You are on page 1of 7

Analisis Urin

Urinalysis

Nabila Tsoerayya GP1)*),Rahmi Yaniska2), Riskinah Wahyuni3), Nindi Aseny4)


1)
NIM 1410422028, Praktikan Fisiologi Hewan, IIB, Jurusan Biologi, Fmipa UNAND
2)
NIM 1410421018, Praktikan Fisiologi Hewan, IIB, Jurusan Biologi, Fmipa UNAND
3)
NIM 1410421028, Praktikan Fisiologi Hewan, IIB, Jurusan Biologi, Fmipa UNAND
4)
NIM 1410421030, Praktikan Fisiologi Hewan, IIB, Jurusan Biologi, Fmipa UNAND

*)Koresponden : yayatgp@gmail.com
Abstract
Urine is one of the excretion of human. The urine is the final products from kidney, and the
condition of the urine can describe the condition of someone.The experiment about urine
analysis had done on Wednesday, 2 November 2016 at 2ndTeaching Laboratory, Department of
Biology, Faculty of Mathematics and Natural Science, Andalas University, Padang. The aim of
the experimentwas to known and understandd about process of glucose level test in normal
urine and pathological urine in semi quantitative and to identify forms of sedimentation in
normal urine and pathological urine. The method that was used was experiment. The results of
this practical work were, in the normal urine, the post prandial urine and in the normal urine that
was given 0,5% glucose was <0,5%; The glucose amount of urine that was given 1,5% glucose
was 0,5-1%; The urine that was given 3% of glucose had 1-1,5% of glucose amount; And in the
diabetes urine had 2-3,5% of glucose amount. The form of sedimentation that was found in the
normal urine is plant fiber, and in the pathological urine there were three forms of
sedimentation, they were amorf, granulated cylinder, and plant fiber.

Keywords : Urine analysis, glucose level, sedimentation, normal urine, pathological urine

PENDAHULUAN tergantung pada pakan, konsumsi air,


Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat sisa temperatur lingkungan, musim dan faktor-
metabolisme yang tidak dipakai lagi oleh faktor lainnya (Ganong, 2003).
sel dan darah, dikeluarkan bersama urin Proses pembentukan urine dalam
keringat dan pernapasan. Salah satu sistem ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi),
metabolisme yang terdapat dalam tubuh penyerapan kembali (reabsorbsi), dan
hewan adalah sistem eksresi dan penambahan zat zat (augmentasi). Proses
osmoregulasi. Osmoregulasi dan eksresi filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula
mempunyai peranan mengeluarkan dan bowman. Proses reabsorbsi terjadi di
membuang hasil sampingan metabolisme, tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi
mencegah gangguan aktifitas metabolik di tubulus distal. Ginjal kira-kira
dalam tubuh dan membuang zat-zat mengandung 1,3 x 106 nefron yang
buangan, mengatur jumlah air yang terdapat beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri
dalam cairan tubuh mengendalikan dari suatu glomerulus yang dibekali dengan
kandungan ion dalam cairan tubuh dan darah dalam sistem kapiler arteri
mengatur kadar ion H+ atau pH cairan tubuh sedemikian sehingga terjadi tekanan filtrasi
(Dahelmi, 1991). yang memadai untuk mempengaruhi
Urin adalah suatu cairan esensial dari ultrafiltrasi material berberat molekul
hasil metabolisme nitrogen dan rendah dalam plasma (Roberts, 1993).
sulfur,garam-garam anorganik dan pigmen- Tiga tahap pembentukan urine terdiri
pigmen. Biasanya berwarna kekuning- dari filtrasi merupakan proses yang terjadi
kuningan, meskipun secara normal banyak dalam glomerulus, sedangkan sebagian
variasinya. Mempunyai bau yang khas tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
untuk speciesyang berbeda. Jumlah urin protein, cairan yang tersaring ditampung
yang diekskresikan tiap harinya bervariasi, oleh simpauni bawman yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, Diabetes Melitus adalah penyakit
bikarbonat diteruskan ke tubulus kelainan metabolik yang dikarakteristikkan
seminiferus. Proses reabsorpsi merupakan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan
penyerapan kembali sebagian dari glukosa, metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
sodium, klorida dan fosfat dan beberpa ion diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin,
bikarbonat. Proses ini terjadi secara pasif kerja insulin maupun keduanya.
yang dikenal obligator reapsorbsi terjadi Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus
pada tubulus atas. Proses sekresi dimana akan disertai dengan kerusakan, gangguan
sisa penyerapan kembali yang terjadi pada fungsi beberapa organ tubuh khususnya
tubulus dan diteruskan ke piala ginjal mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh
selanjutnya diteruskan keluar (Syaifuddin, darah. Walaupun pada diabetes melitus
2006). ditemukan gangguan metabolisme semua
Volume urin normal per hari adalah sumber makanan tubuh kita, kelainan
1200-1500 ml, volume tersebut dipengaruhi metabolisme yang paling utama ialah
banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat kelainan metabolisme karbohidarat. Oleh
diuretika (teh, alkohol, dan kopi), jumlah karena itu diagnosis diabetes melitus selalu
air minum, hormon ADH, dan emosi. berdasarkan tingginya kadar glukosa dalam
Interpretasi warna urin dapat plasma darah (John, 2006).
menggambarkan kondisi kesehatan organ Untuk menunjang pengetahuan
dalam seseorang (Girindra,2010).Uji mengenai kadar glukosa dalam urin dan
saringan glukosa dalam urin adalah sedimennya maka diadakanlah praktikum
pertanda seseorang individu itu mempunyai analisis urin yang bertujuan adalah untuk
penyakit, misalnya diabetes melitus. mengetahui dan memahami proses
Adanya glukosa dalam urin individu yang pengujian kadar glukosa urin normal dan
normal biasanya pada individu yang patologis secara semikuantitatif, dan
mempunyai ambang glukosa rendah mengidentifikasi bentuk-bentuk
(glukosurid). Pereaksi Benedict yang sedimentasi pada urin normal dan urin
mengandung kuprisulfat dalam suasana patologis serta menginterpretasikannya.
basa akan tereduksi oleh gula yang
Pelaksanaan Praktikum
mempunyai gugus aldehid atau keton bebas
Waktu dan Tempat
(misal oleh glukosa), yang dibuktikan
Praktikum Fisiologi Hewan mengenai
dengan terbentuknya kuprooksida berwarna
Analsis Urin dilaksanakan pada tanggal 26
merah atau coklat. Uji glukosa ini sering
Oktober 2016, pada pukul 13.30-15.30, di
tidak valid jika reagen yang digunakan
Laboratorium Teaching II, Jurusan Biologi,
telah kadaluwarsa atau terbuka terlalu lama
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
di udara dan bercampur dengan air
Alam, Universitas Andalas, Padang.
(Djuanda, 1980).
Analisis urin dapat dilakukan secara
Alat dan Bahan
fisik meliputi pengamatan warna urin, berat
Alat yang digunakan pada praktikum
jenis cairanurin, pH dan suhu urin.
Analisis Urin adalah tabung reaksi, tabung
Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi
sampel urin, pipet tetes, penangas air,
analisis glukosa, analisis protein, dan
tissue, kertas label, beaker glass, gelas ukur,
analisis pigmen empedu. Untuk analisis
tabung sentrifus, sentrifus, mikroskop, kaca
kandungan protein ada banyak sekali
objek, cover glass. Sementara bahan yang
metode yang dapat digunakan, mulai dari
digunakan adalah reagen benedict, glukosa
metode uji Millon sampai kuprisulfat dan
beberapa konsentrasi (0,5%, 1,5%, 3%,
sodium basa. Analisis secara mikroskopik
5%), formalin 37%.
sampel urin dapat secara langsung diamati
di bawah mikroskop sehingga akan
diketahui zat-zat apa saja seperti sedimen
yang terkandung di dalam urin tersebut,
misalnya kalsium fosfat, serat tanaman,
bahkan bakteri (Lehninger, 1982).
Cara Kerja 2. Analisis sedimen urin normal dan
1. Pengujian Kadar Glukosa dengan uji diabetes
benedict Untuk Analisis sedimen urin, dimasukan
Untuk penentuan kadar glukosa urin secara formalin sebanyak 2 ml kedalam masing-
kuantitatif disediakan 7 tabung reaksi dan masing tabung sentrifus, sampel urin yang
diberi label I, II, III, IV, V, VI, VII. ada didalam botol dikocok sampai
Selanjutnya dimasukkan reagen benedict homogen, lalu dituangkan urin normal dan
sebanyak 10 tetes kedalam masing-masing urin patologis kedalam masing-masing
tabung reaksi. Pada tabung 1 ditetesi tabung sentrifus sebanyak dari tabung
dengan 4 tetes urin normal, tabung 2 sentrifus, pada urin patologis ditambahkan
ditetesi dengan 4 tetes urin patologis, 1 ml formalin 37%. Lalu dilakukan
tabung 3 ditetesi dengan 4 tetes urin sentrifugasi selama 5 menit dengan
postprandial, tabung 4 ditetesi urin normal kecepatan 3000 rpm. Setelah itu dituangkan
+ 4 tetes glukosa 0.5%, tabung 5 ditetesi cairan dibagian atas dari tabung dengan
dengan 4 tetes urin normal+ 4 tetes glukosa cepat sehingga sedimen dibagian bawah
1,5% dan tabung 6 ditetesi dengan 4 tetes tidak ikut terbuang, sisakan larutan dan
urin normal+ 4 tetes glukosa 3%, tabung 7 sedimennya kira-kira dari tabung
ditetesi dengan 4 tetes urin normal+ 4 tetes sentrifus. Sampel urin ambil dengan pipet
glukosa 5%. Kemudian dipanaskan dengan dan teteskan ke kaca objek sebanyak 2 tetes
penangas air selama + 2 jamt, lalu kocok ke tempat yang terpisah pada kaca objek
dan amati perubahan yang terjadi pada yang sama. Lalu tutup dengan cover glass,
masing-masing tabung, kemudian catat kemudian amati dengan mikroskop.
hasil pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Uji kadar glukosa urin dengan reagen benedict
No Perlakuan Warna larutan Skor Kadar glukosa
1 4 tetes urin normal Sedikit kehijauan 0 <0,5%
2 4 tetes urin patologis Warna lumpur keruh 3 2-3,5%
3 4 tetes urin postprandial Biru jernih 0 <0,5%
4 4 tetes urin normal + 4 tetes glukosa Sedikit kehijauan 0 <0,5%
0,5%
5 4 tetes urin normal + 4 tetes glukosa Hijau kekuningan 1 0,5-1%
1,5%
6 4 tetes urin normal + glukosa 3% Kuning keruh 2 1-1,5%
7 4 tetes urin normal + glukosa 5% Kuning keruh 2 1-1,5%

e. f. g. b.
c. a. d.
Gambar 1. Hasil uji kadar glukosa pada urin (a. urin normal; b. urin patologis; c.urin postprandial; d. urin
+ glukosa ,5 %; e. urin + glukpsa 1,5%; f. urin +glukosa 3%; g. urin + glukosa 5%.

Dari gambar diatas, terlihat perbedaan mengeluarkan bakteri atau konsumsi air
warna dari urin yang diujikan. Pada urin yang kurang. Bau urin dapat bervariasi
normal (a) terlihar warna biru sedikit karena kandungan asam organik yang
kehijauan. Lalu pada urin patologis mudah menguap (Ophart, 2003).
penderita diabetes (b) terlihat warna
oreange yang sangat keruh. Sedangkan Tabel 2. Jenis sedimen pada urin normal
pada urin post prandial (c), warna hasil uji dan urin patologis
tetap biru jernih. Selanjutnya pada urin N Jenis
normal yang diberikan glukosa 0,5% (d) Jenis Sedimen
o Urin
warna hasil ujinya sedikit kehijauan. Norma
Berikutnya, pada urine normal yang 1 Sserat tumbuhan,
l
diberikan glukosa 1,5% (e) warna hasil Serat tumbuhan, urat
ujinya hijau kekuningan. Lalu pada urin Patolo
2 amorf, silinder
normal yang diberikan glukosa 3% (f) gis
warna hasil ujinya adalah kuning keruh, granula
begitu pula pada urin normal yang
diberikan glukosa 5% (g). Perbedaan Jenis sedimen pada urin normal
warna ini terjadi karena adanya perbedaan
kadar glukosa yang bereaksi dengan
pemberian indicator benedik.Hasil ini
sesuai dengan Kimball (1998) yang
menyatakan bahwa urine orang sakit yang
telah diuji dengan benedict akan berwarna
biru, kuning, hijau, atau merah dan sedikit
keruh. Hal ini disebabkan karena suatu
hormon yang meningkatkan penyerapan
kembali air dan demikian mengurangi Gambar 2. Endapan serat tumbuhan pada
volume urine yang terbentuk. urin normal
Dari perbedaan warna pada uji urin Pada pengamatan sedimen urin
normal, patologis dan post prandial, dapat normal, hanya ditemukan satu jenis
disimpulkan bahwa adanya perbedaan endapan. Yaitu serat tumbuhan. Bentuk dari
kadar glukosa pada sampel urin. Pada endapan ini adalah memanjang dan terlihat
sampel urin normal, postprandial dan urin strukturnya menyerupai tumbuhan. Hal ini
normal dengan penambahan 0,5% glukosa, kurang sesuai dengan literature, dimana
kadar glukosanya <0,5%. Lalu pada sampel menurut Djuanda (1980), urin orang sehat
urin normal dengan penambahan glukosa mengandung sedimen organik (seperti
1,5%, kadar glukosanya 0,5-1%. eritrosit, leukosit, berbentuk silinder, dan
Selanjutnya pada urin normal yang sel epitel). Dan pada urin orang sakit
diberikan glukosa 3% dan 5%, kadar ditemukan sedimen an-organik (seperti
glukosanya 1-1,5%. Sedangkan pada urin kristal). Eritrosit dalam jumlah normal
patologis diabetes kadar glukosanya 2- dapat ditemukan pada setiap orang, tidak
3,5%. ditemukannya unsur-unsur anorganik
Urin yang terlalu keruh menandakan (cemaran) pada urin dapat diindikasikan
tingginya kadar unsur-unsur yang terlarut di bahwa orang pemilik urin tersebut tidak
dalamnya. Hal ini bisa terjadi karena faktor mengandung penyakit yang dapat diuji
makanan dan adanya infeksi yang melalui test urin.
Jenis sedimen pada urin patologis

b c
a . .
.
Gambar 3. Sedimen pada urin patologis (a.: Serat tumbuhan; b.: serat amorf, c.: silinder
bergranula)
Pada pengamatan sedimen urin kadang-kadang dipermukaannya terdapat
patologis, terlihat adanya endapan berupa leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan
serat tumbuhan (gambar a). Bentuk dari silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor
serat tumbuhan ini adalah memanjang, dan antara lain osmolalitas, volume, pH dan
terlihat struktur serat seperti tumbuhan. adanya glikoprotein yang disekresi oleh
Warna dari endapan kehijauan. Serat tubuli ginjal. Dikenal bermacam-macam
tumbuhan merupakan sedimen organik, silinder yang berhubungan dengan berat
namun tidak lazim ditemukan pada urin ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti
normal. Menurut Dahelmi (1991), unsur- setuju bahwa dalam keadaan normal bisa
unsur sedimen urin organik berdasarkan didapatkan sedikit eritrosit, lekosit dan
bentuknya adalah eritrosit, leukosit, silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler
spermatozoa, dan benang lendir. Unsur- seperti silinder lekosit, silinder eritrosit,
unsur sedimen urin anorganik atau non silinder epitel dan sunder berbutir selalu
organik dalam suasana asam (kristal asam menunjukkan penyakit yang serius. Pada
urat), kristal kalsium oksalat, dan dalam pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit
suasana basa (kristal triple phospat, kristal dan pada glomerulonefritis akut dapat
kalsium phospat, kristal kalsium karbonat) ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan
(Dahelmi, 1991). pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut
Pada gambar b, terlihat bahwa didapat silinder berbutir dan silinder lilin.
endapan berupa butiran-butiran bulat.
Warnanya bening dan ukurannya kecil.
Endapan ini merupakan endapan serat Kesimpulan
amorf. Menurut Wulangi (1990), Pada urin Berdasarkan hasil yang telah didapatkan
orang normal terdapat bentuk benang dapat disimpulkan bahwa:
lendir, fosfat amorf dan urat amorf. Hal ini
disebabkan oleh sekresi tubular, selain 1. Pada sampel urin normal kadar
mereabsorpsi zat-zat dalam jumlah besar glukosanya <0,5% dengan warna hasil
dari filtrat plasma, tubulus ini juga dapat uji sedikit kehijauan. Pada urin
mensekresikan zat-zat tertentu kedalam patologis diabetes kadar glukosanya 2-
cairan tubular. 3,5% dengan hasil warna uji warna
Pada gambar c, terlihat ednapan lumpurkeruh. Dan pada urin
berupa silinder bergranula. Bentuk postprandial kadar glukosanya <0,5%
endapanya memanjang dan berbentuk dengan warna hasil uji biru jernih
tabung. Dan endapan ini terlihat bening. 2. Uji sedimen urin didapatkan tiga jenis
Menurut Wulangi (1990) Silinder adalah sedimen yaitu pada urin normal serat
endapan protein yang terbentuk didalam tumbuhan. Sedangkan pada urin
tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa patologis didapatkan silinder granula,
glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan urat amorf, dan serat tumbuhan.
Baru. Cermin Dunia Kedokteran.
EGC. Jakarta.
Kimball. J.W. 1998. Biologi. Erlangga:
Jakarta
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia.
DAFTAR PUSTAKA Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Ophart, C.E. 2003. Virtual Chembook.
Dahelmi. M. 1991. Fisiologi Hewan. Elmhurst College Press. Illinois.
Universitas Andalas. Padang. Roberts, M. 1993. Biology Princeple and
Djuanda, T. 1980. Pengantar Anatomi Processes, 1 sted. Thomas Nelson
Perbandingan Vertebrata. Armico. and Sons Ltd. London.
Bandung. Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk
Ganong.W.F. 2003. Fisiologi Kedokteran. Siswa Perawat.edisi ketiga.
Gadjah Mada University Press. EGC.Jakarta
Yogyakarta. Wulangi,K. 1990. Prinsip-Prinsip Fisiologi
Girindra A. 2010. Biokimia. PT.Gramedia Hewan. Erlangga. Bandung.
Pustaka Utama. Jakarta.
John. M.F.2006. Klasifikasi dan Kriteria
Diagnosis Diabetes Melitus yang

You might also like