Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal,
terbenam dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada
di luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan membentuk
topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk seperti
bulan sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub atas sampai daerah hilus
ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6
mm. Bersama-sama kelenjar adrenal mempunyai berat lebih kurang 8 g, tetapi berat dan
ukurannya bervariasi bergantung umur dan keadaan fisiologi perorangan. Kelenjar ini
dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang mengandung jaringan lemak. Selain itu
masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan
membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar.
Seperti yang terlihat di Figur 1, kelenjar supraneralis jumlahnya ada 2, terdapat pada bagian
atas dari ginjal kiri dan kanan. Ukurannya berbeda-beda, beratnya rata-rata 5-9 gram. Fungsi
kelenjar suprarenalis terdiri dari; mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-
garam, mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein, serta
mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid. Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian yaitu:
1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut
saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal
aka menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.
Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar
yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi.
Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam
persiapan untuk memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Flight). Katekolamin juga
menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic
basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa darah.
2. Korteks Adrenal
Dimana korteks adrenal tersusun dari 3 zona yaitu:
a. Zona glomerulosa,
Zona Glomerulosa terdapat tepat di bawah simpai, terdiri atas sel polihedral
kecil berkelompok membentuk bulatan, berinti gelap dengan sitoplasma
basofilik. Zona glomerulosa pada manusia tidak begitu berkembang. Dan
merupakan penghasil hormon mineralokortikoid.
Hormon Mineralokortikoid
Hormon ini pada dasarnya bekerja pada tubulus renal dan
epitelgastro intestinal untuk meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses
pertukaran untuk mengeksresikan ion kalium atau hydrogen.
Sekresi aldesteron hanya sedikit dipengaruhi ACTH. Hormon ini terutama
disekresikan sebagai respon terhadap adanya angiotensin II dalam aliran darah.
3. Zona fasikulata
Zona fasikulata merupakan sel yang lebih tebal, terdiri atas sel polihedral besar
dengan sitoplasma basofilik. Selnya tersusun berderet lurus setebal 2 sel, dengan sinusoid
venosa bertingkap yang jalannya berjajar dan diantara deretan itu. Sel-sel mengandung
banyak tetes lipid, fosfolipid, asam lemak, lemak dan kolesterol. Sel ini juga banyak
mengandung vitamin C dan mensekresikan kortikosteroid. Dan merupakan penghasil
hormon glukokortikoid.
Hormon Glukokortikoid
Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme glukosa ;
peningkatan hidrokortison akan meningkatan kadar glukosa
darah. Glukokortikoid disekresikan dari korteks adrenal sebagai reaksi terhadap
pelepasan ACTH dari lobus anterior hipofisis. Penurunan sekresi ACTH akan
mengurangi pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal.
Zona Retikularis
Addisons Disease adalah kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan kelenjar adrenalis
(korteks adrenalis) memproduksi hormon glukokortikoid (kortisol), pada beberapa kasus
didapatkan ketidakmampuan memproduksi hormon mineralokortikoid (aldosteron) yang
cukup bagi tubuh. Oleh karenanya penyakit addison ini disebut juga dengan chronic adrenal
insufficiency atau hypocorticolism.
2.3 Etiologi
Penyebab terbanyak (75%) atrofi otoimun dan idiopatik, penyebab lain: operasi dua keelenjar
adrenal atau infeksi kelenjar adrenal, TB kelenjar adrenal, sekresi ACTH tidak adekuat.
Penghentian mendadak terapi hormon adrenokortika akan menekan respon normal tubuh
terhadap stress dan menggangu mekanisme umpan balik normal. Terapi kortikosteroid selama
dua sampai empat minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal.
a. Autoimun
Penyakit Addison karena proses autoimun didapatkan pada 75% dari penderita. Secara
histologik tidak didapatkan 3 lapisan korteks adrenal, tampak bercak-bercak fibrosis dan
infiltrasi limfosit korteks adrenal . Pada serum penderita didapatkan antibodi adrenal yang
dapat diperiksa dengan cara Coons test, ANA test, serta terdapat peningkatan imunoglobulin
G.
b. Tuberkulosis
Kerusakan kelenjar Adrenal akibat tuberkulosis didapatkan pada 21% dari penderita. Tampak
daerah nekrosis yang dikelilingi oleh jaringan ikat dengan serbukan sel-sel limfosit, kadang
kadang dapat dijumpai tuberkel serta kalsifikasi Seringkali didapatkan proses tuberkulosis
yang aktif pada organ-organ lain, misalnya tuberkulosis paru, tuberkulosis genito-urinari,
tuberkulosis vertebrata (Pott s disease), hati, limpa serta kelenjar limpa.
c. Infeksi lain
Penyebab kerusakan kelenjar adrenal karena infeksi yang lebih jarang ialah karena :
histoplasmosis, koksidioid omikosis, serta septikemi karena kuman stafilokok atau
meningokok yang sering menyebabkan perdarahan dan nekrosis.
d. Bahan-bahan kimia
Obat-obatan yang dapat menyebabkan hipofungsi kelenjar adrenal dengan menghalangi
biosintesis yaitu metirapon; sedang yang membloking enzim misalnya amfenon, amino-
glutetimid dll.
e. Iskemia
Embolisasi dan trombosis dapat menyebabkan iskemia korteks adrenal, walaupun hal ini
jarang terjadi.
f. Infiltrasi
Hipofungsi korteks adrenal akibat infiltrasi misalnya metastasis tumor, sarkoidosis, penyakit
amiloid dan hemokromatosis
g. Perdarahan
Perdarahan korteks adrenal dapat terjadi pada penderita yang mendapat pengobatan dengan
antikoagulan, pasca operasi tumor adrenal.
h. Lain-lain
Akibat pengobatan radiasi, adrenalektomi bilateral dan kelainan kongenital.
2.4 Manifestasi Klinis
Penyakit Addison ini merupakan sebuah penyakit yang terjadi secara lambat dan
progresif. Pada penderitanya ditemukan lebih dari 90% kelenjar sudah rusak terlebih dahulu
sebelum manifestasi klinisnya muncul (Esther Chang dkk, 2009:121)
a) Terjadi hiponatremia
b) Hipotensi ortostatik
Hipotensi ortostatik adalah penurunan tekanan darah yang berlebihan ketika seseorang
sedang berdiri yang menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak. Pada Addison,
penyebab terjadinya hipotensi ortostatik ini dikarenakan ginjal yang tidak mampu
mempertahankan pasokan air sehingga tubuh kehilangan cairan berlebihan yang pada
akhirnya bisa menurunkan volume darah.
d) Hipoglikemia
Penurunan kadar kortisol akan mengakibatkan tubuh tidak dapat mempertahankan kadar
glukosa darah. Gejala yang akan terjadi adalah kelemahan, keletihan, dehidrasi, penurunan
BB, anoreksia, mual dan muntah
e) Hiperpigmentasi kulit
2.5 Patofisiologi
Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar sodium, potasium, kortisol, ACTH dan
antibodi yang berhubungan dengan autoimun pada penyakit Adison. Tes stimulasi ACTH,
CRH, tes hipoglikemia yang diinduksi insulin serta tes pencitraan CT Scan dan MRI sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis
Dari tes laboratorium, penderita mengalami penurunan eksresi dari hasil pemecahan
atau metabolit dari kortisol yaitu 17 hidrosikartikoid kadar-kadar kortisol plasma merah,
sedangkan kadar ACTH plasma meningkat.
3. CT Scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive hubungannya dengan
insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltratif malignan dan non malignan,
dan haemoragik adrenal
4. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder
akibat adanya abnormalitas elektrolit.
2.7 Penatalaksanaan
c. Yang paling penting adalah memakai tanda ditangan yang menerangkan penyakit penderita
dan instruksi untuk meningkatkan duakali lipat atau tiga kali lipat dosis hidrokortison selama
stres fisiologik
d. Subtitusi hormon yang tidak dapat dihasilkan kelenjar adrenal. Kortisol digantikan dengan
prednison oral 1-2 mg/kgBB/hari, deksametason 0,25-0,75 mg/kgBB/hari, hidrokortison
injeksi dan oral dengan dosis 0,5-2 mg/kgBB/hari diberikan dalam dua atau tiga kali sehari.
Apabila terdapat defisiensi aldosteron, maka dapat digantikan dengan mineralokortikoid oral
yang disebut fludrokortison asetat 0,1-0,2 mg/hari diberikan satu kali per harinya.
2.8 Prognosis
Sementara penanganan penyakit Addison masih jauh dari sempurna, prognosis jangka
panjangnya pada umum baik. Karena perbedaan fisiologis masing-masing individu, penderita
penyakit Addison harus bekerjasama terus menerus dengan dokter untuk menyesuaikan dosis
dan jadwal paling efektif. Setelah hal ini tercapai dan dibuat penyesuaian untuk keadaan
tertenutu seperti pada waktu perjalanan, stress, trauma atau penyakit lainnya maka gejala
biasanya
Etiologi Primer : berkurang atau kadang menghilang selama mendapat
Etiologi perawatan
Skunder : yang tepat.
Infeksi Kelenjar adrenal Kanker
2.9 Komplikasi
Pengangkatan kelenjar adrenal Insufisiensi ACTH hipofise Stimulasi korteks ad
Radiasi Komplikasi dari addison disease dapat berupa syok Penghentian mendadak
(akibat dari infeksi terapi
akut atau adrenokortikal
penurunan
Pemberian asupan garam),Pendarahan
heparin diabetes mellitus (efek samping
bilateral glukokortikoid),
kelenjar adrenal sepsis, hiperkalemia (akibta
terjadinya peningkatan kosentrasi kalium serum), dehidrasi (akibat gangguan keseimbangan
elektrolit) dan juga kolaps sirkulasi dan/atau gagal jatung (kelemahan otot jantung dan
dehidrasi menurunkan output jantung dan dehidrasi menurunkan output jantung, kemudian
terjadi kegagalan jantung)
ADDISONS DISEASE
ACTH
Produksi hormone testoteron dan progresteron Glukoneogenesis Penyerapan Na+
MSH Kadar K+
Libido
Hilangnya rambut pubis dan aksila metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
Gangguan
Ekskresi air
Hiponatremia Hiperkalemia
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan Teoritis Addison Disease
1) Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatigue, nausea dan muntah.
3) Riwayat Penyakit Saat Ini
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala
awal : kelemahan, fatigue, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan
hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi,
rambut pubis dan axila berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50
mm/Hg)
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis, hipoglikemia maupun Ca
paru, payudara dan limpoma
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama /
penyakit autoimun yang lain.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Kelemahan Otot
Intoleransi Aktifitas
3.1.4 Intervensi
Dx.1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Intervensi
keperawatan selama 3X24 1. Mandiri:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
1 Monitor sesuai indikasi, bandingkan perubahan
dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat ( 00002) status cairan, riwayat BB.
2 Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai
Domain 2. Nutrition Klass 1.
Ingestion termasuk sosialisasi saat makan. Anjurkan oarang
terdekat untuk membawa makanan yang disukai
2. Intoleransi Aktifitas berhubungan
dengan kelemahan ( 00092) pasien.
3 Berikan makanan tinggi natrium, mis, susu,
Domain 4. Aktivitas/ Istirahat. Klass
4. Respon kardiovaskular/pulmonal daging, telur, wortel, bit dan seledri. Gunakan jus
buah sebagai pengganti air biasa.
jam diharapkan BB stabil, pasien bebas
4 Ajari pasien dan keluarga tentang diet yang harus
dari tanda-tanda malnutrisi dan pasien
diberikan.
dapat mengumpulkan energy untuk
5 Irigasi selang NG (bila digunakan) dengan normal
beraktivitas kembali.
salin sebagai pengganti air.
Kriteria Hasil :
1 Asupan nutrisi terpenuhi.
Kolaborasi :
2 BB meningkat.
1 Konsultasi dengan ahli gizi
3 Kekuatan dapat terkumpul
2 Pantau pemeriksaan lab, seperti albumin, keadaan
kembali.
asam amino, zat besi , elektrolit darah, dll.
4 Stamina adekuat.
3 Berikan obat sesuai indikasi:
5 Hasil laboratorium : albumin, Hb
aKalsium
dalam rentang normal
b Antiemetik (proklorperazin/compazine,
trimetobenzamid/tigan)
Ny. N (53 tahun) asal Surabaya datang ke rumah sakit dengan keluhan badan lemah, cepat
lelah, anoreksia, mual dan muntah. Klien mengatakan berat badannya turun dari 53 kg
menjadi 51 kg selama 2 minggu terakhir. Pasien datang ke rumah sakit bersama dengan
suaminya. Sehari-hari pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik ditemukan kerontokan pada rambut axila dan pubis. Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan kadar kortisol rendah dan kadar ACTH 100. Saat dilakukan TTV, TD
= 80/60 T = 37C N = 100 (lemah) RR = 20. Diagnosa medis : Addison Disease
3.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Surabaya
Penanggung biaya: Suami
2. Keluhan Utama
badan lemah, cepat lelah, anoreksia
3. Riwayat Penyakit Saat Ini
mual dan muntah, BB nya menurun serta hipotensi arterial (TD : 80/50 mm/Hg)
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami hipoglikemia
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Kelemahan Otot
Intoleransi Aktifitas
Dx.1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Intervensi
keperawatan selama 3X24 1. Mandiri:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
6 Monitor sesuai indikasi, bandingkan perubahan
dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat ( 00002) status cairan, riwayat BB.
7 Tingkatkan kenyamanan, lingkungan yang santai
Domain 2. Nutrition Klass 1.
Ingestion termasuk sosialisasi saat makan. Anjurkan oarang
terdekat untuk membawa makanan yang disukai
2. Intoleransi Aktifitas berhubungan
dengan kelemahan ( 00092) pasien.
8 Berikan makanan tinggi natrium, mis, susu,
Domain 4. Aktivitas/ Istirahat. Klass
4. Respon kardiovaskular/pulmonal daging, telur, wortel, bit dan seledri. Gunakan jus
buah sebagai pengganti air biasa.
jam diharapkan BB stabil, pasien bebas
9 Ajari pasien dan keluarga tentang diet yang harus
dari tanda-tanda malnutrisi dan pasien
diberikan.
dapat mengumpulkan energy untuk
10 Irigasi selang NG (bila digunakan) dengan normal
beraktivitas kembali.
salin sebagai pengganti air.
Kriteria Hasil :
6 Asupan nutrisi terpenuhi.
Kolaborasi :
7 BB meningkat.
4 Konsultasi dengan ahli gizi
8 Kekuatan dapat terkumpul
5 Pantau pemeriksaan lab, seperti albumin, keadaan
kembali.
asam amino, zat besi , elektrolit darah, dll.
9 Stamina adekuat.
6 Berikan obat sesuai indikasi:
10 Hasil laboratorium : albumin, Hb
cKalsium
dalam rentang normal
d Antiemetik (proklorperazin/compazine,
trimetobenzamid/tigan)
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit Addison ini merupakan sebuah penyakit yang terjadi secara lambat dan
progresif. Pada penderitanya ditemukan lebih dari 90% kelenjar sudah rusak terlebih dahulu
sebelum manifestasi klinisnya muncul. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar sodium,
potasium, kortisol, ACTH dan antibodi yang berhubungan dengan autoimun pada penyakit
Adison. Tes stimulasi ACTH, CRH, tes hipoglikemia yang diinduksi insulin serta tes
pencitraan CT Scan dan MRI sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Terapi
penyakit addison yaitu dengan pemberian kortisol dan penggantian aldosteron dengan
fludrikortison
DAFTAR PUSTAKA
Said Alfin, dkk. 2011. Penyakit Adisson. Banda Aceh: Faculty of Medicine University of
Syiah Kuala
IGN Adhiarta & Nanny NM. 2009. Krisis Adrenal. Bandung: FK UNPAD
Sperling MA. 2003. Adrenal Insufficiency. Saunders Company: Winscounsin
Henwood MJ dan Katz LEL. 2005. Disorders of Adrenal Gland. Elsevier Mosby: Missouri
Styne DM. 2004. Pediatric Endocrinology Core Handbook in Pediatric 1st edition.
Lippincott Williams and Wilkins: USA
Damro MR. 2006. Addison Disease. Lippincott Williams and Wilkins: Philadelphia
McPhee SJ. 2003. Disorders of the Adrenal Cortex. In: McPhee SJ,Linggapa
VR,Ganong WF.eds. Pathophisiology of Diseases. 4th Edition. New York:
McGraw-Hill.