You are on page 1of 24

LAPORAN KASUS

ABORTUS IMINENS
Laporan Kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan Mengikuti Kepaniteraan klinik
Senior di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.RM.Djoelham Binjai

Disusun Oleh

Indri Puspitasari 10310190

Pembimbing :
Dr. Arusta Tarigan, Sp.OG

KKS BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

RSUD DR.RM DJOELHAM BINJAI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

2015

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karenaatas izin-
Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan kasus yang berjudul Abortus Imminens

Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti


kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior dibagian Obstetri dan Ginekologi yang
dilaksanakan di RSUD DR. RM. DJOELHAM BINJAI.

Pada kesempatan ini penuli smengucapkan terimakasih kepada dr. Arusta


Tarigan, Sp.OG , yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan
dan bimbingan agar laporan kasus ini lebih akurat dan bermanfaat.

Tentunya penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kekurangan untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
agar kedepannya penulis dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan
tersebut.

Besar harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
serta dapat memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk meningkatkan
keilmuannya.

Binjai, April 2015

Penuli

2
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman judul ...........................................................................................................i

Kata Pengantar ..........................................................................................................ii

Daftar Isi ....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Abortus................................................................................................................. 2

2.2 Klasifikasi........................................................................................................... 2
2.2.1 Abortus Spontan........................................................................................... 2
2.2.2 Abortus Provokatus.................................................................................... 5
2.3 Abortus Imminens ......................................................................................... 5
2.3.1 Definisi......................................................................................................... 5
2.3.2 Etiologi......................................................................................................... 6
2.3.3 Patofisiologi................................................................................................. 10

2.3.4 Gejala Klinis................................................................................................. 11

2.3.5 Diagnosa ...................................................................................................... 12

2.3.6 Diagnosa Banding........................................................................................ 14

2.3.7 Penatalaksanaan ........................................................................................... 15

2.3.8 Komplikasi.................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

STATUS PASIEN

BAB I

PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang

Abortus adalah pengakhiran hasil konsepsi sebelum janin bisa hidup diluar

rahim. Abortus imminens adalah abortus yang membakat maksudnya adalah belum

terjadi abortus sesungguhnya, janin masih bisa dipertahanan, tetapi bisa juga abortus ini

berlanjut ke abortus insipiens dan inkomplit.1,2


Insiden abortus dipengarui oleh umur dan riwayat obstetrik seperti kelahiran

normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak memiliki

kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua kehamilan

sebelum usia kehamilan 20 minggu. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat

lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan. Delapan puluh persen

kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak

disebabkan karena kelainan pada kromosom.1


Mulai tahun 2005, World Health Organization (WHO) mengajak semua negara

memberikan prioritas terhadap penanganan masalah kesehatan ibu dan anak. Dalam

Seminar Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana untuk Mencapai

Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2007, dikatakan bahwa kurang lebih

15.700 wanita di Indonesia meninggal selama proses kehamilan, persalinan, dan nifas

setiap tahun. Jumlah ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan data kematian ibu

negara Malaysia, Singapura dan Brunei. Penyebab kematian ibu antara lain perdarahan

sebesar 27,87%, eklamsia sebesar 23,27%, infeksi sebesar 5,2%, abortus dan lain-lain

sebesar 43,18%. Perdarahan adalah penyebab terbesar kematian ibu tetapi abortus juga

mempunyai pengaruh yang besar terhadap kematian ibu.3,4

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin

mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada

tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram.2

2.2 Klasifikasi1,2

2.2.1 Abortus spontan1,2


Abortus yang terjadi yang tidak dlalui oleh factor mekanis maupun faktor

medisinalis semata-mata disebabkan oleh factor alamiah. Abortus spontan secara klinis

dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus,

abortus kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion, abortus habitualis,

abortus infeksiosus dan aborrtus septik.

Abortus imminens
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi

5
serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil

terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau

tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum

membuka, dan tes kehamilan positif.


Abortus insipiens
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam

uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan

bertambah.
Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu

dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,

kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau

kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.


Abortus kompletus
Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah di

keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan

lengkap. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah

menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di permudah

apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya

sudah keluar dengan lengkap.


Missed abortion
Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati

tertahan di dalam kavum uteri tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.

Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang

kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan.


Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi,

uterus tidak membesar lagi malah mengecil, dan tes kehamilan menjadi negatif.

6
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan

besarnya sesuai dengan usia kehamilan.


Abortus habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut tiga kali

atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi

kehamilannya berakhir sebelum 20 minggu.


Abortus infeksiosus dan aborrtus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,

sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran

kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam

uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan

pada abortus inkompletus dan lebih sering ditemukan pada abortus buatan yang

dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.


Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada

abortus septik virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium,

tuba, parametrium, dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh,

terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

2.2.2 Abortus provokatus1,2


Abortus provokatus adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk

menghilangkan kehamilan sebelum umur 20 minggu atau berat janin 500 gram, baik

dengan memakai alat-alat atau menggunakan obat-obatan, abortus ini terbagi atas :

Abortus terapeutik (medisinalis)


Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan

dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.


Abortus kriminalis

7
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal

atau tidak berdasarkan indikasi medis.


Unsafe Abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan

tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman

sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.

2.3 Abortus imminens


2.3.1 Definisi
Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan dan ancaman terjadinya

abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi

masih baik dalam kandungan, dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin

berlanjut atau dipertahankan.5


2.3.2 Etiologi1,2,5
Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya

disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 12 minggu),

abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal.


Faktor ovofetal meliputi pemeriksaan USG janin dan histopatologis,

menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk

berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui

bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus,

terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekuat.


Faktor maternal hanya sebanyak 2%, peristiwa abortus disebabkan oleh adanya

penyakit sistemik maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal

tertentu lainnya. Pada 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus

(kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik). Terdapat

dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus

meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.

8
Menurut Ford dan Schust (2009), menjelaskan bahwa penyebab abortus berulang

yang diketahui yakni:5

1) Kelainan genetik
Penyebab yang paling sering menimbulkan abortus adalah abnormalitas

kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus yang terjadi pada trimester

pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik. Abnormalitas genetik

yang paling sering terjadi adalah aneuploidi (abnormalitas komposisi

kromosom) contohnya trisomi autosom yang menyebabkan lebih dari 50%

abortus spontan.
Poliploidi menyebabkan sekitar 22% dari abortus spontan yang terjadi

akibat kelainan kromosom. Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat

abortus spontan yang berulang salah satu dari pasangan tersebut membawa sifat

kromosom yang abnormal. Identifikasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan

kariotipe dimana bahan pemeriksaan diambil dari darah tepi pasangan tersebut.

Tetapi pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesia dan biayanya cukup

tinggi.
2) Autoimun.
Sekarang ini makin dikenal anti phospholipid syndrome (APS), yaitu

kekacauan autoimun yang menyebabkan abortus habitualis karena trombosis

vaskularisasi plasenta. APS adalah gangguan autoimun yang ditandai oleh

trombosis pembuluh darah vena dan atau arteri. Antibodi Antiphospholipid

merupakan autoantibodi terhadap antigen yang terdiri dari phospholipid

bermuatan negatif. Bagaimana timbulnya antigen tersebut belum diketahui.

Antibodi Antiphospholipid terdiri dari IgG, IgM dan IgA. Antibodi

antiphospholipid yang terpenting dalam klinis yaitu antikoagulan lupus (LA) dan

9
antibodi antikardiolipin (ACA). Pada APS terjadi trombosis vaskularisasi

plasenta, sehingga menyebabkan abortus berulang. Kejadian yang sering

dilaporkan di kelompok wanita usia subur adalah abortus berulang oleh karena

adanya infark yang luas di plasenta. Adanya trombosis dan vaskulopati arteri

spiralis ibu menyebabkan isufisiensi dan hipoksia jaringan plasenta. Hal ini yang

dapat menyebabkan abortus. Teori yang sederhana sebagai penyebab abortus di

APS adalah darah kental tidak mampu melewati pembuluh darah paling kecil di

plasenta. Plasenta mengkerut dan embrio/fetus tidak dapat hidup dan terjadilah

keguguran (20%).
3) Gangguan hormonal.
Beberapa gangguan endokrin yang dapat meningkatkan resiko abortus

diantaranya adalah insulin dependen diabetes melitus, defisiensi progesteron,

gangguan tiroid, dan gangguan fase luteal.


Hubungan peningkatan antibodi antitiroid dengan abortus masih

diperdebatkan karena beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berlawanan.

Luteal phase deficiency (LPD) adalah gangguan fase luteal. Gangguan ini bisa

menyebabkan disfungsi tuba dengan akibat transpor ovum terlalu cepat,

mobilitas uterus yang berlebihan, dan kesukaran nidasi karena endometrium

tidak dipersiapkan dengan baik. Penderita dengan LPD mempunyai karakteristik

siklus haid yang pendek,interval post ovulatoar kurang dari 14 hari dan infertil

sekunder dengan recurrent earlylosses (17%-20%).


Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari

korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden

abortus. Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi

10
hormon tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan

dengan demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.

4) Kelainan Anatomi.
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-

15% wanita dengan abortus spontan dan rekuren. Abnormalitas anatomi

maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus spontan yang berulang

termasuk inkompetensi serviks, malformasi kongenital dan defek uterus yang

didapatkan (acquired).
Inkompetensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk

mempertahankan kehamilan sampai aterm. Malformasi kongenital termasuk fusi

duktus Mulleri yang inkomplit yang dapat menyebabkan uterus unikornus,

bikornus atau uterus ganda.


Defek pada uterus yang acquired yang sering dihubungkan dengan

kejadian abortus spontan berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan

leiomioma. Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari pemeriksaan USG

dan HSG.
5) Gangguan nutrisi.
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar

menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang

menyatakan bahwa defisisensi salah satu atau semua nutrien dalam makanan

merupakan suatu penyebab abortus yang penting.


Berbagai penyakit seperti anemia berat, penyakit menahun dan lain-lain

juga dapat mempengaruhi gizi ibu sehingga mengganggu persediaan berbagai

zat makanan untuk janin yang sedang tumbuh.


6) Penyakit infeksi.
Infeksi Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus dan herpes merupakan

penyakit infeksi parasit dan virus yang selalu dicurigai sebagai penyebab abortus

11
melalui mekanisme terjadinya plasentitis. Mycoplasma, Lysteria dan Chlamydia

juga merupakan agen yang infeksius dan dapat menyebabkan abortus habitualis

(0,5%-5%).
7) Faktor Lingkungan

Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan

kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus. Misalnya paparan

terhadap buangan gas tembakau. Rokok diketahui mengandung ratusan unsur

toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif

sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbonmonoksida juga

menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan

adanya gangguan pada sistem fetoplsenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan

janin yang dapat berakibat terjadinya abortus.


2.3.3 patofisiologi1,5
Kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin, pada awal

abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis, yang kemudian diikuti oleh nekrosis

jaringan disekitarnya yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau

seluruhnya dan diinterpretasikan sebagai benda asing dalam uterus. Kemudian uterus

mulai berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.


Pada kehamilan kurang dari 8 minggu vili korialis belum menembus desidua

secara dalam, jadi hasil konsepsi mudah terlepas seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai

14 minggu penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna,

karena itu akan banyak terjadi perdarahan. Pada kehamilan lebih 14 minggu, janin

dikeluarkan lebih dahulu dari pada plasenta. Pendarahan tidak banyak jika plasenta

segera dilepas dengan lengkap.

2.3.4 Gejala Klinis1,2,5

12
Gejala klinis abortus imminens pada dasarnya bisa di bedakan dari abortus

spontan yang lain nya, perbedaan yang khas terletak pada keadaan konsepsi dan serviks,

lebih jelas nya sebagai berikut :


hasil konsepsi masih ada dalam uerus
pembukaan serviks tidak ada

perdarahan pervaginam adalah gejala yang paling khas pada semua jenis abortus

termasuk abortus iminens, tetapi kadang-kadang darahnya sedikit dan

berlangsung lama, dalam perdarahan ini tidak ada jaringan plasenta yang

dikeluarkan.

nyeri abdomen bagian bawah, biasanya terjadi pada bagian perut diatas simpisis,

biasanya ringan bahkan kadang-kadang tidak dirasakan.


terlambat haid
ada tanda-tanda hamil muda
plano tes masih positif
pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan

terjadi kontraksi otot rahim.


Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis

servikalis masih tertutup

Pada hasil USG tampak kantong kehamilan masih utuh dan tampak janin

2.3.5 Diagnosa1,2,5
Diagnosis abortus imminens ditegakkan berdasarkan
Anamnesa

- Perdarahan pervaginam berwarna merah segar, biasanya berlangsung lama

tetapi darahnya sedikit


- Nyeri perut bagian bawah yang ringan bahkan tidak ada sama sekali
- Riwayat terlambat haid

13
- Ada tanda-tanda hamil muda
- Ada riwayat kelainan-gangguan kehamilan sebelumnya
Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Tampak perdarahan pervaginam
Tampak pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan
- Palpasi
Nyeri perut bagian bawah, kadang-kadang tidak ada nyeri perut

bagian bawah
Fundus uteri teraba
Ada kontraksi uterus
- Inspekulo
Tampak mulut rahim tertutup
Tampak perdarahan
- Auskultasi
Terdengar DJJ
- Pemeriksaan dalam
Tidak ada pembukaan

Pemeriksaan penunjang

- USG
Tampak kantong kehamilan masih utuh
Tampak janin masih bagus
Jantung janin berdenyut

- Laboratorium

Darah rutin
Hb normal dan bisa menurun bila banyak pendarahan
Leukosit normal dan bisa meningkat bila ada infeksi

14
Plano tes positif

2.3.6 Diagnosa banding1,2

Abortus
Perdarahan insipiens Missed Kehamilan Abortus
inplantasi atau bortion ektopik iminens
inkomplit
Ada, Ada, Ada, Ada, Ada,
tapi beberapa karena tapi tetapi
biasanya
saat setelah missed berwarna sedikit
lebih
Perdarahan
terlambat abortion merah
banyak
pervaginam
haid kelanjutan kehitaman
dari abortus
iminens

Tidak ada Ada, Tidak ada Ada, Ada,


tetapi
biasanya biasanya
ringan
berat perut bagian
Nyeri perut bahkan
bawah
tidak ada
kanan/kiri
sama
sekali
Positif Positif Negative Positif/ positif
Plano tes
negatif
Dilatasi Tertutup Terbuka Tertutup Tertutup Tertutup
Serviks

15
2.3.7 Penatalaksanaan6,7

Bila konsepsi masih bisa di pertahankan


- Istirahat berbaring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara

ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan bekurang nya

rangsang mekanik.
- Pemberian vitamin
- Anjuran untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau

melakukan hubungan seksual


- Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin

masih hidup
Konsepsi tidak bisa di pertahankan
- Kurretage

2.3.8 Komplikasi5,6

kelahiran prematur
abortus spontan yang berujung pada kematian janin.
berlanjut menjadi abortus insipient atau inkomplit
syok

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, et all.Williams Obstetrics, ed. 23.Appleton and Lange. 2010.


2. Prawirohardjo, Sarwono.Ilmu Kebidanan, edisi 4. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.2010.
3. Depkes, BPS.Indikator Kesehatan Indnesia.Jakarta : Kemenkes dan BPS
RI.2005.

16
4. Prawirohardjo, S.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.2002.
5. Sastrawinata, S.Obstetri Patologi : Ilmu Kesehatan Reproduksi. Bandung :
EGC.2004.
6. Wiknjosastro, Hanifa.Ilmu Bedah Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.2007.
7. Taber, Ben-Zion,Kedaruratan Obstetric dan Ginekologi.Jakarta : EGC.1994.

STATUS PASIEN

ANAMNESA PRIBADI

Nama : Ny. Dewi Herlina Wati

Umur : 34 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMA

Alamat : Jl.Gunung Karang

Tgl. Masuk : 27 Maret 2015 pukul 20:30 Wib

17
ANAMNESA PENYAKIT

G3 P2 A0

KU : Perdarahan pervaginam

Telaah : Pasien datang ke RSUD dr. R.M Djoelham dengan keluhan


sedkit keluar darah dari jalan lahir berwarna segar. Dialami sejak 6 hari
sebelum masuk Rumah Sakit. Os mengatakan ganti duk sehari 2x, nyeri
perut bagian bawah(+).

Riwayat mentruasi sebelumnya:

Menarche : 11 tahun
Siklus : 28 hari
Banyak : 3 kali ganti duk
Lamanya : 6-7 hari
HPHT : 09 Januari 2015
TTP : 16 Oktober 2015

Riwayat persalinan

No Tempat Penolong Thn Aterm Jenis penyulit Anak


persalinan persalinan
JK BB
1 RB Bidan 2006 Aterm Spontan - Laki-laki 3100
2 RB Bidan 2010 Aterm Spontan - Laki-laki 3400
3 Hamil Ini

RPT : (-)

RPO : (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

18
1. Keadaan Umum

Sensorium : Compos Mentis

Tekanan darah : 120/70mmHg

Heart Rate : 80x/menit

Respirasi Rate : 20x/menit

Suhu : 36,7 0 C

2. Keadaan Penyakit

Anemia : (-)

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Ikterus : (-)

Edema : (-)

Status Lokalisata

1. Kepala

Mata : conjungtiva palpebra superior pucat (-/-)

Telinga : serumen (-/-)

Hidung : deviasi septum nasi (-), sekret (-/-)

Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-/-)

2. Thorax

Inspeksi : simetris fusiformis

Palpasi : Sterm fremitus sama kanan dan kiri

19
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru

Auskultasi : Vesikuler (+), suara tambahan (-)

3. Abdomen

Inspeksi : Massa (-), striae gravidarum (+), bekas operasi (-)

Auskultasi : Peristaltic usus (+)

Palpasi : Hati tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan


abdomen (-)

Perkusi : Timpani

4. Ektremitas

Superior : oedema (-/-), sianosis (-/-)

Inferior : oedema (-/-), sianosis (-/-)

Status Obstetri dan Ginekologi

1. Abdomen

Inspeksi : Besar abdomen sesuai dengan usia kehamilan.

Palpasi : Fundus uteri belum teraba

Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan

Auskultasi : Denyut jantung janin = 145x/menit

2. Genetalia Ekterna

20
Inspeksi : Perdarahan (+), Massa (-), Udem (-), Lesi (-)

3. Genetalia Interna
Vaginal Thoucer : Tidak ada pembukaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG
Dilakukan pada tanggal 31 Maret 2015 oleh dr, sp.OG dan hasilnya adalah :
Janin Tunggal + IUP 10 Minggu + Anak Hidup
2. Laboratorium
Dilakukan pada tanggal 27 Maret 2015
Darah rutin :
Hb : 9,8 gr/dl
Leukosit : 8.300 mm3
Trombosit : 338.000 mm3
Golongan Darah : A
Plano test : Positif

RESUME

ANEMNESA

G3 P2 A0

KU : Perdarahan pervaginam

Telaah :

- keluar darah dari jalan lahir sejak 6 hari sebelum masuk Rumah Sakit
- warna merah segar

PEMERIKSAAN FISIK

Status Obstetri dan Ginekologi

1. Abdomen

21
Inspeksi : Besar abdomen sesuai dengan usia kehamilan.

Palpasi : Fundus uteri belum teraba

Auskultasi : Denyut jantung janin = 145x/menit

2. Genetalia Ekterna

Inspeksi : Tampak perdarahan

3. Genetalia Interna
Vaginal Thoucer : Tidak ada pembukaan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. USG

Dilakukan pada tanggal 31 Maret 2015 oleh dr, sp.OG dan hasilnya adalah

Janin Tunggal + IUP 10 Minggu + Anak Hidup

2. Laboratorium
Dilakukan pada tanggal 27 Maret 2015
Darah rutin : Dalam batasan yang Normal
Golongan Darah : A
Plano test : positif

DIAGNOSA BANDING

Abortus imminens + MG + KDR ( 10-12 minggu)


KET + MG + KDR (10-12 minggu)

DIAGNOSA KERJA

Abortus imminens + MG + KDR ( 10-12 minggu)

PENATALAKSANAAN

- IVFD RL 20 gtt/menit
- Diet MB
- Star folat 2 x 1

22
- Preabor 2 x 1

RENCANA

- Observasi kehamilan, bila kehamilan tidak bisa dipertahankan maka dilakukan


tindakan kurretage

FOLLOW UP

Tanggal Kesadaran Keluhan Vital Sign Terapi


Compos Keluar Darah TD :110/70 - IVFD RL 20 gtt/
Mentis (+) mmhg menit
28 Maret - Diet MB
Nyeri perut HR :78x/i
2015 - Star folat 2 x 1
(+) RR :20x/i - Preabor 2 x 1
Mual (+) T :36,5 0 C
Compos Keluar darah TD :120/70 - IVFD RL 20 gtt/
Mentis berkurang mmhg menit
29 Maret - Diet MB
Nyeri Perut HR :80x/i
2015 - Star folat 2 x 1
(+) RR :20x/i - Preabor 2 x 1
T :37,0 0 C
Compos Keluar darah TD :110/80 - IVFD RL 20 gtt/
Mentis sedikit mmhg menit
30 Maret - Diet MB
HR :78x/i
2015 - Star folat 2 x 1
RR :24x/i - Preabor 2 x 1
T :36,5 0 C
Compos Keluar darah TD :120/80 - IVFD RL 20 gtt/
Mentis (-) mmhg menit
31 Maret - Diet MB
HR :76x/i
2015 - Star folat 2 x 1
RR :20x/i - B-Neuron 2 x 1
T :36,8 0 C
01 April 2015 Compos Tidak ada TD :110/70 - IVFD RL 20 gtt/
Mentis keluhan mmhg menit
- Diet MB
HR :80x/i
- Star folat 2 x 1

23
RR :22x/i - B-Neuron 2 x 1
T :37,1 0 C

KESIMPULAN

Pada tanggal 01 April 2015 pukul 13:00 wib Pasien PBJ


Terapi PBJ adalah

Star folat 2 x1

B-Neuron 2 x1
Kehamilan dapat dipertahankan sehingga tidak dilakukan kurretage
Pasien PBJ dalam kondisi kehamilan masih utuh dan darah tidak keluar lagi

24

You might also like