You are on page 1of 14

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KONSEP DIRI

PASIEN ODHA DI POLI VCT RSUD


DR. R. KOESMA TUBAN

Farikhatur Rosyidah,
Qoriila Saidah, M.Kep., Ns., Sp. Kep. An Ns.,
Nisha Dharmayanti R., S.Kep., Ns., M.Si

Mahasiswi Prodi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya


Tahun ajaran 2016

Title : Correlation Family Support With PLWH Patients Self Concept in Poly
VCT DR. R. Koesma Tuban Hospital

ABSTRACT
Family support restrain negative effect of stress toward psychological. Inside and
outside changes from theirself will make a negative perception about themselves
and affect their surroundings. The purpose of this study to analyze correlation
family support with self-concept of patients living with HIV.

Design of this study using observational correlational with independent variables


was family support and dependent variable was self-concept. Samples were taken
with simple random technique and obtained 44 respondents patients people living
with HIV. Collecting data using questionnaires for family support variable and
questionnaire for the self-concept variable. Analysis using Spearman's rho.

Respondents have a good family support with high self-concept obtained 10


respondents (90.9%). The results showed a correlation family support with self-
concept of patients living with HIV. p = 0.000 (p <0.05), 0.680 correlation
coefficient strength of the correlation is high.
Implications of this study are expected to provide families support to patients
people living with HIV because of good support will improve patient's self-
concept. So that patients are able to undergo the illness better.

Keywords : Family Support, Self Concept, People living with HIV (PLWH)

Page | 1
Pendahuluan Larasaty, 2015). Perubahan yang
terjadi di dalam diri dan di luar diri
ODHA seringkali mengadapi ODHA membuat mereka memiliki
permasalahan yang komplek. persepsi yang negatif tentang dirinya
Permasalahan yang dihadapi bukan dan mempengaruhi perkembangan
hanya permasalahan kondisi fisik konsep dirinya, ODHA cenderung
yang semakin menurun, namun juga menunjukkan bentuk-bentuk reaksi
timbul permasalahan sosial seperti sikap dan tingkah laku yang salah.
penerimaan label negatif dan Hal ini disebabkan ketidakmampuan
berbagai bentuk deskriminasi dari ODHA menerima kenyataan dengan
lingkungan. Bagi individu yang kondisi yang dialami. Keadaan ini
positif terinfeksi HIV, dalam diperburuk dengan anggapan bahwa
menjalani kehidupannya akan terasa HIV merupakan penyakit yang
sulit karena dari segi fisik individu belum ada obatnya. Beberapa
tersebut akan mengalami perubahan masalah yang dialami ODHA baik
yang berkaitan dengan secara fisik maupun psikologis,
perkembangan penyakitnya, tekanan antara lain, muncul stress, penurunan
emosional dan stres psikologis yang berat badan, kecemasan, gangguan
dialami karena dikucilkan oleh kulit, frustasi, bingung, kehilangan
keluarga dan teman karena takut ingatan, penurunan gairah kerja,
tertular, serta adanya stigma sosial perasaan takut, perasaan bersalah,
dan diskriminasi di masyarakat yang penolakan, depresi bahkan
dialami ODHA membuat mereka kecenderungan untuk bunuh diri.
menarik diri dari lingkungan sekitar, Kondisi ini menghambat aktivitas
diskriminasi juga dapat terjadi di dan perkembangan ODHA sehingga
dunia kerja seperti adanya pemutusan kehidupan efektif sehari-harinya
hubungan kerja yang dilakukan oleh terganggu (Wahyu, dkk, 2012).
pemilik perusahaan kepada ODHA Permasalahan yang
(Hasna, dkk, 2012). begitu komplek pada pasien
Stigmatisasi yang berkembang HIV/AIDS diiringi dengan
dalam masyarakat mengenai kehilangan dukungan sosial
HIV/AIDS merupakan suatu vonis seperti kurangnya perhatian
mati bagi mereka sehingga keluarga dan masyarakat.
membatasi ruang gerak dalam Reaksi tersebut menjadi
menjalankan aktivitas mereka pengalaman buruk bagi
sebelumnya. Peristiwa yang dialami pasien HIV/AIDS dimana
tersebut membuat mereka menutupi disaat dia membutuhkan
identitas mereka. Hal ini berdampak dukungan tidak ada yang
pada respon sosial (emosional) membantunya sehingga
pasien, sebagai contoh adanya stigma banyaknya muncul depresi
sosial yang dapat menyebabkan pada pasien HIV/AIDS
gangguan perilaku pada orang lain, (Carson, 2000, dalam Sandi,
termasuk menghindari kontak fisik dkk, 2013). Wolcott (2005,
dan sosial, mereka menjalani dalam Pequegnat & Carl,
kehidupannya dalam kekhawatiran 2011) mengemukakan bahwa
dan stres (Yesi I, 2005, dalam respon negatif pada

Page | 2
penderita HIV/AIDS dalam meningkat menjadi 541,700 ODHA
menghadapi situasi hidup (Ministry of Health, 2007).
dimana mereka sering Dinas Kesehatan Jawa Timur
menghadapi sendiri mencatat ada 23.924 ODHA di Jawa
kondisinya tanpa dukungan Timur per 2015. Dari data survey
dari teman dan keluarga awal yang dilakukan peneliti pada 16
yang memberi dampak februari 2016 di RSUD Dr. R.
kecemasan, depresi, rasa Koesma Tuban didapatkan jumlah
bersalah dan pemikiran kasus ODHA pada tahun 2014
bunuh diri. Kurangnya sebanyak 96 orang, dengan jumlah
dukungan keluarga laki-laki sebanyak 44 orang,
berdampak pada respon perempuan 52 orang, dan angka
sosial pasien tersebut. kematian sebanyak 29 orang.
Bentuk deskriminasi pada Sedangkan pada tahun 2015 jumlah
ODHA juga terdapat dalam ODHA mengalami peningkatan
keluarga misalnya dengan sebanyak 153 kasus, dengan jumlah
dikucilkan, dijauhi keluarga, laki-laki 85 orang, perempuan 68
pemisahan peralatan orang, dan angka kematian sebanyak
makanan dan ditempatkan 34 orang. Dari studi pendahuluan
pada ruang atau rumah melalui wawancara kepada 10
terpisah, padahal seharusnya responden (100%) didapatkan 4
keluarga adalah tempat responden (40%) mengatakan
utama dimana ODHA kesehatannya memuaskan, merasa
mendapat dukungan aman dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga memperpanjang dukungan sosial yang didapat baik.
usia dan kualitas hidup Sedangkan 6 responden (60%)
mereka (Hasna, 2012). mengatakan kesehatan sering
Di Dunia diperkirakan jumlah membutuhkan obat-obatan,
ODHA dewasa dan anak-anak pada kesehatannya kurang memuaskan,
akhir tahun 2001 terdapat 40 juta, dukungan sosial yang diperoleh
70% diantaranya (28 juta) ada di Sub kurang dan sering merasa kesepian,
Sahara Afrika, di Asia Selatan dan putus asa atau cemas.
Tenggara termasuk Indonesia sekitar Banyak perubahan yang terjadi
6,1 juta ODHA. Peningkatan angka dalam diri individu setelah terinfeksi
insiden HIV dan AIDS di Indonesia HIV/AIDS. Secara psikologis,
sangat fantastis, dalam jangka waktu berbagai penelitian di Indonesia telah
6 tahun jumlah orang dengan HIV menunjukkan dampak buruk HIV
dan AIDS (ODHA) meningkat 6 kali dan AIDS terhadap konsep diri
lipat. Di tahun 2003 angka penderita ODHA (Indrawati, 2011; Nasution,
HIV dan AIDS berjumah 4,159 kasus 2008; Sinaga, 2007; Sismulyanto,
dan di tahun 2009 menjadi 26,632. 2010). Orang yang sudah divonis
Walaupun terlihat tidak setinggi HIV positif akan mengalami
jumlah penderita HIV dan AIDS di perubahan pada konsep diri. Setelah
negara-negara benua Afrika, total mereka diketahui terinfeksi HIV,
estimasi jumlah ODHA di Indonesia keluarga justru menunjukkan sikap
pada tahun 2010 adalah 371,800 dan penolakan dan tidak peduli dengan
pada tahun 2014 diperkirakan kondisi mereka. Ini menunjukkan
sikap keluarga yang tidak

Page | 3
memberikan dukungan suportif pada keluarga dapat menimbulkan efek
pasien, Akibatnya ODHA semakin penyangga yaitu dukungan keluarga
menutup diri dari kehidupan menahan efek-efek negatif dari stress
sosialnya sehingga semakin terhadap kesehatan dan efek utama
memperburuk kondisi ODHA (Flora, yaitu dukungan keluarga secara
2015). langsung mempengaruhi peningkatan
Diskriminasi yang dialami kesehatan.
ODHA membuat mereka menarik
diri dari lingkungan sekitar, serta
stigma yang berkembang dalam Bahan dan Metode Penelitian
masyarakat mengenai ODHA
merupakan suatu vonis mati bagi Penelitian ini menggunakan
mereka sehingga membatasi ruang metode desain penelitian analitik
gerak dalam menjalankan aktivitas korelasi dengan pendekatan cross
mereka sebelumnya. Diskriminasi sectional. Penelitian dilaksanakan
terhadap ODHA sering terjadi, pada tanggal 24 Maret sampai 09
khususnya dalam hal mendapatkan April 2016 di RSUD Dr. R. Koesma
fasilitas kesehatan, di samping itu Tuban. Populasi pada penelitian ini
diskriminasi juga terjadi di lapangan adalah seluruh pasien ODHA di
pekerjaan dan pendidikan, ODHA RSUD Dr. R. Koesma Tuban dengan
seringkali diperlakukan tidak adil yang berjumlah 50 pasien. Besar
karena adanya ketakutan dari sampel 44 responden. Teknik
masyarakat untuk tertular penyakit sampling pada penelitian ini
(Hasna, dkk, 2012). Pada pasien menggunakan probabillity sampling
ODHA seringkali menunjukkan dengan pendekatan simple random
konsep diri negatif yang berujung sampling. Dimana pengambilan
pada kecemasan dan depresi. sampel dilakukan secara acak dari
Beskow (1990, dalam Hasna, dkk, anggota populasi.
2012) mengemukakan bahwa Variabel Independen pada
kecemasan dan depresi yang dialami penelitian ini adalah dukungan
ODHA selanjutnya dapat berdampak keluarga pasien ODHA di RSUD Dr.
buruk terhadap kesejahteraan hidup R. Koesma Tuban. Variabel
individu secara umum, bahkan dapat Dependen penelitian ini adalah
mengarah kepada aksi bunuh diri. konsep diri pasien ODHA di RSUD
Salah satu cara untuk Dr. R. Koesma Tuban.
membantu penanganan masalah yang Instrumen pada penelitian ini
membuat perasaan tertekan atau stres dilakukan dengan menggunakan :
agar tidak membawa pengaruh a. Kuesioner Dukungan Keluarga
negatif terhadap kesehatan adalah menurut Nursalam (2013), berisi
adanya dukungan keluarga (Larasaty, 12 item pernyataan yang
2015). Adanya dukungan dari meliputi dukungan emosional,
keluarga dapat membantu ODHA dukungan penghargaan,
untuk mampu mengembangkan dukungan informasi dan
konsep diri yang positif dan mampu dukungan instrumental.
menjalani kehidupannya menjadi Instrumen penelitian ini
lebih baik (Surahma, dkk, 2012). menggunakan skala data ordinal
Friedman (1998, dalam Dewi, dkk dan setiap jawaban dari setiap
2013) menyatakan bahwa dukungan pernyataan memiliki nilai 1
hingga 3 dimana : nilai 1 berarti

Page | 4
responden tidak pernah SMA, dan 1 responden (2.3%)
mengalami hal tersebut, nilai 2 Perguruan Tinggi.
berarti kadang-kadang, nilai 3
berarti sering mengalami hal 4. Karakteristik Responden
tersebut. Berdasarkan Pekerjaan.
b. Tennesse Self Concept Scale
(TSCS), berisi 100 pernyataan Dari tabel 5.4 menunjukkan
yang terdiri dari pernyataan bahwa dari 44 responden terdapat 32
positif dan negatif. 90 responden (72.7%) bekerja, dan 12
pernyataan untuk mengukur responden (27.3%) tidak bekerja.
tingkat konsep diri (identity self,
behavior self, judging self, 5. Karakteristik Responden
physical self, moral-ethical self, Berdasarkan Status Perkawinan.
personal self, family self dan
social self) sedangkan 10 Dari tabel 5.5 menunjukkan
pernyataan untuk kritik diri. bahwa dari 44 responden terdapat 24
responden (54.5%) menikah, 9
Data Umum responden (20.5%) janda, 8
responden (18.2%) belum menikah,
1. Karakteristik Responden dan 3 responden (6.8%) duda.
Berdasarkan Usia.

Dari tabel 5.1 menunjukkan Data Khusus


bahwa dari 44 responden terdapat 10
responden (22.7%) usia 27-31 tahun, 1. Dukungan Keluarga pada Pasien
9 responden (20.5%) usia 32-36 ODHA di Poli VCT RSUD Dr.
tahun, 8 responden (18.2%) usia 42- R. Koesma Tuban.
46 tahun, 5 responden (11.4%) usia
22-26 tahun, 5 responden (11.4%) Tabel 5.6 Dukungan Keluarga
usia 47-51 tahun, 4 responden (9.1%) pada Pasien ODHA di Poli VCT
usia 37-41 tahun, dan 3 responden RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada
(6.8%) usia 52-56 tahun. tanggal 24 Maret - 09 April 2016.

2. Karakteristik Responden
Dukungan Frekuensi Prosentase
Berdasrkan Jenis Kelamin.
Keluarga (f) (%)
Baik
Dari tabel 5.2 menunjukkan 11 25.0%
bahwa dari jumlah 44 responden Cukup 20 45.5%
terdapat 24 responden (54.5%) Kurang 13 29.5%
perempuan, dan 20 responden Total 44 100%
(45.5%) laki-laki.
Berdasarkan tabel 5.6
3. Karakteristik Responden menunjukkan bahwa dari 44
Berdasarkan Pendidikan. responden terdapat 20 responden
(45.5%) dengan dukungan keluarga
Dari tabel 5.3 menunjukkan cukup, 13 responden (29.5%) dengan
bahwa dari 44 responden terdapat 17 dukungan keluarga kurang, dan 11
responden (38.6%) SD, 16 responden responden (25.0%) dengan dukungan
(36.4%) SMP, 10 responden (22.7%) keluarga baik.

Page | 5
responden yang memiliki dukungan
2. Konsep Diri Pada Pasien ODHA keluarga baik dan konsep diri tinggi
di Poli VCT RSUD Dr. R. sebanyak 10 responden (90.9%), 10
Koesma Tuban. responden (76.9%) memiliki
dukungan keluarga kurang dan
Tabel 5.7 Konsep Diri pada konsep diri sedang, 10 responden
Pasien ODHA di Poli VCT RSUD (50.0%) memiliki dukungan keluarga
Dr. R. Koesma Tuban pada tanggal cukup dan konsep diri tinggi, 9
24 Maret - 09 April 2016. responden (45.0%) memiliki
dukungan keluarga cukup dan
Konsep Frekuensi Prosentase konsep diri sedang, 3 responden
Diri (f) (%) (23.1%) memiliki dukungan keluarga
Tinggi 20 45.5% kurang dan konsep diri rendah, 1
Sedang 20 45.5% responden (9.1%) memiliki
Rendah 4 9.1% dukungan keluarga baik dan konsep
Total 44 100% diri sedang, 1 responden (5.0%)
memiliki dukungan keluarga cukup
Konsep Diri dan konsep diri rendah.
Total
Tinggi Sedang Rendah

F
% F % F % N %
Dukung
an
Pembahasan
Keluarga Baik 10 90.9 1 9.1 0 0 11 100

Cukup 10 50.0 9 45.0 1 5.0 20 100


1. Dukungan Keluarga pada Pasien
Kurang
Total
0
20
0
45.5
10
20
76.9
45.5
3
4
23.1
9.1
13
44
100
100
ODHA di Poli VCT RSUD Dr.
Nilai uji statistik Spearmans rho p= 0,000 (a 0,05)
R. Koesma Tuban
Berdasarkan tabel 5.7
menunjukkan bahwa dari 44
responden terdapat 20 responden Dukungan keluarga didefinisikan
(45.5%) dengan konsep diri tinggi, sebagai informasi verbal atau non
20 responden (45.5%) dengan verbal, saran, bantuan yang nyata
konsep diri sedang, dan 4 responden atau tingkah laku yang diberikan
(9.1%) dengan konsep diri rendah. oleh orang-orang yang akrab dengan
subjek di dalam lingkungannya atau
3. Hubungan Dukungan Keluarga yang berupa kehadiran dan hal-hal
Dengan Konsep Diri Pasien yang dapat memberikan keuntungan
ODHA emosional dan berpengaruh pada
tingkah laku penerimanya (Wisnatul,
Tabel 5.8 Tabulasi Silang Hubungan dkk, 2014).
Dukungan Keluarga dengan Konsep Hasil pengamatan peneliti bahwa
Diri Pasien ODHA di Poli VCT mayoritas responden di poli VCT
RSUD Dr. R. Koesma Tuban pada RSUD Dr. R. Koesma Tuban
tanggal 24 Maret - 09 April 2016. memiliki dukungan keluarga cukup.
Hal ini dibuktikan pada tabel 5.6
Berdasarkan tabel 5.8 bahwa responden yang memiliki
menunjukkan bahwa hubungan dukungan keluarga cukup sebanyak
dukungan keluarga dengan konsep 20 responden (45.5%), yang
diri pasien ODHA di poli VCT memiliki dukungan keluarga kurang
RSUD Dr. R. Koesma Tuban, sebanyak 13 responden (29.5%), dan
didapatkan data bahwa dari 44 yang memiliki dukungan keluarga

Page | 6
baik sebanyak 11 responden (25.0%). sendiri untuk mencukupi kebutuhan
Responden yang memiliki dukungan sehari-hari dan biaya pengobatan,
keluarga cukup merasa diterima sehingga responden akan
dalam lingkungan sosial dimana memperoleh dukungan keluarga yang
keluarga dan orang sekitar dapat cukup karena tidak menggantungkan
menerima dan memahami kondisi biaya dari keluarga. Responden yang
yang dihadapi responden saat sakit bekerja akan lebih banyak
sehingga dapat menumbuhkan rasa bersosialisasi dan berinteraksi
percaya diri, semangat dalam dengan lingkungan sekitarnya,
menjalani proses penyakitya dan responden mampu membina
tidak merasa dideskriminasi dari hubungan baik dengan atasan dan
keluarganya sendiri dan masyarakat. sesama rekan kerja, yang mana
Bentuk penerimaan keluarga keduanya saling memberi dukungan
dapat dilihat dari seringnya sehingga dapat tercipta rasa memiliki
responden didampingi keluarga saat dan integrasi sosial dalam
melakukan konseling dan lingkungan kerja. Hal ini sesuai
pengambilan obat di poli VCT, dengan teori yang diungkapkan oleh
keluarga sering memberikan Alfiana dan Siti (2013) bahwa
perhatian pada responden dengan individu yang saling mendukung satu
selalu mengingatkan responden sama lain akan terdapat rasa
untuk kontrol, minum obat serta hubungan kemasyarakatan serta
sering mengingatkan tentang hubungan antara perorangan.
perilaku-perilaku yang dapat Status perkawinan dan dukungan
memperburuk penyakit responden. keluarga, mayoritas didapatkan
Keluarga juga sering menjelaskan sebanyak 11 responden (55.0%)
kepada responden tentang hal-hal dengan status menikah memiliki
yang kurang jelas tentang dukungan keluarga cukup. Peneliti
penyakitnya, keluarga tetap berasumsi bahwa responden yang
mencintai dan selalu memperhatikan memiliki pasangan, mereka
keadaan responden selama sakit. cenderung mencurahkan perasaan,
Responden mengatakan bahwa kesedihan dan kekecewaan kepada
keluarga selalu terlibat dalam pasangannya. Sehingga dapat
mendampinginya selama menjalani menimbulkan rasa aman, dan
proses penyakit yang dideritanya, percaya.
keluarga sangat berperan aktif dalam Hal ini sesuai dengan teori Pillai
pengobatan responden dan sering (2009) berpendapat bahwa sumber
menyediakan waktu jika responden dukungan yang terbesar datangnya
membutuhkan untuk keperluan dari orang yang berarti (significant
pengobatan. others) dan memiliki kedekatan
Dalam penelitian ini didapatkan emosional, misalnya pasangan jika
bahwa berdasarkan hasil tabulasi sudah menikah, pacar, sahabat,
silang antara pekerjaan dan maupun rekan kerja dan atasan.
dukungan keluarga, mayoritas
didapatkan sebanyak 15 responden 2. Konsep Diri Pada Pasien ODHA
(75.5%) bekerja memiliki dukungan di Poli VCT rsud Dr. R. Koesma
keluarga cukup. Peneliti berasumsi Tuban
bahwa responden yang bekerja dapat
mencukupi kebutuhan finansial

Page | 7
Menurut William H. Fitts (1971, mengembangkan sifat-sifat yang
dalam Sutataminingsih, 2009) mempercayai dirinya, mampu
menjelaskan bahwa konsep diri melihat secara realistis, dapat menilai
merupakan aspek penting dalam diri hubungan dengan orang lain secara
seseorang, karena konsep diri tepat dan hal ini akan mengarahkan
seseorang merupakan kerangka kepada penyesuaian sosial yang baik.
acuan (frame of reference) dalam dia Berdasarkan hasil tabulasi silang
berinteraksi dengan lingkungannya. antara usia dan konsep diri,
Konsep diri juga dapat dikategorikan mayoritas didapatkan sebanyak 9
sebagai positif dan negatif (Calhoun responden (45.0%) dengan usia 27-
& Acocella, 1978). Hasil dari tabel 31 tahun memiliki konsep diri
5.6 telah diketahui bahwa responden sedang. Peneliti berasumsi bahwa
yang memiliki konsep diri tinggi konsep diri terbentuk melalui
sebanyak 20 responden (45.5%), pengalaman-pengalaman yang
yang memiliki konsep diri sedang diperoleh setiap individu pada masa
sebanyak 20 responden (45.5%), dan kehidupannya. Semakin matang usia
yang memiliki konsep diri rendah seseorang, maka semakin banyak
sebanyak 4 responden (9.1%). pengalaman yang diperoleh
Dapat disimpulkan bahwa seseorang tersebut. Tergantung
mayoritas responden di poli VCT pengalaman yang didapatkan bersifat
RSUD Dr. R. Koesma Tuban positif atau negatif. Hal ini sesuai
memiliki konsep diri tinggi dan dengan teori yang diungkapkan oleh
sedang. Berdasarkan pengamatan Rogers (1970, dalam Saam, 2012)
peneliti bahwa responden yang menjelaskan bahwa dengan
memiliki konsep diri tinggi sebanyak bertambahnya usia maka semakin
20 responden (45.5%). Responden banyak pengalaman yang diperoleh
sudah memahami bahwa keluarga seseorang dalam berhubungan
dapat menerima kondisinya saat ini dengan orang lain, sehingga
sehingga responden berpikir positif seseorang mulai membuat konsepsi
mengenai dirinya, merasa dihargai mengenai dirinya dan penilaian
dan diperhatikan, dimana responden terhadap orang lain. Penilaian
mampu mengungkapkan aspek-aspek seseorang terhadap sikap dan tingkah
kepribadian yang tidak disenangi laku orang lain terkadang positif dan
dengan lebih terbuka tentang terkadang negatif.
penyakit yang dideritanya, bersifat Berdasarkan hasil tabulasi silang
optimis terhadap usahanya, memiliki antara jenis kelamin dan konsep diri,
kontrol diri yang tinggi, mudah untuk mayoritas didapatkan sebanyak 11
bersosialisasi, mampu menghadapi responden (55.0%) dengan jenis
kesulitan, responden dengan mudah kelamin perempuan memiliki konsep
memecahkan masalah yang sedang diri tinggi, 11 responden (55.0%)
dihadapinya, dapat menerima kritik dengan jenis kelamin laki-laki,
dan memahami pandangan orang sedangdan sebanyak 4 responden
lain. (100%) dengan jenis kelamin
Hal ini sesuai dengan teori perempuan memiliki konsep diri
Hurlock (1978, dalam Saam, 2012) kurang. Peneliti berasumsi bahwa
yang menjelaskan apabila konsep diri adanya responden perempuan yang
seseorang tinggi (positif) maka memiliki konsep diri kurang
seseorang tersebut akan dikarenakan responden perempuan

Page | 8
tidak dapat menilai perubahan fisik lain, akan menambah kepercayaan
dengan baik seperti : berat badan dirinya meski dengan status HIV
yang turun secara drastis, perubahan positif. Menurut Alfiana dan Siti
warna kulit yang berkaitan dengan (2013) bahwa individu yang saling
penyakit penyertanya. Sehingga mendukung satu sama lain akan
responden merasa malu dan tidak terdapat rasa hubungan
percaya diri pada perubahan fisiknya kemasyarakatan serta hubungan
saat sakit. Hal ini sesuai dengan teori antara perorangan.
Pudjijogyanti (1985, dalam Winanti, Berdasarkan hasil tabulasi silang
dkk, 2006) mengungkapkan bahwa antara status perkawinan dan konsep
terdapat perbedaan konsep diri antara diri, mayoritas didapatkan sebanyak
perempuan dan laki-laki. Perempuan 15 responden (75.0%) dengan status
mempunyai sumber konsep diri yang menikah memiliki konsep diri tinggi.
bersumber dari keadaan fisik dan Peneliti berasumsi bahwa responden
popularitas dirinya, sedangkan yang memiliki pasangan hidup dapat
konsep diri laki-laki bersumber dari saling menguatkan, menerima dan
agresifitas dan kekuatan dirinya. menghargai, dimana responden dapat
Dengan kata lain, wanita akan mendiskusikan atau bercerita,
bersandar pada citra kewanitaannya mengungkapkan keluhan-keluhan
dan laki-laki akan bersandar pada dan ketika mengalami suatu
citra kelaki-lakiannya dalam permasalahan, sehingga responden
membentuk konsep dirinya masing- merasa lebih nyaman dan
masing. diperhatikan. Menurut Friedman
Berdasarkan hasil tabulasi silang (1998, dalam Padila, 2012) Fungsi
antara pekerjaan dan konsep diri, afektif berguna untuk pemenuhan
mayoritas dari 20 responden kebutuhan psikososial. Keberhasilan
didapatkan sebanyak 17 responden fungsi afektif tampak melalui
(85.0%) dengan bekerja memiliki keluarga yang bahagia. Anggota
konsep diri sedang. Peneliti keluarga mengembangkan konsep
berasumsi bahwa responden yang diri yang positif, rasa dimiliki dan
bekerja lebih dapat mengatasi memiliki, rasa berarti serta
masalah yang dihadapi karena merupakan sumber kasih sayang.
responden mampu membina
hubungan baik dengan atasan dan 3. Hubungan Dukungan Keluarga
sesama rekan kerja dapat saling dengan Konsep Diri Pasien
memberi dukungan sehingga tercipta ODHA di Poli VCT RSUD Dr.
rasa memiliki dan integrasi sosial R. Koesma Tuban
dalam lingkungan kerja. Lingkungan
kerja dapat membuat responden Keterkaitan hubungan dukungan
merasa bagian dari suatu tim dan keluarga dengan konsep diri pasien
tidak diisolasi dari kelompok, hal ini ODHA di Poli VCT RSUD Dr. R.
merupakan salah satu dari kriteria Koesma Tuban seperti yang tampak
yang membentuk konsep diri dalam pada tabel 5.8 didapatkan data bahwa
bekerja. Hal ini sesuai dengan teori dari 44 responden yang memiliki
Larasaty (2015) yang mengatakan dukungan keluarga baik dan konsep
bahwa pasien yang diri tinggi sebanyak 10 responden
mengaktualisasikan dirinya dan lebih (90.9%), 10 responden (76.9%)
banyak berinteraksi dengan orang memiliki dukungan keluarga kurang

Page | 9
dan konsep diri sedang, 10 responden pengobatan dimana keluarga selalu
(50.0%) memiliki dukungan keluarga siap membantu ketika responden
cukup dan konsep diri tinggi, 9 dalam menghadapi kesulitan.
responden (45.0%) memiliki Keluarga selalu memberikan pujian
dukungan keluarga cukup dan ketika minum obat dengan teratur
konsep diri sedang, 3 responden dan berusaha untuk sembuh sehingga
(23.1%) memiliki dukungan keluarga responden sering merasa senang dan
kurang dan konsep diri rendah, 1 puas terhadap hubungan dalam
responden (9.1%) memiliki keluarganya.
dukungan keluarga baik dan konsep Responden yang mendapatkan
diri sedang, 1 responden (5.0%) perhatian dan penghargaan dari
memiliki dukungan keluarga cukup keluarga yang dapat menimbulkan
dan konsep diri rendah. keyakinan dalam dirinya bahwa
Dukungan keluarga dapat berasal dirinya merupakan orang yang cukup
dari orang-orang seperti keluarga, berharga untuk diperhatikan dan
pasangan, teman baik teman sesama dibutuhkan, perasaan tersebut dapat
penderita maupun teman yang bukan mendorong responden untuk
penderita, konselor, dan dokter yang menjalankan perilaku yang lebih
berupa dukungan emosional, sehat. Sedangkan pemberian
dukungan informasi, dukungan dukungan instrumental, keluarga
instrumental, dan penilaian diri akan selalu berusaha untuk mencarikan
memberikan pengalaman kepada kekurangan sarana dan peralatan
ODHA bahwa dirinya dicintai, pengobatan yang diperlukan,
diperhatikan, dan disayangi. sehingga responden memiliki daya
Pengalaman tersebut akan dapat juang yang tinggi dalam menjalani
menuntun ODHA pada suatu proses penyakitnya dan sikap optimis
keyakinan bahwa dirinya masih yang ditunjukkan responden dapat
berarti bagi orang-orang terdekatnya. menciptakan harapan dan memiliki
Dukungan dari keluarga dapat keyakinan yang kuat bahwa segala
membantu ODHA untuk hal dalam kehidupan ini akan dapat
mengembangkan konsep diri yang dilalui.
positif dan mampu menjalani Pada pemberian dukungan
kehidupannya menjadi lebih baik informasi dan pengetahuan,
(Surahma, dkk, 2012). responden selalu diingatkan oleh
Berdasarkan hasil pengamatan di keluarga untuk kontrol, minum obat,
dapatkan sebanyak 10 responden latihan, makan dan keluarga sering
(90.9%) memiliki dukungan keluarga menjelaskan kepada responden setiap
baik dengan konsep diri tinggi. bertanya hal-hal yang tidak jelas
Peneliti berasumsi bahwa dukungan tentang penyakitnya, sehingga
keluarga bisa meningkatkan konsep responden memiliki kontrol diri yang
diri seseorang meskipun tingkat atau tinggi, memecakan masalah dengan
prosentase dukungan yang diberikan mudah dan dapat menghadapi
kecil, responden yang memiliki kesulitan dalam menjalani proses
dukungan keluarga baik dan konsep penyakitnya.
diri tinggi, dalam pemberian Disisi lain masih terdapat
dukungan emosional dan sebanyak 3 responden (23.1%)
penghargaan, responden sering dengan dukungan kurang dan konsep
didampingi saat menjalani diri rendah. Peneliti berasumsi

Page | 10
bahwa responden yang tidak pernah dukungan dari keluarga, dampak
didampingi keluarga dalam yang dialami responden berkurang
pengobatan merasa bahwa keluarga dan respon sosial (emosional)
tidak mempercayai dirinya dan responden akan lebih baik, dimana
merasa tidak dicintai oleh respon emosi, kecemasan, interaksi
keluarganya. kurangnya dukungan sosialnya menjadi lebih positif,
dari keluarga dapat mengakibatkan responden dapat membuka diri
responden memandang dirinya tentang penyakit yang dideritanya
negatif, merasa tidak berguna, dan dapat menerima kondisinya
dibenci, menilai rendah keberhargaan sekarang . Seseorang yang mendapat
diri, tidak percaya diri, sulit dukungan keluarga akan merasa
bersosialisasi dengan orang lain, diperhatikan, dihargai, dan dicintai
cemas, memiliki daya juang yang yang selanjutnya akan merasakan
lemah, merasa bahwa dirinya penuh kepuasan dalam hidup dan dapat
rasa sakit dan penderitaan, tidak menghadapi tantangan dan masalah-
menyukai kondisinya sekarang, dan masalahnya dengan lebih efektif.
tertekan. Wolcott, (2005) dalam Sebaliknya, seorang yang tidak atau
Pequegnat & Bell (2011) kurang mendapatkan dukungan
mengemukakan bahwa respon keluarga, apalagi dalam situasi yang
negatif pada penderita HIV/AIDS banyak konflik, akan merasa
dalam menghadapi situasi hidup diasingkan, tidak percaya diri
dimana mereka sering menghadapi mengalami kesunyian dan
sendiri kondisinya tanpa dukungan kehampaan hidup dan tidak ada
dari teman dan keluarga yang dapat harapan untuk menjalani hidupnya
memberi dampak kecemasan, (Astuti & Budiyani, 2014).
depresi, rasa bersalah dan pemikiran
yang negatif. KESIMPULAN DAN SARAN
Keterkaitan hubungan dukungan
keluarga dengan konsep diri seperti Simpulan
yang tampak pada tabel 5.8 sesuai
Berdasarkan analisa data dalam
hasil uji spearmans rho didapatkan
penelitian yang dilakukan, maka
nilai p = 0,000 (a < 0,05), artinya
dapat diambil kesimpulan sebagai
secara statistik terdapat hubungan
berikut :
dukungan keluarga dengan konsep
1. Sebagian besar responden
diri pada pasien ODHA di poli VCT
(45.5%) di Poli VCT RSUD
RSUD Dr. R. Koesma Tuban.
Dr. R. Koesma Tuban
Koefisien korelasi antar variabel
memperoleh dukungan yang
yang yang diperoleh pada uji statistik
cukup dari keluarga.
adalah 0,680 yang artinya berada
2. Sebagian besar responden
pada korelasi tinggi.
(45.5%) di Poli VCT RSUD
Peneliti dapat menarik pendapat
Dr. R. Koesma Tuban
bahwa tersedianya dukungan
memiliki konsep diri tinggi
keluarga sangat diperlukan berkaitan
dan sedang.
dengan rasa keputusasaan yang
3. Ada hubungan dukungan
dihadapi responden cenderung
keluarga dengan konsep diri
menutup diri, tidak dapat
pada pasien ODHA di Poli
bersosialisasi dan malu terhadap
VCT RSUD Dr. R. Koesma
dirinya sendiri. dengan adanya
Tuban.

Page | 11
Agung, dkk. (2011). Perilaku
Saran Perawat Terhadap Orang
Dengan HIV/AIDS di
Berdasarkan hasil penelitian, Rumah Sakit dan
beberapa saran yang ingin Puskesmas. Jurnal
disampaikan oleh peneliti adalah Keperawatan Indonesia.
sebagai berikut : Vol. 14 No. 2 hal. 127-132.
1. Bagi Tempat Penelitian Andarmoyo, Sulistyo. (2012).
Agar dapat dijadikan sebagai Keperawatan Keluarga.
masukan bagi tempat Yogyakarta : Graha Ilmu.
penelitian untuk melibatkan Ardhiyanti, Yulrina. (2015). Bahan
keluarga dalam mendampingi Ajar AIDS pada Asuhan
pasien ODHA. Kebidanan. Edisi 1,
2. Bagi Keluarga Yogyakarta : Graha Ilmu.
Agar dapat memberikan Asmadi. (2012). Konsep Dasar
dukungan yang maksimal Keperawatan. Jakarta :
kepada pasien ODHA karena EGC.
dengan dukungan yang baik Astuti, Apri dan Budiyani, Kondang.
akan meningkatkan konsep (2014). Hubungan Antara
diri mereka. Dukungan Sosial Yang
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diterima dengan
4. Penelitian ini dapat dijadikan Kebermaknaan Hidup Pada
sebagai bahan informasi ODHA (Orang dengan
tentang dukungan keluarga HIV/AIDS). Fakultas
dengan konsep diri pasien Psikologi Universitas Mercu
ODHA. Bagi peneliti Buana Yogyakarta.
selanjutnya untuk tema yang Chain B. M, dan Playfair. J. H. L.
sama disarankan melakukan (2009). At a gance
observasi yang lebih IMUNOLOGI. Edisi 9 :
mendetail mengenai Erlangga.
kehidupan sehari-hari Corwin, E. J. (2009). Buku Saku
responden dan menggali data Patofisiologi. Jakarta :
dari beberapa sumber yang EGC.
terkait mengenai kondisi Dewi, dkk. (2013). Hubungan
responden. Tujuannya untuk Dukungan Keluarga
membandingkan antara Terhadap Tingkat
informasi yang diberikan Kecemasan Kemoterapi
responden dengan kenyataan Pada Pasien Kanker Serviks
sebenarnya sehingga data di RSUD Dr. Moewardi.
akan lebih akurat. GASTER. Vol. 10 No. 1.
Flora, dkk. (2015). Hubungan
Dukungan Keluarga Bagi
Referensi
Kualitas Hidup Orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) di Klinik
Achjar, Komang Ayu Henny. (2010).
VCT RSU Bethesda Gmim
Aplikasi Praktis Asuhan
Tomohon. eJournal
Keperawatan Keluarga.
Keperawatan (e-Kep). Vol. 3
Jakarta : CV Sagung Seto.
No. 2.

Page | 12
Friedman, Marilyn, Dkk. (2010). Pirngadi Medan. Fakultas
Buku Ajar Keperawatan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Keluarga Riset Teori Dan Universitas Sumatera Utara.
Praktik. Edisi 5. Jakarta : Nurfitria Vahana E dan Wisnatul
EGC. Izzati. (2014). Hubungan
Ghufron, M. N dan Rini, R. S. Dukungan Keluarga dengan
(2010). Teori-Teori Psikologi. Mekanisme Koping Pasien
Edisi 1. Yogyakarta : Ar-Ruzz HIV/AIDS di Poli Serunai RS
Media Group. Achmad Mochtar Bukittinggi.
Gumanti, C. (2007). Analisa Faktor- AFIYAH. Vol. 1 No. 1.
faktor yang Mempengaruhi Nursalam. (2013). Metodologi
Konsep Diri pada Narapidana Penelitian Ilmu
Remaja di Lembaga Keperawatan. Jakarta :
Permasyarakatan Kelas Iia Salemba Medika.
Tanjung Gusta Medan. Padila. (2012). Buku Ajar
Psikologi Fakultas Keperawatan Keluarga.
Kedokteran. Universitas Yogyakarta : Nuha Medika.
Sumatera Utara. Medan Pequegnat, W, Bell, C. & Carl.
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). (2011). Family and
Riset Keperawatan Dan HIV/AIDS: Cultural and
Teknik Penulisan Ilmiah. contextualissues in prevention
Jakarta : Salemba Medika. and treatment. council Inc:
Indrawati, P. (2011). Gambaran the institute Juvenile
Konsep Diri Pada Narapidana Research Departement of
Wanita Penderita HIV di Psychiatry. School of
Lembaga Permasyarakatan medicine University of
Kelas IIa Tangerang. Fakultas illionis Chicago,il. USA.
Psikologi Universitas Pillai, N. V, dkk. (2009). Impact of
Paramadina. Service Delivery Model on
Irianto, Koes. (2014). Seksologi Health Care Access Smong
Kesehatan. Bandung : HIV Positive Women in
ALFABETA. Newyork City. AIDS Patient
Larasaty, Nurina Dyah. (2015). Care and STDs. Vol. 23 No.
Bentuk-bentuk Dukungan 1.
Keluarga Kepada Ibu dengan Prabawati Setyo Pambudi dan Diyan
HIV Positif Dalam Menjalani Yuli Wijayanti. (2012).
Terapi ARV. University Hubungan Konsep Diri
Research Coloquium. ISSN dengan Prestasi Akademik
2407-8189. pada Mahasiswa
Leny R, Jhonson L. (2010). Keperawatan. Jurnal Nursing
Keperawatan Keluarga. Studies. Vol. 1 No. 1 Hal.
Yogyakarta : Nuha Medika. 149-156.
Nasution, R. W. (2008). Studi Pudjijogyanti, C. (2007). Konsep
Deskriptif tentang Faktor Diri dalam Proses Belajar
Konsep Diri ODHA Setelah Mengajar. Jakarta : Pusat
Melakukan Konseling dan Penelitian Unika Atmajaya.
Tes HIV di Klinik Voluntary Respati, Winanti, S. dkk. (2006).
Counseling and Testing RSU Perbedaan Konsep Diri

Page | 13
Antara Remaja Akhir yang Siti Aliyah dan Alfiana Indah M.
Mempersepsi Pola Asuh (2013). Tingkat Kecemasan
Orang Tua Authoritarian, dan Strategi Koping Religius
Permissive dan Authoritative. Terhadap Penyesuaian Diri
Jurnal Psikologi. Vol. 4 No. Pada Pasien HIV/AIDS
2. Klinik VCT RSUD Kota
Saam, Zulfan dan Wahyuni, Sri. Bekasi. Jurnal Soul. Vol.6
(2012). Psikologi No. 2.
Keperawatan. Jakarta : Suliswati, dkk. (2005). Konsep
Rajawali Pers. Dasar Keperawatan
Sandy, dkk. (2013). Perbedaan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Respon Sosial Penderita EGC.
HIV/AIDS Yang Mendapat Sunaryo. (2014). Sosiologi Untuk
Dukungan Keluarga dan Keperawatan. Jakarta : Bumi
Tidak Mendapat Dukungan Medika.
Keluarga Di Balai Kesehatan Surahma, dkk. (2012). Konsep Diri
Paru Masyarakat (BKPM) dan Masalah Yang Dialami
Semarang. Jurnal Orang Terinfeksi HIV/AIDS.
Keperawatan Komunitas. Vol. Jurnal Ilmiah Konseling. Vol.
1 No. 1 hal 43-51. 1 No. 1 hal. 1-2.
Sarikusuma, Hasna, dkk. (2012). Sutataminingsih, Raras. (2009).
Konsep Diri Orang dengan HIV Konsep Diri. USU
dan AIDS (ODHA) Yang Repository.
Menerima Label Negatif dan Taufan dan Verra. (2012).
Diskriminasi Dari Lingkungan
Mengungkap Tuntas 9 Jenis
Sosial. Psikologia-online : Vol.
PMS (Penyakit Menular
7 No. 1 hal. 29-40.
Seksual). Yogyakarta : Nuha
Sinaga, E. S. N. (2007). Konsep diri
ODHA (Orang dengan
Medika.
HIV/AIDS). Fakultas Townsend, Mary C. (2009). Buku
Komunikasi Universitas Saku Diagnosis Keperawatan
Padjajaran. Psikiatri Rencana Asuhan
Sismulyanto. (2010). Dampak Dan Medikasi Psikotropik.
confidential ODHA di Edisi 5. Jakarta : EGC.
Masyarakat terhadap Perilaku Widyanto, Faisalado Candra. (2014).
ODHA dalam Mencegah Keperawatan Komunitas.
Penularan HIV di Kabupaten Yogyakarta : Nuha Medika.
Banyuwangi. Universitas
Sebelas Maret.

Page | 14

You might also like