Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Dr. S. K Sulistyaningrum, Sp.KK
Disusun Oleh :
SARWENDA ANNAS 2009730160
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan refreshing dengan judul
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik serta sepuluh efloresensi penyakit terbanyak di Bidang
Dermatologi sesuai pada waktu yang telah ditentukan.
Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta
para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan ini kami buat sebagai dasar kewajiban dari
suatu proses kegiatan yang kami lakukan yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk praktik
kehidupan sehari-hari.
Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pembimbing yang telah membantu kami
dalam kelancaran pembuatan laporan ini, Dr. S. K Sulistyaningrum, Sp.KK. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah kesempurnaan
laporan kami.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya kontak pertama antara seorang dokter dan pasien dimulai dari
anamnesis. Dari sini hubungan terbangun sehingga akan memudahkan kerjasama dalam
memulai tahap-tahap pemeriksaan berikutnya. Dalam menegakkan suatu diagnosis anamnesis
mempunyai peranan yang sangat penting bahkan terkadang merupakan satu-satunya petunjuk
untuk menegakkan diagosis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANAMNESIS
Bila pasien datang untuk pertama kali pada dokter, tanyakan keluhan utama yang
menyebabkan pasien datang. Hal yang ditanyakan pada pasien :
Keluhan utama terdiri dari keluhan subyektif maupun obyektif, lokasi lesi dan
waktu atau sejak kapan lesi muncul.
a. Subjektif ( gatal, nyeri, baal, panas, gangguan kosmetik, gangguan fungsi berkemih
dan duh tubuh)
c. Lokasi
4
semi?) ; evolusi (bagaimana perkembangan atau perubahan bentuk lesi ?) ;
symptoms atau gejala (pruritus, nyeri, perih,dan mati rasa); keparahan
(sangat nyeri atau sangat gatal); faktor pencetus eksaserbasi lesi (sinar
matahari, musim dingin, bahan kimia, produk topikal, metal, hubungan dengan
menstruasi ataupun kehamilan).
Prakonsepsi pasien yaitu pendapat pasien sendiri tentang penyebab gangguan kulitnya dan
berusaha keras mempertahankannya misalnya deterjen dan makanan hampir selalu dianggap
sebagai penyebab utama timbulnya penyakit kulit.
4. Faktor genetik
Anamnesis tidak perlu lebih rinci, tetapi dapat dilakukan lebih terarah pada diagnosa kerja
setelah dan sewaktu inspeksi.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
Pemeriksaan keadaan umum perlu dicari hubungannya dengan penyakit kulit yang
sedang diderita. Pemeriksaan kulit harus dikerjakan ditempat terang, jika perlu dengan
bantuan kaca pembesar. Bila ada kelainan tempat lain, perlu dilakukan inspeksi seluruh kulit
tubuh pasien. Periksa kuku, rambut dan selaput lendir (mukosa, mulut, mukosa genital dan
anal).
Pada inspeksi perlu diperhatikan lokalisasi, warna, bentuk, ukuran, penyebaran, batas, dan
efloresensi yang khusus. Bila terdapat kemerahan pada kulit ada tiga kemungkinan : Eritema,
purpura, dan telangiektasis. Cara membedakkannya yakni ditekan dengan jari dan digeser.
Pada eritema warna kemerahan akan hilang dan warna tersebut akan kembali setelah jari
dilepaskan karena terjadi vasodilatasi kapiler. Sebaliknya pada purpura tidak menghilang
sebab terjadi perdarahan di kulit, demikian pula telangiektasis akibat pelebaran kapiler yang
menetap. Cara lain ialah yang disebut diaskopi yang berarti menekan dengan benda
transparan (diaskop) pada tempat kemerahan tersebut. Diaskopi disebut positif jika warna
merah menghilang (eritema), disebut negatif bila warna merah tidak menghilang (purpura
5
atau telengektasis). Pada telengektasis tampak kapiler yang berbentuk seperti tali yang
berkelok-kelok dapat berwarna merah atau biru.
2. Palpasi
Setelah inspeksi selesai dapat dilakukan palpasi. Pada pemeriksaan ini diperhatikan adanya
tanda-tanda peradangan akut atau tidak, misalnya dolor, kalor, fungsio lesa ( rubor dan tumor
dapat pula dilihat), ada tidaknya indurasi, fluktuasi, dan pembesaran kelenjar regional
maupun generalisata.
Setelah pemeriksaan dermatologic (inspeksi dan palpasi) dan pemeriksaan umum selesai
dapat dibuat diagnosis sementara dan diagnosis banding.
3. Efloresensi kulit
Lesi Lesi Lesi yang Lesi dengan Lesi yang Lesi vaskular
6
menimbul kehilangan rata dengan perubahan pada berisi
jaringan permukaan permukaan cairan
sekitar
- Papul - Erosi - Macula - Scale - Vesicle Purpura
- Plaq - Ulcer - Patch - Crust - Bulla
Telangiektasis
- Nodul - Atrofi - Erythema - Excoriation - Pustule
- Kista - Poikiloderma - Eritroderma - Fissure - Furuncle Eschar
- Wheal - Sinus - Lichenification - Abscess
- Scar - Striae - Keratoderma
- Comedo - Burrow - Eschar
- Horn - Sclerosis
- Calcinosis
7
- Plak (plaque) adalah peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan
berisi zat padat (biasanya infiltrate), diameternya 2 cm atau lebih. Contonya papul
yang melebar atau papul-papul yang berkonfluensi pada psoriasis.
- Nodus adalah massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat
menonjol. (jika diameter < 1 cm disebut nodulus). Contoh pada prurigo nodularis.
- Kista adalah ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista
terbentuk bukan akibat peradangan, walaupun kemudian dapat meradang. Dinding
kista merupakan selaput yang terdiri atas jaringan ikat dan biasanya dilapisi sel epitel
atau endotel. Kista terbentuk dari kelenjar yang melebar dan tertutup, saluran kelenjar,
pembuluh darah, saluran getah bening, atau lapisan epidermis,. Isi kista terdiri atas
hasil dindingnya, yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel eitel, lapisan
tanduk, dan rambut. (seperti pada kista epidermoid).
- Urtika adalah penonjolan di atas kulit akibat edema setempat dan dapat hilang
perlahan-lahan dalam waktu < 24 jam, misalnya pada dermatitis medikamentosa dan
gigitan serangga. Urtikaria yang menetap > 48 jam terdapat pada urtikaria vasculitis.
8
Urtikaria yang setelah menghilang meninggalkan bercak keunguan terdapat pada
urtikaria pigmentosa (maculopapular cutaneous mastocytosis).
- Parut (sikatriks) adalah jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang
sudah hilang. Jaringan ikat ini dapat cekung dari kulit sekitarnya (sikatriks atrofi),
dapat lebih menonjol (sikatriks hipertrofi), dan dapat normal (eutrofi/luka sayat).
Sikatriks tampak licin, garis kulit dan adneksa hilang.
- Komedo (Black head) adalah ruam kulit berupa bintik-bintik hitam yang timbul
akibat proses oksidasi udara terhadap sekresi kelenjar sebasea dipermukaan kulit,
seperti acne.
9
- Kalsinosis adalah deposit kalsium di dermis atau subkutan yang keras, seperti nodul
berwarna keputihan, dengan atau tanpa perubahan pada permukaan kulit.
- Erosi adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh kehilangan jaringan yang tidak
melampui stratum basal. Contoh bila kulit digaruk sampai stratum spinosum akan
keluar cairan serous dari bekas garukan. Misalnya pada dermatitis kontak.
- Ulkus adalah hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi. Ulkus dengan
demikian mempunyai tepi, dinding, dasar, dan isi. Termasuk erosi dan ekskoriasi
dengan bentuk linier ialah fisura atau rhagades, yakni belahan kulit yang terjadi oleh
tarikan jaringan di sekitarnya, terutama terlihat pada sendi dan batas kulit dengan
selaput dasar. Kerusakan kulit (epidermis dan dermis) yang memiliki dasar, dinding,
tepi dan isi. Misal ulkus tropikum, ulkus durum.
10
- Atrofi adalah berkurangnya ukuran sel, jaringan, organ atau bagian dari tubuh. Atrofi
epidermis tampak mengkilat, hampir transparan, tipis dan keriput. Contoh penyakit
dermatitis kontak alergik.
- Sinus adalah hubungan dari ruang supuratif yang dalam antara satu dengan yang lain
pada permukaan kulit. Sinus berisi pus, cairan atau keratin yang mengalir ke
permukaan ketika ada sebuah saluran. Sering terdapat pada kulit kepala, leher, aksilla,
pangkal paha, dan rektum. Contohnya : hidradenitis supuratif.
- Striae adalah depresi linear kulit dengan panjang beberapa cm dan terbentuk dari
perubahan kolagen yang menyebabkan peregangan kulit. Contohnya : striae
gravidarum, striae atrofikans.
11
Lesi setinggi permukaan kulit
- Makule adalah efloresensi primer yang berbatas tegas, hanya berupa perubahan
warna kulit tanpa perubahan bentuk, seperti pada tinea versikolor, morbus Hansen,
melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis
A. Hiperpigmentasi,
pigmen melanin
B. Biru, bayangan
melanosit
C. Eritema,
vasodilatasi
kapiler
- Bercak / patch: lesi mendatar pada kulit atau membran mukosa dengan warna yang
12
- Eritema : kemerahan pada kulit atau membran mukosa yang berkaitan dengan
pelebaran pembuluh darah pada dermis pars papilare dan retikulare.
- Skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat halus
sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas sebagai lembaran kertas. Dapat
dibedakan, misalnya pitiriasiformis (halus), psoriasiformis (berlapis-lapis),
iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis), lamelar (berlapis), membranosa atau
eksfoliativa (lembaran-lembaran), dan keratolitik (terdiri atas zat tanduk).
Skuama halus tidak dapat dilihat langsung, jadi harus direnggangkan / digores.
Sedangkan skuama kasar dapat dilihat dengan jelas.
13
- Krusta adalah onggokan cairan darah, kotoran, nanah, dan obat yang sudah
mongering di atas permukaan kulit, misalnya pada impetigo krustosa, dermatitis
kontak. Krusta dapat berwarna hitam (pada jaringan nekrosis), merah (asal darah),
atau cokelat (asal darah, nanah, serum).
- Ekskoriasi bila garukan lebih dalam lagi sehingga tergores sampai ujung papil, maka
akan terlihat darah yang keluar selain serum. Kelainan kulit yang disebabkan oleh
hilangnya jaringan sampai ujung stratum papilaris sehingga kulit tampak merah
disertai bintik-bintik perdarahan. Ditemukan pada dermatitis kontak dan eksima.
14
- Likenifikasi adalah penebalan kulit sehingga garis-garis lipatan/relief kulit tampak
lebih jelas, seperti pada prurigo, neurodermatitis.
15
- Abses : akumulasi material purulen di dermis atau subkutan dan biasanya
pusnya tidak terlihat dari permukaan kulit.
Lesi Vaskular
- Telangiektasis : dilatasi persisten dari pembuluh kapiler pada permukaan dermis yang
terlihat halus, terang, kemerahan non-pulsatil.
4. Sifat Efloresensi
16
Pemeriksaan Rambut
tegas, umumnya terdapat pada kulit kepala namun juga dapat mengenai daerah
berambut lainnya.
b. Alopesia universalis adalah kebotakan yang mengenai seluruh rambut yang ada
pada tubuh.
17
- Hirsutisme : Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada wanita dan anak-anak pada
tempat yang merupakan tanda seks sekunder, misalnya kumis, janggut dan cambang.
Pemeriksaan Kuku
- Koilonikia : kuku tipis dan berbentuk cembung dengan pinggir yang meniggi.
Dapat dijumpai pada penyakit anemia def. Fe, pajanan asam kuat, hipertiroid, nail
- Onikauksis : kuku menjadi menebal tanpa kelainan bentuk. Dapat disebabkan oleh
trauma, infeksi jamur, penyakit darier, psoriasis, defek ektodermal.
- Onikogrifosis : Kuku berubah bentuk dan menebal seperti cakar. Dapat disebabkan
oleh trauma neuropati perifer.
1. Tinea Versikolor
18
2. Ptiriasis Rosea
Regio
3. Tinea Korporis
4. Dermatitis Seboroik
Regio nasalis dan oralis tampak lesi makula eritematosa yang ditutupi oleh papul-papul miliar
berbatas tegas, dan terdapat skuama halus diatasnya.
19
Predileksi : kulit kepala, belakang telinga, alis
mata, cuping hidung, ketiak, dada, antara skapla
dan daerah suprapubis.
5. Dermatitis Atopik
Regio dorsum pedis bilateral tampak lesi papul miliar yang berkonfluens
berbatas tegas disertai likenifikasi dengan skuama kasar diatasnya.
Regio femoralis dan tibialis fleksor bilateral tampak lesi eritematous berukuran miliar-
numular berbatas tidak tegas sebagian diskret, sebagian konfluens, diatasnya terdapat krusta
berbentuk bundar hiperpigmentasi berbatas tidak tegas berukuran miliar-lentikuler.
20
Predileksi : tengkuk, lipat lutut, lipat siku dan punggung
kaki.
6. Psoriasis
Regio genu
bilateral tampak plak eritematosa lentikuler
yang berkonfluens dengan gambaran linear-arsinar,
berbatas tegas ditutupi oleh skuama kasar
berwarna putih mengkilat.
7. Eritema Multiformie
8. Herpes Simpleks
21
Regio bucalis sinistra tampak multiple vesikel berkonfluens berukuran
lentikular, batas tegas dengan dasar dan pinggiran
eritem.
9. Herpes Zoster
10. Varisela
22
Tampak makula eritema generalisata berukuran miliar
hingga numular berbatas tegas.
23
DAFTAR PUSTAKA
Budimulja Unandar. Mikosis. Dalam : Djuanda Adhi,editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ketujuh. Morfologi dan Cara Membuat Diagnosis. Jakarta: Badan
Garg. Amit & Levin. Nikki. A. & Bernhard. Jeffrey.D. In : Wloff Klaus et al, editors.
DA Burns, B Stephen, Cox Neil, G christopher. Rooks Textbook of Dermatology. 8th edition.
24