Professional Documents
Culture Documents
PENYUSUN :
Krisliana Jeane
030.10.154
PEMBIMBING :
1
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RSAL MINTOHARDJO
I. IDENTITAS
PASIEN
Nama : An. Siti Nurjanah Suku Bangsa : Jawa
Umur : 15 tahun Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMP
Alamat : Komp. TNI AL Teluk Ratni Kodamar, Sunter Jakarta Utara
IBU
Nama : Ny. Maimunah Agama : Islam
Umur : 40 tahun Pendidikan : SMA
Suku bangsa : Jawa Pekerjaan : Ibu rumah tangga
II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis dengan ayah pasien pada
tanggal 9 September 2016 (hari pertama perawatan).
2
KELUHAN UTAMA
Nyeri perut sebelah kanan atas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
KELUHAN TAMBAHAN
Sesak nafas, tubuh lemas, mual dan muntah.
3
KELAHIRAN
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : 7 bulan
Psikomotor
Tengkurap :4 bulan
Duduk :6 bulan
Berdiri :9 bulan
Bicara : 10 bulan
Berjalan : 14 bulan
Baca dan tulis :5 tahun
Gangguan Perkembangan : tidak terdapat gangguan perkembangan. Saat ini pasien
bersekolah kelas 2 SMP.
Perkembangan pubertas : Mammae : tanner 3
Rambut pubis : tanner 3
Kesan Perkembangan : Tumbuh kembang sesuai usia
4
RIWAYAT IMUNISASI
Kesan : Imunisasi dasar pada pasien sudah lengkap. Tidak dilakukan imunisasi ulang
untuk imunisasi lainnya karena orang tua pasien tidak mengetahui dan kurang
mengerti.
RIWAYAT MAKANAN
Umur BUAH/
ASI/ PASI BUBUR SUSU NASI TIM
(Bulan) BISKUIT
02 ASI - - -
24 ASI - - -
46 ASI +PASI - - -
68 ASI+PASI -
8 10 ASI+PASI
10-12 ASI+PASI
Kesan: Pasien mendapatkan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan yang berikutnya diikuti
dengan PASI secara bertahap.
5
Ayam 3-4x/ minggu
Telur 3x/ minggu
Ikan 1x/ minggu
Tahu 3x/minggu (1 potong)
Tempe 1x/hari (1 potong)
Susu (merek/ takaran) Susu Milo, 1 kotak/hari
RIWAYAT KELUARGA
DATA CORAK PRODUKSI
Anak ke Tanggal lahirJenis Kelamin Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan
(umur) mati (sebab)
1. 15 tahun Perempuan Hidup - - - Sakit
2. 10 tahun Laki-laki Hidup - - - Sehat
DATA KELUARGA
6
AYAH/ WALI IBU/ WALI
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 28 Tahun 24 Tahun
Kosanguinitas - -
Keadaan kesehatan/
- -
penyakit bila ada
DATA PERUMAHAN
Kepemilikan rumah: Rumah dinas.
Keadaan rumah:
Luas rumah: Berukuran 100m2. Rumah 1 lantai dengan 3 kamar tidur dan 2
kamar mandi. Jendela sering dibuka saat pagi, cahaya matahari banyak yang masuk
rumah. Untuk kebutuhan air mandi dan mencuci menggunakan air PAM. Untuk
minum dan memasak menggunakan air kemasan yang direbus. Jarak septic tank dari
rumah kurang lebih dari 10 meter. Rumah dibersihkan setiap hari. Sampah rumah
tangga dibuang ke tempat sampah besar dengan jarak kurang lebih 10 meter.
Keadaan lingkungan:
Rumah berada di suatu kompleks perumahan. Aliran got terbuka, namun
lancar, tidak berbau, tempat pembuangan sampah jauh dari rumah tidak tertutup rapat,
7
sampah rumah tangga dibuang sendiri setiap hari. Tidak terlalu banyak kendaraan
bermotor yang lalu lalang di lingkungan rumah, asap kendaraan tidak sampai ke
rumah.
Kesan: Kondisi rumah dan keadaan lingkungan tempat tinggal pasien cukup baik.
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign
Nadi : 88x /menit, reguler, volume cukup, equalitas sama kanan kiri
Suhu : 37,30C
RR : 44x/menit
TD : 100/70 mmHg
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
KEPALA
Bentuk dan ukuran : Normosefali
Rambut dan kulit kepala : Warna rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut, kulit kepala bersih.
Mata : Palpebra oedem (-), konjungtiva anemis +/+, kornea
jernih, sklera sedikit ikterik, pupil bulat isokor, refleks
8
cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/
+.
Telinga : Normotia, serumen -/-, sekret -/-, dan nyeri -/-
Hidung : Sekret -/-, deviasi septum (-), nafas cuping hidung
(+), epistaksis -/-
Bibir : Warna pucat dan mukosa bibir kering.
Mulut : Mukosa bukal merah muda, gusi berdarah (-),
stomatitis aphtosa (-), oral hygiene baik, halitosis (-),
Gigi-geligi : Gigi lengkap, karies (-)
7654321 123456
7654321 1234567
LEHER:
Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar tiroid.
THORAKS
Dinding thoraks
I : bentuk dada datar, simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis
PARU
I : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada bagian yang tertinggal, tidak
terdapat retraksi
P : Vocal fremitus sama teraba sama kuat pada kedua lapang paru
P: Sonor di seluruh lapang paru
Batas paru kanan-hepar : setinggi ICS IV linea midklavikularis dextra
Batas paru kiri-gaster : setinggi ICS VII linea axillaris anterior
A: Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
JANTUNG
I : Ictus cordis terlihat pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
9
P : Ictus cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
P : Batas kanan jantung : linea parasternalis dextra setinggi ICS III, IV, V
Batas kiri jantung : linea midklavikularis sinistra setinggi ICS V
Batas atas jantung : linea parasternalis sinistra setinggi ICS II
A: Bunyi jantung I-II irama reguler, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
I : Bentuk cembung, tidak tampak pelebaran vena
A : Bising usus (+) normal
P :Supel, hepar teraba membesar 5cm dari arcus costae, teraba kenyal dan tidak
berbenjol-benjol, teraba lien pada schufner 2, turgor kulit normal, nyeri tekan
epigastrium (+)
P: Timpani pada kuadaran bawah kanan dan kiri abdomen, redup pada kuadaran atas
kanan dan kiri
ANUS
Tidak ada kelainan
GENITAL
Jenis kelamin perempuan
ANGGOTA GERAK
Akral dingin, tidak terdapat oedem pada keempat ekstremitas.
KULIT
Warna kulit sawo matang, tidak kering, tidak terdapat efloresensi.
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks fisiologis : Biceps +/+ , Triceps +/+ , Patella +/+ , Achilles +/+
Refleks patologis : Babbinski -/- , Chaddok -/- , Schaeffer -/- , Gordon -/-
Tanda rangsang meningeal (-)
10
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan pada tanggal 9 September 2016 jam 14.30
Hematologi
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Lekosit 238.000 /uL 5.000 10.000 /uL
Hemoglobin 7,1 g/dL 12 14 g/dL
Eritrosit 2,32 /uL 4,6 6,2 /uL
Trombosit 737.000 /uL 150.000 450.000 /uL
LED 9 <20
V. RESUME
Pasien perempuan, 15 tahun, datang ke RSAL dr. Mintohardjo untuk
berobat ke poliklinik Anak pada tanggal 09 September 2016 dengan keluhan
nyeri perut bagian atas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut
dirasakan hampir setiap saat, nyeri tidak berkurang saat pasien beraktivitas
maupun beristirahat. Sesak nafas juga dirasakan pasien sejak 6 jam SMRS (jam
03.00), sesak timbul secara perlahan dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi
tidur. Tubuh pasien lemas, bibir kering dan pucat. Dari anamnesis didapati
terdapat mual dan muntah. Muntah dialami pasien setiap kali sesudah makan.
Muntah berisi air dan makanan sebanyak 200 cc tiap kali muntah. Nafsu
makan menurun dan juga terdapat penurunan berat badan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan compos mentis, tampak sakit sedang.
TD: 100/70mmHg; suhu 37,10C; nadi 88x/menit, regular; RR: 44x/menit. Pada
status generalisata didapatkan konjungtiva anemis dengan sclera sedikit ikterik.
Terdapat nafas cuping hidung. Abdomen terlihat cembung, pada palpasi abdomen
didapatkan hepar teraba membesar 5cm dari arcus costae, teraba kenyal dan tidak
berbenjol-benjol dan lien terana membesar pada titik schufner 2. Nyeri tekan
epigastrium dan bising usus normal. Ekstremitas teraba dingin pada kedua
tangan dan kaki.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
Lekosit 238.000 /uL 5.000 10.000 /uL
Hemoglobin 7,1 g/dL 10,7 - 14,7 g/dL
Eritrosit 2,32 juta/uL 4,6 6,2 juta/uL
Trombosit 737.000 /uL 150.000 450.000 /uL
LED 9 <10
11
VI. DIAGNOSIS
Cronic Myeloid Leukimia
IX. PROGNOSIS
ad vitam : dubia ad malam
ad functionam : ad malam
ad sanationam : ad malam
X. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Oksigenisasi 3L/menit
Transfusi PRC
Ivfd kaen 1 B + bicnat 25 meq 30 tpm
Allopurinol 3 x100 mg
Hydroxy urea 2 x 3 tab
Ranitidin 2x1amp
Non Medikamentosa :
Tirah baring
12
100/70mmHg; suhu 37,10C; nadi 88x/menit, regular; RR: 44x/menit.
Diberikan terapi oksigen 5 L/Menit, Ivfd kaen 1 B + bicnat 25 meq 30 tpm,
Allopurinol 3 x100 mg, Hydroxy urea 2 x 3 tab dan Ranitidin 2x1amp. Hari
kedua perawatan pasien diberikan tambahan terapi berupa transfusi PRC 300cc
pada jam 08.00.
Anamnesa :
Keluhan nyeri perut bagian atas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
perut dirasakan hampir setiap saat, nyeri tidak berkurang saat pasien beraktivitas
maupun beristirahat : memungkinkan pasien mengalami penyakit kronik dan
menyingkirkan penyakit dibidang bedah.
Sesak nafas juga dirasakan pasien sejak 6 jam SMRS (jam 03.00), sesak timbul
secara perlahan dan tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi tidur. Tubuh pasien
lemas, bibir kering dan pucat. Dari anamnesis didapati terdapat mual dan
muntah. Muntah dialami pasien setiap kali sesudah makan. Muntah berisi air dan
makanan sebanyak 200 cc tiap kali muntah. Nafsu makan menurun dan juga
terdapat penurunan berat badan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan compos mentis, tampak sakit sedang.
TD: 100/70mmHg; suhu 37,10C; nadi 88x/menit, regular; RR: 44x/menit. Pada
status generalisata didapatkan konjungtiva anemis dengan sclera sedikit ikterik.
Terdapat nafas cuping hidung. Abdomen terlihat cembung, pada palpasi abdomen
didapatkan hepar teraba membesar 5cm dari arcus costae, teraba kenyal dan tidak
berbenjol-benjol dan lien terana membesar pada titik schufner 2. Nyeri tekan
epigastrium dan bising usus normal. Ekstremitas teraba dingin pada kedua
tangan dan kaki.
Pada pasien CML didapati hepatomegali dan splenomegali, dengan prevalensi
90% dan sifatnya masif. Pembesaran lien dialami dengan rasa tidak nyama, nyeri dan
juga gangguan pencernaan seperti mual dan juga muntah. Pembesaran hepar dan lien
13
yang masif juga dapat berdampak mendesak dari diafragma sehingga dapat
menimbulkan gejala sesak nafas seperti yang pasien alami.
Pada pemeriksaan laboratorium :
Lekosit 238.000 /uL
Hemoglobin 7,1 g/dL
Eritrosit 2,32 /uL
Trombosit 737.000 /uL
LED 9
Lekosit yang meningkat >100.000 spesifik pada penyakit kelainan darah, salah 1 nya
yaitu penyakit CML. Jumlah leukosit yang meningkat ini disebabkan dari kelainan
fungsi darah yang abnormal sehingga pemecahan dan pembentukan sel darah menjadi
terganggu.
Hb rendah (anemia) dikatakan anemia apabila nilai Hemogobin < 12 g/dL. Anemia ini
dapat menimbulkan beberapa manifestasi seperti pucat,lemas, letih, lesu, lunglai dan
juga letarghi.
Nilai trombosit yang cenderung tinggi di dalam darah diakibatkan pemecahan dari
platelet yang abnormal sehingga nilai trombosit menjadi meningkat. Hal ini dapat
menimbulkan manifestasi seperti epistaksis, memar, serta perdarahan ditempat lain
Akibat yang dapat ditimbulkan oleh karena hepatomegali adalah terganggunya fungsi
hati, dimana dapat mengakibatkan keadaan kuning pada tubuh atau ikterik.
Terapi alopurinol diberikan denga alasan adanya gangguan pada fungsi ginjal yang
mengakibatkan hiperurikemia akibat pemecahan purin yang berlebihan dan untuk
menjaga aliran urin dengan baik sebelum diberikan terapi kemoterapi karena akan
terdapat banyak lisis sel.
Hydroxyurea diberikan ketika terdapat peningkatan sel darah putih yang bermakna.
Inhibitor tirosin kinase yang bekerja menghambat BCR-ABL sehingga dapat
menghambat pembentukan sel cml. Obat ini diduga dapat menghasilkan respon
hematologik yang lengkap pada hampir semua pasien yang berada dalam fase kronik
dimana dapat terjadi konversi dari Ph positif menjadi negatif. Oleh karena itu, obat ini
dijadikan sebagai obat lini pertama pada CML, baik digunakan sendiri atau bersamaan
dengan interferon atau obat lain.
14
15
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Chronic myeloid leukemia (CML) yang disebut juga sebagai chronic
granulocytic leukemia (CGL), adalah merupakan keganasan klona dari sel induk
(stem cell) sistem hematopoetik yang ditandai oleh translokasi spesifik, t(9;22)
(q34 ;q1) yang dikenal sebagai kromosom philadelphia. Translokasi ini mendekatkan
gen bcr pada kromosom 22 dengan gen abl pada kromosom 9, sehingga menghasilkan
gen gabungan yang menyandi protein gabungan bcr-abl. CML pada kebanyakan
kasus, tidak ada gambaran predisposisi.1
II. ETIOLOGI
CML lebih sering terjadi pada orang dewasa dan bertanggung jawab hanya
untuk 3% dari kasus leukemia pada masa kanak-kanak.1 Penyebab dari CML pada
anak-anak belum diketahui. Tidak ada bukti klinis yang jelas tentang faktor
predisposisi keturunan. Juga tidak dijumpai peningkatan resiko terhadap CML pada
gangguan kromosom preleukemik seperti pada anemia Fanconi dan Down syndrome.
Pada kebanyakan kasus, tidak terdapat faktor predisposisi.
Pada kasus tertentu, hubungan CML dengan paparan radiasi telah dijelaskan,
terutama pada anak umur 5 tahun, seperti yang telah dilaporkan di Jepang pada saat
adanya ledakan hebat pada tahun 1940.3 Juga telah dilaporkan CML terjadi pada anak-
anak dengan immunosuppresed, termasuk anak dengan infeksi HIV, dan imunosupresi
pada transplantasi ginjal.1
III.PATOGENESIS
Pada translokasi ini, bagian dari dua kromosom yaitu kromosom 9 dan 22
berubah tempat. Hasilnya, bagian dari gen BCR (breakpoint cluster region) dari
kromosom 22 bergabung dengan gen ABL pada kromosom. Penyatuan abnormal ini
16
menyebabkan penyatuan protein tyrosine kinase yang meregulasi proliferasi sel,
penurunan sel adherens dan apoptosis. Hal ini karena pada bcr-abl produk penyatuan
gen adalah juga tyrosine kinase.
IV. KLASIFIKASI
CML sering dibagi menjadi tiga fase berdasarkan karakteristik klinis dan hasil
laboratorium. CML dimulai dengan fase kronik, dan stelah beberapa tahun
berkembang menjadi fase akselerasi dan kemudian menjadi fase krisis blast. Krisis
blast adalah tingkatan akhir dari CML, dan mirip seperti leukemia akut.
Perkembangan dari fase kronik melalui akselerasi dan krisis blast diperoleh
kromosom abnormal yang baru yaitu kromosom philadelphia. Beberapa pasien datang
pada tahap akselerasi ataupun pada tahapan krisis blast pada saat mereka didiagnosa.
a. Fase Kronis
85% pasien dengan CML berada pada tahapan fase kronik pada saat
mereka didiagnosa dengan CML. Selama fase ini, pasien selalu tidak
mengeluhkan gejala atau hanya ada gejala ringan seperti cepat lelah dan perut
terasa penuh. Lamanya fase kronik bervariasi dan tergantung sebearapa dini
penyakit tersebut telah didiagnosa dan terapi yang digunakan pada saat itu
juga. Tanpa adanya pengobatan yang adekuat, penyakit dapat berkembang
menuju ke fase akselerasi.
17
b. Fase Akselerasi
Pada fase akselerasi hitung leukosit menjadi sulit dikendalikan dan
abnormalitas sitogenik tambahan mungkin timbul. Kriteria diagnosa dimana
fase kronik berubah menjadi tahapan fase akselerasi bervariasi. Kriteria yang
banyak digunakan adalah kriteria yang digunakan di MD Anderson Cancer
Center dan kriteria dari WHO. Kriteria WHO untuk mendiagnosa CML, yaitu:
10-19% myeloblasts di dalam darah atau pada sum-sum tulang.
>20% basofil di dalam darah atau sum-sum tulang.
Trombosit <100.000, tidak berhubungan dengan terapi.
Trombosit >100.000, tidak respon terhadap terapi.
Evolusi sitogenik dengan adanya abnormal gen yaitu kromosom
philadelphia.
Splenomegali atau jumlah leukosit yang meningkat.
c. Krisis blast
Krisis blast adalah fase akhir dari CML, dan gejalanya mirip seperti
leukemia akut, dengan progresifitas yang cepat dan dalam jangka waktu yang
pendek. Krisis blast didiagnosa apabila ada tanda-tanda sebagai berikut pada
pasien CML :
18
keringat malam. Gejala leukostasis seperti gangguan pengelihatan atau priapismus,
jarang terjadi.
VI. DIAGNOSIS
19
sitogenetik rutin, dengan hibridisasi fluoresen in situ atau dengan PCR untuk gen bcr-
abl yang menyatu.5
VII.TERAPI
Pada fase kronis CML diterapi dengan inhibitor tyrosine kinase, yang pertama
adalah imatinib mesylate (Gleevec, Glivec). Sebelumnya digunakan antimetabolit
(cytarabine, hydroxyurea), alkalysis agent, interferon alfa 2b, dan steroid, tetapi obat-
obat ini sekarang telah digantikan oleh imatinib. penggunaan Imatinib telah disetujui
oleh FDA Amerika Serikat dan dikhususkan untuk bcr-abl, yang mengaktifkan
penyatuan protein tyrosine kinase yang disebabkan oleh translokasi kromosom
philadelphia. Imatinib ini dapat ditolerir lebih baik dan lebih efektif dibandingkan
terapi sebelumnya. Transplantasi sum-sum tulang juga digunakan sebagai terapi
pilihan untuk CML.
Pada sindrom tumor lysis diberikan hidrasi, alkalinisasi, dan allopurinol. Pada
hiperleukositosis pada CML yang ditandai dengan jumlah leukosit >200.000/mm3
mulai diberikan hydroxyurea 50-75 mg/kgBB/hari. Imatinib mulai diberikan setelah
diagnosis dari Ph-positif CML telah ditegakkan. Bila terdapat respon yang kurang
memuaskan terhadap Imatinib maka digunakan IFN- atau IFN- dan Ara-C 5106
unit/m2 per hari secara subcutan atau intramuskular. Hydroxyurea digunakan untuk
menurunkan jumlah leukosit menjadi 10.000-20.000 /mm3 dan dapat diturunkan
dosisnya secara bertahap dan tidak dilanjutkan kembali.2
20
Pengaturan pada CML fase akselerasi tergantung dari pengobatan sebelumnya
dan masalah spesifik yang dirasakan si anak. Pada anak yang penyakitnya
berkembang menjadi fase akselerasi pada saat menunggu untuk transplantasi sum-
sum tulang harus dilakukan tranplantasi secepatnya. Imatinib adalah obat yang paling
berguna untuk mengontrol penyakit ini sampai transplantasi tulang dilakukan, untuk
anak-anak yang telah relaps terhadap Imatinib dapat menggunakan
hydroxycarbamide. Manifestasi yang paling umum dari fase akselerasi adalah
splenomegali dan trombositosis. Splenectomy dapat dilakukan untuk splenomegali
yang masif. Trombositosis mungkin sulit untuk dikendalikan karena trombositosis
kadang-kadang resisten terhadap imatinib dan sering resisten terhadap
hydroxycarbamide. Untungnya, walaupun jumlah platelet meningkat biasanya
ditolerir dengan baik dengan trombosis dan pendarahan pada anak-anak.
VIII. PROGNOSIS
Prognosis pada krisis blast buruk, walaupun dengan regimen kemoterapi baru-
baru ini dan berlawanan dengan krisis blast pada limfoid, vincristine dan steroid
mempunyai sedikit keuntungan. Beberapa penelitian sekarang menunjukkan 50% dari
pasien respon terhadap Imatinib tetapi kurang dari 20% mempunya respon hematologi
yang komplit dan respon sitogenik yang sempurna. Pada anak-anak pada CML tahap
krisis blast terapi pilihan adalah Imatinib dan kemoterapi tipe AML (Acute myeloid
leukemia) seperti daunorubicin, cytarabine atau thioguanine. Tetapi pengobatan ini
tidak bersifat menyembuhkan penyakit.3 Pada stadium ini pengobatan yang paling
efektif adalah transplantasi sum-sum tulang stelah kemoterapi dosis tinggi.5
21
DAFTAR PUSTAKA
22