You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Belajar merupakan kunci yang paling vital dari setiap usaha pendidikan,
sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu
proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai
disiplin Ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan, misalnya psikologi
pendidikan dan psikologi belajar. Karena begitu pentingnya arti belajar maka
bagian terbesar upaya riset dan eksperimen psikologi belajar pun diarahkan
pada pencapaian pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai proses
perubahan manusia itu.
Konsep dasar belajar merupakan perubahan perilaku manusia manusia.
Perubahan dan Kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna
yang terkandung dalam belajar. Disebabkan karena kemampuan belajarlah
manusia dapat berkembang lebih jauh dari makhluk lainya.
Belajar umumnya adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti berhasil atau gagalnya pencapaian pendidikan itu sangat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa keluarga baik ketika berada
di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Oleh karena
itu pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk
dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan atau
ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil
pembelajaran yang dicapai peserta didik.

1
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa saja definisi dari belajar?
b. Bagaimana proses dan tahapan belajar?
c. Bagaimanakah cara-cara belajar yang baik?
d. Apakah prinsip-prinsip dalam belajar?
e. Apa saja saran yang perlu diketahui untuk membiasakan belajar yang
optimal dan efisien.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi belajar
Belajar (Ing: to study) berasal dari kata benda dasar ajar artinya petunjuk
yang diberikan kepada seseorang supaya diketahui. Dengan demikian belajar
mempunyai beberapa arti yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.
Skinner, seorang pakar teori belajar dalam buku Educational Psychology
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah
laku) yang berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dengan
pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah: a proces of progressive
behaviour adaptation . Berdasarkan eksperimennya, Skinner percaya bahwa
proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila belajar
diberi penguat (reinforcer).
Hintzman dalam bukunya The Pshycology of Learning and Memory
berpendapat bahwa: learning is a change in organism due to experience
which can affect the organisms behaviour. Jadi dalam pandangan Hintzman,
perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman dapat dikatakan belajar apabila
mempengaruhi organisme.
Dalam penjelasan selanjutnya, Hintzman menambahkan bahwa
pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan
untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman
hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme
yang bersangkutan. Mungkin inilah dasar pemikiran yang mengilhami gagasan
everyday learning yang dipopulerkan oleh Profesor John B. Biggs.
Biggs sendiri mendefinisikan belajar menjadi tiga macam rumusan, yaitu
rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Dalam
rumusan-rumusan ini kata seperti perubahan dan tingkah laku tidak lagi
disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini menjadi kebenaran umum
yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.

3
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan
kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal
ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap
penguasaan siswa atas materi-materi yang telah mereka pelajari. Ukurannya
adalah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin
baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor
atau nilai.
Adapun pengertian balajar secara kualitatif adalah proses memperoleh
arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia
disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya
daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah
yang sedang dan akan dialami siswa.
Berdasarkan berbagai pendapat para pakar yang telah diuraikan di atas,
secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Beberapa tokoh psikologi belajar memiliki persepsi dan penekanan
tersendiri tentang hakikat belajar dan proses kearah perubahan sebagai hasil
belajar, berikut ini adalah beberapa kelompok teori yang memberikan
pandangan khusus tentang belajar, diantaranya :
a. Behaviorisme
Parapenganutteoribehaviorismemeyakinibahwamanusiasangatdipenga
ruhiolehkejadian-kejadiandidalamlingkunganya yang
memberikanpengalaman-
pengalamanterhadapnya,behaviorismemenekankanpadaapa yang
dilihat,yaitutingkahlaku, dankurangmemperhatikanapa yang terjadi
didalampikirankarenatidakdapatdilihatdan bersifat mekanistik otomatik.
Teori psikologi ini juga melihat bahwa belajar adalah merupakan perubahan
tingkah laku, ciri yang paling mendasar dari aliran ini adalah bahwa
perubahan tingkah laku yang terjadi adalah berdasarkan paradigma S-R
(stimulus - respons) yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu
terhadap sesuatu yang datang dari luar.

4
b. Kognitivisme
Kognitivismem,erupakansalahsatuteoribelajar yang
dalamberbagaipembahasan juga seringdisebutkognitif (cognitive model)
atau model persepsi (perceptual
model),menurutteoriinibelajardapatberupatingkahlaku yang
ditentukanseseorangataupersepsidanpemahamantentangsituasi yang
berhubungandengantujuan-
tujuanya,karenaitubelajarmenurutteorikognitivismediartikansebagaiperubah
anpersepsidanpemahaman.
c. Teoribelajarpsikologi social
Menurutteoribelajarpsikologi social proses
belajarjarangsekalimerupakan proses
menyendiri,akantetapimelaluiinteraksi-
interaksi,interaksitersebutdapatberupa:
1. searah (one
directional),yaitubilamanaadanyastimuludariluarmenyebabkantimbulnyar
espon,
2. duaarah ,yaituapabilatingkahlaku yang
terjadimerupakanhasilelajarinteraksiantaraindividu yang
belajardarilingkunganya ,atausebaliknya.
d. teoribelajargagne
Teoribelajargagneiniadalahperpaduanantarateoribehaviorismedengante
orikognitivisme yang berpangkalpadateoripengolahaninformasi
,menurutgagnecaraberpikirseorangtergantungpadaketerampilanapa yang
dimilikinya dan keterampilansertahirarkiapa yang
diperlukandalammempelajarisesuatu.

5
B. proses dan tahapan belajar
Proses berasal dari bahasa Latin processus yang berarti berjalan kedepan.
Kata ini mempunya konotasi urutan langkah atau kemajuan yang mengarah
pada suatu tujuan. Reber mengatakan dalam psikologi belajar, proses berarti
cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan
ditimbulkan hingga tercapai nya hasil-hasil tertentu. Jadi, proses belajar dapat
diartikan sebagai tahapan proses perubahan perilaku kognitif, efektif dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif
dalam arti berorientasi kearah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.
Menurut Arno F. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, setiap
proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:
a. Tahap penerimaan informasi
b. Tahap penyimpanan informasi
c. Tahap memanggil kembali informasi

respon storage recall

acquisition
Pada tingkatan pertama seorang siswa mulai menerima informasi sebagai
stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan
pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara
pemahaman dengan perilaku baru dalam kesulurahan perilakunya. Proses
penerimaan dalam belajar merupakan tahap yang paling mendasar. Kegagalan
dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.
Pada tingkatan penyimpanan, seorang siswa secara otomatis akan mengalami
proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang mereka peroleh ketika
dalam tahap penerimaan informasi. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi
short term dan long term memori.
Pada tingkatan terakhir, peserta didik akan mengaktifkan kembali fungsi-
fungsi sistem memorinya seperti ketika menjawab pertanyaan atau
menyelesaikan masalah. Tahap ini pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa
mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali informasi yang
tersimpan dalam memori sebagai respons yang sedang dihadapi.

6
Menurut Albert Bandura (1977), seorang behaviouris moderat penemu
teori social learning, bahwa setiap proses belajar (terutama belajar social dalam
menggunakan model) terjadi dalam tahapan peristiwa berikut:
a. Attentional Phase
b. Retention Phase
c. Reproduction Phase
d. Motivation Phase

Implus response

Reproduction Attentiona Retention Motivation


Tahap-tahap di atas berawal dari adanya peristiwa stimulus atau sajian
perilaku model dan berakhir dengan penampilan atau kinerja (performance)
tertentu sebagai hasil belajar seorang siswa. Dalam bukunya, Social Learning
Theory, Albert Bandura sebagaimana yang dikutip oleh Pressly dan McCormic
(1995:217-218) menguraikan tahapan-tahapan tersebut seperti tahapan-tahapan
di bawah ini.
Tahap Perhatian. Pada tahap pertama ini para siswa pada umunya
memusatkan perhatian pada objek materi atau perilaku model yang lebih
menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau dengan
perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Untuk menarik perhatian
para peserta didik, guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khusus
ketika menyajikan pokok materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika
menyajikan contoh perilaku tertentu.
Tahap Penyimpanan. Dalam tahap ini informasi berupa materi dan
contoh perilaku model itu ditangkap, diproses dan disimpan dalam memori.
Para peserta didik lazimnya akan lebih baik dalam menangkap dan menyimpan
segala informasi yang disampaikan atau perilaku yang dicontohkan apabila
disertai penyebutan atau penulisan nama, istilah dan label yang jelas serta
contoh perbuatan yang akurat.
Tahap Reproduksi. Segala bayangan atau kode-kode simbolis yang berisi
informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori
peserta didik itu diproduksi kembali. Untuk mengidentifikasi tingkat
penguasaan para peserta didik, guru dapat menyuruh mereka membuat atau
melakukan lagi apa yang telah mereka serap.

7
Tahap Motivasi. Tahap terakhir dalam proses terjadinya belajar atau
pembelajaran adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai
reinforcement. Pada tahap ini, guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah,
atau nilai tertentu kepada peserta didik yang kinerjanya memuaskan. Sementara
mereka yang belum menunjukkan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan
akan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan guru bagi
kehidupan mereka. Seiring dengan upaya ini, ada baiknya ditunjukkan pula
bukti-bukti kerugian orang yang tidak menguasai materi tersebut.
C. Cara-cara belajar yang baik
Setiap peserta didik yang ingin berhasil dalam belajarnya
pasti akan berusaha agar tujuannya bisa tercapai. Berbagai
usaha dapat dilakukan untuk memperoleh hasil yang
maksimal. Usaha untuk memperoleh hasil yang maksimal pada
intinya adala belajar dengan cara yang baik, sesuai, tepat dan
efektif. Namun model belajar setiap orang bisa berbeda-beda
karena pengalaman keberhasilan seseorang dalam studinya
tidak selalu sama persis. Maka disini akan disampaikan hal
yang umumnya saja tentang hal yang perlu diperhatikan untuk
cara belajar dengan baik, di antaranya adalah:
a. Mempunyai Fasilitas dan Perabotan Belajar.
Orang yang belajar tanpa dibantu dengan fasilitas tidak
jarang mendapatkan hambatan dalam menyelesaikan
kegiatan belajar. Karenanya fasilitas tidak bisa diabaikan
dalam masalah belajar.
Fasilitas dan perabot belajar yang dimaksud tentu saja
berhubungan dengan masalah materiil berupa kertas, pensil,
buku catatan, meja dan kursi, mesin ketik (sekarang
umumnya komputer), kertas karbon dan sebagainya.
b. Mengatur Waktu Belajar
Pelajar tidak bisa membagi waktunya akan menghadapi
kebingungan, pelajaran apa yang harus dipelajari hari ini
atau esok hari. Mahasiswa akan merasakan waktu yang
terlalu sempit untuk melakukan sesuatu yang berhubungan

8
dengan masalah belajar.dengan demikian, pelajar atau
mahasiswa jangan sekali-kali mengabaikan masalah
pembagian waktu ini, sekiranya ingin menjadi orang yang
sukses studi.
c. Menguasai Bahan Pelajaran.
Setelah sekolah atau kuliah, jangan lupa untuk
mengulangi bahan pelajaran di rumah atau di asrama. Apa
yang guru / dosen jelaskan tidak mesti semuanya terkesan
dengan baik. Tentu ada kesan-kesan yang masih samar-
samar dalam ingatan. Pengulangan sangat membantu untuk
memperbaiki semua kesan yang masih samar-samar itu
untuk menjadi kesan-kesan yang sesungguhnya, yang
tergambar jelas dalam ingatan.
d. Menghafal bahan pelajaran.
Menghafal bahan pelajaran merupakan salah satu
kegiatan dalam rangka penguasaan bahan.
e. Membaca buku
Kegiatan membaca adalah kegiatan yang paling banyak
dilakukan selama menuntut ilmu di sekolah atau di
perguruan tinggi.
f. Membuat ringkasan dan ikhtisar.
Bagian kegiatan yang tidak kalah pentingnya dari
semua kegiatan belajar adalah membuat ringkasan atau
ikhtisar. Kegiatan ini dilakukan dengan sadar dan dengan
tujuan tertentu. Kegiatan membuat ringkasan atau ikhtisar
ini biasanya seseorang lakukan setelah dia selesai membaca
buku, suatu bab, atau sub bab tertentu. Kegiatan membuat
ringkasan atau ikhtisar ini tidak lain adalah kegiatan yang
berupaya untuk memadatkan isi dengan landasan kerangka
dasarnya dan menghilangkan pikiran-pikiran jabaran.
g. Mengerjakan tugas
Selama menuntut ilmu di lembaga-lembaga pendidikan
formal, baik pelajar atau mahasiswa tidak akan pernah
melepaskan diri dari keharusan mengerjakan tugas-tugas

9
studi. Tugas-tugas itu pun dapat mengasah pemahaman
para pelajar atau mahasiswa akan materi yang telah
diajarkan.
h. Memanfaatkan Perpustakaan
Perpustakaan sebagai wadah berhimpunnya sejumlah
literatur (buku) yang diperuntukkan bagi mereka yang haus
ilmu. dengan begitu, maka perpustakaan terkesan
menyenangkan dan menyejukkan bagi yang melihat dan
mendengarnya. Perpustakaan identik dengan dunia
pendidikan. Maka sudah seharusnya fungsi perpustakaan
dimaksimalkan. Namun menurut pemakalah, ada baiknya
perpustakaan itu sendiri tidak digunakan untuk tempat
belajar, karena adanya keramaian pengunjung yang
biasanya sesuai dengan banyaknya buku. Perpustakaan
dijadikan tempat mengambil informasi-informasi dalam
buku-buku. Sedang tempat belajar baiknya berada di tempat
yang tidak terlalu ramai bahkan sunyi tenang. Misalnya
didekat pancuran air dan tempat yang rimbun pepohonan,
dengan bunyi air yang khas insya Allah bisa meningkatkan
daya pikir dan berada ditempat yang kaya oksigen bisa
membuat suasana menjadi sejuk dan membantu kinerja
otak yang membutuhkan oksigen.
Dr. Rudolf Pintner mengemukakan bagaimana cara-cara
belajar yang baik sebagai berikut:
a. Jangka waktu belajar
Dari berbagai percobaan ternyata jangka waktu belajar
yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan
soal hitungan dan sebagainya adalah antara 20-30 menit.
Jangka waktu yang lebih dari itu untuk belajar yang benar-
benar memerlukan konsentrasi perhatian relatif kurang atau
tidak produktif.

10
Jangka waktu tersebut tidak berlaku bagi mata
pelajaran yang memerlukan pemanasan, seperti sejarah,
filsafat dan sebagainya.
b. Pembagian waktu belajar
Belajar yang terus menerus dalam jangka waktu yang
lama tanpa istirahat tidak efisien dan tidak efektif. Sehingga
dalam hal ini pembagian waktu belajar sangat diperlukan.
Hukum Jost yang sampai sekarang diakui kebenarannya
yaitu 30 menit 2 kali sehari dalam 6 hari lebih baik dan
efektif dari pada sekali belajar selama 6 jam tanpa berhenti.
c. Membatasi kelupaan
Bahan pelajaran yang telah kita pelajari sering kali
mudah dilupakan. Maka untuk menghindari kelupaan
bahkan lupa sama sekali, dalam belajar perlu diadakan
review untuk mengingat kembali bahan yang telah
dipelajari. Adanya review ini sangat penting, terutama bagi
bahan pelajaran yang sangat luas dan memakan waktu
beberapa semester untuk mempelajarinya.
D. Prinsip-Prinsip dalam Belajar
a. Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu prinsip belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani
dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani
yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah
cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya
telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan
belajar. Misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi, dan sebagainya.
b. Memiliki kesiapan
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki
kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun
perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga yang cukup
dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki niat dan
motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa
kesiapan fisik, mental dan perlegkapan akan banyak mengalami kesulitan,
akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik.

11
c. Memahami tujuan
Setiap orang belajar harus memahami apa tujuannya, kemana arah
tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki
oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat cepet selesai dan
berhasil. Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan kebingungan
pada orang yang hilan kegairahan, tidak sistematis, atau asal ada saja. Orang
yang belajar tanpa tujuan ibarat kaal berlayar tanpa tujuan terombang -
ambing tak tentu arah yang dituju sehingga akhirnya bisa terlanggar kbatu
karang atau terdampar ke suatu pulau.
d. Memiliki kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untu
melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akn memperoleh hasil yang
kurang memuaskan. Selain itu akan banyak waktu dan tenaga terbuang
dengan percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh sungguh serta tekun
akn memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang efektif.
Prinsip kesungguhan sangat penting artinya. Biarpun seseorang itu sudah
memiliki kematangan, kesiapan serta mempuyai tujuan yang konkret dalam
melakukan kegiatan belajarnya, tetapikalu tidak bersungguh- sungguh,
belajar asal ada saja, bermals-malas, akibatnya tidak memperoleh hasil yang
memuaskan.
e. Ulangan dan latihan
Prinsip yang tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan.
Seseuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga
dikusai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Sebaliknya belajar tanpa diulang
hasilnya akan kurang memuaskan. Bagaimanapun pintarnya seseorang harus
mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri dirumah agar bahan-bahan
yang dipelajari tambah meresap dalam otak, sehingga tahan lama dalam
ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu
berfungsinya ingatan.
E. Saran-saran untuk membiasakan belajar yang optimal dan efisien.
Berikut ini adalah saran-saran yang dikemukakan Crow
dengan singkat dan terinci untuk mencapai hasil belajar yang
efisien:
a. Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.

12
b. Usahakan adanya tempat belajar yang memadahi.
c. Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi
dan keaktifan mental.
d. Rencanakan dan ikutilah jadwal untuk waktu belajar.
e. Selingilah belajar itu dengan waktu-waktu istirahat yang
teratur.
f. Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari setiap
paragrap.
g. Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati
(silent recitation).
h. Lakukan meode keseluruhan (whole methode) bilamana
mungkin.
i. Usahakan agar dapat membaca cepat tetapi cermat.
j. Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun
rapi.
k. Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari
lebih lanjut.
l. Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tetap,
dan usahakan / cobalah untuk menemukan jawabannya.
m. Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu
belajar.
n. Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik dan bahan
ilustrasi lainnya.
o. Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan.
p. Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas tugas belajar
itu.
q. Pelajari baik-baik yang dikemukakan oleh pengarang, dan
tenanglah jika diragukan kebenarannya.
r. Analisis kebiasaan belajar yang dilakukan, dan cobalah
untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Belajaradalahsuatu yang
menunjukanpadasuatuaktivitasmenujusuatuperubahantingkahlakupadadiriindiv
idumelalui proses interaksidenganlingkunganya .Pembelajaran yang
efektifditandaidenganterjadinya proses
belajardalamdirisiswaolehsebabitumelalui proses pembelajaran , guru
harusberupayasecara optimal menciptakankondisi yang
memungkinkansiswaterdoronguntukberperanaktifsebagaiwujudnyataterjadinya
proses belajar.
Ada beberapaaliranatauteoribelajar yang
sangatberpengaruhterhadapperkembanganpandangandankonseptentangbelajar,
diantaranya:
a. Behaviorisme
b. Kognitivisme
c. Teoribelajarpsikologi social
d. Teoribelajargagne
Untukmemahamisecaraspesifiktentangperubahantingkahlakusebagaiakib
atterjadinya proses belajarini,
beberapaahlimemilahperilakuinidalamtigakawasanranah ,yaitu:
a. Kognitif
b. Afektif
c. Psikomotorik
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi
Konsep Belajar, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahan yang kiranya belum kami ketahui. Penulis banyak
berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
kesempurnaan makalah ini dan sekaligus makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

14

You might also like