You are on page 1of 4

618.

9
Ind
P

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT

Modul 1

PENGANTAR

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DAN
WORLD HEALTH ORGANIZATION
Jakarta, 2003

i
Katalog Dalam Terbitan, Departemen Kesehatan RI

Indonesia. Departemen Kesehatan.


Direktorat Jenderal Bina Kehatan Masyarakat

Manajemen Terpadu Balita Sakit.

Jakarta: Departemen Kesehatan bekerjasama dengan


World Health Organization, 2003

Modul 1 Pengantar
Modul 2 Penilaian dan Klasifikasi anak sakit umur 2
bulan sampai 5 tahun
Modul 3 Menentukan Tindakan dan Memberi
Pengobatan
Modul 4 Konseling bagi Ibu
Modul 5 Tindak Lanjut
Modul 6 Manajemen Terpadu Bayi Muda umur 1 hari
sampai 2 bulan
Modul 7 Pedoman Penerapan MTBS di Puskesmas

Buku Bagan: Manajemen Terpadu Balita Sakit

Buku Kumpulan Foto

I. Judul 1. CHILD CARE

2. CHILD HEALTH SERVICES

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iii


KATA PENGANTAR .. v
PENDAHULUAN 1
PROSES MANAJEMEN KASUS . 2
TUJUAN PELATIHAN ... 3
METODE DAN MATERI PELATIHAN 4
CARA MEMILIH BAGAN MANAJEMEN KASUS SECARA TEPAT .. 5
DAFTAR ISTILAH .. 6

iii
KATA PENGANTAR

Sejak tahun 1996 Departemen Kesehatan bekerja sama dengan WHO


mengembangkan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di
Indonesia. Keterpaduan pelayanan tidak hanya pelayanan kuratif berupa
pengobatan penyakit saja, namun sekaligus pelayanan preventif seperti
imunisasi, pemberian vitamin A, menilai dan memperbaiki cara pemberian ASI
serta pelayanan promotif seperti memberikan konseling kepada ibu cara
merawat dan mengobati anak sakit di rumah, serta masalah pemberian
makan.

Sasaran utama penerapan MTBS adalah para perawat, bidan atau bidan di
desa yang menangani balita sakit. Tentunya dokter puskesmas perlu juga
terlatih MTBS agar dapat melakukan supervisi penerapan MTBS di wilayah
kerja puskesmas. Dengan pelatihan ini, tenaga kesehatan akan memahami
konsep MTBS serta lebih terampil dan termotivasi untuk menggunakan bagan
manajemen kasus sebagai standar pelayanan di lini terdepan, utamanya di
tingkat pelayanan kesehatan dasar.

Bila kita lihat situasi balita di Indonesia, dengan Angka Kematian Balita
sebesar 68 per 1000 kelahiran hidup (SUSENAS 2001) maka 340 ribu anak
meninggal per tahun sebelum usia lima tahun dan diantaranya 255 ribu
adalah bayi sebelum berusia satu tahun. Dari seluruh kematian tersebut
sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan akut, diare dan
gangguan perinatal/neonatal. Melihat besaran masalah yang ada,
Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia
dan WHO telah melakukan peninjauan terhadap isi MTBS dan disepakati
beberapa perubahan yaitu masuknya kelompok umur 1 hari 2 bulan dan
penyesuaian terhadap kebijakan program nasional.

Dengan adanya perubahan terhadap isi MTBS, terjadi pula perubahan


terhadap cara penerapannya. Semula MTBS adalah pendekatan yang
digunakan di fasilitas rawat jalan, dengan masuknya kelompok umur 1 hari
2 bulan maka pendekatan ini digunakan juga pada saat melakukan kunjungan
neonatal. Menerapkan pendekatan ini berarti memberikan pelayanan yang
berkualitas yang juga akan memberikan kontribusi cukup besar untuk
mencegah terjadinya kematian balita karena pneumonia, diare, malaria,
campak, dan malnutrisi.serta gangguan perinatal/neonatal.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan modul ini,
kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Direktur Kesehatan Keluarga

Dr. Sri Hermiyanti, MSc

iv

You might also like