Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyusun Laporan Akhir Praktikum Pengelasan ini.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Sampurno, MT. selaku dosen
mata kuliah Proses Manufaktur 2, dan kepada Para karyawan serta kepada teman-teman satu
kelompok yang saling memberikan dukungan agar laporan ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masi jauh dari sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar laporan ini mengalami kesempurnaan untuk kedepannya dan menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia industri dan kehidupan sehari- hari, banyak kejadian yang sering
ditemukan seperti logam yang patah dan perlu untuk disambung agar dapat bermanfaat dan
bisa digunakan. Dalam penyambungan logam ini biasanya dilakukan dengan cara Las,
dimana dalam ilmu manufaktur las ini merupakan proses non konvensional.
Las adalah menyambung logam dengan menggunakan panas. Sehingga diperlukan
praktikum untuk mengetahui bagaimana cara melakukan proses las yang baik dan benar. Ada
2 metode yang akan digunakan dalam proses Las ini, yaitu Las Listrik dan Las Karbit
(Asetiline).
Las listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan
nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian
yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan
busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari
elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari
kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam
tersebut. Las asetilin adalah salah satu cara pengelasan dimana panas pengelasan di peroleh
dari pembayaran bahan bakar gas asetilin dengan zat asam (oksigen).Pengelasan ini
dilakukan dengan menghasilkan karbit dalam penyambungannya. Untuk memproduksi gas
asetilin yaitu dengan mencampur karbit dengan air yang didapat dari generator asetilin.
Pada praktikum kali ini, akan dibahas mengenai las tersebut. Kegiatan praktikum
mengenai Las ini dapat mendukung pengetahuan kita dari keselarasan antara materi yang
diberikan di kelas dengan aplikasi langsung di lapangan nantinya.
2.1.4 ELEKTRODA
Dikenal tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks,
elektroda lapis tebal.
Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa ddan baja
lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Elektroda fluks dilapisi terak dan fluks
digunakan pada pengelasan logam dan paduan bukan besi.
Lapisan fluks mempunyai fungsi yaitu :
1. Membentuk lingkungan pelindung,
2. Membentuk terak dengan sifat tertentu.
3. Memungkinkan pengelasan atas kepala dan tegak lurus.
4. Menstabilkan busur.
5. Menambah unsur paduan pada logam induk.
6. Memurnikan logam secara metalurgi.
7. Mengurangi cipratan logam pengisi.
8. Meningkatkan efisiensi pengendapan.
9. Menghilangkan oksida dan ketidakmurnian.
10. Mempengaruhi kedalamam penetrasi busur.
11. Mempengaruhi bentuk manik.
12. Memperlambat kecepatan pendinginan sambungan las.
13. Menambah lapisan logam las yang berasal dari serbuk logam dalam lapisan
pelindung.
Elektroda lapis tebal adalah elektroda yang mempunyai lapisan tebal dan
kandungan serbuk logam yang tinggi cocok untuk pengelasan teknik kontak
atau belah.
2.1.5 Posisi Pengelasan
Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah pengaturan posisi dan gerakan
arah dari pada elektroda sewaktu mengelas. Adapun pisisi mengelas terdiri dari empat
macam yaitu :
1. Posisi di Bawah Tangan
Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan pada
permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan elektroda las sekitar 10
- 20 terhada garis vertikal dan 70 - 80 terhadap benda kerja.
2. Posisi Tegak (Vertikal)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas
atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair
yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan
elektroda sekitar 10 - 15 terhada garis vertikal dan 70 - 85 terhadap benda kerja.
3. Posisi Datar (Horisontal)
Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan
benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horisontal. Sewaktu mengelas
elektroda dibuat miring sekitar 5 - 10 terhada garis vertikal dan 70 - 80 kearah benda
kerja.
4. Posisi di Atas Kepala (Over Head)
Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan
dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap
antara lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas dengan posisi
ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 - 20
terhada garis vertikal dan 75 - 85 terhadap benda kerja.
2.1.6 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan
1. Tegangan busur las
Tingginya tegangan busur las tergantung pada busur yang dikehendaki dan jenis dari
elektroda yang digunakan. Panjang busur yang dianggap baik kira-kira sama dengan
garis tengah elektroda.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur
dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan
tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan
yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas
yang cukup tinggi sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus
listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type
elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang
terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai
mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi
kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan
memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam
busur dan suhu dapat mencapai 5500 C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan elektroda
berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain untuk besi tempa dan baja
lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu pengelasan dapat ditingkatkan dengan
memberikan lapisan fluks yang tipis pada kawat las. Fluks membantu melarutkan dan
mencegah terbentuknya oksida-oksida yang tidak diinginkan. Tetapi kawat las berlapis
merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam berbagai pengelasan komersil.
Memproduksi gas Asetilen untuk keperluan pribadi dengan mencampurkan Kalsium Karbit
dengan air tidak disarankan. Gas Asetilen dapat bocor dari tabung produksi dan menyebabkan
ledakan jika tersulut api. Cara yang lebih disarankan adalah membeli gas Asetilen dalam
tabung logam. Pada proses las karbit ( las acetelyne) dibutuhkan bahan tambahan yaitu kawat
besi sebagai material yang digunakan untuk mengisi kampuh material yang akan di sambung.
Mula-mula kita menyetel nyala api yang akan di gunakan pada las karbit dengan cara
menyesuaikan setelan keran api dan oksigen pada tabung gas karbit. Lalu memanaskan pelat
yang akan di sambung atau dilas. Setelah pelat terlihat akan meleleh barulah kita panaskan
kawat besi yang berfungsi sebagai bahan penambah hingga meleleh dan menyatu dengan
pelat. Dan untuk mendapatkan ikatan metalurgi ada banyak cara dilakukan, yaitu sebagai
berikut :
1. Brander Listrik
Brander las sebagai tempat bercampurnya gas karbit dengan oksigen (O2) untuk
kemudian dinyalakan menjadi busur api yang nantinya digunakan untuk mengelas.
2. Regulator
Seperti istilah pada umumnya regulator adalah alat pengukur atau pembatas ukuran.
Pada las karbit ini regulator berfungsi untuk mengukur tekanan gas pada tabung dan
membatasi tekanan gas yang keluar dari tabung, baik oksigen maupun karbit.
3. Gas Asetiline
Gas karbit banyak digunakan dalam pengelasan busur cair gas daripada bahan bakar
lainnya. Hal ini dikarenakan gas karbit memiliki banyak kelebihan diantaranya:
Gas karbit mudah dibuat dan tidak beracun. Jika dihisap untuk mengenali dari baunya tidak
berbahaya.Mempunyai sifat menyerap asam, sehingga dapat mengurangi oksidasi (memiliki
daya reduksi).Gas karbit (acetelyne) mempunyai nilai panas yang tinggi, karena suhu api
yang dicapai pada gas karbit sangat tinggi.Kecepatan pembakaran sangat tinggi. Cocok untuk
segala teknik pengelasan las gas.
4. Kacamata Las
Kacamata berfungsi untuk melindungi mata dari kilauan busur api yang dihasilkan
dari las karbid. Dengan demikian mata kita tidak cepat lelah dan pedih. Disamping itu dengan
menggunakan kacamata kita dapat melihat dengan jelas logam yang dilas sudah mencapai
titik lebur.
5. Tang Penjepit
Tang penjepit berfungsi untuk memegang dan mengambil benda kerja. Lebih tepatnya
sebagai pengganti jari-jari kita dalam 35 memperlakukan benda kerja, karena selalu
berhubungan dengan panas yang tinggi.
6. Sumber Api
Dalam menyalakan busur api kita memerlukan sumber api.Sumber api dapat berupa bara
api, korek api dan lain-lain yang dapat menghasilkan percikan api. Perlu diketahui bahwa Gas
karbit dapat menyala hanya dengan percikan api dan tidak harus api yang menyala.
7. Kunci Tabung
Untuk membuka dan menutup tabung gas karbid dan gas oksigen kita memerlukan kunci
tabung. Bentuk kunci tabung bermacam-macam, ada yang berbentuk palang dan ada yang
berbentuk lurus. Besar penutup tabung juga bermacam-macam sehingga kita harus tepat
dalam memilih kunci yang dipakai. Pemakaian yang tidak tepat akan menyebabkan
kerusakan penutup tabung. Selama proses pengelasan hendaknya kunci tabung tetap
menempel pada penutup tabung gas karbid. Dengan demikian ketika terjadi kebocoran gas
bisa segera diatasi dengan menutup tabung secepatnya. Jika pekerjaan pengelasan
direncanakan atau dilaksanakan dengan tidak benar, bermacam-macam cacat las dapat terjadi,
menghasilkan kualitas sambungan las yang buruk dan tampilan struktur yang dilas tidak
memuaskan. Cacat-cacat las berikut dapat terjadi:
Tampilan rigi las buruk, takikan, penumpukan, tidak lurus, terbakar
Lubang cacing (keropos), jurang, lubang memanjang
Penetrasi kurang, peleburan kurang, terak terperangkap
Retak
Gambar di atas memperlihatkan prinsip kerja las karbit. Dalam proses pembakaran tidak
semua campuran gas Oksigen dan Acetylene terbakar secara sempurna. Gas yang terbakar
sempurna membentuk nyala inti yang digunakan mencairkan logam, sedangkan sisanya
membentuk nyala luar yang berfungsi sebagai gas pelindung deposit logam luasan.
Proses pencampuran gas bisa dimanipulasi sesuai dengan tujuan pengelasan. Campuran
yang terlalu banyak gas Acetylene yang tidak terbakar, bentuk nyala inti memanjang dengan
warna kuning kemerahan. Bentuk nyala seperti ini dinamakan nyala Karburasi.
Material kawat yang digunakan biasanya terbuat dari kuningan. Wire yang digunakan
bersifat sekali pakai, dan selalu digantikan dengan wire yang baru. Kawat harus memiliki
konduktivitas elektrik yang baik, tensile strength yang tinggi. Selain itu wear resistance
juga merupakan syarat kawat elektroda karena spark dapat perlahan-lahan mengikis
elektroda dan mengubah besar geometri potong.
Fluida dielektrik biasanya menggunakan aquades atau minyak tanah. Syarat syarat
cairan dielektrik ini adalah cairan bersifat isolator, cairan bersih, dan cairan memiliki
kekentalan yang rendah.
Fungsi cairan dielektrik :
Sebagai insulator, sehingga beda potensial yang dihasilkan sangat tinggi
Sebaga media flushing / pembersih, yang membawa geram keluar dari daerah gap
Pengoperasian mesin ini menggunakan CNC (Computer Numerical Control).
Biasanya mesin dapat memotong dalam arah x-y-u-v-i-j-k-l. Hal ini memungkinkan
mesin untuk memotong bentuk yang sangat rumit. Biasanya akurasi dari guides mesin
sampai 0.004 mm. Pemotongan yang paling ekonomis dan efisien adalah pemotongan
dengan gap 0.335 mm menggunakan wire berdiameter 0.25 yang terbuat dari kuningan.
Alasan dari gap lebih besar dari diameter wire adalah karena sparking terjadi pada sisi
wire dan menyebabkan benda kerja tererosi. Overcut ini harus terjadi, dan pada
beberapa aplikasi dapat diprediksi.
BAB III
METODOLOGI
Palu las
Tang
Tang penjepit
Elektroda
Mistar baja
Penyiku
Stopwatch
Sarung tangan
Sikat besi
Pembakaran
Selang las
Helm las
Pakaian las
Sarung tangan
Sepatu las
BAB IV
Gambar
4.4 :
Mesin
Wire
Cut
PEMBAHASAN SOAL
LAS KARBIT
1. Apa yang terjadi apa bila saat pengelasan filler lebur dahulu sebelum meleburnya benda
kerja ? Jelaskan !
Jawab : Apabila benda kerja tidak dipanaskan terlebih dahulu, maka sebanyak apapun filler
yang kita leburkan tidak akan bisa membuat benda kerja menyatu antar satu dengan yang
lain sehingga logam filler hanya menempel pada benda kerja.
2. Apa yang terjadi apabila cara mematikan welding torch, terlebih dahulu yang diamatikan
kran pengetur oksigen ? Jelaskan !
Jawab : Dalam mematikan welding torch sebenarnya asetilen yang harus di matikan terlebih
dahulu, namu apabila oksigen yang dimatikan terlebih dahulu maka api tetap menyala
pada welding torch.
3. Untuk tebal benda kerja 3 mm dilakukan arah pengelasan ke arah kiri, jelaskan
alasannya!
Jawab : Agar dampak pembakaran tidak terlalu besar sehingga tidak merusak benda kerja.
4. Apa fungsi regulator ?
Jawab : Kegunaan regulator adalah mengatur tekanan pada asetilen dan oksigen yang keluar
dari tabung penyimpanan sehingga dalam keadaan aman dan optimal.
5. Apa yang terjadi apabila pengelasan dilakukan pada kecepatan yang tidak konstan ?
Jawab : Setiap pengelasan diperlukan konsistensi kecepatan, apabila kecepatan pada
pengelasan karbit tidak konstan maka hasil las akan tidak rata dan menimbulkan tumpukan
filler yang berbeda di beberapa tempat.
6. Apa yang terjadi apabila pengelasan terlalu cepat ?
Jawab : Jika terlalu cepat maka terjadi pola las yang seperti bola bola yang menggumpal.
Tidak rata permukaannya dengan benda kerja dan ada kemungkinan terjadi kegagalan
penyambungan pada benda kerja.
7. Apa yang terjadi apabila pengelasan terlalu lambat ?
Jawab : Jika terlalu lambat, maka benda kerja akan melebur total dan menghasilkan kekuatan
las yang kecil
8. Tunjukkan cacat-cacat hasil lasan dan analisa penyebabnya !
Jawab :
Undercut : terjadi karena kelebihan panas, pengelasan terlalu cepat, sudut dan bahan
filler yang tidak benar
Incomplete fusion: pengelasan terlalu cepat, tekanan api terlalu kecil
overlapping : pengelasan terlalu lambat, api terlalu kecil
LAS LISTRIK
1. Dengan pertimbangan kwalitas pekerjaan pengelasan, langkah apa yang perlu
dilakukan ?
Jawab : Dibersihkan terlebih dahulu, lalu kedua benda kerja di kunci terlebih dahulu, untuk
menghindari celah. Sehingga tidak menyebabkan hasil yang berlubang ketika proses
pengelasan.
2. Kenapa dalam pengelasan benda kerja anda, menggunakan kampuh I ? Jelaskan !
Jawab : Karena benda kerja yang di las tipis (4 mm). Sehingga dengan digunakan kampuh I
filler sudah bisa masuk antara celah
3. Dengan efesiensi pemakaian electrode 90 %, berapa jumlah electrode yang digunakan
untuk latihan pengelasan? Dan berapa buah electrode untuk pengelasan benda kerja ?
Jawab : Dalam pelatihan pengelasan, membutuhkan rata rata tiga hingga empat elektroda.
Dan saat pengelasan pada benda kerja membutuhkan satu elektroda.
4. Jelaskan apa yang terjadi jika kecepatan pengelasan tidak konstan ?
Jawab : Apabila kecepatan pengelasan tidak konstan, maka hasil yang ditunjukan akan
berbedar-beda, dapat tipis atau tebal sehingga kekuatan las juga tidak sama.
5. Bagaimana cara mengatasi agar busur listrik tidak mudah mati/padam ?
Jawab : Agar busur listrik tidak padam, maka perlu menjaga ketinggian dari elektroda
terhadap benda kerja. Seiring proses pengelasan maka elektroda akan berkurang, maka
perlu mengatur jarak antara tangan kita dengan benda kerja saat terjadi penurunan
elektroda.
6. Jelaskan efeknya bila ada kotoran atau kerak terperangkap pada kampuh las? Jelaskan !
Jawab : Apabila terdapat kerak atau benda asing pada benda kerja, maka hasil pengelasan
menjadi tidak rata dan akan membuat percikan padam karena bisa jadi kotoran bukan
merupakan bahan konduktor. Jika perikan padam maka hasil mengelasan menjadi kurang
bagus.
7. Jelaskan apa yang terjadi pada hasil las jika kecepatan terlalu cepat atau terlalu lambat?
Jawab : Jika terlalu cepat maka bentuk dari sambungan lasnya menggumpal dan tidak rata
permukaan pengelasannya. Sedangkan jika terlalu lambat bentuk sambungan las melebur
total dengan benda kerja sehingga hasil kekuatan pengelasan kecil.
8. Jelaskan apa yang terjadi bila arus terlalu kecil atau besar!
Jawab : Bila arus terlalu kecil maka terjadi penumpukkan elektroda pada sambungan karena
panas tidak mampu meleburkan elektroda dan benda kerja dengan baik. Sedangkan bila
arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan menghasilkan
permukaan las yang lebih lebar.
Tabel 1. Diameter electrode terhadap benda kerja dan arus terhadap diameter benda kerja
Tabel 2. Filler, nosel torch, celah benda kerja, tipe sambungan dan arah pengelasan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dalam praktikum las listrik hasil yang didapat lebih rapi, karena electrode yang
dipakai lebih praktis dan hanya membutuhkan ketelitian dalam mengatur jarak
electrode dan benda kerja.
2. Dalam praktikum las karbit hasil yang didapat kebanyakan kurang rapi dan
benar,karena electrode kebanyakan menggumpal pada daerah tertentu. Hal ini
disebabkan karena kurang ahlinya praktikan dalam mengatur jarak antara batang
tembaga, las listri, dan benda kerja. Selain itu juga karena arah putaran las yang
kurang tepat.
3. Dalam praktikum wire cut hasil yang didapat kurang begitu presisi, karena faktor
keadaan mesin wire cut sendiri yang bisa dikatakan sudah tidak prima lagi yang
mengakibatkan hasil proses pemotongan kurang presisi
5.2 Saran
1. Sebaiknya pada praktikum las karbit ini, praktikan tidak hanya menyambung plat tipis
saja tetapi juga menyambung benda kerja yang sedikit rumit, agar skill praktikan lebih
terasah.
2. Sebaiknya para praktikan mendapat modul tentang las karbit dan las listrik agar
pengetahuan praktikan tentang pengelasan las karbit dan listrik dapat bertambah.
3. Sebaiknya perlu adanya penambahan materi pada saat di kelas tentang materi
praktikum, agar praktikum dapat berdiskusi mengenai materi paraktikum dengan
dosen masing-masing serta teman-teman sekelas.