You are on page 1of 7

TUGAS SISTEM TENAGA LISTRIK

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

Nama : Rinaldi Herwanto


NIM : 41416110021
Jurusan : Teknik Elektro
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

Pembangkit listrik tenaga surya adalah pembangkit listrik yang mengubah energi
surya menjadi energi listrik. Pembangkitan listrik bisa dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara langsung menggunakan fotovoltaik dan secara tidak langsung dengan
pemusatan energi surya. Fotovoltaik mengubah secara langsung energi cahaya
menjadi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan energi surya
menggunakan sistem lensa atau cermin dikombinasikan dengan sistem pelacak untuk
memfokuskan energi matahari ke satu titik untuk menggerakan mesin kalor.

Pembangkitan Listrik Tenaga Surya

a. Pemusatan Energi Surya


Sistem pemusatan energi surya (concentrated solar power, CSP) menggunakan
lensa atau cermin dan sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari dari
luasan area tertentu ke satu titik. Panas yang terkonsentrasikan lalu digunakan
sebagai sumber panas untuk pembangkitan listrik biasa yang memanfaatkan panas
untuk menggerakkan generator. Sistem cermin parabola, lensa reflektor Fresnel, dan
menara surya adalah teknologi yang paling banyak digunakan. Fluida kerja yang
dipanaskan bisa digunakan untuk menggerakan generator (turbin uap konvensional
hingga mesin Stirling) atau menjadi media penyimpan panas.
Ivanpah Solar Plant yang terleak di Gurun Mojave akan menjadi pembangkit
listrik tenaga surya tipe pemusatan energi surya terbesar dengan daya mencapai 377
MegaWatt. Meski pembangunan didukung oleh pendanaan Amerika Serikat atas visi
Barrack Obama mengenai program 10000 MW energi terbarukan, namun
pembangunan ini menuai kontroversi karena mengancam keberadaan satwa liar di
sekitar gurun.
b. Fotovoltaik
Sel surya atau sel fotovoltaik adalah alat yang mengubah energi cahaya menjadi
energi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Dibuat pertama kali pada tahun 1880
oleh Charles Fritts.
Pembangkit listrik tenaga surya tipe fotovoltaik adalah pembangkit listrik yang
menggunakan perbedaan tegangan akibat efek fotoelektrik untuk menghasilkan
listrik. Solar panel terdiri dari 3 lapisan, lapisan panel P di bagian atas, lapisan
pembatas di tengah, dan lapisan panel N di bagian bawah. Efek fotoelektrik adalah di
mana sinar matahari menyebabkan elektron di lapisan panel P terlepas, sehingga hal
ini menyebabkan proton mengalir ke lapisan panel N di bagian bawah dan
perpindahan arus proton ini adalah arus listrik.
Potensi PLTS di Indonesia

Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau
setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp.
Saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang
menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW
atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang
cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa datang.
Di Indonesia, PLTS terbesar pertama dengan kapasitas 21 MW terletak di Pulau
Bali, tepatnya di dearah Karangasem dan Bangli. Pemerintah mempersilakan siapa
saja untuk meniru dan membuatnya di daerah lain karena PLTS ini bersifat
opensource atau tidak didaftarkan dalam hak cipta.
Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup
kuat dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum
dimanfaatkan secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di
Indonesia baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya
dan mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor.
Padahal sel surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem
PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel
surya. Berbagai teknologi pembuatan sel surya terus diteliti dan dikembangkan
dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar mampu bersaing
dengan sumber energi lain.
Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 % dan hampir
seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat
pembangkit listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi
merupakan alternatif sangat tepat untuk dikembangkan. Dalam kurun waktu tahun
2005-2025, pemerintah telah merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System
berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS
hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan
ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.
Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50%, pasar energi surya di Indonesia
sudah cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas
hingga 25 MWp per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi industri lokal
untuk mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel surya.

Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Ada dua cara yang digunakan untuk pembangkitan listrik tenaga surya. Yang
pertama adalah PLTS Termal, di mana cara kerjanya adalah mengumpulkan panas
matahari lalu digunakan untuk memanaskan sebuah cairan. Lalu uap yang dihasilkan
cairan tersebut berguna untuk menggerakkan generator yang akan menghasilkan
listrik.
Komponen utama dari sumber energi ini adalah sel foltovotaik. Sel tersebut
memiliki peranan untuk menangkap panas matahari yang kemudian akan diubah
menjadi energi listrik. Jika dibandingkan dengan pembangkit listrik yang lain, jenis
pembangkit listrik ini diklaim lebih ramah lingkungan, murah dan hampir tidak
memiliki polusi ataupun limbah. Dan seperti yang Anda ketahui, hal tersebut
merupakan beberapa keuntungan dari pembangkit listrik ini.
Setelah panas matahari ditangkap oleh sel foltovotaik lalu panas tersebut akan
digunakan untuk memanaskan cairan yang selanjutnya menjadi uap yang dihasilkan
akan dipanaskan oleh sebuah generator yang akhirnya akan menghasilkan listrik.
Umumnya prinsip kerja dari pembangkit listrik jenis ini hampir sama seperti cara
kerja pembakaran bahan bakar fosil dalam pengolahannya. Yang membedakan dari
pembangkit listrik bahan bakar fosil dan pembangkit listrik tenaga matahari ini
adalah uap yang dihasilkan bukan dari pembakaran minyak fosil, akan tetapi dari
tenaga surya atau cahaya matahari.
Sedangkan cara kerja PLTS yang kedua yaitu sistem pembangkitan yang terdiri
dari panel sel surya, rangkaian kontroler pengisian (charge controller), dan aki
(batere) 12 volt yang maintenance free. Panel sel surya merupakan modul yang
terdiri beberapa sel surya yang digabung dalam hubungan seri dan paralel tergantung
ukuran dan kapasitas yang diperlukan. Yang sering digunakan adalah modul sel surya
20 watt atau 30 watt. Modulsel surya itu menghasilkan energi listrik yang
proporsional dengan luas permukaan panel yang terkena sinar matahari.
Rangkaian kontroler pengisian aki dalam sistem sel surya itu merupakan
rangkaian elektronik yang mengatur proses pengisian akinya. Kontroler ini dapat
mengatur tegangan aki dalam selang tegangan 12 volt plus minus 10 persen. Bila
tegangan turun sampai 10,8 volt, maka kontroler akan mengisi aki dengan panel
surya sebagai sumber dayanya. Tentu saja proses pengisian itu akan terjadi bila
berlangsung pada saat ada cahaya matahari. Jika penurunan tegangan itu terjadi pada
malam hari, maka kontroler akan memutus pemasokan energi listrik. Setelah proses
pengisian itu berlangsung selama beberapa jam, tegangan aki itu akan naik. Bila
tegangan aki itu mencapai 13,2 volt, maka kontroler akan menghentikan proses
pengisian aki itu.
Rangkaian kontroler pengisian itu sebenarnya mudah untuk dirakit sendiri. Tapi,
biasanya rangkaian kontroler ini sudah tersedia dalam keadaan jadi di pasaran.
Memang harga kontroler itu cukup mahal kalau dibeli sebagai unit tersendiri.
Kebanyakan system sel surya itu hanya dijual dalam bentuk paket lengkap yang siap
pakai. Jadi, sistem sel surya dalam bentuk paket lengkap itu jelas lebih murah
dibandingkan dengan bila merakit sendiri.
Biasanya panel surya itu diletakkan dengan posisi statis menghadap matahari.
Padahal bumi itu bergerak mengelilingi matahari. Orbit yang ditempuh bumi
berbentuk elip dengan matahari berada di salah satu titik fokusnya. Karena matahari
bergerak membentuk sudut selalu berubah, maka dengan posisi panel surya itu yang
statis itu tidak akan diperoleh energi listrik yang optimal. Agar dapat terserap secara
maksimum, maka sinar matahari itu harus diusahakan selalu jatuh tegak lurus pada
permukaan panel surya.
Jadi, untuk mendapatkan energi listrik yang optimal, sistem sel surya itu masih
harus dilengkapi pula dengan rangkaian kontroler optional untuk mengatur arah
permukaan panel surya agar selalu menghadap matahari sedemikian rupa sehingga
sinar mahatari jatuh hampir tegak lurus pada panel suryanya. Kontroler seperti ini
dapat dibangun, misalnya, dengan menggunakan mikrokontroler 8031. Kontroler ini
tidak sederhana,karena terdiri dari bagian perangkat keras dan bagian perangkat
lunak. Biasanya, paket sistem sel surya yang lengkap belum termasuk kontroler
untuk menggerakkan panel surya secara otomatis supaya sinar matahari jatuh tegak
lurus. Karena itu, kontroler macam ini cukup mahal.

Kelebihan dan Kekurangan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Kelebihan
Tidak akan pernah habis
Keuntungan yang pertama adalah tidak akan pernah habis dan ramah lingkungan.
Seperti yang Anda ketahui energi matahari merupakan sumber energi terbarukan
yang tidak akan pernah habis. Penggunaan energi surya juga dapat mencegah
penggunaan bahan bakar fosil menjadi semakin menipi. Dan bahkan saat ini banyak
sekali negara-negara maju yang menggunakan energi surya untuk menjadikannya
energi listrik.
Ramah lingkungan
Yang kedua adalah ramah lingkungan. Dikatakan ramah lingkungan karena
penggunaan energi surya tidak akan menghasilkan emisi karbon sama seperti BBM.
Oleh karena itu energi surya dapat dikatakan sebagai salah satu sumber energi
alternatif yang sangat lingkungan. Dan pastinya hal ini dapat mencegah pemanasan
global yang dapat menyebabkan perubahan iklim tak menentu.
Hanya membutuhkan sedikit perawatan
Keuntungan pembangkit listrik tenaga surya selanjutnya adalah hanya
membutuhkan sedikit perawatan. Setelah instalasi dan dioptimasi, panel surya dapat
menciptakan listrik dengan luasan hanya beberapa milimeter dan tidak memerlukan
perawatan yang berarti. Tak hanya itu saja, panel surya juga memproduksi energi
dalam diam, sehingga tak mengeluarkan bunyi bising dan lainnya.
Selain itu, energi surya juga memiliki keuntungan lainnya seperti, bebas dari
biaya perawatan. Pemasangan sangat mudah, kapasitas yang dihasilkan sesuai
dengan kebutuhan dan lainnya. Meskipun memiliki keuntungan, PLTS juga memiliki
beberapa kelemahan, apa saja? Berikut ulasannya.
Kekurangan
Daya yang dihasilkan berkurang ketika mendung
Seperti yang kita ketahui PLTS membutuhkan sinar matahari untuk bekerja.
Ketika mendung ataupun pada malah hari keluaran energi panel surya pastinya
kurang maksimal. Namun untuk menyiasati hal ini banyak PLTS skala besar yang
melacak matahari untuk menjaga panel surta di sudut optimal sepanjang hari.
Besarnya biaya pembangunan
Pembangkit listrik ini juga sangat membutuhkan biaya yng sangat besar per MW.
Oleh karena itu banyak sekali negara-negara yang memikirkan hal ini ketika akan
membangunnya.

Kesimpulan

Seiring dengan semakin berkurangnya cadangan energy indonesia dan kebutuhan


energy yang semakin meningkat maka harus ada solusi pengembangan energy
terbarukan untuk menggantikan penggunaan energy bahan bakar fosil yang dominan
digunakan di Indonesia. Salah satu solusinya yaitu pengembangan energy panas
matahari (surya) yang sangat potensial. Di Indonesia potensi dikembangkannya
pembangkit listrik tenaga surya sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara
dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp.
Sehingga dapat dikembangkan lagi di masa yang akan datang untuk memenuhi
kebutuhan listrik di Indonesia.
Pemanfaatan energy panas matahari yang cocok saat ini digunakan di Indonesia
adalah system yang terdiri dari panel sel surya, rangkaian kontroler pengisian (charge
controller), dan aki (batere) 12 volt yang maintenance free. Pada system tersebut
komponen yang diperlukan mudah didapatkan dibandingkan kita membuat sebuah
system PLTS Termal yang memerlukan komponen diantaranya turbin uap, generator
dan peralatan lainnya untuk proses perubahan fase cairan menjadi uap seperti pada
prinsip pembangkitan listrik tenaga fosil (batu bara, gas, minyak). Tetapi tidak
menutup kemungkinan apabila menginginkan kapasitas energy listrik besar
digunakan system PLTS termal karena memiliki tingkat kehandalan yang tinggi dan
ketahanan dalam jangka waktu yang lama.
Daftar Pustaka
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkitan_listrik_tenaga_surya
2. http://litbang.esdm.go.id
3. http://rakhman.net/pembangkit-listrik/plts/
4. http://www.mobnasesemka.com/category/energi-alternatif/listrik-tenaga-surya/
5. Publikasi Ilmiah "Peranan energi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan", Direktorat teknologi energi BPPT, Mei 1995, Jakarta.
6. Lima puluh tahun Pertambangan dan Energi dalam membangun, Deptamben RI,
Agustus 1995, Jakarta.

You might also like