You are on page 1of 24

REFRESHING

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK


SERTA 10 EFLORESENSI PENYAKIT TERBANYAK DI
BIDANG DERMATOLOGI

Pembimbing :
Dr. S. K Sulistyaningrum, Sp.KK

Disusun Oleh :
SARWENDA ANNAS 2009730160

SMF KULIT DAN KELAMIN RS ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN & KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan refreshing dengan judul
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik serta sepuluh efloresensi penyakit terbanyak di Bidang
Dermatologi sesuai pada waktu yang telah ditentukan.
Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta
para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan ini kami buat sebagai dasar kewajiban dari
suatu proses kegiatan yang kami lakukan yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk praktik
kehidupan sehari-hari.
Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pembimbing yang telah membantu kami
dalam kelancaran pembuatan laporan ini, Dr. S. K Sulistyaningrum, Sp.KK. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah kesempurnaan
laporan kami.

Jakarta, Februari 2016

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

Pada umumnya kontak pertama antara seorang dokter dan pasien dimulai dari
anamnesis. Dari sini hubungan terbangun sehingga akan memudahkan kerjasama dalam
memulai tahap-tahap pemeriksaan berikutnya. Dalam menegakkan suatu diagnosis anamnesis
mempunyai peranan yang sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk
untuk menegakkan diagosis.

Kemampuan anamnesis dan pemeriksaan fisik bisa menyingkirkan different diagnosis


(dd) yang kemudian menegakkan diagnosis. Ketidakmampuan dalam mencari informasi
ketika meng-anamnesa pasien membuat kita tidak bisa menentukan pemeriksaan fisik yang
diperlukan untuk menyingkirkan different diagnosis. Kesalahan mendiagnosis juga berarti
kesalahan melakukan terapi yang tepat. Perlu diingat lagi bahwa keterampilan anamnesa
sudah memenuhi 70% dalam penegakan diagnosis. Untuk itu buat sejawat yang bekerja di
perifer dengan keterbatasan alat pemeriksaan penunjang, ada baiknya mempelajari lagi
bagaimana menganamnesa pasien yang baik dan bagaimana melakukan pemeriksaan fisik
yang diperlukan untuk menyingkirkan different diagnosis.

Tahap-tahap penegakkan diagnosis penyakit kulit

Penegakkan diagnosis mudah dilakukan dengan memperhatikan tahap-tahap berikut:

1 Pendekatan terhadap pasien (anamnesis)


2 Pemeriksaan kelainan morfologi (deskripsi status dermatologis)
3 Teknik-teknik pemeriksaan fisik kulit (tes klinis)
Pemeriksaan penunjang (pemeriksaan KOH, sediaan langsung, pewarnaan gram,
kultur, tzank test, indeks bakteri dan indeks morfologi, pemeriksaan histopatologis,
imunofluoresensi, serologis, radiologis, pemeriksaan genetik, dan biomolekuler

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANAMNESIS

Bila pasien datang untuk pertama kali pada dokter, tanyakan keluhan utama yang
menyebabkan pasien datang. Hal yang ditanyakan pada pasien :

1. Keluhan utama / chief complaint

Keluhan utama terdiri dari keluhan subyektif maupun obyektif, lokasi lesi dan
waktu atau sejak kapan lesi muncul.
a. Subjektif ( gatal, nyeri, baal, panas, gangguan kosmetik, gangguan fungsi berkemih
dan duh tubuh)

b. Objektif (benjolan, bercak, beruntusan, biduran, lenting, lepuh, koreng)

c. Lokasi

d. Onset : Akut atau kronis

2. Riwayat perjalanan penyakit dan kejadian selama penyakit berlangsung

- Sejak kapan mulai sakit ( berapa hari, minggu, bulan)


- Bagaimana dan berupa kelainan apa pada awalnya (merah-merah, bintik-bintik,
luka, dsb)
- Dimana kelainan pertama kali timbul (kaki, kepala, wajah, anggota gerak)
- Apakah menjalar/tidak, atau hilang timbul
- Apakah gatal, sakit atau bagaimana
- Apakah keluar cairan/kering

1 Riwayat penyakit sekarang / present illness history :


- Perjalanan penyakit, keluhan tambahan atau keluhan lain terkait keluhan utama,
hal yang memperberat dan meringankan keluhan.
- Kronologis timbulnya keluhan atau lesi secara sitematis, berurutan, dan
mencakup segala hal yang mendukung diagnosis utama dan menyingkirkan
diagnosis banding. Harus ditanyakan tentang durasi (kapan lesi timbul,
berlangsung berapa lama, dan kapan-kapan saja lesi muncul ?) ; periodisitas
(apakah lesi konstan atau menetap), memburuk pada malam atau musim

4
semi?) ; evolusi (bagaimana perkembangan atau perubahan bentuk lesi ?) ;
symptoms atau gejala (pruritus, nyeri, perih,dan mati rasa); keparahan
(sangat nyeri atau sangat gatal); faktor pencetus eksaserbasi lesi (sinar
matahari, musim dingin, bahan kimia, produk topikal, metal, hubungan dengan
menstruasi ataupun kehamilan).
Prakonsepsi pasien yaitu pendapat pasien sendiri tentang penyebab gangguan kulitnya dan
berusaha keras mempertahankannya misalnya deterjen dan makanan hampir selalu dianggap
sebagai penyebab utama timbulnya penyakit kulit.

3. Faktor yang mempengaruhi penyakit (menjadi lebih berat atau membaik)

4. Faktor genetik

5. Riwayat penggunaan obat-obatan

6. Faktor atau sumber penularan (bila penyakit infeksi)

Anamnesis tidak perlu lebih rinci, tetapi dapat dilakukan lebih terarah pada diagnosa kerja
setelah dan sewaktu inspeksi.

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi

Pemeriksaan keadaan umum perlu dicari hubungannya dengan penyakit kulit yang
sedang diderita. Pemeriksaan kulit harus dikerjakan ditempat terang, jika perlu dengan
bantuan kaca pembesar. Bila ada kelainan tempat lain, perlu dilakukan inspeksi seluruh kulit
tubuh pasien. Periksa kuku, rambut dan selaput lendir (mukosa, mulut, mukosa genital dan
anal).

Pada inspeksi perlu diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaran, batas, dan
efloresensi yang khusus. Bila terdapat kemerahan pada kulit ada tiga kemungkinan : Eritema,
purpura, dan telangiektasis. Cara membedakkannya yakni ditekan dengan jari dan digeser.
Pada eritema warna kemerahan akan hilang dan warna tersebut akan kembali setelah jari
dilepaskan karena terjadi vasodilatasi kapiler. Sebaliknya pada purpura tidak menghilang
sebab terjadi perdarahan di kulit, demikian pula telangiektasis akibat pelebaran kapiler yang
menetap. Cara lain ialah yang disebut diaskopi yang berarti menekan dengan benda
transparan (diaskop) pada tempat kemerahan tersebut. Diaskopi disebut positif jika warna
merah menghilang (eritema), disebut negatif bila warna merah tidak menghilang (purpura

5
atau telengektasis). Pada telengektasis tampak kapiler yang berbentuk seperti tali yang
berkelok-kelok dapat berwarna merah atau biru.

2. Palpasi

Setelah inspeksi selesai dapat dilakukan palpasi. Pada pemeriksaan ini diperhatikan adanya
tanda-tanda peradangan akut atau tidak, misalnya dolor, kalor, fungsio lesa ( rubor dan tumor
dapat pula dilihat), ada tidaknya indurasi, fluktuasi, dan pembesaran kelenjar regional
maupun generalisata.

Setelah pemeriksaan dermatologic (inspeksi dan palpasi) dan pemeriksaan umum selesai
dapat dibuat diagnosis sementara dan diagnosis banding.

3. Efloresensi kulit

Efloresensi kulit menurut kejadiannya :

Efloresensi Primer Efloresensi Sekunder Efloresensi khusus


- Makula - Skuama - Kanalikuli
- Eritema - Krusta - Milia
- Papul - Erosi - Komedo
- Nodula - Ekskoriasi - Eksantema
- Vesikula - Ulkus - Roseola
- Bula - Rhagaden - Purpura
- Pustula - Sikatriks
- Urtika - Keloid
- Tumor - Abses
- Kista - Likenifikasi
- Guma
- Hiperpigmentasi
- Hipopigmentasi

Morfologi kulit terbagi atas :

Lesi Lesi Lesi yang Lesi dengan Lesi yang Lesi vaskular

6
menimbul kehilangan rata dengan perubahan pada berisi
jaringan permukaan permukaan cairan
sekitar
- Papul - Erosi - Macula - Scale - Vesicle Purpura
- Plaq - Ulcer - Patch - Crust - Bulla
Telangiektasis
- Nodul - Atrofi - Erythema - Excoriation - Pustule
- Kista - Poikiloderma - Eritroderma - Fissure - Furuncle Eschar
- Wheal - Sinus - Lichenification - Abscess
- Scar - Striae - Keratoderma
- Comedo - Burrow - Eschar
- Horn - Sclerosis
- Calcinosis

Morfologi yang menonjol

- Papul adalah penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumsrip, berukuran diameter


lebih kecil dari cm, dan berisikan zat padat. Bentuk papul dapat bermacam-macam,
misalnya setengah bola, contohnya pada eksem atau dermatitis, kerucut pada keratosis
folikularis, datar pada veruka plana juvenilis, datar dan berdasar polygonal pada liken
planus, berduri pada veruka vulgaris, bertangkai pada fibroma pendulans dan pada
veruka filiformis. Warna papul dapat merah akibat peradangan, pucat, hiperkrom,
putih, atau seperti kulit di sekitarnya. Beberapa infiltrat mempunyai warna sendiri
yang biasanya baru terlihat setelah eritema yang timbul bersamaan ditekan dan hilang
(lupus, sifilis). Letak papul dapat epidermal atau kutan. Contohnya pada : tinea
versikolor, morbus hansen.

7
- Plak (plaque) adalah peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan
berisi zat padat (biasanya infiltrate), diameternya 2 cm atau lebih. Contonya papul
yang melebar atau papul-papul yang berkonfluensi pada psoriasis.

- Nodus adalah massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat
menonjol. (jika diameter < 1 cm disebut nodulus). Contoh pada prurigo nodularis.

- Kista adalah ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista
terbentuk bukan akibat peradangan, walaupun kemudian dapat meradang. Dinding
kista merupakan selaput yang terdiri atas jaringan ikat dan biasanya dilapisi sel epitel
atau endotel. Kista terbentuk dari kelenjar yang melebar dan tertutup, saluran kelenjar,
pembuluh darah, saluran getah bening, atau lapisan epidermis,. Isi kista terdiri atas
hasil dindingnya, yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel eitel, lapisan
tanduk, dan rambut. (seperti pada kista epidermoid).

- Urtika adalah penonjolan di atas kulit akibat edema setempat dan dapat hilang
perlahan-lahan dalam waktu < 24 jam, misalnya pada dermatitis medikamentosa dan
gigitan serangga. Urtikaria yang menetap > 48 jam terdapat pada urtikaria vasculitis.

8
Urtikaria yang setelah menghilang meninggalkan bercak keunguan terdapat pada
urtikaria pigmentosa (maculopapular cutaneous mastocytosis).

- Parut (sikatriks) adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang
sudah hilang. Jaringan ikat ini dapat cekung dari kulit sekitarnya (sikatriks atrofi),
dapat lebih menonjol (sikatriks hipertrofi), dan dapat normal (eutrofi/luka sayat).
Sikatriks tampak licin, garis kulit dan adneksa hilang.

- Komedo (Black head) adalah ruam kulit berupa bintik-bintik hitam yang timbul
akibat proses oksidasi udara terhadap sekresi kelenjar sebasea dipermukaan kulit,
seperti acne.

9
- Kalsinosis adalah deposit kalsium di dermis atau subkutan yang keras, seperti nodul
berwarna keputihan, dengan atau tanpa perubahan pada permukaan kulit.

Lesi yang dangkal

- Erosi adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh kehilangan jaringan yang tidak
melampui stratum basal. Contoh bila kulit digaruk sampai stratum spinosum akan
keluar cairan serous dari bekas garukan. Misalnya pada dermatitis kontak.

- Ulkus adalah hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi. Ulkus dengan
demikian mempunyai tepi, dinding, dasar, dan isi. Termasuk erosi dan ekskoriasi
dengan bentuk linier ialah fisura atau rhagades, yakni belahan kulit yang terjadi oleh
tarikan jaringan di sekitarnya, terutama terlihat pada sendi dan batas kulit dengan
selaput dasar. Kerusakan kulit (epidermis dan dermis) yang memiliki dasar, dinding,
tepi dan isi. Misal ulkus tropikum, ulkus durum.

10
- Atrofi adalah berkurangnya ukuran sel, jaringan, organ atau bagian dari tubuh. Atrofi
epidermis tampak mengkilat, hampir transparan, tipis dan keriput. Contoh penyakit
dermatitis kontak alergik.

- Sinus adalah hubungan dari ruang supuratif yang dalam antara satu dengan yang lain
pada permukaan kulit. Sinus berisi pus, cairan atau keratin yang mengalir ke
permukaan ketika ada sebuah saluran. Sering terdapat pada kulit kepala, leher, aksilla,
pangkal paha, dan rektum. Contohnya : hidradenitis supuratif.

- Burrow adalah terowongan yang berkelok-kelok yang meninggi di epidermis

superfisial yang ditimbulkan oleh parasit. Contoh : Burrow pada skabies.

- Striae adalah depresi linear kulit dengan panjang beberapa cm dan terbentuk dari
perubahan kolagen yang menyebabkan peregangan kulit. Contohnya : striae
gravidarum, striae atrofikans.

11
Lesi setinggi permukaan kulit

- Makule adalah efloresensi primer yang berbatas tegas, hanya berupa perubahan
warna kulit tanpa perubahan bentuk, seperti pada tinea versikolor, morbus Hansen,
melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis

A. Hiperpigmentasi,
pigmen melanin

B. Biru, bayangan
melanosit

C. Eritema,
vasodilatasi
kapiler

- Bercak / patch: lesi mendatar pada kulit atau membran mukosa dengan warna yang

berbeda dengan sekitarnya. Biasanya > 0.5 cm. Contoh : Vitiligo.

12
- Eritema : kemerahan pada kulit atau membran mukosa yang berkaitan dengan
pelebaran pembuluh darah pada dermis pars papilare dan retikulare.

Lesi dengan perubahan pada permukaan

- Skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat halus
sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas sebagai lembaran kertas. Dapat
dibedakan, misalnya pitiriasiformis (halus), psoriasiformis (berlapis-lapis),
iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis), lamelar (berlapis), membranosa atau
eksfoliativa (lembaran-lembaran), dan keratolitik (terdiri atas zat tanduk).

Skuama halus tidak dapat dilihat langsung, jadi harus direnggangkan / digores.
Sedangkan skuama kasar dapat dilihat dengan jelas.

13
- Krusta adalah onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang sudah
mongering di atas permukaan kulit, misalnya pada impetigo krustosa, dermatitis
kontak. Krusta dapat berwarna hitam (pada jaringan nekrosis), merah (asal darah),
atau cokelat (asal darah, nanah, serum).

- Ekskoriasi bila garukan lebih dalam lagi sehingga tergores sampai ujung papil, maka
akan terlihat darah yang keluar selain serum. Kelainan kulit yang disebabkan oleh
hilangnya jaringan sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit tampak merah
disertai bintik-bintik perdarahan. Ditemukan pada dermatitis kontak dan eksima.

- Rhagade/fissure adalah belahan-belahan kulit dengan dasar yang sangat kecil/dalam


misal pada keratoskisis, keratodermia.

14
- Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan/relief kulit tampak
lebih jelas, seperti pada prurigo, neurodermatitis.

Lesi berisi cairan

- Vesikel : gelembung berisi cairan dengan ukuran 0.5 cm.

- Bula : vesikel dengan ukuran yang lebih besar.

- Pustul : gelembung yang sirkumsrip di epidermis yang berisi pus.

15
- Abses : akumulasi material purulen di dermis atau subkutan dan biasanya
pusnya tidak terlihat dari permukaan kulit.

Lesi Vaskular

- Purpura : ekstravasasi dari eritrosit dari pembuluh darah kutaneus ke dalam


kulit atau membran mukosa.

- Telangiektasis : dilatasi persisten dari pembuluh kapiler pada permukaan dermis yang
terlihat halus, terang, kemerahan non-pulsatil.

- Eschar : nekrosis daerah kutaneus akibat oklusi pembuluh darah di


kulit akibat inflamasi.

4. Sifat Efloresensi

Ukuran Gambar Bentuk Lokalisasi


- Miliar (sebesar- Linear (garis lurus) - Bundar - Solitar (hanya satu
- Sirsinar/anular - Lonjong
kepala jarum lesi)
- Serpiginosa
(melingkar) - Multiple (lesi
pentul) - Herpetiformis
- Arsinar (bulan sabit)
- Lentikular (sebesar - Konfluen banyak)
- Polisiklik (bunga)
- Iris - Regional (menyerang
kacang hijau-- Korimbiformis
satu regio
jagung) (efloresensi besar
- Diskrit
- Numular (sebesar
dikelilingi - Simetris
uang logam 100 - Bilateral
efloresensi kecil).
- Unilateral
rupiah)
- Universal
- Plakat (sebesar uang
- Generalisata
logam 100 rupiah)

16
Pemeriksaan Rambut

- Kehilangan rambut (alopesia).

a. Alopesia areata : adalah kebotakan yang terjadi setempat-setempat dan berbatas

tegas, umumnya terdapat pada kulit kepala namun juga dapat mengenai daerah

berambut lainnya.

b. Alopesia universalis adalah kebotakan yang mengenai seluruh rambut yang ada

pada tubuh.

c. Alopesia totalis adalah kebotakan yang mengenai seluruh rambut kepala

17
- Hirsutisme : Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada wanita dan anak-anak pada

tempat yang merupakan tanda seks sekunder, misalnya kumis, janggut dan cambang.

- Hipertrikosis : adalah penambahan jumlah rambut pada tempat-tempat yang biasanya

juga ditumbuhi oleh rambut.

Pemeriksaan Kuku

- Koilonikia : kuku tipis dan berbentuk cembung dengan pinggir yang meniggi.

Dapat dijumpai pada penyakit anemia def. Fe, pajanan asam kuat, hipertiroid, nail

patella syndrome, raynaud disease.

- Onikauksis : kuku menjadi menebal tanpa kelainan bentuk. Dapat disebabkan oleh
trauma, infeksi jamur, penyakit darier, psoriasis, defek ektodermal.

- Onikogrifosis : Kuku berubah bentuk dan menebal seperti cakar. Dapat disebabkan
oleh trauma neuropati perifer.

- Hiperkeratosis subungual : disebabkan karena gangguan inflamasi yang


menyebabkan keratinisasi abnormal kuku distal dan hyponychium dengan
akumulasinya dibawah lempeng kuku. Penyebab tersering pada psoriasis,
onikomikosis, trauma, dermatitis atopik dan kontak.

GAMBARAN KHAS PENYAKIT

1. Tinea Versikolor

Regio punggung tampak makula hipopigmentasi berukuran lentikular sampai plakat


berbatas tegas, sebagian diskret, sebagian konfluens, dan diatasnya terdapat skuama halus.

18
2. Ptiriasis Rosea

Regio

abdominalis sinistra, terdapat makula


eritematous anular dan solitar, berbentuk
lonjong dengan tepi meninggi dan bagian sentral
berskuama halus. Disekitar lesi tersebut
terdapat multiple papul eritema yang
menyebar.

3. Tinea Korporis

Regio thorakalis dekstra sampai abdominal lateralis dextra,


tampak multiple makula yang berkonfluens berwarna
hiperpigmentasi dengan tepi aktif dan penyembuhan sentral.

4. Dermatitis Seboroik

Regio nasalis dan oralis tampak lesi makula eritematosa yang ditutupi oleh papul-papul miliar
berbatas tegas, dan terdapat skuama halus diatasnya.

19
Predileksi : kulit kepala, belakang telinga, alis
mata, cuping hidung, ketiak, dada, antara skapla
dan daerah suprapubis.

5. Dermatitis Atopik

DA infatil (2bulan-2 tahun)

Regio bucalis bilateralis dan regio mentalis tampak


papul miliar eritematous berbatas tegas disertai
skuama kasar pada bagian atas lesi.

Predileksi : kedua pipi, kepala, badan, lipat siku,


lipat lutut.

DA anak (3- 10 tahun)

Regio dorsum pedis bilateral tampak lesi papul miliar yang berkonfluens
berbatas tegas disertai likenifikasi dengan skuama kasar diatasnya.

Predileksi : tengkuk, lipat lutut, lipat siku.

DA dewasa (13-30 tahun)

Regio femoralis dan tibialis fleksor bilateral tampak lesi eritematous berukuran miliar-
numular berbatas tidak tegas sebagian diskret, sebagian konfluens, diatasnya terdapat krusta
berbentuk bundar hiperpigmentasi berbatas tidak tegas berukuran miliar-lentikuler.

20
Predileksi : tengkuk, lipat lutut, lipat siku dan punggung
kaki.

6. Psoriasis

Regio genu
bilateral tampak plak eritematosa lentikuler
yang berkonfluens dengan gambaran linear-arsinar,
berbatas tegas ditutupi oleh skuama kasar
berwarna putih mengkilat.

Predileksi : siku, lutut, kulit kepala, telapak kaki


dan tangan, punggung, tungkai atas dan bawah
serta kuku.

7. Eritema Multiformie

Regio manus hingga carpalis sinistra terdapat multiple plak eritematosa


berbentuk bundar, lentikular dengan vesikel pada
bagian tengahnya (target cells).

8. Herpes Simpleks

21
Regio bucalis sinistra tampak multiple vesikel berkonfluens berukuran
lentikular, batas tegas dengan dasar dan pinggiran
eritem.

9. Herpes Zoster

Regio abdomen posterior dekstra tampak vesikel


yang berkonfluens dengan ukuran lentikuler-numular,
batas tegas dengan dasar kulit eritematous.

10. Varisela

Tampak multiple vesikel distribusi generalisata, berukuran miliar-lentikuler ,


berbatas tegas, dikelilingi makula eritem pada pinggir lesi.

11. SSJ (Sindrom Steven-Johnson) / NET (Nekrolisis Epidermal Toksisk)

22
Tampak makula eritema generalisata berukuran miliar
hingga numular berbatas tegas.

12. SSSS (Staphylococcal Scalded Skin Syndrome)


Pada regio abdominalis hingga inguinal terdapat
multiple bercak eritematus berukuran nummular
berbatas tegas dengan pinggiran skuama kasar.

23
DAFTAR PUSTAKA

Budimulja Unandar. Mikosis. Dalam : Djuanda Adhi,editor. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi ketujuh. Morfologi dan Cara Membuat Diagnosis. Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Kedokteran dan Kesehatan ; 2015. Hal. 47.

Garg. Amit & Levin. Nikki. A. & Bernhard. Jeffrey.D. In : Wloff Klaus et al, editors.

Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. Eight Edition. United States:

McGraw-Hill Companies ; 2010. Chapter 5, Structure of Lesions and Fundamentals of

Clinical Diagnosis ; p.30-41.

DA Burns, B Stephen, Cox Neil, G christopher. Rooks Textbook of Dermatology. 8th edition.

United Kingdom: Wiley-Blackwell Publishing, 2010.

24

You might also like