You are on page 1of 12

TUGAS

MANAJEMEN MUTU
PENERAPAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC)
PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA CARA SEMI BASAH

Disusunoleh :

Nama : Tri Nugroho


NIM : 141041003

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2017
PENERAPAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC)
PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA CARA SEMI BASAH

Application of Statistical Quality Control (SQC) onRobusta Coffee Processing Unit with Semi
Wet Process

Andrew Setiawan Rusdianto1), Noer Novijanto1), Rosy Alihsany2)


1)
Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, UNEJ
2)
Alumni Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, UNEJ
E-mail: andrew-sca@hotmail.com

ABSTRACT

PT. J.A. Wattie is local plantation which process robusta coffee in Jember. The main problem
of Indonesian coffee is quality, which can not fulfill the requirement of international market quality.
The several factors that influence coffee quality are harvest, sanitation, productionprocesses, place
and equipment. Statistical quality control is method to control production process stability, where PT.
J.A. Wattie did not apply in coffee productionprocess. The objectives of this research are identify
quality output at each stage of processes; observe the correlation of production process and coffee
quality based on statistical quality control.Grading and hulling processes according to control chart
showed that the process was under control because data plot to be present in interval upper and lower
control limit. Pulping and washing processes were out of control because some data plot to be present
in outside of upper control limit or lower control limit.Washing process showed other pattern because
more than four (4) data make increasing or decreasing pattern. Increasing or decreasing patterns can
be indicator of abnormality processes. Abnormality of washing and pulping processes were resulted
from the pulper and washer. The rare maintance of pulper and washer can be factor that makes
abnormality process.

Keywords: coffee, robusta, quality, statistical quality control

PENDAHULUAN panen (petik hijau) dengan berbagai alasan


seperti desakan kebutuhan hidup dan rawan
Permasalahan yang dihadapi pada pencurian. Proses penanganan pasca panen,
proses produksi kopi Indonesia adalah mutu yaitu penjemuran kopi dilakukan ditepi jalan
dan prospek pemasaran kopi internasional atau tempat-tempat lain yang lapang dimana
yang kurang cerah. Rendahnya mutu kondisi sanitasi tidak terkontrol, sehingga
produksi kopi robusta dapat disebabkan oleh proses terjadinya kontaminasi oleh benda
minimnya sarana pengolahan, lemahnya asing atau kotoran sangat besar peluangnya.
pengawasan mutu pada seluruh tahapan Penjemuran yang dilakukan menggunakan
proses pengolahan dan sistem tata niaga kopi tenaga sinar matahari mempunyai kelemahan
yang tidak berorientasi pada mutu (Puslit yaitu sulit untuk mencapai kadar air
Koka, 2007). Kesalahan paling fatal yang maksimum yang diizinkan yaitu 12,5% (BSN,
umum dilakukan para petani adalah pada fase 1999), sehingga biji kopi sering ditemukan
pemetikan dan penanganan pasca panen, telah ditumbuhi jamur penyebab okratoksin.
sehingga menghasilkan kopi dengan mutu Penggunaan alat pengupas kopi yang
rendah. Hampir semua sentra produksi kopi, digunakan umumnya adalah teknologi tepat
petani memetik buah kopi sebelum usia guna dimana kelemahan dari alat tersebut
1
J Agrotek 5(2) : 1-10
adalah menghasilkan banyak biji kopi yang SQC mempunyai kemampuan
pecah.Tempat penyimpanan yang tidak menggambarkan ketidaknormalan proses,
memenuhi syarat menyebabkan meningkatnya melihat pola kecenderungan peningkatan/
kadar air selama penyimpanan dan penurunan proses, sehingga bisa diambil
kontaminasi benda asing. Rendahnya tindakan perbaikan bahkan tindakan
produktifitas dan mutu kopi dapat pencegahan sebelum masalah tersebut benar-
ditingkatkan secara optimal dengan benar terjadi. SQC bisa langsung efektif
melakukan pengendalian mutu kopi pada tiap bekerja pada area dimana suatu proses
proses pengolahannya. produksi itu berlangsung sehingga
PT. J.A. Wattie Perkebunan Durjo penyimpangan produk dapat dicegah sedini
Kabupaten Jember adalah salah satu mungkin. Penggunaan metode SQC pada tiap
perkebunan yang berusaha untuk proses pengolahan kopi robusta di PT. J.A.
meningkatkan produksi dan hasil kopi yang Wattie Perkebunan Durjo berfungsi untuk
bermutu. Faktor mutu sangat dipengaruhi mengendalikan dan memonitor terjadinya
oleh pengolahan buah kopi robusta menjadi penyimpangan mutu produk dan dapat
biji kopi robusta siap ekspor. Berdasarkan mengenali penyebab keragaman sehingga
hasil studi pendahuluan, diketahui bahwa dapat dilakukan perbaikan proses untuk
belum dilakukan suatu sistem kontrol kendali mengatasi penyimpangan mutu tersebut.
mutusecara statistik di PT. J.A. Wattie Tujuan dari penelitian ini adalah
Perkebunan Durjo Kabupaten Jember, untuk mengidentifikasi keluaran mutu pada tahap-
itu perlu adanya suatu sistem kontrol kualitas tahap proses pengolahan biji kopi robusta
atau kendali mutu. (sortasi gelondong, puping, washing, dan
Metode yang dapat diterapkan untuk hulling); melihat hubungan antara proses
pengendalian mutu pada tiap tahap prosesnya pengolahan kopi robusta (sortasi gelondong,
adalah menggunakan Statistical Quality pulping, washing dan hulling) dan kualitas
Control (SQC). SQC merupakan suatu sistem kopi yang dihasilkan denganStatistical
yang dikembangkan untuk menjaga standar Quality Control (SQC).
dari kualitas hasil produksi, pada tingkat
biaya yang minimum dengan menggunakan
metode statistik untuk mengumpulkan dan METODE PENELITIAN
menganalisis data. Statistical Quality Control
(SQC) merupakan salah satu alat pengendali Rancangan Penelitian
mutu yang telah digunakan oleh industri
untuk melakukan pemantauan kinerja dari Penelitian merupakan studi kasus
proses produksi. Kelebihan dari metode SQC mutu kopi yang diproduksi oleh PT. J.A
adalah bekerja berdasarkan data/fakta yang Wattie Perkebunan Durjo, Kabupaten
obyektif dan bukan berdasarkan opini yang Jember. Tahapan penelitian meliputi
subyektif (Haming dan Nurnajamuddin, pengambilan sampel/contoh Data diambil
2007). SQC manajemen dapat memantau pada proses pengolahan yang berpengaruh
kinerja mutu proses produksi yang langsung dan dianalisis secara berurutan
terintegrasi mulai dari hulu/supplier/material dengan bagan kendali P untuk data atribut
mentah sampai dengan hilir/ cacat yaitu pada bagian sortasi gelondong,
konsumen/produk jadi, sehingga keputusan pulping, washing, hulling. Analisa penentu
yang diambil oleh manajemen benar-benar cacat terbesar dilakukan menggunakan
akurat berdasarkan analisa dan pengolahan diagram pareto dan strategi perbaikan
dari berbagai data yang ada. didapatkan menggunakan diagram tulang
ikan.

2
Statistical Quality Control Pada Proses Pengolahan KOPI
Penelitian ini dilaksanakan selama
(1 )
4 bulan dari Maret sampai juni 2011 yang =
bertempat di PT. J.A Wattie Perkebunan
Durjo, Kabupaten Jember dan 4. Menghitung batas-batas kontrol
Laboratorium Teknologi dan Manajemen =
Agroindustri, Fakultas Teknologi = + 3
Pertanian, Universitas Jember. = 3
5. Membuat bagan kendali individual dengan
Rancangan Percobaan cara memplotkan data individual dan
dilakukan pengamatan terhadap data
Data mutu gula kelapa kristal tersebut.
selanjutnya dianalisis menggunakan teknik
pengendalian mutu statistik khususnya Diagram Pareto
dengan metode bagan kendali, diagram
pareto, diagram sebab akibat. Histogram Diagram Pareto adalah alat yang
merupakan diagram yang terdiri atas grafik digunakan untuk membandingkan berbagai
balok dan menggambarkan penyebaran atau kategori kejadian yang disusun menurut
distribusi data. ukurannya, dari yang paling besar disebelah
kiri ke yang paling kecil disebelah kanan.
Bahan dan Alat Susunan tersebut akan membantu
menentukan pentingnya atau prioritas
Alat yang digunakan dalam penelitian kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab
adalah komputer, software Microsoft Excel, kejadian yang dikaji. Diagram pareto dalam
PASW Statistic, dan alat hitung. Data yang penelitian ini digunakan untuk mengetahui
digunakan dalam penelitian ini adalah data cacat yang ada dan cacat yang sering terjadi
tentang proses pengolahan kopi robusta di pada kopi biji khususnya pada proses sortasi
PT. J. A. Wattie Perkebunan Durjo gelondong, pulping, washing, dan hulling
Kabupaten Jember. sehingga dapat memusatkan perhatian pada
faktor-faktor yang mempunyai dampak
Metode Analisis Data terbesar terhadap terjadinya cacat tersebut.

Bagan kendali P Diagram sebab akibat


Data diambil dari beberapa proses Diagram sebab akibat digunakan
pengolahan yang merupakan piranti yang untuk menganalisa persoalan dan faktor-
berpengaruh langsung dan dianalisis secara faktor yang menyebabkan penyimpangan
berurutan dengan bagan kendali P untuk mutu (cacat) pada kopi biji. Langkah-langkah
data atribut cacat. Penggunaan bagan untuk membuat diagram sebab akibat adalah
kendali P terhadap jumlah cacat adalah sebagai berikut:
sebagai berikut: 1. mengidentifikasi masalah serta dibuat
1. Menentukan ukuran contoh (k) sebagai pengaruh tulang punggung,
2. Menghitung nilai rata-rata produk yang 2. mengidentifikasi kategori - kategori
cacat penyebab umum yang mungkin terjadi,
() 3. selanjutnya menambahkan cabang-cabang
=
() atau tulang-tulang pendukung kepada
3. Menghitung nilai simpangan baku diagram yang menunjukan penyebab
khusus.

3
J Agrotek 5(2) : 1-10
HASIL DAN PEMBAHASAN berada dalam batas kendali karena variasi
sampel biji kopi dari garis pusat (CL) tidak
Kendali Proses Pengolahan secara besar. Gambar 2b menunjukkan bahwa
Statistik hasil sortasi untuk biji kuning terdapat
beberapa titik yang mengalami pergeseran
Pengendalian mutu menggunakan
rata-rata proses secara tiba-tiba yaitu pada
SQC (Statistical Quality Control)dilakukan
titik ke 25-29. Sejumlah titik berurutan
pada tahapan proses sortasi gelondong,
yang berada pada satu sisi garis tengah
pulping, washing. Pengujian bertujuan untuk
biasanya merupakan indikasi bahwa rata-
menentukan apakah proses berada pada peta
rata proses telah bergeser secara tiba-tiba
kendali mutu atau tidak. Proses dikatakan
(Lindsay dan Evans, 2007), dan ada
berada dalam kendali mutu jika data-data
beberapa titik yang mendekati UCL yang
proses pengolahannya berada pada batas-
mengindikasikan tingginya cacat biji,
batas kendali statistik. Jika ada beberapa data
penyebab adalah adanya operator baru,
yang berada di luar batas kendali mutu
statistik, maka proses dikatakan tidak stabil pengawas baru atau perubahan dalam
persiapan atau metode. Gambar 2c terdapat
atau berada di luar kendali mutu.Pemecahan
satu titik yang mendekati UCL namun
masalah mengenai mutu tersebut terjadi jika
masih dikategorikan berada dalam batas
factor-faktor penyebab cacat dapat
kendali, dikatakan berada diluar kendali
dihilangkan sehingga sebaaran data dapat
apabila ada dua atau lebih titik yang
berada di dalam batas kendali mutu (Irvan et
terletak diluar limit dua sigma dan
al., 2006).
Gambar 2d dijelaskan untuk sortasi biji
Sortasi gelondong rambang secara keseluruhan berada dalam
batas kendali. Gambar 2. menunjukkan
Grafik kendali mutu dari hasil bahwa grafik hubungan antara biji baik (biji
pengolahan data sortasi gelondong diperoleh merah) berbanding terbalik dengan biji
nilai CL untuk proporsi biji merah adalah cacat (kuning, hitam dan rambang), bila
0,95; UCL 0,96 dan LCL 0,94. Biji kuning titik pada biji merah berada diatas garis CL
diperoleh nilai CL sebesar 0,02 UCL 0,03 maka pada grafik biji cacat akan berada
dan dan nilai LCL 0,01. Biji hitam diperoleh dibawah garis CL. Hal tersebut dikarenakan
nilai CL sebesar 0,03 UCL 0,04 dan dan nilai titik sampel berada di atas batas kendali
LCL 0,02. Biji rambang diperoleh nilai CL atas pada biji cacat menunjukkan semakin
sebesar 0,04 UCL 0,05 dan dan nilai LCL banyak cacat, sedangkan pada grafik biji
sebesar 0,03. Grafik kendali mutu proses baik bila titik berada pada batas kendali
sortasi biji gelondong disajikan pada atas maka menunjukkan biji semakin bagus
Gambar 2. Gambar 2a menunjukkan bahwa begitu juga sebaliknya.
hasil sortasi biji merah secara keseluruhan

a b

4
Statistical Quality Control Pada Proses Pengolahan KOPI

c d
Gambar 2. Grafik sortasi gelondong (a) biji merah (b) biji kuning (c) biji hitam (d) biji rambang
Pulping diluar garis LCL dan satu titik yang berada
diluar garis LCL. Bila terdapat satu titik
Grafik kendali mutu diperoleh nilai
CL untuk proporsi biji baik adalah 0,73; yang berada diluar batas atas atau batas
bawah maka proses dikatakan tidak
UCL berkisar 0,82 dan LCL berkisar 0,64.
Nilai CL untuk proporsi cacat kulit yang terkendali. Gambar 3 memperlihatkan
bahwa terdapat keterkaitan antara grafik
masih menempel pada buah kopi adalah
0,11; UCL berkisar 0,17 dan nilai LCL biji baik dan biji cacat (lecet, gelondong
dan kulit), yaitu bila pada grafik biji baik
berkisar 0,04. Nilai CL untuk proporsi
cacat biji lecet adalah 0,04; UCL berkisar terdapat titik yang melewati batas bawah
maka kecenderungannya pada gambar
0,08 dan dan nilai LCL berkisar 0,00. Nilai
CL untuk proporsi cacat biji gelondong grafik biji cacat (lecet, gelondong dan
kulit) titik akan mengarah ke atas melewati
sebesar 0,11; UCL berkisar 0,17 dan nilai
LCL berkisar 0,05. Grafik proses pulping batas atas. Salah satunya dapat dilihat pada
sampel 1, titik pada biji baik berada di luar
dapat dilihatpada Gambar 3. Gambar 3
memperlihatkan bahwa proses pulping garis LCL sedangkan pada grafik biji cacat
(kulit yang masih terikut dan biji lecet)
berada di luar batas kendali karena
Gambar 3a terdapat tiga titik yang yang titik berada diluar garis UCL. Hal itu
membuktikan bahwa titik pada biji baik
berada dibawah batas bawah (LCL). Proses
dikatakan tidak terkendali bila terdapat satu mengarah semakin kebawah maka proses
dikatakan semakin buruk sedangkan bila
atau lebih titik yang berada diluar batas
atas atau batas bawah (Mitra, 1993). grafik biji cacat mengarah keatas melebihi/
mendekati garis batas atas maka nilai
Gambar 3b memperlihatkan satu titik
berada diluar batas atas serta terdapat 7 cacatnya akan semakin tinggi. Tidak
terkendalinya proses pulping ini
titik yang berurutan berada diatas/dibawah
nilai CL. Apabila terdapat 7 atau 8 titik disebabkan karena kondisi mesin vis pulper
kurang baik terutama pada pengaturan
terletak diatas/dibawah nilai rata-rata maka
dapat dikatakan kondisi diluar kendali. mesin selain itu juga dikarenakan bentuk
biji buah kopi yang tidak seragam,
Gambar 3c memperlihatkan bahwa
sehingga bila biji buah kopi terlalu besar
terdapat 2 titik diluar garis LCL dan juga
menyebabkan lecet pada biji buah kopi
terdapat 13 titik secara berurutan yang
karena ukuran pengaturan mesin vis pulper
berada dibawah garis rata-rata. Gambar 3d
yang tidak sesuai.
memperlihatkan bahwa terdapat satu titik
5
J Agrotek 5(2) : 1-10

a b

c d
Gambar 3. Grafik proses pulping (a) biji baik (b) kulit yang masih terikut (c) biji lecet (d) biji
gelondong
Washing untuk proporsi cacat biji gelondong adalah
0,10; berkisar UCL 0,16 dan nilai LCL
Bagan kendali proses washing
menghasilkan nilai CL untuk proporsi biji berkisar 0,04 . Nilai CL untuk proporsi cacat
kulit yang masih menempel pada buah kopi
baik adalah 0,69; UCL berkisar 0,78 dan
LCL berkisar 0,69. Nilai CL untuk proporsi adalah 0,13; UCL berkisar 0,19 dan nilai
LCL 0,06. Grafik kendali mutu proses
cacat biji lecet adalah 0,09; UCL berkisar
0,14 dan nilai LCL berkisar 0,03. Nilai CL washing dapat dilihat pada Gambar 4.

a b

6
Statistical Quality Control Pada Proses Pengolahan KOPI

c d

Gambar 4. Grafik proses washing (a) biji baik (b) biji lecet (c)biji gelondong (d) kulit masih terikut

Gambar 4 menunjukkan bahwa menunjukkan beberapa titik yang secara


secara keseluruhan tidak ada titik yang berurutan berada diluar garis CL, hal tersebut
berada diluar batas kendali atas maupun menunjukkan ketidakstabilan proses yang
batas kendali bawah namun terdapat banyak berarti kondisi mesin yang digunakan
titik secara berurutan berada di atas maupun kondisinya kurang baik karena pengaturan
diluar garis rata-rata (CL). Gambar 4a mesin yang tidak sesuai. Proses pencucian di
memperlihatkan bahwa terdapat 12 titik yang pabrik pengolahan yang besar dapat
berada dibawah garis CL kemudian terdapat dilakukan dengan mesin pencuci vis washer
8 titik yang berada diatas garis CL. Mitra atau raung washer karena dapat mencuci
(1993) menyatakan bahwa jika terdapat 7 jauh lebih cepat dibandingkan cara sederhana
atau 8 titik terletak diatas/dibawah nilai rata- (Najiyati dan Danarti, 2004).
rata maka dapat dikatakan kondisi tidak
terkendali, ini disebabkan karena mesin Hulling
raung washer terkadang menghasilkan Hasil pengolahan data proses hulling
kondisi biji yang bagus dan terkadang menggunakan bagan kendali diperoleh nilai
menghasilkan biji yang cacat, sehingga CL untuk proporsi biji baik adalah 0,77;
terjadi ketidakstabilan proses. Gambar 4b UCL berkisar 0,82 dan LCL berkisar 0,71.
memperlihatkan terdapat 7 titik yang berada Grafik proses hulling biji baik disajikan
di atas CL dan 8 titik dibawah CL. Gambar dalam Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan
4c dan Gambar 4d memperlihatkan data terdapat empat titik yang berada diluar batas
bahwa terdapat beberapa titik yang berurutan bawah pada titik ke 7-10. Titik sampel
berada diatas dan dibawah garis CL. Apabila berada semakin kebawah garis LCL maka
titik-titik sampel cenderung berada diatas mengindikasikan bahwa nilai cacat semakin
garis rata-rata menunjukkan persentase cacat tinggi ini dapat dibuktikan bila dilihat juga
senderung berada pada batas pada gambar grafik biji cacat proses hulling
atas.Tampubolon (2004) mengatakan bahwa biji gelondong (Gambar 6b), pada titik yang
bila terdapat titik membentuk tren baik naik sama yaitu titik 7-10 berada diluar garis UCL
atau turun, proses peroduksi harus diselidiki mengidentifikasikan tingginya nilai cacat biji
karena telah terjadi suatu perubahan pada gelondong. Gambar 5 menunjukkan data
peralatan yang digunakan sehingga bahwa terdapat titik yang berada diluar batas
mengakibatkan pergeseran kualitas produk kendali mutu, titik-titik yang membentuk
yang dihasilkan. Secara keseluruhan proses pola naik dan kumpulan titik yang berada di
pada washing dalam keadaan tidak terkendali salah satu sisi CL. Tampubolon (2004)
karena dari keempat grafik tersebut menyatakan bahwa bila terdapat kasus yang

7
J Agrotek 5(2) : 1-10
terjadi pada Gambar 5, maka proses dapat disebabkan oleh pengaturan mesin yang
dikatakan tidak berjalan dengan normal. Hal kurang sesuai dengan kondisi biji kopi yang
tersebut mengindikasikan bahwa kondisi diolah.
mesin hulling kurang baik yang bisa

Gambar 5. Grafik proses hulling biji baik


Grafik proses hulling untuk biji cacat gelondong terutama pada titik 7-10.Data
disajikan dalam Gambar 6 yang memiliki pada titik 7 hingga 10 berdasarkan hasil
nilai CL untuk proporsi cacat biji pecah interpretasi grafik kendali mutu merupakan
adalah 0,02; UCL berkisar 0,034 dan nilai data yang ditolak (outlier) (Achmad, et al.,
LCL berkisar 0,18. Nilai CL untuk proporsi 2010).Grafik cacat biji lorek (Gambar 6 c)
cacat biji gelondong adalah 0,03; berkisar ada kecenderungan titik terus mengarah naik
UCL 0,054 dan dan nilai LCL berkisar mendekati UCL, demikian juga pada
0,008. Nilai CL untuk proporsi cacat biji Gambar 6 f grafik proses hulling biji terkena
lorek adalah 0,06; UCL berkisar 0,09 dan bubuk, grafik menunjukkan pola data
dan nilai LCL 0,03. Nilai CL untuk proporsi cenderung keatas mendekati UCL, hal
kulit tanduk yang masih menempel pada biji tersebut membuktikan persebaran titik tidak
adalah 0,01; UCL berada dalam kisaran merata dan kecenderungan cacat semakin
0,029 dan dan nilai LCL berkisar 0,00. Nilai tinggi. Penyebab terjadinya kecenderungan
CL untuk proporsi kulit ari yang masih tersebut dikarenakan pengaturan mesin yang
menempel pada biji adalah 0,05; berkisar tidak baik sehingga menghasilkan biji cacat
UCL 0,08 dan dan nilai LCL berkisar 0,02. yang makin lama makin banyak jumlahnya
Nilai CL untuk proporsi cacat biji terkena terutama untuk biji lorek.Grafik cacat biji
bubuk adalah 0,06; UCL berkisar 0,089 dan untuk kulit tanduk (Gambar 6 d)
dan nilai LCL 0,03. penyebarannya masih merata dan
Dari Gambar 6 (a) bagan kendali penyimpangannya tidak signifikan. Hal ini
menunjukkan persebaran titik merata yaitu membuktikan jumlah cacat kulit tanduk tidak
berada dibawah dan diatas garis tengah terlalu banyak. Gambar 6 e terdapat empat
hampir sama dan jaraknya tidak terlalu jauh. titik yang mendekati garis UCL dan tiga titik
Titik yang persebarannya tidak terlalu jauh terakhir kecenderungannya mengarah keatas
dari garis CL dan merata berada dibawah dan yang mengidentifikasikan kulit ari yang
diatas garis CL prosesnya dikatakan masih menempel pada biji masih banyak
terkendali yaitu nilai cacat untuk biji lecet karena mesin huller tidak bekerja dengan
rendah. Gambar 6 b menunjukkan data baik. Ini disebabkan pengaruh pengaturan
bahwa terdapat beberapa titik yang berada mesin dan juga karena ukuran biji kopi tidak
diatas batas kendali atas hal tersebut merata sehingga banyak biji yang masih
menunjukkan bahwa tingginya nilai cacat biji lolos dari proses mesin huller.

8
Statistical Quality Control Pada Proses Pengolahan KOPI

a b

c d

e f
Gambar 6. Grafik proses hulling biji cacat (a) biji pecah (b) biji gelondong (c) biji lorek (d) kulit
tanduk (e) kulit ari (f) biji terkena bubuk

9
J Agrotek 5(2) : 1-10
KESIMPULAN BSN [Badan Standardisasi Nasional] (1999).
SNI 01-2907-1999, Biji Kopi. Jakarta:
Hasil analisa proses pengolahan kopi Badan Standardisasi Nasional.
robusta cara semi basah menggunakan
metode Statistical Quality Control Haming M dan Nurnajamuddin M (2007).
mendapatkan beberapa kesimpulan: Manajemen Produksi Modern
a. pada sortasi gelondong terdapat Operasi Manufaktur dan Jasa.
beberapa titik yang mengidentifikasikan Jakarta: Bumi Aksara.
adanya penyimpangan terutama pada Irvan, Hanum Z dan Ruknimi (2006)
biji kuning, namun secara keseluruhan Pendendalian Mutu Produk dengan
hasil proses sortasi gelondong berada Metode Statistik.J. Sistem Teknik
dalam batas kendali; Industri 7 (1): 109-117.
b. pada proses pupling tidak dalam
kondisi terkendali. Hal itu dikarenakan Lindsay WM dan Evans
pada bagan kendali biji baik maupun JR(2007).Pengantar Six Sigma.
biji cacat terdapat beberapa titik yang Jakarta: Salemba Empat.
berada dibawah garis LCL dan diatas
garis UCL; Mitra A(1993). Fundamentasi of Quality
c. pada proses washing walaupun tidak Control and Improvement. New
ada titik yang berada diluar garis LCL York: Mc Milan Publishing.
dan UCL namun terdapat beberapa titik
yang penyebarannya tidak merata yang Najiyati S dan Danarti (2004).Kopi: Budi
mengidentifikasikan proses tidak stabil; Daya dan Penanganan Pascapanen.
dan Edisi Revisi. Jakarta : Penebar
d. pada proses hulling tidak dalam kondisi Swadaya.
terkendali karena terdapat beberapa
titik yang cenderung mengarah keatas Puslit Koka [Pusat Penelitian Kopi dan
garis UCL yang mengidentifikasikan Kakao Indonesia] (2007).Menaikkan
tingginya nilai cacat. Kualitas Kopi dan
Kakao.(http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/2005/0105/27/cakra
DAFTAR PUSTAKA wala/profil.htm). Diakses tanggal 15
Desember 2007.
Achmad F, Rahayu S dan Sumarriani Y
(2010).Penerapan Grafik- X dan Tampubolon MP(2004). Manajemen
Grafik- R sebagai Grafik Kendali Operasional. Jakarta: Ghalia
dalam Pengujian Kualitas Air.J. Indonesia.
Standardisasi 12 (1): 14 19.

10

You might also like