You are on page 1of 3

NASKAH AKADEMIK

PENGEMBANGAN WILAYAH
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA
PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

Bab I.
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Daerah Kabupaten Halmahera Selatan adalah salah satu kabupaten kepulauan di
Provinsi Maluku Utara yang dibentuk melalui Undang-Undang (UU) Republik Indonesia
Nomor 1 tahun 2003 tanggal 25 Pebruari 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera
Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera
Timur dan Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara (lembar Negara RI tahun 2003,
Tambahan lembaran Negara RI Nomor 4264). Daerah Kabupaten Halmahera Selatan yang
secara geografis berada pada titik koodinat 126 45 BT - 129 30 BT dan 0 30 LU - 2 00
LU memiliki luas wilayah 40.263,72 Km2, yang terdiri dari wilayah daratan seluas 8.779,32
Km2 (21,80 %) dan wilayah laut seluas 31.484,40 Km2 (78,20 %).

Pada awal pembentukan, Kabupaten Halmahera Selatan terdiri dari 9 (Sembilan)


wilayah kecamatan (Pasal 4, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003). Dalam rangka
mempercepat pembangunan daerah serta meningkatkan pelayanan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, melalui Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan Nomor
08 Tahun 2007 Tentang Pemekaran Wilayah Kecamatan di Daerah Kabupaten Halmahera
Selatan, wilayah kecamatan yang semula terdiri dari 9 (sembilan) wilayah kecamatan
dimekarkan menjadi 30 (tiga puluh) wilayah kecamatan. Tingkat pertumbuhan penduduk
yang relatif tinggi dan keberadaan penduduk yang tersebar pada pulau-pulau dengan tingkat
kepadatan penduduk yang tidak merata, menjadi kendala utama dalam rencana pengadaan
ruang dan tingginya biaya pembangunan (Pembangunan wilayah kepulauan memerlukan
biaya lebih tinggi dibandingkan dengan pembangunan di wilayah non kepulauan).

Pada Tahun 2006, nilai penerimaan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan tercatat
sebesar Rp. 343.433,170.000,- dan pada Tahun 2007 tercatat sebesar Rp.
437.925,860.000,- (meningkat 27,51 %), Peningkatan penerimaan tersebut disebabkan
oleh: peningkatan penerimaan daerah dari hasil pungutan pajak dan restribusi, kebijakan
daerah yang kondusif dalam pengelolaan potensi dan investasi pengelolaan sumberdaya
alam meningkat. Sampai saat ini, penerimaan daerah Kabupaten Halmahera Selatan
sebagian besar berasal dari dana perimbangan (dari pemerintah pusat) sebesar 87,34 %,
dari PAD sebesar 7,01 % dan dari pendapatan lain-lain sebesar 5,25 %.

Untuk mempercepat laju pembangunan di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan


diperlukan sumber penerimaan daerah yang memiliki nilai ekonomi tinggi, yang dalam
jangka pendek hasilnya dapat dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan wilayah.
Daerah Kabupaten Halmahera Selatan yang memiliki beberapa keunggulan, yaitu: terdapat
potensi sumberdaya alam, memiliki nilai ekonomi tinggi yang dalam jangka pendek hasilnya
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan pembangunan wilayah (potensi bahan
tambang/galian besar), sebagian besar potensi sumberdaya alam bahan tambang/galian
belum dikelola dan minat investor untuk melakukan investasi di sektor pertambangan tinggi.

Bab I. Pendahuluan I-1


NASKAH AKADEMIK
PENGEMBANGAN WILAYAH
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA
PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

Di samping potensi bahan tambang/galian, Daerah Kabupaten Halmahera Selatan


juga memiliki potensi di bidang kelautan (sebagian besar potensi sumberdaya alam laut
belum dikelola) serta potensi di sektor pertanian, kehutanan dan perkebunan. Kendala
utama penghambat proses pengelolaan sumberdaya alam di wilayah Kabupaten Halmahera
Selatan adalah permasalahan kesesuaian fungsi kawasan terkait keberadaan potensi
sumberdaya alam dan/atau rencana pengembangan perekonomian.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 415/Kpts


II/1999 Tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Maluku, keberadaan
kawasan hutan di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan seluas 803.025 Ha (+ 91,47 %
dari luas wilayah daratan), yang terdiri atas Hutan Lindung (HL) seluas 105.750 Ha, Hutan
Suaka Alam (HSA) seluas 38.500 Ha, Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 221.250 Ha,
Hutan Produksi (HP) seluas 185.000 Ha dan Hutan Produksi Konversi (HPK) seluas
252.525 Ha.

Dilema antara penunjukkan kawasan hutan dan perairan di Provinsi Maluku pada
Tahun 1999 dengan pemekaran wilayah Kabupaten Halmahera Selatan dari Kabupaten
Maluku Utara pada Tahun 2003 dan pemekaran wilayah administratif Kabupaten Halmahera
Selatan dari 9 wilayah kecamatan menjadi 30 wilayah kecamatan pada Tahun 2007
memerlukan suatu kebijakan terkait peninjauan fungsi kawasan hutan pada saat ini,
khususnya fungsi hutan lindung yang menjadi pembatas (restrict area) rencana
pengembangan wilayah.

Sebagai daerah otonom Kabupaten Halmahera Selatan memiliki kewenangan


mengatur dan menjalankan secara swakelola terhadap seluruh proses pembangunan
kecuali kewenangan yang telah ditetapkan sebagai kewenangan pemerintah pusat. Dalam
rangka menjalankan kewenangan dimaksud, Pada saat penyusunan Naskah Akademik
Pengembangan Wilayah, Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan sedang
menyelesaikan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang akan menjadi
landasan hukum pengalokasian ruang bagi pelaksanaan pembangunan wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan. Agar dalam pelaksanaan Revisi Tata Ruang seperti telah disinggung di
atas dapat memenuhi harapan pemerintah maupun masyarakat, maka diperlukan suatu
kajian ilmiah yang komprehensive dalam bentuk Naskah Akademik sebagai langkah awal
menuju penataan ruang yang tepat sesuai daya dukung sumberdaya dan kesiapan
masyarakat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan


dalam kajian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pemicu dan penghambat proses pembangunan
perekonomian di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan ?.
2. Pembangunan perekonomian apa yang harus dikembangkan terkait penerimaan
daerah yang memiliki nilai ekonomi tinggi yang dalam waktu singkat hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk membiayai dan/atau mempercepat laju pembangunan daerah ?
3. Dukungan kebijakan apa yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Halmahera Selatan terkait permasalahan pada point 1 dan point 2.

Bab I. Pendahuluan I-2


NASKAH AKADEMIK
PENGEMBANGAN WILAYAH
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA
PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. M a k s u d
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka maksud dari penulisan
kajian ini adalah :

1. Mengkaji faktor-faktor penghambat dan pemicu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten


Halmahera Selatan dalam rangka percepatan pembangunan wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan;

2. Mencari dan mengkaji peranan sektor-sektor yang dapat menjadi pemicu pertumbuhan
ekonomi dalam pembangunan wilayah Kabupaten Halmahera Selatan;

3. Merumuskan langkah kebijakan Kabupaten Halmahera Selatan untuk mengakomodasi


sektor-sektor pemicu pertumbuhan ekonomi.

1.2.2. T u j u a n
Tujuan dari kajian ini adalah :

1. Diperolehnya Rencana Pemanfaatan Ruang yang mendeskripsikan letak, ukuran, fungsi


dari kegiatan-kegiatan budidaya dan kawasan lindung.

2. Diketahuinya potensi sektor-sektor pemicu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera


Selatan, serta peranannya terhadap pembangunan wilayah Kabupaten Halmahera
Selatan.
3. Merumuskan langkah kebijakan Pemda Kabupaten Halmahera Selatan dan
mengakomodasi sektor-sektor pemicu pertumbuhan ekonomi

Bab I. Pendahuluan I-3

You might also like