Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Epidemiologi
Insidens LPR mencapai sekitar 20% dari populasi orang dewasa di
Amerika Serikat. Berdasarkan data Audit Inggris (data tidak dipublikasikan), 4%
dari 500 juta dihabiskan untuk membeli obat proton pump inhibitors setiap
tahunnya oleh the National Health Service digunakan untuk pengobatan LPR.3
2.1. Definisi
Laringofaringeal refluks adalah suatu keadaan dimana kembalinya isi
perut kedalam esofagus dan masuk kedalam tenggorokan (laring dan faring).4,6
Beberapa sinonim untuk LPR dari beberapa literature kedokteran: reflux
laryngitis, laryngeal reflux, gastropharyngeal reflux, pharyngoesophageal reflux,
supraesophageal reflux, extraesophageal reflux, atypical reflux. Dan yang paling
diterima dari berbagai sinonim terrsebut adalah extraesophageal reflux.3,4
2.2. Anatomifisiologi
Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ,
berturut-turut dimulai dari 1. Oral cavity, 2. Faring, 3. Esofagus, 4. Lambung, 5.
Usus Halus, 6. Usus Besar, 7. Rektum, 8. Anus.7
1. Anatomi
Penulis membatasi pembahasan anatomi hanya berkisar tentang mulut, faring dan
esofagus.
Mulut. Bibir dan pipi terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis
oris yang dipersarafi oleh saraf fasialis. Ruangan di antara mukosa pipi
bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Palatum dibentuk oleh tulang
dari palatum durum di bagian depan dan sebagian besar dari otot palatum
mole di bagian belakang. Dasar mulut di antara lidah dan gigi terdapat
kelenjar sublingual dan bagian dari kelenjar submandibula. Muara duktus
sub mandibularis terletak di depan dari frenulum lidah.8
Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua pertiga depan dapat
digerakkan, sedangkan pangkalnya terfiksasi. Korda timpani mempersarafi
cita rasa lidah duapertiga bagian depan dan n. glossofaringeus pada sepertiga
lidah bagian belakang.8
Faring. Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti
corong dimulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi
vertebra servikal 6. Faring berhubungan dengan rongga hidung melalui
2. Fisiologi
Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang
berperan dalam proses menelan harus bekerja secara terintigrasi dan
2.3. Etiologi
Penyebab LPR adalah adanya refluks secara retrograde dari asam lambung
atau isinya (pepsin) ke supraesofagus dan menimbulkan cidera mukosa. Sehingga
terjadi kerusakan silia yang menibulkan pembentukan mucus, aktivitas mendehem
(throat clearing) dan batuk kronis yang berakibat iritasi dan inflamasi pada
faring.1
2.4. Patofisiologi
Patofisiologi tentang LPR masih menjadi kajian banyak para ilmuan.
Sampai saat ini dua hipotesis yang diterima dikalangan ilmuan untuk proses
terjadinya LPR. Hipotesis yang pertama yaitu asam lambung secara langsunng
menciderai laring dan jaringan sekitarnya. Hipotesis yang kedua menyatakan
bahwa asam lambung dalam esofagus distal merangsang reflex vagal yang
mengakibatkan bronkokonstriksi dan gerakan mendehem (throat clearing) dan
batuk kronis, yang pada akhirnnya menimbulkan lesi pada mukosa saluran nafas.
Gejala tersebut bukan merupakan gejala yang harus ada pada LPR, namun
gejala lain yang biasanya menyertai adalah: eksaserbasi asma, otalgia, lender
tenggorakan berlehihan, halitosis (bauk mulut), sakit leher, odinofagia, postnasal
drip dan gangguan pada suara.2
Pada tahun 2002 Belafsky dkk membuat acuan dalam menentukan gejala
LPR dan derajat sebelum dan sesudah terapi. Indeks gejala refluks digambarkan
tabel di bawah ini:1
10 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
Table 01. Indeks Gejala Refluks.1,4,12
11 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
Tabel 02. Reflux Finding Score (RFS).4,12,14
12 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
2.6.3. Gambaran Temuan Laringsokop pada LPR
13 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
Gambar 04. A). Pseudosulkus vokalis bilateral (panah). Perhatikan edema
subglotis meluas melewati plika vokalis. Juga tampak adanya hipertopi
commissure posterior, edema plika vokalis, edema laring diffuse. B). True sulkus
vokalis dari lipatan vocal kanan (panah). Sulkus terbentuk dari zona midportion
dan terhenti prosesnya pada aritenoid.14
Pseudosulcus vocalis telah dilaporkan bahwa 90% kasus LPR didapatkan
gambaran tersebut. Dalam studi terpisah, pseudosulcul memiliki sensitivitas 70%
dan spesifisitas 77% pada pasien dengan LPR. Hal ini semakin mndukung bahwa
dengan adanya pseudosulcus vocalis dapat menandakan LPR.1
14 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
Gambar 05. A). Ventrikel laring terbuka, perhatikan ventrikel band yang tajam.
B). Ventrikular olbliterasi, lipatan plika vokalis mengalami pembengkakan,
sehingga menutupi ventrikel. Juga tampak pada bagian posterior commissure
mengalami hipertropi ringan.14
15 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
Pemantauan pH esofagus, probe pH distal diletakkan 5 cm di atas lower
esophangeal spincter (LES) dan probe pH proksimal diletakkan 20 cm di atas
LES, tepat dibawah spingter esofagus bagian atas. Pemeriksaan pH ke tiga
ditempatkan dalam faring yang secara stimultan merekam perubahan yang
berhubungan dengan asam yang sampai ke faring. Pembacaan pH dicatat selama
24 jam saat pasien menunjukkan onset, makan terakhir, tidur dan saat kambuhnya
refluks. Informasi yang disediakan oleh tes ini meliputi frekuensi, durasi dan
lokasi kejaian refluks.1
Sebuah pemeriksaan esofagus dengan menggunakan kontras barium yang
dapat mendemonstrasikan kelainan pada esofagus seperti pada GERD (misalnya:
adanya hernia hiatus esofagus distal atau penyempitan atau striktur). Pemeriksaan
esofagografi dengan kontras barium memiliki sensitivitas hanya 33% dalam
mendiagnosis refluks.1
C. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi pada laringitis posterior ditandai oleh
hyperplasia dari sel epitel skuamosa dengan inflamsai kronik pada submukosa.
Perkembangan penyakit menjadi epitel menjadi atropi dan ulserasi dengan defosit
fibrin, jaringan granulasi dan fibrosis pada submukosa.1
16 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
2.8. Penatalaksanaan
2.8.1. Penetalaksanaan Non-famakologi1
A. Diet
- Kurangi porsi makan.
- Makan harus 2-3 jam sebelum tidur.
- Hindari makanan yang merangsang aktivitas otot LES (lower spicter
esofagus) misalnya; gorengan atau lemak, coklat, alkohol, kopi, minuman
bersoda, buah jeruk atau jusnya, saus tomat, cuka dan lain sebagainya.
- Makan lebih lambat untuk mengurangi udara masuk bersama makanan ke
dalam saluran penernaan.
B. Aktivitas
- Menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan.
- Tinggikan kepala saat tidur kira-kira 4-6 inci.
- Hindari pakaian ketat.
- Berhenti merokok.
C. Pembedahan
Tujuan terapi pembedahan adalah memperbaiki penahan/barier pada daerah
pertemuan esofagus dang aster sehingga dapat mencegah refluks seluruh isi gaster
kea rah esofagus. Keadaan ini dianjurkan pada pasien yang terus menerus harus
mendapat terapi obat atau dosis yang makin lama makin tinggi untuk menekan
asam lambung. Berikut model pembedahan pada GRED:1
17 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
Gambar 06. Gambar model pembedahan pada GERD.15
18 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
mengevaluasi efekivitas PPIs pada gangguan supraesofangeal. Dosis
1
omemprazole yang lazim digunakan untuk pengobatan pada orang dewasa:
1. GERD
- Pengobatan: 20 mg PO qDay for 4 weeks.
2. Esosif esofagus
- Pengobatan: 20 mg PO qDay for 4-8 weeks.
- Dosis pemeliharaan: 20 mg PO qDay up to 1 year.
Lansoprazole
Lansoprazole secara spesifik menekan sekresi asam lambung melalui
penghambatan enzim H+/K+-ATPase pada permukaan sel parietal lambung.
Lansoprazole memblok langkah terakhir pada proses sekresi asam lambung. Dosis
lansoprazole yang lazim digunakan untuk pengobatan pada orang dewasa:1
1. Heartburn
- OTC product: 15 mg PO qDay for14 days; may repeat q4Months.
2. Esosif esofagus
- Pengobatan: 30 mg PO qDay for 8-16 weeks, OR 30 mg IV qDay for
7 days.
- Dosis pemeliharaan: 15 mg PO qDay.
Pantoprazole
Pantoprazole secara khusus menekan sekresi asam lambung dengan cara
menghambat enzim H+/K+-ATPase pada permukaan sel parietal lambung.
Penggunaan secara IV hanya diperuntukan jangka pendek yaitu 7 10 hari.1
1. Erosif esofagus yang berkaitan dengan GERD
- Pengobatan: 40 mg PO qDay for 8-16 weeks atau 40 mg IV infusion
over 15 minutes qDay for 7-10 days.
- Dosis pemeliharaan: 40 mg PO qDay.
B. Promotility Agents
Metoclopramide merupakan antagonis dopamin, dan epektif terhadap
GERD. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan tekanan LES (lower
esophagus spincters), meningkatkan pengosogan lambug dan dapat meningkatkan
mekanisme pembersihan esofagus. Metoclopraminde adalah agen prokinitik yang
19 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
saat ini terrsedia di pasaran, meskipun serotonis agonis baru sedang dievaluasi
oleh FDA (Food and Drug Administration). Sayangnya, hingga sepertiga pasien
mungkin mengalami efek samping dari obat ini. Berikut adalah dosis yang lazim
digunakan:12
1. Pengobatan GERD: 10 or 15 mg four times daily (30 minutes before
meals and at bedtime). Obat ini telah disetujui untuk terapi jangka
pendek.16
C. Gastrointestinal Agents
Obat golongan ini dapat melindungi gastrointestinal terhadap asam
lambung.1
Sucralfate
Sucralfate merupakan garam dari sukrosa, dan ditolerasi dengan baik oleh
pasien. Mengikat protein yang bermuatan positif dalam eksudat dan membentuk
zat yang kental yang melindungi lapisan GI dari paparan pepsin, asam lambung
dan garam empedu. Manfaat pada pengobatan ekstraesofangeal refluks (EER)
belum ada bukti yang dapat menjelaskan. Berikut adalah dosis yang lazim
digunakan:1,12
1. Ulkus doudenum aktif: 1 g PO QID x4-8 weeks
2. Ulkus duodenum, dosis pemeliharaan: 1 g PO BID
20 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
2.8.3. Alogaritma Penatalaksaan pada GERD dengan Manifestasi LPR
2.9. Prognosis
Angka keberhasilan terapi cukup tinggi bahkan sampai 90%, dengan catatan
terapi harus diikuti dengan modifikasi diet dan gaya hidup yang tepat. Dari salah
satu kepustakaan menyebutkan angka keberhasilan pada pasien dengan laryngitis
posterior berat sekitar 83% setelah diberikan terapi selama 6 minggu dengan
Omemprazole, dan sekitar 79% kasus mengalami kekambuhan setelah berhenti
berobat. Sedangkan prognosis keberhasilan dengan menggunakan Lansoprazole
selama 8 minggu memberikan angka keberhasilan 86%.17
21 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
1. Laryngopharyngeal reflux (LPR) pertama kali ditemukan oleh Kaufman
pada tahun 1981.
2. Laringofaringeal refluks adalah suatu keadaan dimana kembalinya isi
perut kedalam esofagus dan masuk kedalam tenggorokan (laring dan
faring).
3. Beberapa sinonim untuk LPR dari beberapa literature kedokteran: reflux
laryngitis, laryngeal reflux, gastropharyngeal reflux, pharyngoesophageal
reflux, supraesophageal reflux, extraesophageal reflux, atypical reflux.
Dan yang paling diterima dari berbagai sinonim terrsebut adalah
extraesophageal reflux.
4. Penyebab LPR adalah adanya refluks secara retrograde dari asam lambung
atau isinya (pepsin) ke supraesofagus dan menimbulkan cidera mukosa.
5. Pasien dengan LPR bisanya mempunyai gejala yang tidak spesifik seperti
globus sensation, kelelahan vocal, suara serak, batuk kronis, tenggorokan
terasa kering, sakit tenggorokan dan disfagia.
6. Diadnosis LPR diteggakan berdasarkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksan fisik dan penunjang.
7. Penatalaksanaan LPR yaitu diet, modifikasi gaya hidup yang tepat dan
pengobatan yang adekuat.
8. Angka keberhasilan terapi cukup tinggi bahkan sampai 90%, dengan
catatan terapi harus diikuti dengan modifikasi diet dan gaya hidup yang
tepat.
3.2. Saran
Dengan kerendahan hati penulis, penulis sadar bahwa dalam artikel ini
masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu saran dan keritik yang bersifat
membangun dari pembaca, penulis harapkan demi kesempurnaan makalah-
makalah dimasa-masa yang akan datang.
22 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
DAFTAR PUSTAKA
1. Amirlak B. Reflux Laryngitis. Medscape [article on the internet] 2012
[cited on 2012 July 25]. Available from: http://emedicine.medscape.com
/article/864864-overview#showall.
4. Patigaroo SA, Hashmi SF, Hasan SA, Ajmal MR, Mehfooz N. Clinical
Manifestations and Role of Proton Pump Inhibitors in the Management of
Laryngopharyngeal Reflux. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg [data
base on the internet] 2011. [cited on 24 July 2012]: 63(2):182189.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
23 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai
9. Tank PW. Grants dissector. 13th ed. [Text Books of Anantomy];
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2005. Page: 194
10. Sfingter esofagus . [image on the internet] 2012. [cited on 2012 July 27]
http://www.google.co.id/imgres?q=esophagus+sfingter&um=1&hl=id&bi
w=1304&bih=7
11. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi ke-6.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. Jakarta: Gaya Baru.
Hal: 277.
12. Cummings CW, Flint PW, Haughe BH, Robbins KT, Thomas JR, et al.
Cummings Otolaryngology: Head & Neck Surgery, 4th ed. [text books of
otolaryngology] 2007. Philadelphia: Elsevier.
13. Barry DW, Vaezi MF. Laryngopharyngeal Reflux: More Questions than
Answers. Cleveland Clinicjournal Of Medicine [database on the internet]
2010. [cited 2012 July 23]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
14. Belafsky PC, Postma GN, Koufman JA. The Validity and Reliability of
the Reflux Finding Score (RFS). The Laryngoscope. [journal in the
internet] 2001. [cited on 01 August 2012]. Lippincott Williams & Wilkins,
Inc., Philadelphia. 111:13131317. Available from:
http://www.voiceinstituteofnewyork.com/wpcontent/uploads/2010/04/vali
dity-and-reliability-of-RFS.pd.
24 | A r i f H . t r i p a n a , L a r y n g o p h a r y n g e a l R e f l u x . 2 0 1 2
KKS Ilmu Kesehatan THT-KL DR. RM. Djoeham - Binjai