuk darah dan air seni, efek
keseimbangan organ. Juga keseimbangan efek perasa dan perubahan kimia di otak. Itu semua
merupakan sebagian dari efek suara bising pada manusia.
Terry juga mengungkapkan adanya efek negatif suara gaduh dalam perkembangan janin.
Penelitian menemukan pula, kalau setelah terpapar suara berkekuatan tinggi, seperti suara
pesawat yang tinggal landas atau tempat kerja yang sangat ramai, tekanan darah meningkat
hingga 30%. Pengaruh negatif bertambah dengan adanya kenyataan tekanan darah meningkat
dalam tingkat yang tinggi, bahkan saat paparan suara bising berakhir.
Mungkin Anda memilih untuk tak tinggal di dekat bandara agar tak terkena dampak
buruk kebisingan lalu litas pesawat. Meski demikian, suara gaduh lain yang mungkin kita
pertimbangkan secara moderat memang memiliki pengaruh. Sebuah penelitian di Jerman
menemukan, bahwa tinggal di daerah yang bising dan jalanan yang sibuk memungkinkan
mengakibatkan serangan jantung sebesar 20%, lebih tinggi dari pada orang-orang yang tinggal di
daerah tenang.
Studi tersebut menghubungkan permasalahan dalam mendengarkan, juga dipengaruhi
oleh kebisingan. Selain itu, suara gaduh juga dapat berpengaruh pada anak-anak dalam belajar
bicara, membaca, dan dalam menangkap pelajaran di sekolah. Pengaruh yang sama juga telah
didokumentasikan pada orang-orang yang tinggal di dekat bandara, dekat rel kereta api dan jalan
besar. Ketidakmampuan untuk mendengar dan memahami segala yang diajarkan guru dapat
diartikan sebagai kwalitas yang menyedihkan, dan bahkan dapat meningkatkan tingkat
ketidaklulusan di sekolah.
Polusi suara juga membawa dampak pada tingkah laku anak-anak dan orang dewasa.
Sebuah studi mengamati respon seorang pejalan kaki saat seseorang meminta bantuan di tempat
yang gaduh. Sementara ditengah kebisingan suara mesin pemotong rumput yang meraung di
sekitar, ada seseorang wanita yang patah tulang menjatuhkan bukunya, tak seorangpun datang
untuk memberikan bantuan. Namun pada saat mesin pemotong rumput yang bersuara ribut
dimatikan, dan kejadian yang sama diulang, beberapa pejalan kaki berhenti guna memberi
bantuan pada wanita ini (hikmat,2014).
Dari uraian diatas, dampak pencemaran suara biasanya hanya menyebabkan gangguan
gangguan kecil yang tidak begitu dirasakan oleh makhluk yang tercemari. Pencemaran suara
yang bersifat terus-menerus dengan tingkat kebisingan di atas 70 dB itulah yang dapat
mengakibatkan efek atau dampak yang merugikan kesehatan manusia dan juga menimbulkan
kerugian secara materi karena dengan kesehatan yang terganggu maka produktivitas kerja akan
menurun.

D. Cara Penanggulangan Dampak Polusi Suara


Dari uraian diatas begitu berbahayanya pencemaran suara yang menyebabkan berbagai
gangguan pada manusia, kini banyak digunakan sistem kendali bising yang aktif. Menurut Dr Ir
Bambang Riyanto Trilaksono MSc, peneliti dan dosen pada Departemen Teknik Elektron, Institut
Teknologi Bandung (ITB), secara konvensional bising diredam dengan memakai bahan-bahan
peredam (yuni,2012)
Bahan tersebut ditempatkan di sekitar sumber bising atau di dinding ruang yang intensitas
bisingnya mau dikurangi. Sayangnya, kendali bising pasif hanya efektif pada frekuensi tinggi.
Jika pada frekuensi rendah diterapkan sistem ini, bahan peredam yang dibutuhkan akan lebih
berat dan tebal. "Ini meningkatkan biaya, bahkan kadang-kadang membuat sistem sulit
diimplementasikan," kata Bambang.
Pada dasarnya pengendali bising aktif adalah peredam bising dengan menggunakan
sumber suara yang dikendalikan dan melawan sumber bising yang tidak dikehendaki. Bambang
menjelaskan, prinsip yang digunakan dalam kendali bising aktif (active noise control/ANC)
adalah interferensi destruktif antara bising dan suatu sinyal suara lain, lazimnya disebut
antisound). Sistem ini membangkitkan sinyal yang fasanya berlawanan dengan bising yang mau
diredam.
Meskipun sederhana dalam teori, prinsip ini sulit pada prakteknya. Penyebabnya karena
karakteristik sumber bising akustik dan lingkungan selalu berubah terhadap waktu, frekuensi,
amplitudo, dan fasa. Selain itu, kecepatan suara bising tidak stasioner. Selain itu kini di
perkantoran, hotel atau apartemen di kota kota besar yang dekat dengan lalu lintas utama atau
dekat bandara yang dirasa lingkungannya mempunyai kebisingan yang tidak bisa ditolerir oleh
pendengaran manusia, maka Direktur Jendera Bina Marga sejak tahun 1999 mencanangkan
bangunan peredam bising. Dimensi
Bangunan Peredam Bising tersebut antara lain :
a. Tinggi minimal 2,75m (makin tinggi kemampuan redaman makin baik).
b. Tebal dinding minimal 10 cm.
Cara penanggulangan polusi udara lainnya ialah dengan mengurangi penjualan kendaraan
bermotor, karena hal ini merupakan salah satu pemacu terjadinya kebisingan di jalanan. Karena
melihat kenyataan sekarang ini, setiap individu tidak lepas dari kendaraan bermotor. Secara terus
menerus program ini terus disosialisasikan oleh pemerintah dalam upayanya mengurangi polusi
suara.
Kebijakan yang sudah diambil oleh pemerintah dalam menanggulangi polusi suara adalah
mengendarai mobil dengan sistem 3 in 1 yaitu dalam satu mobil minimal harus diisi dengan 3
orang, agar keributan yang terjadi akibat kemacetan, asap dan desing suara mesin tidak terlalu
memadati jalan raya. Selain itu yang perlu dilakukan pemerintah adalah mengurangi penjualan
kendaraan bermotor, karena hal ini merupakan salah satu pemacu terjadinya kebisingan di
jalanan. Karena melihat kenyataan sekarang ini, setiap individu tidak lepas dari kendaraan
bermotor.
Dari setiap individu pun kesadaran akan pentingnya pengurangan polusi suara harus lebih
digalakkan. Misalnya dengan tidak terlalu banyak memakai alat elektronik yang menimbulkan
suara bising, tidak berteriak dalam berbicara atau tidak mendengarkan musik dengan earphone
dengan sangat keras. Karena secara tidak langsung hal itu bisa mengurangi kelelahan otak dalam
mendengar (fetty,2010).
Dari pabrik atau lembagalembaga penemuan teknologi baru, seharusnya memikirkan
juga tentang efek samping terhadap mesin yang menimbulkan suara gaduh. Pihak produsen
seharusnya memasang peredam suara dalam setiap produknya sehingga kebisingan dapat
diminimalisir.

Adapun cara lain menanggulangi pencemaran suara yaitu :


1. Kelompokkan ruangan dengan potensi keramaian agar tidak mengganggu ruangan yang
membutuhkan ketenangan

2. Jauhkan ruangan yang membutuhkan ketenangan dari sumber kebisingan (terutama jalan)
3. Gunakan material yang padat, tebal, dan masif untuk menyerap suara (parket,busa dilapis
dengan kain, gipsum)

4. Buat ruangan dengan pembatas ganda (dinding, langit2, dan lantai ganda)

5. Kurangi penempatan bukaan pada daerah muka bangunan yang berhadapan dengan jalan yang
ramai

6. Buat permukaan yang tidak rata untuk menyebarkan suara

7. Buat pagar atau pembatas jalan yang dapat menyerap atau mencegah noise masuk ke dalam
bangunan (pagar tembok masif, pagar bukit dan tanaman).

E. Karakteristik Tempat Terjadinya Polusi Suara


Tempat-tempat yang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi ialah tempat-tempat yang
banyak terjadi aktivitas manusia, seperti :
1. Tempat umum yang ramai
2. Banyak dikunjungi orang
3. Aktivitas manusia yang beragam
4. Dekat dengan pabrik atau bandara penerbangan
F. Standar Pemaparan Kebisingan atau Polusi Suara yang Disarankan
Pendengaran akan terganggu apabila tenaga kerja terpapar terus menerus terhadap bising
diatas 70 dB, dibanding dengan pemaparan secara intermitten yang kurang berbahaya. Oleh
karena itu, Nilai Ambang Batas pendengaran manusia adalah 70 dBA selama 8 jam sehari dan 40
jam seminggu.
Berikut ini adalah pedoman pemaparan terhadap kebisingan (nilai ambang kebisingan)
berdasarkan lampiran II Kepmenaker :No.Kep 51/Men/1999

Waktu Pemaparan perhari dBA


8 jam 70 dBA
4 jam 88 dBA
2 jam 104 dBA
1 jam 120 dBA

G. Sound Level atau Alat Pengukur Tingkat Kebisingan


Digital sound level meter SL- 814 adalah alat untuk mengukur intensitas kebisingan.
Cara pengunaan Sound Level Meter, yaitu sebagai berikut :
1) Waktu mengukur, Sound LevelMeter diletakkan setinggi telinga.
2) Arahkan mikrophon kearah rambatan gelombang suara dengan membentuk sudut 70.
3) Lakukan pengukuran dimana tenaga kerja menghabiskan waktu kerjanya.
Bagian dari SOUND LEVEL METER
a) Power (Battery) berfungsi sebagai sumbeere tegangan.
b) Response Slow/Fast berfungsi mengatur kecepatan angka yang di tunjukkan.
c) Function Callibration berfungsi untuk pengenolan angka.
d) Weighting A/C berfungsi sebagai satuan hasil yang di tunjukkan.
e) Range: Low 35 dB - 100 dB berfungsi sebagai batas ukur alat pada tingkat kebisingan yang
rendah.
f) High 65 dB - 130 dB berfungsi sebagai batas ukur alat pada tingkat kebisingan yang tinggi.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Persiapan
Penelitian tingkat kebisingan atau polusi suara dilakukan pada tanggal 15 mei 2014 17
mei 2014 di Pulau Tidung. Sebelum melakukan penelitian hendaknya melakukan berbagai
persiapan, seperti :
a) Persiapan materi yang cukup
b) Peninjauan lokasi tempat penelitian
c) Persiapan alat dan bahan yang sekiranya nanti akan digunakan
d) Persiapan kesehatan praktikan
Alat yang di gunakan saat penelitian ialah sound level SL- 814. Alat ini digunakan untuk
mengukur tingkat kebisingan. Penelitian disetiap tempat dan disetiap waktu dilakukan sebanyak
tiga kali supaya data yang diperoleh lebih akurat.

B. Pengumpulan Data
Penelitian tingkat kebisingan atau polusi suara dilakukan dibeberapa tempat di Pulau
Tidung yaitu tempat wisata jembatan cinta, dermaga, SMK 61 Jakarta, belakang kecamatan,
pemukiman penduduk, lapangan sepak bola, dan tempat pemakaman umum (TPU). Penelitian
tingkat kebisingan ini masing-masing dilakukan pada 4 waktu yang berbeda yaitu pagi hari
sekitar pukul 06:00 WIB 10:00 WIB, siang hari sekitar pukul 12:30 WIB 14:30 WIB, sore
hari sekitar pukul 16:00 WIB 17.30 WIB, dan malam hari sekitar pukul 19:00 WIB 21:30
WIB. Sehingga diperoleh data sebagai berikut :

1. Intensitas bunyi di tempat wisata jembatan cinta

Jembatan Cinta
Waktu Intensitas (dB)
Kamis, 14:16:00 79.2
Kamis, 14:21:00 88.8
Kamis, 14:26:00 74.9
Kamis, 16:45:00 61.8
Kamis, 16:50:00 71.1
Kamis, 16:55:00 75.2
Jumat, 6:20:00 66.8
Jumat, 6:25:00 67.4
Jumat, 6:30:00 62.7
MAX 88.8
RATA-RATA 71.98888889

2. Intensitas bunyi di dermaga

Dermaga
Waktu Intensitas (dB)
Kamis, 14:10:00 54.4
Kamis, 14:15:00 57.3
Kamis, 14:20:00 51.6
Kamis, 16:57:00 60.5
Kamis, 17:02:00 52.3
Kamis, 17:07:00 56.8
Kamis, 19:54:00 51.9
Kamis, 19:59:00 53.7
Kamis, 20:04:00 52.3
Jumat, 6:56:00 77.4
Jumat, 7:01:00 86.09
Jumat, 7:06:00 73.01
MAX 86.09
RATA-RATA 60.60833333

3. Intensitas bunyi di SMK 61 Jakarta

Sekolah
Waktu intensitas (dB)
Kamis, 14:06:00 65.2
Kamis, 14:11:00 61.7
Kamis, 14:16:00 71
Kamis, 16:35:00 52.5
Kamis, 16:40:00 49
Kamis, 16:45:00 50.9
Kamis, 20:14:00 47.4
Kamis,20:19:00 49.8
Kamis, 20:24:00 51.7
Jumat, 6:05:00 54.5
Jumat, 6:10:00 51.5
Jumat, 6:15:00 52.9
MAX 71
RATA-RATA 54.84166667

4. Intensitas bunyi di Kecamatan belakang Kecamatan


Waktu Intensitas (dB)
Kamis, 14:05:00 53
Kamis,14:10:00 67.1
Kamis, 14:15:00 66.7
Kamis, 16:33:00 58.4
Kamis, 16:38:00 52.7
Kamis, 16:43:00 79.9
Kamis, 19:05:00 51.6
Kamis, 19:10:00 54.4
Kamis, 19:15:00 52.6
Jumat, 8:05:00 51
Jumat, 8:10:00 49.7
Jumat, 8:15:00 51.6
MAX 79.9
RATA-RATA 57.39166667
5. Intensitas bunyi di pemukiman Penduduk
Pemukiman
Waktu Intensitas (dB)
Kamis, 15:18:00 50.2
Kamis, 15:23:00 55.5
Kamis, 15:28:00 50.3
Kamis, 16:41:00 79.9
Kamis, 16:46:00 76.4
Kamis, 16:51:00 75.9
Kamis, 21:12:00 81.1
Kamis, 21:17:00 75.9
Kamis, 21:22:00 66.9
Jumat, 10:03:00 57.7
Jumat, 10:08:00 61.8
umat, 10:13:00 67.5
MAX 81.1
RATA-RATA 66.59166667

6. Intensitas bunyi di lapangan Sepak Bola


Lapangan
Waktu Intensitas (dB)
Kamis, 14:00:00 54.5
Kamis, 14:05:00 54.7
Kamis, 14:10:00 54.5
Kamis, 16:23:00 76.8
Kamis,16:28:00 76.1
Kamis, 16:32:00 80
Kamis, 19:20:00 51.5
Kamis, 19:25:00 48.3
Kamis, 19:30:00 47.6
Jumat, 7:45:00 55.7
Jumat, 7:50:00 53.3
Jumat, 7:55:00 52.1
MAX 80
RATA-RATA 58.75833333

7. Intensitas bunyi di Tempat Pemakaman Umum (TPU)


TPU
Waktu Intensitas (dB)
Kamis, 14:05:00 49.4
Kamis, 14:10:00 48.8
Kamis, 14:15:00 45.8
Kamis, 16:20:00 52.1
Kamis, 16:25:00 51
Kamis, 16:30:00 51.8
Kamis, 19:52:00 52.7
Kamis, 19:57:00 59.7
Kamis, 20:02:00 51.5
Jumat, 7:16:00 50.1
Jumat, 7:21:00 69.1
Jumat, 7:26:00 57.5
MAX 69.1
RATA-RATA 53.29166667

C. Pengolahan Data
Data yang sudah diperoleh kemudian dibuat grafik hubungan antara intensitas
bunyi dengan tempat. Agar dapat diperoleh hasil akhir tentang tingkat kebisingan ditempat
tersebut..
1. Grafik hubungan intensitas bunyi di tempat wisata jembatan cinta
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat tingkat kebisingannya cukup tinggi atau
sudah melewati ambang maksimum pemaparan bunyi yang boleh terdengar di telinga manusia.
Tetapi tingkat kebisingannya masih bisa terdengar oleh telinga manusia sebanyak empat jam
perhari karena dalam data nilai maksimum intensitas bunyi sebesar 88 dB. Grafik pun
menunjukkan bahwa intensitas bunyi mengalami peningkatan.
2. Grafik hubungan intensitas bunyi di dermaga

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat tingkat kebisingan di dermaga juga cukup
tinggi tetapi hanya pada waktu tertentu saja yaitu ketika pagi hari. Namun tingkat kebisingan
yang seperti itu masih bisa terdengar sebanyak empat jam perhari karena tingkat kebisingan
maksimum di dermaga yaitu sebesar 86 dB. Grafik menunjukkan hasil grafik tidak stabil,
tergantung waktu dan aktivitas manusinya.
3. Grafik hubungan intensitas bunyi di SMK 61 Jakarta
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat tingkat kebisingan atau polusi suara di
Pulau Tidung belum mencapai ambang maksimum yang disarankan. Itu berarti intensitas bunyi
yang dihasilkan masih sangat baik di dengar oleh manusia karena tidak ada yang melebihi 70 dB.
Hal tersebut karena pada saat observasi bertepatan dengan hari libur dan akhir pekan sehingga
sekolah sedang tidak melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti biasa.
4. Grafik hubungan intensitas bunyi di belakang kecamatan

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan atau polusi suara
di sekitar kecamatan sangat tidak teratur. Tetapi, di beberapa waktu observasi ada yang
intensitasnya melebihi ambang maksimum yang disarankan. Hal tersebut karena ketika observasi
bertepatan dengan lewatnya kendaraan bermotor disekitar tempat observasi sehingga membuat
alat mendeteksi sumber bunyi tersebut. Tetapi, di beberapa waktu observasi juga ada yang
intensitas bunyi tidak melebihi ambang maksimum atau aman didengar telinga manusia. Hal
tersebut karena ketika observasi bertepatan dengan hari libur atau akhir pecan sehingga
kecamatan sedang tidak dalam keadaan aktif bekerja.
5. Grafik hubungan intensitas bunyi di pemukiman penduduk

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat kebisingan di pemukiman


penduduk juga tidak teratur sama halnya dengan di sekitar kecamatan. Intensitas tertinggi di
pemukiman penduduk mencapai 81 dB, jika hal tersebut terjadi setiap saat maka para penduduk
hanya di izinkan terpapar polusi suara tersebut dalam kisaran 6-7 jam perhari. Namun, tingkat
kebisingan yang mencapai 81 dB itu tidak terjadi setiap saat, hanya di beberapa waktu saja, yaitu
ketika para penduduk sedang berkumpul.

6. Grafik hubungan intensitas bunyi di lapangan sepak bola


Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa intensitas bunyi di lapangan sepak
bola tidak stabil sama seperti di beberapa tempat lainnya. Tingkat kebisingan tertinggi di
lapangan pada saat observasi terjadi pada pukul 4 sore, karena pada saat itu banyak masyarakat
yang sedang berkumpul untuk menyaksikan pertandingan sepak bola anak-anak diwilayah Pulau
Tidung.
7. Grafik hubungan intensitas bunyi di tempat pemakaman umum

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa intensitas bunyi di tempat


pemakaman umum di Pulau Tidung itu masih normal atau masih termasuk jenis suara yang di
izinkan tetdengar oleh telinga manusia karena tidak melewati 70 dB.
D. Analisis Data
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh sumber suara yang
bergetar. Getaran sumber suara ini mengganggu keseimbangan molekul molekul udara di
sekitarnya, sehingga molekul molekul udara tersebut ikut bergetar. Getaran sumber ini
menyebabkan terjadinya gelombang rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut
pola rambatan longitudinal.Rambatan gelombang di udara ini dikenal sebagai suara atau bunyi.
Penelitian tingkat kebisingan atau polusi suara dilakukan di tujuh tempat yang
berbeda dan dilakukan di empat waktu yang berbeda pula. Maka dari itu penelitian ini tidak bisa
dilakukan oleh satu orang saja, melainkan harus dilakukan oleh lebih dari tujuh orang. Masing-
masing orang bertanggungjawab akan satu lokasi sehingga data yang diperoleh lebih akurat.
Sesuai dengann pedoman pemaparan terhadap kebisingan (nilai ambang kebisingan)
berdasarkan lampiran II Kepmenaker :No.Kep 51/Men/1999, yaitu :

Waktu Pemaparan perhari dBA


8 jam 70 dBA
4 jam 88 dBA
2 jam 104 dBA
1 jam 120 dBA

Nilai ambang maksimum bunyi yang boleh terdengar oleh telinga manusia adalah sebesar
70 dB namun hanya diizinkan dalam rentan waktu 8 jam perhari. Intensitas bunyi yang mencapai
70 dB yaitu ketika orang bertengkar.
Berdasarkan hasil observasi diseluruh tempat, Pulau Tidung masih tergolong wilayah
yang masih baik untuk dijadikan tempat pemukiman penduduk karena tingkat kebisingan atau
polusi suaranya belum melewati ambang maksimum yang diizinkan. Jika ada yang melewati
ambang maksimum itu hanya dibeberapa tempat yang jauh dari pemukiman penduduk yaitu
tempat wisata dan dermaga dan hanya terjadi di waktu tertentu saja. Polusi suara di Pulau Tidung
ini ada yang tinggi itu karena beberapa kendaraan bermotor yang lewat di sekitar dan beberapa
orang yang sedang berkumpul saja bukan karena suara-suara pabrik yang bukan hanya
menyebabkan polusi suara melainkan juga menyebabkan polusi udara, polusi tanah, polusi air
dan polusi lainnya.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil atau data yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
1. Pencemaran dapat diartikan sebagai keberadaan suatu substansi dalam lingkungan yang

disebabkan komposisi kimianya atau kuantitas kerusakan proses fungsi-fungsi alam dan hasil

lingkungan yang tidak diinginkan yang berdampak pada kesehatan.


2. Pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan oleh bunyi atau suara

yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya.


3. Keriuhan seperti proyek pembangunan, suara kendaraan umum yang menderu dan musik yang

dinyalakan orang lain. Di kabin mobil, kapal laut, dan pesawat terbang menimbulkan suara

mesin yang menderu merupakan salah satu penyebab pencemaran suara.


4. Pencemaran suara mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca indra dan tubuh serta

telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain, mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan

menyebabkan sakit yang kronis. Menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam

lingkungan.
5. Cara peneanggulangan pencemaran suara adalah dengan melakukan sistem 3 in 1 untuk

kendaraan roda empat yaitu dalam satu mobil minimal harus diisi dengan 3 orang, agar

keributan yang terjadi akibat kemacetan, asap dan desing suara mesin tidak terlalu memadati

jalan raya.

B. Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
1. Diharapkan guru dan calon guru atau mahasiswa dapat mempelajari lebih lanjut mengenai

pencemaran suara yang telah dijelaskan di atas sehingga dapat memberikan kesadaran tentang

pentingnya memelihara dan menjaga lingkungan guna terciptanya lingkungan yang lebih sehat,

nyaman, dan bersih.


2. Diharapkan pembaca pada khusunya dan masyarakat pada umumnya dapat mempelajari dan

mengaplikasikan cara penanggulangan pencemaran suara yang telah dijelaskan di atas dalam

kehidupan sehari-hari.
3. Untuk meminimalisir polusi suara ini ada berbagai cara yang bisa dilakukan yaitu dengan

meredam bising yang tidak diinginkan dengan suara yang menenangkan, pembangunan
bangunan peredam bising, meminimalisir penggunaan kendaraan bermotor, peralatan elektronik

dan pemberian peredam suara oleh pabrik untuk produknya yang dirasa menimbulkan kebisingan

yang melewati ambang batas pendengaran manusia.

You might also like