You are on page 1of 14

BOTANI UMUM

MINYAK ATSIRI

NAMA : NANDA NABILAH UBAY

NIM : 153112620120100

Program Studi S1 Biologi Medik

Universitas Nasional

2016
I. Definisi

Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini
disebut juga minyak terbang, minyak eteris, minyak esensial karena pada suhu kamar
mudah menguap. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau tanaman
asalnya. Dalam keadaan murni tanpa pencemar, minyak atsiri tidak berwarna.Namun
pada penyimpanan yang lama, minyak atsiri dapat teroksidasi dan membentuk resin
serta warnanya berubah menjadi lebih tua (gelap). Untuk mencegah supaya tidak
berubah warna, minyak atsiri harus terlindungi dari pengaruh cahaya, misalnya disimpan
dalam bejana gelas yang berwarna gelap .Bejana tersebut juga diisi sepenuh mungkin
sehingga tidak memungkinkan hubungan langsung dengan udara, ditutup rapat serta
disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Minyak Atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan
kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang
khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok
(untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan Minyak Atsiri dikenal
sebagai bibit minyak wangi.

Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan tanaman tertentu,
seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan rimpang. Minyak ini bersifat mudah
menguap pada suhu kamar (250C) tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi
sesuai dengan tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik tetapi
tidak larut dalam air.

Minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan pewangi, penyedap


(flavoring), antiseptic internal, bahan analgesic, sedative serta stimulan. Terus
berkembangnya penggunaan minyak atsiri di dunia maka minyak atsiri di Indonesia
merupakan penyumbang devisa negara yang cukup signifikan setelah Cina.

II. Lokalisasi Minyak Atsiri

Minyak atsiri terkandung dalam berbagai organ, seperti didalam rambut kelenjar
(pada famili Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (misalnya famili Piperaceae), di dalam
rongga-rongga skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae). Minyak atsiri
dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin
dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari glikosida tertentu.

III. Penggunaan dan Aktivitas Biologi Minyak Atsiri

Pada tanaman minyak atsiri mempunyai fungsi membantu proses penyerbukan


dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, juga mencegah kerusakan tanaman
oleh serangga atau hewan, serta sebagai cadangan makanan bagi tanaman.

Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya
industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap (flavoring agent) dalam industri
makanan dan minuman.

IV. Ciri-ciri Minyak Atsiri

Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu,
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung)
sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun
memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda.

Sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak larut dalam air
dan pelarut polar lainnya. Dalam parfum, pelarut yang digunakan biasanya alkohol.
Dalam tradisi timur, pelarut yang digunakan biasanya minyak yang mudah diperoleh,
seperti minyak kelapa.

Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma
tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa
organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil).

V. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri

Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150200 spesies


tanaman yang termasuk famili Pinaceae, Labiateae, Compositae, Lauraceae, Myrtaceae,
dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu
dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizome.
Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari daun tanaman:

Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal


Citronela (Sereh) Cymboopogo nardus R Ceylon
Patchouly (Nilam) Pogostemon cablin benth Malaysia
Cajuput (kayu putih) Melaleuca leudendron L Indonesia
Bay Pimenta ocris Dominika
Cassia Cinnampmum cassia L. China
Cedar Leaf Thuya accidentalis Vermont
Eucalyptus Eucalyptus sp. Australia, Uruguay
Lemon grass Cymbopogan citratus Madagaskar, Guatemala
Cherry laurel Prunus laurocerasus L. Prancis

Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari bunga tanaman:

Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal


Cananga (kenanga) Canana odorata Hook Indonesia
Champaka (cempaka) Michelia campaca L. Madagaskar, Filipina
Clove (Cengkeh) Caryophillus aromaticus L. Zanzibar, Madagaskar, Indonesia
Basil Ocimum basilieum Madagaskar
Chamoomile Matricaria chamomile L. Jerman, Hongaria
Lavandin Lavandula vera D.C Perancis
Lavender Lavandula officinalis Chaix Perancis, Rusia
Marjoram Origanum majorana L. Perancis, Afrika
Rose (Mawar) Rose alba L. Bulgaria, Turki
Rosemary Rosmarinus officinalis L. Tunisia
Sage Salvia scalera L. Rusia, Perancis

Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari biji tanaman:


Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal
Caraway Carum carvi Belanda, Rusia
Cardamom Elettaria cardamomum India
Carrot Seed (Wortel) Daucus carota L. Amerika, Eropa
Celery seed (Seledri) Apium graveolen L. Inggris, India
Croton Croton triglium L. India, Ceylon
Cumin Cuminum cyminum L. Maroko, India
Drill Antherium graveolans Eropa Tengah

Berikut merupakan minyak atsiri yang berasal dari kulit buah atau buah tanaman:

Nama Minyak Tanaman Penghasil Negara Asal


Juniper Juniperus communis Hongaria, California
Lemon (Sitrun) Citrus medica L. California
Pepper (Lada) Piper nigrum L. Ceylon, Cina, Madagaskar
Pimenta Pimenta officinalic Lindley Jamaika, Inggris
Vanilla (vanili) Vanila planifolia -
Coriander (ketumbar) Carandum sativum L. Eropa Tengah
Anise (Adas) Pimpinella anisum L. Rusia, Eropa
Grape fruit Citrus decumana L. Florida, Texas
Fennel Foeniculum vulgare Mill Eropa Tengah, Rusia

VI. Penggolongan Minyak Atsiri

Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis


tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode
ekstraksi yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.

Berdasarkan komponen kimia, minyak atsiri dapat digolongkan sebagai berikut :


1. Minyak Atsiri Hidrokarbon
Minyak atsiri ini tidak mengandung komponen yang mempunyai gugus
fungsional, maka hidrokarbon terdapat hampir dalam semua minyak atsiri yang
terdiri dari terpen-terpen yang tidak mengandung oksigen, seskuiterpen dan
diterpen. Identifikasi minyak hidrokarbon, terutama ditetapkan dengan
mengukur bobot jenis, indeks bias atau dengan rotasi optisnya. Komponen-
komponen hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri yaitu hidrokarbon
alifatik (asiklik) dan hidrokarbon aromatik.
2. Minyak Atsiri Alkohol
Alkohol-alkohol yang sering terdapat didalam minyak menguap dapat
digolongkan dalam alkohol asiklik, alkohol terpen dan alkohol seskuiterpen.
Alkohol-alkohol terpen terpenting adalah mentol dari oleum (menthae pipirites)
dan bornaol (suatu terpen alkohol disiklik dari borneo camphor) sedangkan dari
seskuiterpen alkohol adalah santalol (minyak sandalwood dan gingerol).
3. Minyak Atsiri Aldehid
Aldehid yang terdapat dalam minyak atsiri terdiri dari aldehida asiklik dan
siklik. Simplisia minyak atsiri yang mengandung Aldehid, misalnya: Citri
fructus cortex, Auranti amari cortex, dan Cinnamomi cortex.
4. Minyak Atsiri Keton
Senyawa-senyawa keton yang terdapat di dalam minyak atsiri yaitu terdiri
dari:
1) Keton terpen monosiklik seperti menton, karvo, piperito, pulegon
dan diosfenol,
2) Keton bisiklik seperti kamfenon dan thuion,
3) Keton non terpen seperti iron.
5. Minyak Atsiri Fenol
Minyak atsiri fenol dibagi dalam dua jenis senyawa fenol yaitu terdapat
dialam dan yang terbentuk sebagai hasil penyulingan destkruktif dari bagian
tanaman.

6. Minyak Atsiri Eter-Fenolik


Di alam minyak atsiri eter-fenolik terdapat senyawa-senyawa seperti
anatol dan safrol, dapat juga ditemukan turunan safrol dalam minyak atsiri
seperti miristisin dan apiol.
7. Minyak Atsiri Oksida
Eukaliptol (sineol) terdapat dalam tanaman eucalyptus dan juga disebut
kayu putol oleh karena terdapat juga didalam tanaman kayu putih. Senyawa
oksida lain adalah askaridol yang merupakan dioksida dari semen, yang
merupakan isi aktif dari oleum chenopodii.
8. Minyak Atsiri Ester
Minyak atsiri ester yang terdapat dalam minyak atsiri sangat banyak
jenisnya, tetapi yang umum terdapat adalah ester asetat dari terpineol, borneol
dan geraniol. Senyawa lain yang terdapat dalam minyak atsiri adalah senyawa
alil-isotiosianat didalam minyak mosterd metil salisilat didalam oleum
gaultheriae.

VII. Metode Memperoleh Minyak Atsiri


1. Destilasi atau Penyulingan.

Pembuatan minyak atsiri dengan penyulingan dipengaruhi oleh 3 faktor,


yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, bobot molekul masing-masing
komponen dalam minyak, dan kecepatan keluarnya minyak atsiri dari simplisia.
Namun demikian, pembuatan minyak atisiri dengan cara penyulingan
mempunyai beberapa kelemahan:

tidak baik terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh
adanya panas dan air.
Minyak atisiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisis karena adanya air
dan panas.
Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat tersuling.
Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan
mempunyai daya ikat terhadap bau, sebgaian tidak ikut tersuling dan tetap
tertinggal dalam bahan.

Jenis-jenis destilasi / penyulingan, ada 3 yaitu: destilasi air, destilasi uap


dan air, dan destilasi uap.:

a. Destilasi air

Pada destilasi air terjadi kontank langsung antara simplisia dengan air
mendidih. Simplisia yang telah dipotong-potong, digiling kasar, atau digerus
halus dididihkan dengan air, uap air dialirkan melalui pendingin, sulingan
berupa minyak yang belum murni ditampung. Penyulingan dengan cara ini
sesuai untuk simplisia kering yang tidak rusak dengan pendidihan. Penyulingan
air biasa digunakan untuk menyari minyak atsiri yang tahan panas dari grabahan
maupun bahan yang berkayu dan keras.

Keuntungan metode ini adalah: kualitas minyak atsiri baik (jika


diperhatikan suhu tidak terlalu tinggi), alat sederhana dan mudah diperoleh, dan
mudah pengerjaannya.

Kerugian dari metode ini adalah: tidak semua bahan dapat dilakukan
dengan cara ini (terutama bahan yang mengandung sabun, bahan yang larut
dalam air, dan bahan yang mudah hangus), adanya air sering menyebabkan
terjadinya hidrolisis, dan waktu penyulingan yang lama.

b. Destilasi uap dan air

Penyulingan dengan cara ini memakali alat semacam dandang. Simplisia


diletakkan di atas bagian yang berlubang-lubang sedangkan air di lapisan
bawah. Uap dialirkan melalui pendingin dan sulingan ditampung, minyak yang
diperoleh belum murni. Cara ini baik untuk simplisia basah atau kering yang
rusak pada pendidihan. Untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada
pendidihan. Untuk simplisia kering harus dimaserasi lebih dulu, sedangkan
untuk simplisia segar yang baru dipetik tidak perlu dimaserasi. Cara
penyulingan ini banyak dilakukan sebagai industri rumah, karena peralatan
mudah didapat dan hasil yang diperoleh cukup baik.

Kerugian cara ini, hanya minyak dengan titik didih lebih rendah dari air
yang dapat tersuling sehingga hasil penyulingan tidak sempurna (masih banyak
minyak yang tertinggal di ampas).

c. Destilasi uap.

Minyak atsiri biasanya didapatkan dengan penyulingan uap pada bagian


tanaman yang mengandung minyak. Metode penyulingan ini tergantung pada
kondisi bahan tanaman.

Penyulingan dengan uap memerlukan air, uap panas yang biasanya


bertekanan lebih dari 1 atmosfer dialirkan melalui suatu pipa uap. Peralatan
yang dipakai tidak berbeda dnegn penyulingan air dan uap, hanya diperlukan
alat tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan. Bila pemeriksaan telah
dilakukan degnan air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan untuk memeriksa
suhu dan tekanan. Bila pemeriksaan telah dilakukan dengan baik, dengan cara
ini akan diperoleh minyak yang lebih banyak. Cara ini bisa juga digunakan
untuk membuat minyak atisiri dari biji, akar, kayu, yang umumnya mengandugn
komponen minyak yang bertitik didih tinggi. Penyulingan ini dapat digunakan
utnuk membuat minyak cengkeh, minyak kayumanis, minyak akar wangi,
minyak sereh, minyak kayuputih, dll.

Keuntungan dari cara ini adalah: kualitas minyak yang dihasilkan cukup
baik, tekanan dan suhu dapat diatur, waktu penyulingan pendek, hidrolisis tidak
terjadi. Kerugian metode ini yaitu: peralatan yang mahal dan memerlukan tenaga
ahli.

2. Enflurasi
Enflurasi yaitu pengambilan minyak atsiri dari tanaman menggunakan
lemak atau vaselin. Seringkali kandungan minyak atsiri dari bagian tanaman
sangatlah kecil, misal pada mahkota bunga. Cara yang bisa dilakukan dengan
menghamparkan lemak (vaselin) pada lapisan tipis pelat kaca. Mahkota bunga
ditempatkan pada lemak selama beberapa jam, kemudian diulangi yang baru
beberapa kali. Setelah minyak terserap dalam lemak padat tersebut, selanjutnya
diekstraksi dengan alkohol. Selanjutnya dipisahkan antara alkohol dan minyak
atsiri. Penyarian minyak atsiri dengan lemak padat tersebut dikenal dengan
enfleurage.
3. Ekstraksi dengan pelarut minyak atsiri
Prinsip dari ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atisiri yang terdapat
dalam simplisia dengan pelarut organik yang mudah menguap. Simplisia
diekstraksi dengan plarut yang cocok dalam suatu ekstraktor pada suhu kamar,
kemudian pelarut diuapkan dengan tekanan yang dikurangi. Dengan cara ini
diperlukan banyak pelarut sehingga biaya cukup mahal dan harus dilakukan oleh
tenaga ahli. Sebagai pelarut biasanya dipakai eter minyak tanah.

Pelarut yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


Melarutkan sempurna komponen dari minyak atsiri yang terdapat dalam
tanaman.
Mempunuyai titik didih rendah.
Tidak campur dengan air.
Inert, tidak bereaksi dengan komponen minyak atsiri.
Mempunyai satu titik didih, bila diuapkan tidk meninggalkan sisa.
Harga murah.
Bila mungkin tidak mudah terbakar.

Pelarut yang paling banyak digunakan adalah eter minyak tanah.


Alkohol tidak baik digunakan karena alkohol melarutkan air yang terdapat
dalam tanaman. Untuk simplisia tertentu alkohol menghasilkan bau yang tidak
enak. Alkohol baik digunakan untuk simplisia kering. Sari yang diperoleh
dikenal dengan nama tingtur yang banyak digunakan untuk sediaan
farmasi. Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, banyak banyak digunakan di
berbagai negara dan secara umum dapat dipakai untuk sediaan
farmasi. Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, banyak digunakan di
berbagai negara dan secara umum dapat dipakai untuk bermacam simplisia dan
diperoleh minyak atsiri sesuai dengan aslinya.

Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya digunakan untuk


mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan dengan uap dan
air. Cara ini baik untuk mengekstraksi minyak dari bunga-bungaan, misal:
bunga cempaka, melati, mawar, dll.

Cara kerja ekstraksi dengan pelarut menguap cukup sederhana, yaitu


dengan cara memasukkan bahan yang akan diekstraksi ke dalam ketel ekstraktor
khusus dan kemudian ekstraksi berlangsung secara sistematik pada suhu kamar,
dengan menggunakan petroleum eter sebagai pelarut. Pelarut akan berpenetrasi
ke dalam bahan dan melarutkan minyak bunga beserta beberapa jenis lilin dan
albumin serta zat warna. Larutan tersebut selanjutnya dipompa ke dalam
evaporator dan minyak dipekatkan pada suhu rendah. Setelah semua pelarut
diuapkan dalam keadan vakum, maka diperoleh minyak bunga yang pekat. Suhu
harus tetap dijaga tidak terlalu tinggi selama proses ini. Dengan demikian uap
aktif yang terbentuk tidak akan merusak persenyawan minyak bunga. Jika
dibandingkan dengan mutu minyak bunga hasil penyulingan, maka minyak
bunga hasil ekstraksi menggunakan pelarut lebih mendekati bau bunga alamiah.
Semua minyak yang diekstraksi dengan pelarut menguap mempunyai warna
gelap, karena mengandung pigmen alamiah yang bersifat tidak dapat menguap.
Sebaliknya hasil penyulingan uap, umumnya berwarna cerah dan bersifat larut
dalam alkohol 95%.

Dalam industri parfum, sebagian besar produksi minyak atsiri modern


dilakukan dengan ekstraksi, dengan menggunakan sistem pelarut yang berdasar
pelarut yang mudah menguap seperti eter minyak tanah. Keuntungan utama
ekstraksi adalah suhu yang bisa dipertahankan kurang lebih 50 oC selama proses.
Hasilnya minyak atsiri yang didapat mempunyai bau yang lebih alami yang
tidak dapat ditandingi minyak suling. Hal ini karena selama penyulingan,
dengan suhu yang tinggi, dapat mengubah konstituen minyak atsiri. Namun
demikian, metode penyulingan operasionalnya lebih murah dibandingkan
dengan proses ekstraksi.

Simplisia dimasukkan ke dalam ekstraktor dan selanjutnya pelarut


oraganik murni dipompakan ke dalam ekstraktor. Pelarut organik akan
menembus ke dalam ekstraktor. Pelarut organic akan menembus ke dalam
jaringan simplisia dan akan melarutkan minyak serta bahan lainnya seperti dmar
dan lilin. Komponen tersebut merupakan pengotor, dan dipisahkan dengan cara
penyulingan pada suhu rendah dan tekanan rendah. Dengan cara penyulingan
ini diperoleh campuran pelarut dan minyak atsiri disebut concrete.

4. Pengepresan

Pembuatan minyak atsiri dengan cara pengepresan (ekspresi) dilakukan


terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman
yang termasuk jenis Sitrus, karena minyak atsiri dari jenis tanaman tersebut akan
mengalami kerusakan bila dibuat dengan cara penyulingan. Cara ini juga
digunakan untuk mengambil minyak atsiri dari biji.

Berdasarkan tipe alat ekspresi dibedakan menjadi 2 macam yaitu


hidraulic expressing, dan expeller expressing.
5. Hidrolisis glikosida

Dilakukan hidrolisis untuk memecah menjadi aglikonnya (minyak


atsirinya). Contoh minyak atsiri yang diperoleh dengan cara ini hdala minyak
mustar, diperoleh dengan hidrolisis enzimatis dari glikosida. Dalam biji mustar
hitam, glikosida sinigrin, dihidrolisis oleh myrosin dengan menghasilkan
minyak mustar. Biosintesis terjadinya hidrolisis dapat dilihat dalam pembahasan
glikosida, sub bab glikosida alil isotiosianat.

6. Ecuelle

Beberapa minyak atsiri tidak dapat disuling tanpa terjadi dekomposisi,


jadi dilakukan cara yang lain yaitu pengepresan (expression) misalnya minyak
lemon dan minyak jeruk. Di Amerika Serikat, metode umum mendapat citrus
oil meliputi menusuk kelenjar minhyak dengan menggulingkan buah di atas
sebuah bak yang dilapis dengan duri-duri yang tajam guna merembeskan kulit
ari dan menembus kelenjar minyak yang ditempatkan di bagian luar kulit. Cara
ini disebut dengan metode ecuelle. Langkah menekan pada buah
menghilangkan minyak dari kelenjar dan semprotan air membasuh minyak yang
masih melekat pada kulit sementara ampas tersaring melalui tabung pusat yang
membuang bagian tengah buah. Emulsi minyak-air yang dihasilkan dipisahkan
dengan sentrifugasi.

VIII. Manfaat Minyak Atsiri


1. Dalam Bidang Industri
a. Minyak atsiri merupakan senyawa yang penting sebgai dasar wewangian alam dan
juga untuk rempah-rempah serta sebagai cita rasa dalam industri makanan.
b. Pada industri minuman beralkohol bermanfaat dalam pembuatan Bitters, Cordials,
Rums, Vermouths, Whiskies, Wines, dan sebagainya.
c. Pada industri karet dimanfaatkan dalam pembuatan berbagai macam produk karet
sintesis dan sejenisnya, mainan, senyawa tahan air, baby plasts, gloves, dan
sebagainya.
d. Pada industri sabun dimanfaatkan dalam pembuatan carbonated beverages, cola
drinks, fountain supplies, soft drinks powder dan sebagainya.
e. Pada hasil pengolahan tekstil dimanfaatkan sebagai kulit dan benang tiruan zat
warna, lindeum, oil cloth, dll.
f. Pada perlengkapan ternak digunakan sebagai cattle sprays, deodorant, sabun anjing
dan kucing, bubuk serangga, obat kudis, dan obat gosok.
g. Pada industri tembakau dimanfaatkan sebagai shewing tobaccos, cigarettes dan
kretek.
h. Pada industri difersifikasi dimanfaatkan sebagai alkohol denaturasi, lilin, keramik,
cleaners produk, bahan pengawet mayat, lensa optis, dan gas air mata.

2. Untuk Kesehatan
a. Minyak atsiri membantu mengelola stres dan mempromosikan relaksasi. Minyak
atsiri sangat aktif terhadap bakteri, jamur dan virus dengan kekuatan kulit lebih baik
penetrasi dari antibiotik konvensional. Oleh karena itu mereka dapat bermanfaat
sangat baik terhadap berbagai macam infeksi kulit.
b. Minyak atsiri menyeimbangkan produksi sebum dan karenanya sangat baik untuk
mengobati semua jenis kulit, kering, berminyak, kombinasi dan normal.
c. Minyak atsiri adalah antiseptik. Minyak atsiri telah ditunjukkan untuk
menghancurkan semua bakteri uji dan virus sekaligus mengembalikan
keseimbangan tubuh.
d. Dengan membantu meningkatkan asimilasi nutrisi pada tingkat sel dan menyediakan
oksigen yang dibutuhkan, minyak esensial dapat membantu merangsang sistem
kekebalan tubuh.
e. Minyak atsiri memiliki kemampuan untuk mencerna bahan kimia beracun dalam
tubuh.
f. Minyak atsiri merangsang aktivitas enzimatik, mendukung kesehatan pencernaan.
g. Minyak atsiri adalah antioksidan kuat. Antioksidan menciptakan lingkungan yang
tidak ramah bagi radikal bebas, sehingga membantu untuk mencegah mutasi.
Sebagai pemulung radikal bebas, mereka juga dapat membantu mencegah
pertumbuhan jamur dan oksidasi dalam sel.
h. Minyak atsiri akan ditampilkan untuk detoksifikasi sel dan darah dalam tubuh.
Minyak atsiri adalah aromatik. Saat menyebar, mereka menyediakan pemurnian
udara dengan :
Menghapus partikel logam dan racun dari udara
Meningkatkan oksigen atmosfir
Meningkatkan ozon dan ion negatif di daerah, yang menghambat pertumbuhan
bakteri
Menghancurkan bau dari cetakan, rokok, dan hewan
Mengisi udara dengan aroma, segar aromatik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Armando, R. 2009. Memproduksi 15 Minyak Asiri Berkualitas. Penebar


Swadaya, Jakarta.
2. Harris, R., 1990. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta.
3. Herlina, N dan H. S. Ginting, 2002. Lemak dan Minyak. Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia USU, Medan.
4. http://www.atsiri-indonesia.com/. Essential Oil. Atsiri Indonesia. [18 Desember
2016].
5. Lutony, T. L. dan Y. Rahmayati, 2002. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri.
Penebar Swadaya, Jakarta.
6. Gunawan, W. 2009. Kualitas Dan Nilai Minyak Atsiri Implikasi Pada
Pengembangan Turunannya. Jawa Tengah : Himpunan Kimia Indonesia Jawa
Tengah.
7. Sastrohamidjojo Harjono. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta :Gajah Mada
Universiti Press.

You might also like