You are on page 1of 30
« Ralian- Teor Ekonomi Dalam Ista BAB VI SISTEM PASAR ISLAMI Oleh: Mustafa E. Nasution 6.1 Pendahuluan Sistem ekonomi yang ada pada saat ini tidak dapat dipungkiri telah mampu membawa kehidupan masyarakat ketingkat kecukupan material yang belum pernah dibayangkan pada masa-masa sebelumnya, Sukses, yang tercermin dari taraf kehidupan material masyarakat di negara maju, merupakan contoh daripada keberhasilan dari sistem ekonomi yang berlaku pada saat ini. Walaupun demikian, sukses tersebut bukan dicapai tanpa masalah. Sukses tersebut dicapal dengan mengorbankan unsur- unsur lain dalam indikator kemakmuran yang ada. Unsur-unsur tersebut misalnya adalah hancurnya kehidupan moral, sendi kehidupan masyarakat, dan keluarga yang ada. Disamping itu, sukses sistem ekonomi yang ada ternyata hanya dinikmati oleh sebagian kecil kelompok masyarakat yaitu masyarakat yang hidup di negara-negara ‘maju’. Sementara mayoritas _kehidupan masyarakat di dunia masih dalam proses kearah tingkat kemakmuran yang dicapai di negara maju. Tingkat kemakmuran material yang dicapai mayoritas masyarakat pada saat ini sangat jauh tertinggal dari tingkat kemakmuran yang dicapai oleh Negara maju. Disamping itu, terdapat masalah lain dalam sistem ekonomi, yaitu jalannya sistem ekonomi yang ada selalu diikuti dengan berbagai gejolak. 151 Berdasarkan berbagai masalah di atas maka muncul beberapa pemikiran untuk mengembangkan sistem ekonomi yang akan memperbaiki jalannya roda perekonomian. Salah satu pemikiran tersebut adalah mencoba untuk membangun sistem ekonomi Islam; suatu sistem ekonomi yang dibangun berdasarkan ‘Qur'an dan Hadist. Sebenamnya sistem ini sudah pemah dilakukan yaitu pada masa-masa awal Islam sampai abad pertengahan. Akan tetapi semenjak zaman ‘pencerahan’ di Eropa, sistem yang berlandaskan Qur'an dan Hadist tersebut sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan oleh umat Islam seiring dengan kemerosotan dunia Islam yang terjadi pada waktu itu. Semenjak itu, sistem perekonomian Islam mulai digantikan dengan sistem ekonomi lain dan ini berlaku hingga sekarang. Baru pada awal tahun 1900-an, muncul kembali usaha untuk membangun sistem ekonomi Islam tersebut. Oleh karena itu, usaha untuk membangun sistem ekonomi Islam pada saat ini, masih berada dalam tahap-tahap awal perkembangannya. Pada saat ini, masyarakat pemikir masih memerlukan kerja keras untuk membangun apa yang dinamakan sistem ekonomi Islam tersebut. Tulisan singkat ini merupakan sekelumit pemikiran penulis di dalam kerangka usaha untuk membangun sistem ekonomi Islam. Tulisan ini akan mencoba untuk membahas konsep pasar Islami sebagai bagian dari mekanisme’ pasar dalam sistem ekonomi Islam. Kajian yang dilakukan dalam tulisan tentunya tidak lepas dari pembahasan mekanisme pasar dalam sistem ekonomi konvensional. Untuk itu kita akan membahas terlebih dahulu sistem pasar berdasarkan teori ekonomi Konvensional. Setelah itu akan dicoba untuk membahas beberapa unsur yang berkaitan 152 Kaila Teor Ekonomi Dalant Islam dengan sistem Islami yaitu dengan cara membahas beberapa pemikiran awal ulama Islam tentang mekanisme pasar. Berdasarkan uraian tentang mekanisme pasar, akan dicoba untuk menarik beberapa kesimpulan tentang ciri pasar Islami. Berdasarkan ciri pasar Islami tersebut, lebih lanjut akan berbagai implikasi dari model ekonomi Islam terhadap pembentukan serta tingkat harga yang terjadi di pasar, yang sekaligus akan dibahas beberapa distorsi pasar dan bagaimana cara Islami mencegah terjadinya distorsi pasar yang terjadi. 6.2 Mekanisme dan Struktur Pasar Konvensional Mekanisme pasar adalah cara bekerjanya pasar, berdasarkan pada sistem pasar yang ada. Sistem pasar yang kita kenal dan berlaku dewasa ini adalah sistem pasar bebas — yaitu sistem pasar yang menggunakan prinsip laissez faire. Hasil atau equilibrium dari mekanisme pasar adalah bergantung pada struktur pasar yang ada, atau, dengan kata lain, tergantung pada susunan atau bangunan dari pasar. Di dalam teori ekonomi, pembahasan tentang struktur pasar dikaitkan dengan pembahasan tentang model-model pasar yang ada. Sementara pasar kita definisikan sebagai pertemuan antara pembeli dengan penjual. Pembeli dengan fungsi permintaannya dan penjual dengan fungsi penawarannya. Disini pembeli datang ke pasar dengan fungsi permintaan sesuatu barang bertemu dengan penjual dengan fungsi penawaran sesuatu barang. Dengan demikian mekanisme pasar adalah cara bekerjanya pertemuan antara pembeli dan penjual -sesuatu barang. Hasil dari pada pertemuan tersebut adalah kemungkinan terjadinya kesepakatan tentang tingkat harga dan jumiah barang 153 dalam transaksi. Jika terjadi kesepakatan antara pembeli dengan penjual maka akan terjadi harga atas suatu barang serta jumiah transaksi dari barang tersebut. Tingkat harga yang terjadi dipasar merupakan suatu indikator utama dalam teori ekonomi konvensional. Banyak fungsi dari tingkat harga tersebut. Salah satu fungsi tingkat harga disini adalah indikator yang menjadi pendorong motivasi kegiatan perekonomian. Bagi konsumen, harga pasar yang terjadi dapat dijadikan dasar untuk menentukan seberapa besar kesejahteraan yang dia peroleh dari tingkat harga tersebut. Yang selanjutnya akan diketahuibesamya surplus konsumennya. Sebaliknya, bagi produsen, harga pasar merupakan indikator untuk melakukan kegiatan produksi yang menghasilkan Keuntungan. Apakah pada tingkat harga tersebut, produsen merasa sudah cukup insentif bagi dia untuk melakukan aktivitas ekonomi atau tidak. Disini produsen juga dapat menghitung besarnya surplus produsen dari tingkat harga jual barang yang ada. Surplus konsumen dan surplus produsen merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana telah dikatakan di atas, tingkat harga serta jumlah transaksi yang terjadi di suatu pasar bergantung daripada struktur pasar yang ada. Struktur pasar yang ada tentunya tidak semata-mata ditentukan banyak penjual dan pembeli barang, melainkan juga ditentukan oleh unsur-unsur lain seperti keaneka- ragaman barang yang ada, kualitas informasi, Kemudahan untuk membuka dan menutup usaha. Dengan demikian’ banyak hal yang harus diperhatikan di dalam mengenal struktur pasar. Berdasarkan pemahaman ini, maka sebenarnya terdapat banyak sekali struktur pasar di dalam kehidupan perekonomian.. 154 ‘Kajién "Té00 Ekonomi Dalam Islam Teori ekonomi konvensional biasanya membagi struktur pasar menjadi beberapa model, Ada pasar persaingan sempurna, dan ada pasar yang bersifat tidak sempurna, yang meliputi pasar monopoli, oligopoly dan monopsoni, Pasar tidak sempuma tercipta karena peyimpangan dari unsur-unsur yang membentuk pasar persaingan sempuma, baik yang disebabkan karena berbagai keragamam jenis barang yang dipasarkan, distorsi dalam hal informasi yang diterima oleh produsen maupun konsumen, peyimpangan karena sedikinya jumlah pembeli dan penjual yang pada akhirnya mengakibatkan dominasi salah satu pihak dalam pasar, akan ‘merugikan’ pihak lain. Penyimpangan-penyimpangan ini telah mengakibatkan tingkat harga serta jumlah barang yang terjadi dalam transaksi di pasar akan berbede dengan tingkat harga yang terjadi pada pasar persaingan sempuma. Pada umumnya, tingkat harga yang terjadi pada pasar persaingan tidak sempurna lebih tinggi dan jumlah barang menjadi lebih sedikit bila dibandingkan dengan tingkat harga dan jumlah barang yang tersedia di pasar persaingan sempurna. Dalam teori ekonomi konvensional, pasar persaingan sempurna merupakan bentuk pasar yang ideal, dimana harga yang terjadi merupakan harga optimal yang dapat dicapai, sehingga berbagai pihak pelaku pasar mempunyai insentif yang ‘wajar’ bagi kegiatan perekonomiannya. Produsen disini akan memperoleh apa yang disebut ‘normal profit’ dan konsumen akan memperoleh dan membayar tingkat harga yang sesuai dengan biaya minimum untuk menghasitkan barang tersebut, Namun dalam kenyataannya, bentuk pasar persaingan sempurna tidak pernah terwujud. Yang ada adalah bentuk pasar 155, ‘kajiah Tear Ekonomi Dalam fslam: yang menyimpang dari keadaan ideal, atau menyimpang dari pasar persaingan sempurna. Mengingat sistem pasar tidak sempurna dibangun berdasarkan sistem ‘persaingan’, maka sistem ini sangat memungkinkan terjadinya banyak ‘korban’ akibat kalah bersaing dalam sistem yang berlaku. Pihak yang kuat akan muncul sebagai pemenang dan pihak yang lemah akan kalah dan tersisih dari persaingan yang ada. Dengan demikian, praktek pasar yang bukan berdasarkan persaingan sempurna merupakan salah satu masalah dari sistem ekonomi konvensional dan ini dapat sekaligus dijadikan kritik terhadap sistem ekonomi konvensional tersebut. Bentuk pasar persaingan tidak sempurna merupakan bukfi bahwa sistem ekonomi konvensional sebenamya berjalan ‘tidak efisien’ serta mengandung berbagai potensi yang memunculkan berbagal masalah dalam kehidupan perekonomian yang ada. Dalam teori ekonomi Konvensional, mekanisme pasar adalah suatu cara untuk mencapai tujuan ekonomi, yakni kesejahteraan masyarakat di dunia. Dalam. sistem ‘ekonomi konvensional, kesejahteraan didefinisikan sebagai kesejahteraan material, dan kesejahteraan seperti ini hanyalah satu aspek dari kesejehteraan umumnya. Banyak unsur yang terkandung dalam pengertian kesejahteraan secara umum tersebut, bukan hanya kesejahteaan material aja, melainkan juga _termasuk kesejahteraan non material. Hal ini jelas akan menentukan kwalitas kehidupan manusia, Dengan kata lain, kualitas kehidupan manusia tidak saja ditentukan oleh kerampuan untuk memenuhi kesejahteraan material, akan tetapi juga kesejahteraan non material. Sekali lagi perlu ditekankan bahwa dalam teori ekonomi 156 Kéjjan Teor Ekonomi Dalam Islam konvensional yang kita semua telah mafhum, kesejahteraan diterjemahkan sebagai kesejahteraan material. Mekanisme pasar adalah cara yang diajarkan oleh sistem tersebut untuk mencapai kesejahteraan material. Melalui persaingan, para pelaku ekonomi memaksimalkan kepuasan serta keuntungan, dan dengan -cara seperti itu kesejahteraan materiil akan tercapal. Apabila kesejahteraan material sudah tercapai maka dengan sendirinya kesejahteraan non material juga akan tercapai. Demikian harapan daripada model teoti ekonomi konvensional. Akan tetapi kemungkinan untuk mewujudkan harapan tersebut adalah sangat sulit atau bahkan tidak mungkin terwujud. Mengapa? DR Umar Chapara mengatakan: “...terdapat beberapa distorsi dalam mengekspresikan prioritas di dalam pasar. Hal ini menyebabkan tefadinya bigs dalam merealsaskan sfisiensi dan keadilan.... Mengapa terjadi distorsi dalam mengekspresikan prioritas dalam sistem pasar? Chapra mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan: “Ketidaksukaan ekonomi konvensional pada penilaian normatif dan tekanannya yang berlebihan pada maksimalisasi kekayaan, memuaskan keinginan serta melayani kebutuhan pribadijelas — merupakan Penyimpangan falsafah dasar dari sebagian besar agama. Agama-agama ini secara umum yakin bahwa kesejahteraan material, meski penting, tidak cukup bagi kesejahteraan manusia’. >? >(M, Umer Chapra, “The Future of Economics, An Islamic Perspective", SEBI 2001, hal 38, ™ Chapara, 2001, hal oev 157 Oleh karena itu Chapra menyimpulkan bahwa tekanan yang berlebihan dalam memupuk kekayaan dan memuaskan keinginan merupakan penyebab utama gagalnya sistem ekonomi konvensional untuk mencapai efisiensi. Disamping itu sistem ekonomi Konvensional meniadakan nilai-nilai moral di dalam mekanisme sistem ekonominya Sementara Chapra melihat pentingnya peran nilai-nilai moral untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan keadilan. Sistem ekonomi konvensionat yang berlaku sekarang ini sebenamya dimulai dengan munculnya tulisan Adam Smith yang berjudul ‘The Wealth of Nations’ pada tahun 1776. Adam Smith adalah ‘bapak’ ekonomi modem yang sekarang kita sebut sebagi sistem ekonomi konvensional. Sistem ini dibangun berdasarkan ‘rasio’! manusia. Disini terlihat awal pemisahan campur tangan ‘Tuhan' dalam urusan dunia. Untuk itu, kita diperkenalkan konsep ‘the invisible hand’ sebagai ganti dari peran ‘Tuhan’. Peran nilai moral sekarang bukan lagi merupakan bagian integral dari sistem yang ada. Memang ini lah yang menjadi dasar dari perkembangan pemikiran ekonomi selanjutnya, dimana unsur rasio manusia yang lebih ditekankan, sementara unsur ketuhanan tidak lagi dilibatkan dalam analissa perkembangan keilmuan yang ada. Sistem ekonomi yang di disain berdasarkan rasio manusia, tidak berdasarkan nilai-nilai Wahiah, cepat atau lambat akan menemui kegagalannya. Oleh karena itu perlu untuk membangun suatu sistem ekonomi yang berdasarkan rilai-nilai moral Itahiah. Sebenamya sistem ini sudah disusun pada waktu awal2 perkembangan stam. Akan tetapi semenjak kemunduran- kemunduran dalam kehidupan umat Islam di dunia, sistem ini kemudian tidak berkembang lagi dan digantikan dengan sistem 158 Jain yang berdasarkan rasio manusia. Baru pada akhir-akhir ini, muncul Kembali pemikiran untuk mengembangkan Sistem Ekonomi Islam. Dari uraian di atas tampak betapa sistem ekonomi pasar dibangun atas dasar kompetisi antar pelaku ekonomi yang ada ci dalam kerangka untuk memupuk kekayaan dan memuaskan keinginan. Peran nilai-nilai moral di kesampingkan di dalam mekanismie sistem ekonomi yang ada. Kompetisi di antara para pelaku ekonomi akan menjamin terjadinya efisiensi kegiatan yang pada akhirnya akan memberikan kesejahteraan material kepada para pelaku ekonomi yang ada sedemikian rupa sehingga pada akhirnya kesejahteraan masyarakat akan mencapai tingkat yang optimal. Sayangnya dalam catatan sejarah perjalan sistem ekonomi konvensional tersebut terlihat berbagai masalah yang menyertai sistem ekonominya. Bagian berikut dari makalah ini mencoba untuk membahas beberapa isu yang berkaitan dengan membangun mekanisme Pasar Islami 63 Mekaniame Pasar Islami ‘Apa yang dimaksud dengan sistem ekonomi Islam sebagai bagian dari llmu Ekonomi Islam? Pada saat ini banyak pemikir ekonomi Islam yang mendefinisikan tentang llmu Ekonomi Islam. M.A. Mannan mendefinisikannya sebagai “.... ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah ekonomi dari orang-orang memiliki nilai-nilai Islam’. Disini tampak bahwa M.A. Mannan mendefinisikan !Iimu Ekonomi Islam secara sederhana_yaitu Ilmu yang memiliki nilai-nilai Islam. dengan demikian Mannan berusaha * Chapa, hal 146 untuk menganalisa apakah Iimu ekonomi yang berlaku sekarang sesuai atau tidak dengan nilai-nilai Islam. Ha-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai_ Islam dikeluarkan dari pembahasan ilmu ekonomi yang ada. Chapra_mendefinisikan limu Ekonomi Islam sebagai ‘cabang ilmu pengetahuan yang membantu mewujudkan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber-" sumber daya yang langka yang sesuai dengan magashid, tanpa mengekang kebebasan individu secara berlebihan, menimbulkan ketidakseimbangan makro ekonomi dan ekologi, atau melemahkan keluarga dan solidaritas sosial dan jalinan moral dari masyarakat’.™* Disini tampak bahwa Chapra mendefinisikan imu ‘ekonomi Istam lebih terperinci dibandingkan dengan definisi yang dilakukan oleh Mannan. Disitu Chapra berusaha untuk menyesuaikan sistem ekonomi konvensional yang ada dengan memasukkan unsur ‘maqashid’ dalam sistem ekonominya. Tetapi disini tidak cukup hanya ‘magashid’, melainkan juga harus ada jaminan pemasukan unsur tersebut tidak + mengganggu keseimbangan makro ekonomi dan ekologi, melemahkan sendi- sendi kehidupan berkeluarga, solidaritas sosial dan jalinan moral masyarakat sebagaimana terjadi di dalam sistem ekonomi konvensional. Dengan kata lain, Chapara melihat bahwa berlakunya sistem ekonomi konvensional telah menghasilkan berbagai masalah dan ini harusnya mampu ditangkal oleh sistem ekonomi Islam. Qardhawi menjelaskan secara terperinci tentang nilai dan karakteristik ekonomi Islam. Menurut Qardhawi, Ekonomi Islam % Chapra, 2001, hal 131 160 sam adalah ekonomi Ilahiah, Ekonomi Ahlak, Ekonomi Kemanusiaan dan Ekonomi Pertengahan* Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa sistem ekonomi Islam adalah ilmu yang dibangun berdasarkan norma-norma dan kaidah-kaidah yang berasal dari Qur'an dan Hadist. Dengan mempelajari Quran dan Hadist diperoleh gambaran bahwa sistem ekonomi Islam adalah sistem yang yang tidak ada unsur riba dalam segala aspek kegietan ekonomi dan mewajibkan kegiatan zakat bagi seluruh pelaku ekonomi sebagai Penggerak utama dari kegiatan ekonomi serta mengamalkan ahlak-ahlak Qur‘ani dari para pelaku ekonominya. ‘Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka mekanisme pasar dalam sistem ekonomi konvensional harus menyesuaikan diri dengan pengertian yang terkandung dalam Sistem Ekonomi Isiam. Oleh Karena itu sekarang kita memperoleh tambahan kata Islam dalam menjelaskan bekerjanya mekanisme pasar Islami tersebut. Uraian berikut adalah pembahasan terhadap beberapa pemikiran awal tentang mekanisme pasar Islami yang ditulis oleh beberapa ulama atau pemikir Islam terdahulu. 4. Pemikiran awal Mekanisme Pasar Islami Penelitian dari sumber-sumber kepustakaan_ tentang tuisan para ilmuwan musiim pada zaman’ dahulu menunjukkan bahwa. para ilmuwan’tersebut telah memberikan sumbangan besar bagi pemahaman tentang mekanisme dan struktur pasar Pada pemahaman Sistem Ekonomi Islam. Sayangnya, informasi tentang sumbangan pemikiran ilmuwan-iimuwan muslim tersebut °% Qardhawi., Yusuf, Peran Nila dan Moral dalam Perekonomian Islam, Terjemahan., Robbani Press, 2001 161 belum dihargai secara wajar dalam tahap-tahap perkembangan {imu Ekonomi. Catatan singkat dibawah ini merupakan sekelumit uraian tentang sumbangan pemikiran iimuwan muslim yang kita peroleh dari beberapa sumber sekunder. Seyogianya, penelitian ini memanfaatkan sumber primer sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih utuh tentang sumbangan pemikiran ilmuwan muslim terdahulu. Dari studi kepustakaan yang ada terlihat bahwa para ilmuwan muslim telah membahas. permasalahan-permasalahan yang berkaitan tentang mekanisme pasar. Disitu mereka mencoba menganalisis tingkat serta fluktuasi harga barang-barang yang terjadi pada kegiatan perekonomian. Dari analisis-analisis yang mereka lakukan terlihat bahwa mereka sudah memahami adanya unsur-unsur yang berasal dari fungsi permintaan dan fungsi penawaran, walaupun mereka belum merumuskan fungsifungs! tersebut sebagaimana kita pahami pada saat. ini. Yang membedakan analisa para ilmuwan muslim dengan para ilmuwan ekonomi konvensional dewasa ini adalah bahwa tulisan dan analisa-analisa mereka tentang mekanisme pasar adalah sarat dengan nil-nilai moral Qur'ani. Segala kegiatan ekonomi selalu dikaitkan dengan sang Maha Pencipta. a. Abu Yusuf (731 -798 ) ‘Abu Yusuf membantah pemahaman. masyarakat tentang mekanisme pasar yang berlaku pada waktu itu. Pada waktu itu berlaku pemahaman bila jumiah barang yang ada di pasar sedikit, maka harga barang akan menjadi mahal dan sebaliknya bila jumlah barang berlimpah maka harga barang akan murah, AbuYusuf mengatakan bahwa pemahaman 162 tersebut tidak selalu berlaku seperti itu. "Kadang-kadang makanan berlimpah, tetapi tetap mahal dan kadang-kadang makanan sangat sedikit tetapi murah’. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah. s . Al-Ghazaly (1058-1111). . Al-Ghazali atau lebih dikenal di Indonesia sebagai Imam Ghazali menulis beberapa topik ekonomi dalam buku terkenalnya: Ihya Ulumuddiin. Secara eksplisit Imam Ghazali mengkaitkan segala kegiatan ekonomi dengan moral dan ahlak yang terkandung dalam Qur'an dan Hadist. Yaitu berdasarkan prinsip Tauhid. Berdasarkan_prinsip tersebut, Imam Ghazali membagi pelaku ekonomi dalam tiga kelompok yaitu orang yang merugi, orang yang beruntung dan orang yang paling dekat dengan ‘jalan yang lurus’. Orang yang merugi adalah pelaku ekonomi yang lupa akan kehidupan akhirat. Orang yang beruntung adalah pelaku ekonomi yang selalu memikirkan kehidupan akhirat. Orang yang paling dekat dengan jalan yang lurus’ adalah orang yang melakukan aktivitas ekonomi untuk kehidupan mereka di akhirat.°” Dalam kaitannya dengan mekanisme pasar, Imam Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin buku ke Ill iengatakan: ‘jka petani tidak mendapatkan pembeli dari barengnya, ia akafi menjual pada harga yang lebih murah’. Pada lain tempat AF Ghazaly mengatakan bahwa ‘mengurangi margin keuntungan % Lihat Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, The International Institute of Islamic Thought Indonesia, Edisi petama, 2002. ° Abu Hasan M, Sadeq,, ‘Al-Ghazali On Economic Issues and Some EihicoJurste Maters Having Implications for Economic Behaviour’ dalamAbulHasan M. Sadeq and Aidit Ghazali (ed): ‘Readings Isimie Economie Thouight, Issues In Islamie Economics, Longman Melaysia, 1922, ISBN 967 976.705.1 163, dengan menjual pada harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan dan ini pada gllirannya akan meningkatkan keuntungan’.* c. tbn Taimiyah (1263 -1328). Tulisan-tulisan Ibn Taimiyah yang berkaitan mekanisme pasar relatf lebih lengkap dibandingkan dengan tulisan-tulisan iimuwan mustim tainnya. Hal ini terlihat dari pemyataannya sebagai berikut: “Rise and fall in prices are not always due to an injustice (zuim) by certain _ individuals. Sometimes, the reason for it is deficiency in production or decline in import of the goods in demand. Thus if desire for it decreases, the price rises. On the other hand, if availability of the good increases and the desire for it decreas, the price comes down. This scarcity or abundance may not be caused by the action of any individuals; it may be due to a cause not involving any injustice, or sometimes, it may have a cause that does involve injustice. It is Almighty God who creates desires in the hearts of people™” Ibn Taimiyah membantah pendapat masyarakat yang mengatakan bahwa kenaikan harga merupakan akibat dari ketidakadilan, tindakan melanggar hukum dari penjual dan kemungkinan adanya manipulasi pasar. tonu Taimiyah dengan tegas mengatakan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Gangguan2 ‘pada kegiatan produksi akan mempengaruhi penawaran barang yang ada yang pada giliran selanjutnya akan mempengaruhi harga barang. Ibn Taimiyah juga menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan suatu barang. Dari kutipan tulisan Ibnu Taimiyah tampak bahwa beliau memahami secara jelas tentang mekanisme pasar, harga serta keterkaitan dari kekuatan permintaan dan penawaran yang ada disamping keterlibatan Allah SWT sebagai landasan moral dan ahlak di dalam segala kegiatan perekonomian. Disini terlihat bahwa Ibnu Taimiyah melihat adanya pergeseran permintaan dan penawaran yang ada yang pada akhimya akan mempengaruhi naik turunnya tingkat harga barang. Sementara itu, Ibnu Taimiyah secara eksplisit mengkaitkan tingkah laku manusia akibat dari keberadaan Allah SWT: “....t is Almighty God who creates desires in the heerts of people”. Ibn Khaldun (1332 ~ 1404) Pemikiran Ibn Khaldun yang tertuang dalam bukunya Al- Mugadimah telah dibahas secara mendalam dengan menggunakan pisau analisis teori ekonomi medem oleh Umar Chapra. Disini diperoleh kesimpulan beser bahwa teori ekonomi Isiam seyogianya merupakan teori yang bersifat inter disiplin, bukan teori yang bersifat monodisiplin seperti yang kita pahami sekarang.. Dengan menganalis pemikiran_ Ibn Khaldun tersebut, Umar Chapra mampu memberikan kerangka analisis yang dapat digunakan untuk memahami -maju mundurya suatu bangsa. Disitu Umar Chapra membahas secara mendalam kekurangan-kekurang mendasar dari teori ‘ekonomi konvensional dalam usaha mencapai kesejahteraan umum kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan 165 mekanisme pasar, Umar Chapra mengatakan bahwa teori ekonomi konvensional tidak akan mampu memberikan manusia tingkat kesejahteraan umum. Mekanisme pasar dari teori ekonomi konvensional hanya mampu memberikan tingkat kesejahteraan material. Penggunaan sistem ekonomi konvensional tersebut walaupun'mampu untuk memberikan kesejahteraan material, akan tetapi kesejahteraan material yang ada juga diikuti dengan kemunduran dalam ukuran- ukuran kejahteraan lainnya seperti rusaknya sendi-sendi kehidupan berkeluarga. Dari pembahasan di atas tampak bahwa para pemikir serta ulama Islam terdahulu sudah memahami mekanisme pasar sebagai interaksi antara pembeli dengan penjual. Harga yang terjadi di pasar merukan hasil interaksi tersebut. Didalam analisa mereka tampak bahwa kekuasaan Allah serta nilai-nilai moral sangat menonjol di dalam jalannya mekanisme pasar. Nilai-ilai moral dari para pelaku ekonomi haruslah berlandaskan Qur'an dan Hadis. Dalam kajian Imam Al Ghazali, tampak secara eksplisit bahwa aktivitas ekonomi yang ada dikaitkan dengan kehidupan di akhirat. Sebaliknya catatan-catatan yang berkaitan dengan struktur pasar masih memerlukan pengkajian yang mendalam dari tulisan- tulisan para ulama tersebut. Akan'tetapi, dari kajian dalam Quran dapat disimpulkan bahwa masyarakat Islam tidak dibangun atas dasar konsep persaingan melainkan. dibangun berdasarkan konsep kebersamaan berdasarkan azas keadilan. Untuk itu dapat dikatakan bahwa bentuk struktur pasar persaingan sebagaimana diajarkan dalam buku-buku. ekonomi konvensional harus 166 “Kejfan TedriKonoml Dalam Islam disesuaikan dengan prinsip-prinsip Islami yang berdasarkan kebersamaan. “ 2. Norma-Norma Ekonomi Islam Dari ufaian di atas terlihat bagaimana_keterkaitan Allah dalam pemikiran para tokoh-tokoh pemikir Islami tentang mekanisme pasar yang ada, Landasan Qur'an dan Hadis menjadi titik tolak dari segala kegiatan kehidupan termasuk kegiatan ekonomi. Sehubungan dengan itu, maka bekerjanya mekanisme pasar Islami juga harus dilandasi dengan norma-norma yang terkandung dalam Qur’an dan Hadis. Berikut ini adalah sekelumit norma-norma yang berkaitan dengan kegiatan berproduksi, konsumsi, sebagaimana dibahas oleh Yusuf ‘Qardhawi®. Pembahasan norma-norma dalam produksi dimulai peringatan Allah akan kekayaan alam. Dalam surah Ibrahim ayat 32-34, surah Lugman ayat 20 dan surah al Jaatsiyah ayat 13 terlihat bahwa Allah menciptakan semua yang ada di langit dan bumi dan memberikannya kepada manusia. Untuk mewujudkan nikmat Allah tersebut maka manusia perlu bekerja berdasarkan imu. Allah menetapakan batas-batas yang menjadi pegangan manusia dalam berproduksi. Sebagai contoh adalah apa yang dikatakan Allah dalam surah al A’raaf ayat 74: “ .../Ingatlah oleh kamu sekalian segala nikmat Allah dan janganlah melampaui batas dengan membuat kerusakan...”. . Sebagai_pedoman operasional dari batas-batas yang ditetapkan Allah dapat dilihat pada Hadis Rasulullah. Sebagai contoh misalnya Hadis yang “ Selein norma-norma prodeksi dan konsumsi, Qardhawi juga membahas norma-norma tainnya seperti aspek distribusi dan sirkulas 167 diriwayatkan oleh Ahmad dari Abdullah bin Amr (651): Tidaklah seorang muslim membunuh seekor burung atau bahkan lebih kecil, bukan dengan haknya, kecuali kelak Allah akan meminta tanggung jawabnya’. Kemudian ditanyakan: “Wahai Rasulullah, apa haknya tersebut?" Rasul menjawab: ‘Hendaknya menyembeliinya dulu lalu memakannya, tidak memotong kepalanya lalu membuangnya™" Qur'an dan Hadis juga memberikan panduan bagi manusia untuk kegiatan berkonsumsi: apa yang dikonsumsi, berapa banyak , bagaimana mengkonsumsi. Orang Islam dapat mengkonsumsi seluruh barang yang ada di muka bumi ini, kecuali beberapa barang yang diharamkan oleh Allah SWT. Orang Islam dianjurkan untuk tidak berlebih-lebihan dalam berkonsumsi. Sebagai contch misalnya adalah surah al-An'am ayat 141: “Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih- lebih. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebinan™? Berdasarkan norma-norma tersebut di atas, jelas bahwa tingkah laku unsur-unsur yang terkandung dalam mekanisme pasar Islami berbeda dengan tingkah [aku unsur-unsur mekanisme pasar dalam sistem ekonomi konvensional. Nilai dan moral Islami akan menjadi ciri utama dari para pelaku pada pasar Islami, Sedangkan dalam pasar dari sistem ekonomi konvensional tidak berlaku nilai dan moral Islami tersebut. Dengan sendirinya * Qarchawi, 2001, hal 175, © Qari, 2001, hal 236. 168 ‘Kallen -Teoit- Ekonomi Dalam islam dalam pasar Islami, nilai dan moral Islam para pelaku ekonomi akan mempengaruhi tingkat harga yang terbentuk. 3. Tingkat harga Istami Apakah tingkat harga yang dicerminkan cleh tingkat harga yang terjadi pada persaingan sempurna merupakan harga yang Islami? Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan segera, karena landasan daripada terjadinya harga tersebut didasarkan pada pola optimasi kepuasan baik dari produsen maupun konsumen yang tidak sejalan dengan landasan tingkah laku konsumen ataupun produsen yang islami.Konsumen islami tidak dianjurkan untuk melakukan pola maksimasi kepuasan yang sstinggi-tingginya. Kalau demikian halnya, fungsi permintaan yang tradisonal sebagaimana yang diajarkan dalam teori ekonomi adalah kurang tepat. Seorang konsumen yang berusaha menjalankan kegiatan mengkonsumsi mungkin tidak bertingkah laku sebdagaimana yang digambarkan oleh kurva permintaan tradisonal_tersebut. Konsumen yang mencoba untuk menjalani hidup sesuai dengan syariah islam tentunya harus mengendalikan tingkat konsumsinya agar supaya menjadi tidak berlebih-lebihan. Akan tetapi bagaimana bentuk fungsi konsumsi yang Islami tersebut? ‘Tampaknya perlu pemikiran tentang hal ini secara mendalam. Sebenamya bentuk analisa kurva demand seperti yang kita kenal selama ini tidak dikenal dalam masa Adam Smith. Analisa yang dikemukakan oleh Adam Smith tentang bagaimana fungsi permintaan seseorang dan bagaimana pengaruhnya terhadap pembentuk harga barang yang ada sebenamya tidak 169 lebih maju dari analisa yang dilakukan oleh pemikir-pemikir Islam terdahulu seperti Ibnu Taimiyah, Abu Yusuf, Ibnu Khaldun. Demikian pula analisa indifference curve yang kita kenal sekarang ini baru ditemukan pada tahun 1930 an dengan analisa yang dikemukakan oleh Marshal. Dari analisa indifference curve tersebut kita dapat memperoleh analisa.ilmiah bagaimana kita memperoleh kurva permintaan yang kita kenal dewasa ini, Dari analisa indiference curve tersebut kita dapat melihat bahwa kurva permintaan yang menjadi sumber dari apa yang dikenal sebagai hukum permintaan merupakan hasil optimisasi kepuasaan seseorang dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang dengan pembatasan resources yang dimiliki oleh orang tersebut. Berdasarkan perubahan harga barang maka dengan menggunakan prinsip optimalisasi akan dapat diperloeh kurva permintaan barang seseorang. Secara sederhana, kita selalu diajarkan bahwa fungsi permintaan seseorang bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah harga barang yang bersangkutan (P), Pendapatan (Y), Harga barang lainnya (P), Selera (8) dan masih banyak faktor lainnya. Mengingat banyak faktor, maka sulit untuk menganalisa faktor-faktor penyebab perubahan permintaan. Oleh karena itu, untuk mempermudah analisa dalam. satu saat, kita hanya melihat pengaruh satu faktor saja, sedangkan faktor lainnya adalah tetap. Disini kita diperpekenalkan dengan konsep Ceteris Paribus dalam analisa ekonomi. Jelas pemodelan untuk memperoleh kurva demand seperti ini tidak sesuai dengan apa yang digariskan dalam syariah islam, dimana seorang konsumen tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi 170. = Kelian Teor Ekonomi Dalam islam secara berlebihan-lebihan. Artinya, kalau kita lihat kurva demand yang berasal dari analisa ekonomi konvensional tersebut, seorang konsumen tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi barang sepanjang kurva permintaan tersebut. Seorang konsumen yang menyadari hakikat agamanya akan cenderung mengkonsumsi barang lebih rendah dari titik yang digambarkan oleh fungsi Permintaan konvensional tersebut. Makin taqwa seseorang konsumen makin berkurang konsumsi dia dari tiik optimal yang digambarkan oleh fungsi permintaan tersebut. Berapa jauh berkurangnya permintaan seseorang dari tingkat konsumsi optimal tersebut tergantung situasi keimanan serta ketaqwaan orang tersebut. Dengan demikian fungsi permintaan seorang muslim yang bertingkah laku seperti apa yang digambarkan dalam syariah tidak akan sama dengan fungsi permintaan konvensioanl. Apabila kadar keimanannya sampai pada tik yang terendah atau dia sama sekali tidak menyadari akan syariah dalam tingkah laku konsumsi maka orang muslim tersebut akan mengikuti tingkah laku apa yang digambarkan oleh —fungsi_permintaan_ konvensional. Sebaliknya apabila tingkat keimanannya sedemikian tinggi maka kurva permintaannya akan berkurang atau bergeser ke kiri dari kurva permintaan berdasarkan optimalisasi tingkat kepuasaan. Dengan demikian terdapat faktor-faktor lain yang berkaitan dengan kehidupan akhirat misalnya faktor Taqwa (T) atau Zakat (2) dalam fungsi permintaan seseorang, Kalau faktor yang mempengaruhi permintaan seseorang dikelompokkan pada faktor faktor keduniaan dan faktor-faktor keakhiratan, lalu bagaimana pemodelan analisa permintaan seseorang? Apa tetap seperti analisa Teori Ekonomi 171 Konvensional? Disini kita memerlukan riset lain berkaitan dengan fungsi permintaan seorang muslim. Untuk sementara, kita akan melihat implikasi ‘kurva petmintaan seorang musiim’ berdasarkan analisa teori ekonomi konvensional. ‘Apa implikasi dari tingkah laku syariah tersebut terhadap pembentukan tingkat harga? Untuk menjawab pertanyaan ini tentunya kita harus sepakat terlebih dahulu mekanisme pembentukan harga yaitu hasil interaksi dari permintaan dan penawaran. Dan kesepakatan ini sudah ada sejak awal bahkan nabipun menyadari bahwa harga barang yang ada terbentuk dari mekanisme permintaan dan penawaran, hal ini tercermin dari hadis dimana nabi yang enggan untuk melakukan intervensi pasar Karena terjadinya paceklik yang menurut nabi sudah ketentuan dari Allah SWT. Selain kesepakatan antara pembeli dengan penjual, maka ada pedoman lain dalam jual beli Islami yaitu ‘an taraadhin minkum’ ~ suka sama suka di antara kamu (an Nisaa:29)- yang merupakan suatu prinsip tetang ‘ridho’. Disini si penjual harus menjelaskan kondist sebenamya dari barang-barang yang ada. Selanjunya, kalau kita berasumsi bahwa —fungsi permintaan Islami terletak disebelah Kiri bila dibandingkan dengan kurvapermintaan konvensional maka dengan kurva penawarannya sama, tingkat harga barang yang terbentuk dari kurva permintaan Islami tadi akan relatif lebih rendah bila dibaningkan dengan tingkat harga yang dibentuk oleh fungsi permintaan konvensional yang ada. Kalau kita misalkan memiliki fungsi konsumsi Q=a-bP, dimana Q adalah jumiah barang yang dibeli dan P adalah tingkat harga, maka konsumsi manusia 172 “Kaji Toil Ekonoint Detar Islam yang menjalani hidup sesuai dengan syariah adalah sebagai berikut: Q=a’'—b’P—cT dimana T adalah ukuran variable Taqwa Bagaimana dengan fungsi penawaran Islami? Apa fungsi penawaran Islami sama seperti fungsi penaweran dalam teori ekonomi konvensional? Berdasarkan norma-norma produksi yang ada, tampaknya fungsi produksipun harus disesuaikan dengan norma-norma yang ada. Tapi hal inipun memerlukan riset yang mendalam sehingga Perilaku produsen sesuai dengan norma-norma Islami. Untuk sementara, fungsi penawran yang berasal dari persaingan kompetitif (marginal Cost) dapat dijadikan dasar fungsi penawaran Islam. Berdasarkan fungsi konsumsi ini tentu akan menentukan tingkat harga yang lain dari tingkat harga yang normal tersebut di atas. Tingkat harga yang Islami adalah tingkat harga yang adi tidak ada pihak yang menzalimi balk untuk produsen maupun untuk konsumen. Secara grafis analisa tersebut dapat diikuti pada kurva di bawah ini: 173 “Kellan Teor’ Ekonomi Daan isiam Gambar 6.1 Keseimbangan Penawaran dan Permintaan P s P Konvensional P islami Dy Dg Q Posisi kurva Islami tercermin pada kurva D2 yang terletak di sebelah kiri dari kurva permintaan konvensional D;. Dengan demikian apabila kurva Supply tetap, maka sebagai konsekwensi logis dari kurva permintaan Islami yang terletak di sebelah Kiri kurva permintaan konvensional, maka tingkat harga yang terjadi pada situasi Islami adalah lebih rendah dari pada pasar konvensional. Analisa di atas adalah analisa sederhana tentang usaha meng-islam-kan jual beli, Analisa itu merupakan tahap awal dari usaha membangun sistem ekonomi Islam. Sebagaimana sistem 174 lainnya dalam sistem Islam juga terdapat gangguan-gangguan dalam mekanisme pasar. Berikut ini akan dicoba untuk membahas beberapa distorsi yang ada dalam mekanisme pasar Islami. Uraian ‘ini merupakan pelengkap dari analisa distorsi pasar dalam teori ekonomi konvensional. Walaupun demikian, sebagaimana dalam teori ekonomi konvensional, selalu terdapat gangguan-ganguan dalam jalannya mekanisme pasar yang ada. Gangguan-ganguan tersebut kita kenal dengan istilah distorsi pasar. : 4. Distorsi Pasar Dalam teori ekonomi konvensional, struktur pasar Persaingan sempuma adalah struktur pasar yang ideal karena dengan struktur pasar ini terjadilah efisiensi dalam segala kegiatan ekonomi, baik kegiatan produksi, konsumsi maupun perdagangan. Struktur tersebut dijadikan acuan dari berbagai kebijakan agar supaya kegiatan ekonomi yang ada mengarah kepada bentuk pasar persaingan sempurna. Distorsi pasar adalah gangguan-gangguan atas bekerjanya mekanisme pasar. Gangguan-gangguan tersebut dapat berasal dari beberapa sebab, diantaranya adalah dari unsur permintaan maupun dari unsur penawaran yang terjadi di suatu pasar, struktur pasar yang ada, masalah eksternalitas, masalah barang publik. Bentuk-bentuk pasar diluar pasar persaingan sempuma merupakan distorsi pasar yang menghambat usaha pencapaian efisiensi dalam pasar persaingan sempuma.Contoh klasik dalam teori ekonomi yang menyangkut dengan distorsi yang berasal dari struktur pasar adalah struktur pasar monopoli. Masalah 175 ekstemalitas dan barang publik merupakan contoh dari distorsi pasar yang berasal dari gangguan-gangguan dari sisi permintaan dan penawaran. Dengan terjadinya distorsi pasar tersebut maka usaha untuk mencapai efisiensi kegiatan perekonomian akan menjadi tidak tercapai. Teori ekonomi Islam yang sedang berkembang dewasa ini memperkaya analisis distorsi pasar yang dilakukan oleh teori ekonomi konvensional. Mengingat ekonomi Islam adalah teori ekonomi yang memasukan masalah nilai-nilal moral Islami, maka analisis distorsi pasar dalam teori ekonomi Islam pada saat ini menitik beratkan pada unsur-unsur moral dari para pelaku ekonomi, Nilai-nilai moral dari para pelaku ekonomi harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Qur'an dan Hadis. Distorsi Pasar terdiri dari: a. Distorsi Bai’ Najasy (false demand) dan distorsi Ikhtikar (false supply). b. Tadlis yaitu sejenis kegiatan penipuan yang berkaitan dengan jumlah barang (quantity), mutu barang (quality), harga barang (price) dan waktu penyerahan (time of delivery). c.Taghrir adalah semacam ketidak pastian,atau kerancuan atau ketidakjelasan yang dapat pula berkaitan dengan jumlah barang (quantity), mutu barang (quality), harga (price) dan waktu penyerahan (time of delivery). © Lihat Kasim, 2002, hal 151-1 176 ‘Kajan Teori Ekonomi Dalam Islam Oleh Karena itu-harus. ada suatu-lembaga di pemerintahan “atau dalam suatu ‘negara... yang. -bertugas-.. mengawasi- -jalannya perekonomian-secara syariah serta mencegah timbulnya distorsi Pasar, Dalam Sistem ekonomi stam dikenal suatu Lembaga yang bertugas untuk mengawasi jalannya mekanisme pasar: Lembaga tersebut adalah Lembaga Hisbah. : 5. Lembaga Hisbah dalam Perekonomian Islami Seperti diketahui dalam sejarah ‘Islam , terdapat suatu lembaga yang .dinamakan Hisbah, yang tugasnya adalah memantau, mengawasi praktek-praktek kegiatan perekonomian yang tidak sesuai dengan kaidah Qur'an dan Hadist. Lembaga ini dapat membimbing jalannya kehidupan masyarakat kearah yang sesuai dengan apa. yang-terdapat di dalam Qur'an dan Hadist. Sehinaga apa-apa yang kita lakukan. merupakan kegiatan. yang diridhoi oleh Allah. SWT. Dengan demikian mudah-mudahan masalah .kemiskinan yang sudah- lama kita hadapi semenjak dahulu dapat dipecahkan. Memang salah satu sebab dari masih melekatnya masalah kemiskinan adalah arena _tidak dilakukannya kegiatan perekonomian sebagai mana di atur dalam Qur'an dan Hadist.. Peluang MUI sebagai lembaga yang membimbing: dan menjaga moral bangsa adalah-sangat penting: Oleh karena itu, eran MU! dalam.ekononmi syariah juga sangat sangat. penting. Banyak praktek -ekenomi:: dan. perdagangan’.yang -belum disinggung. dalam fatwa-fatwa oleh MUI, Berbagai-praktek yang dilakukan .masyarakat -dalam . berdagang . adalah: tidak. sesuai dengan syariah slam. Sebagai contoh adalah. masalah praktek ijon.. Fatwa-fatwa MUI-selama ini lebih menekankan aspek moral 177 ‘Kajfan Teor Exonorni Dalam Islam serta fikih diluar bidang ekonomi walaupun bidang ini sekarang mulai mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan di masa lalu. Sekarang ini sudah ada Dewan Syariah Nasional. Mengingat banyaknya kemungkaran dalam kegiatan- kegiatan ekonomi maka paling tidak MUI perlu membuat skala prioritas tentang hathal yang perlu ditangani dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Sehubungan dengan hal tersebut, maka usaha untuk menghidupkan lembaga Hisbah dalam kegiatan perekonomian merupakan suatu hal yang mesti dilakukan, Paling tidak dalam usaha untuk memperbaiki berbagai macam praktek kegiatan perekonomian yang tidak sesuai dengan syariah. Dalam bidang konsumsi, maka kita mempunyai berbagai tuntunan dalam kegiatan konsumsi yang harus diketahui oleh masyarakat baik dia itu sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok masyarakat. Contohnya misalnya kita tidak boleh mengkonsumsi secara berlebih-lebihan. Bagaimana menerapkan anjuran ini kedalam masyarakat? 6.4 Penutup Dari uraian di atas tampak bahwa masih banyak kerja keras yang harus dilakukan untuk membangun teori ekonomi Islam yang akan menjadi fandasan sistem ekonomi Islam. Kurva permintaan Istami yang dibangun berdasar kerangka analisa teori ekonomi konvensional masih merupakan tahap awal dari usaha untuk membangun teori permintaan yang Islami sebagai bagian dari sistem ekonomi Islami. Hal yang sama juga berlaku untuk teori penawaran yang ada. Hal ini perlu penelitian tersendiri. Struktur pasar yang diajarkan dalam buku teori ekonomi 178 konvensional belum sesuai dengan struktur pasar yang seyogianya terjadi dalam kehidupan masyarkat yang Islami. Struktur pasar seyogianya bukan dibangun berdasarkan konsep persaingan melainkan dibangun berdasar konsep kebersamaan yang berkeadilan. Pemodelan landasan moral merupakan ciri utama dari sistem ekonomi Islam, disamping penghapusan unsur riba dan kewajlban unsur zakat. Mekanisme pasar Islami menghendaki Perilaku Islami dari para pelaku pasar dan hal ini akan menentukan tingkat harga yang Islami. Cir Utama lainnya adalah perlunya Lembaga Hisbah yang menjamin berlakunya norma-norma Islami dari para pelaku ekonomi yang ada. 179 DAFTAR PUSTAKA Chapra, Umer, 2001, The Future of Economics,: An Islamic Perspective, SEBI, Jakarta Islahi, Abdul Azim, 1992, “Economic Concepts of Ibn Taimiyyah", dalam Abul Hasan M. Sadeq dan Aidit Ghazai (ed), Readings Islamic Economic Thought, Issues in Islamic Economic, Longman Malaysia. Karim, Adiwarman, 2002, Ekonomi Mikro Islami, The International Institute of Islamic Thought Indonesia., Edisi pertama. Qardhawi, Yusuf, 2001, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Terjemahan, Robbani Press. Sadeq, Abu Hasan, 1922, “Al-Ghazali On Economic Issues and Some Ethico-Juristic Matters Having Implications for Economic Behaviour’, dalamAbulHasan M. Sadeq and Aidit Ghazali (eds): Readings Islamic Economic Thought, Issues In Islamic Economics, Longman Malaysia.

You might also like