You are on page 1of 22

1

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DITINJAU DARI VIKTIMOLOGI


BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009
DI KOTA SAMARINDA

Stefanus Erick Hernanda


Fakultas Hukum, Jurusan Ilmu Hukum
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Samarinda, Indonesia
erickhernanda@ymail.com

ABSTRACT

Narcotics abuse victims acquire a major concern because the victim is a part
that can not be separated from evil. Therefore, the victim has a very important
role in victimology that facilitate in finding the response to crime that will affect
the decline in the crime rate. This is consistent with the development of
victimology in the settings according to the Narcotics Law No. 35 of 2009 on
Narcotics.
The problemsunder discussioninthis researchare1. How doesthe phenomenon
ofcrimedue tomisuseandabuse of narcoticslawcrimesagainstthe victim. 2. Howthe
protection ofvictims ofabuseNarcoticsaccording to LawNo. 35 of 2009on
Narcotics.
This research was conductedatthe National Narcotics
AgencyEastKalimantannormative legalresearch methodswhich refers tothe
normsandprinciples of the lawcontained in thelegislationas well asthe selectionof
therelevantprovisions, namely Law No.35of2009 onNarcotics.
The conclusion of this study is that the protection of victims of abuse by
Narcotics Law No. 35 of 2009 on Narcotics there is a balance between the
perpetrators and victims of abuse Narcotic where criminals got both criminal
penalties and fines are heavy and Narcotics abuse victims get rehabilitation
protection under Article 54 Narcotics Law No. 35 of 2009.
It is recommendedthatcriminal sanctionsandpenaltiescontained
intheNarcoticsActis applicabletoeveryactorinvolvedabuse of narcotics. In order
forthe PreventionandEradicationstrategiesAbuseandIllicitNarcotics(P4GN)
whichwill belaunchedin 2014inSamarindaKaltimBNNPcanbe accomplishedso
asto overcomea maximum.

Keywords : Narcotics, Victim, Rehabilitations

BAB I
A. Alasan Pemilihan Judul
PE N DAH U LUAN
2

Persoalan yang sangat penting hingga menjadi pengkonsumsi


kiranya untuk membahas mengenai Narkotika kedalam jurang kematian.
penyalahgunaan Narkotika yang dari Penjabaran penggolongan Narkotika
dulu dirasa tidak pernah ada ini dapat ditemui didalam peraturan
habisnya. Sebagaimana kita pahami perundang-undangan lengkap beserta
bersama bahwa banyak generasi dengan penjelasannya, yaitu pada
muda bangsa Indonesia yang gerak Undang-undang nomor 35 Tahun
kehidupannya telah dikontrol oleh 2009 tentang Narkotika. Perlu untuk
Narkotika yang seharusnya menjadi diketahui bahwa Undang-undang
suatu barang yang kaya akan manfaat No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika
positif bilamana digunakan dalam merupakan pengganti dari Undang-
berbagai aspek keperluan pengobatan undang No. 22 Tahun 1997tentang
dan pengetahuan. Narkotika. Karena dianggap tidak
Sungguh miris apabila kita melirik lagi sesuai dengan perkembangan
kepada tunas-tunas muda bangsa kita situasi dan kondisi, maka Undang-
yang telah terjerumus dan akan undang No. 22 tahun 1997 tentang
diperbudak oleh Narkotika melalui Narkotika dicabut dan diganti
jalan penyalahgunaan, padahal dengan diberlakukannya peraturan
pemerintah Republik Indonesia baru yaitu Undang-undang No. 35
hanya memperbolehkan penggunaan Tahun 2009 tentang Narkotika.
Narkotika untuk kepentingan medis Kehadiran Undang-Undang No. 35
dan pengetahuan, dan melarang Tahun 2009 Tentang Narkotika
sepenuhnya penggunaan Narkotika memang merupakan suatu inovasi
untuk diedarkan ataupun dikonsumsi baru yang dikeluarkan oleh
bagi hal-hal yang tidak bertanggung pemerintah Republik Indonesia atas
jawab secara ilegal. Hal tersebut ketidaksesuaian situasi dan kondisi
dikarenakan apabila Narkotika yang lazimnya disebut dengan
digunakan bebas oleh masyarakat, perkembangan zaman. Perumusan
maka efek yang didapat dari Pasal-pasal yang ada didalam
penyalahgunaannya akan meninggal Undang-Undang itupun dianggap
dunia akibat penggunaan yang sebagai terobosan yang berani dalam
berlebihan (overdosis). hal penjatuhan sanksi pidana bagi
Tingginya jumlah Pecandu Narkotika para pengedar dan lebih
di Indonesia khususnya Samarinda mengedepankan sisi-sisi kemanusian
tak lepas dari peranan para Pengedar terhadap para pihak yang mengalami
Narkotika. Apabilamenilik lebih kecanduan akan Narkotika, dan
dalam tentang kejahatan yang masih banyak lagi keseimbangan
berkaitan dengan penyalahgunaan serta keuntungan demi keadilan yang
ini, sebenarnya dapat dikatakan didapat dari undang-undang
bahwasanya akar dari tingginya ini.Seseorang
angka pecandu Narkotika yang hidup bergantungterhadap salah
diIndonesia berasal dari para satu jenis Narkotika, maka
pengedar Narkotika Ilegal. Secara bagaimanapun keadaannya akan
langsung dengan perasaan tidak selaluberusahaagar mendapatkannya,
bersalah, mereka (Pengedar) telah dengan demikian timbullah suatu
menjerumuskan setiap korbannya usaha untuk mendapatkan Narkotika
3

tersebut dengan segala macam cara, yang menyebabkan ia menjadi


bahkan cara mendapatkannya juga korban.
dengan cara melawan hukum.Bahaya f. Self victimizing victims, yaitu
yang ditimbulkan oleh mereka yang menjadi korban
penyalahgunaan Narkotikadisamping karena kejahatan yang
bahaya terhadap diri-sendiri, dilakukannya sendiri.
jugadapat membahayakan kehidupan Pengguna/ Pecandu Narkotika
sosial kemasyarakatan. merupakan self victimizing victims,
Penyalahgunaan Narkotika di karena pecandu Narkotika menderita
masyarakat adalah sebagai salah satu sindroma ketergantungan akibat dari
perbuatan yang melanggar hukum penyalahgunaan Narkotika yang
dan telah menjadi fenomena dilakukannya sendiri.
yangbegituserius yang Hal yang menarik dalam undang-
harusditanggulangidan undang tentang Narkotika adalah
diselesaikan baik oleh masyarakat kewenangan hakim untu
maupun aparat yang menjatuhkan vonis bagi seseorang
berwenang.Berkembangnya yang terbukti sebagai pecandu
penyalahgunaan Narkotikayang telah narkotuka untuk dilakukannya
disalahgunakan khususnya di rehabilitasi. Secara tersirat
masyarakat, itu disebabkan oleh kewenangan ini mengakui bahwa
beberapa faktor yaitu antara lain pecandu Narkotika selain sebagai
disebabkan karena ingin mencoba- pelaku tindak pidana juga
coba, karena ikut-ikutan ajakan sekaliguskorban dari kejahatan itu
teman serta akibat gangguan sendiri yangdalamsudut viktimologi
kejiwaan(frustrasi). kerap disebut dengan self
Berdasarkan tipologi korban victimization atau
yang diidentifikasi menurut keadaan victimlesscrime
dan Status korban, yaitu: Dengan mengacu pada pembahasan
a. Unrelated victims, yaitu korban diatas penelitian tentang
yang tidak ada hubungannya perlindungan terhadap korban
samasekali dengan pelaku. penyalahgunaan Narkotikadan juga
b. Provocative victims, yaitu disebabkan karena letak geografis
seseorang yang secara aktif Kota Samarinda yang merupakan
mendorong sasaran empuk para pengedar
dirinyamenjadi korban. Narkotika. Bertitik tolak dari uraian
c. Participating victims, yaitu tersebut maka dalam penulisan
seseorang yang tidak berbuat, akan skripsi ini dipilih judul tentang :
tetapi dengan sikapnya justru PENYALAHGUNAAN
mendorong dirinya menjadi korban. NARKOTIKA DITINJAU DARI
d. Biologically weak victims, yaitu VIKTIMOLOGIBERDASARKAN
mereka yang secara fisik emiliki UNDANG-UNDANG NO. 35
kelemahan yang menyebabkan TAHUN 2009 DI KOTA
ia menjadi korban. SAMARINDA
e. Socially weak victims, yaitu
mereka yang memiliki
kedudukanosial yang lemah
4

B. Perumusan dan Pembatasan Secara praktis tujuan penulisan


Masalah skripsi ini adalah :
Adapun yang menjadi a Bermanfaat kepada masyarakat
permasalahan dalam penulisan umum agar mendapatkan
skripsi ini adalah : pemahaman hukum secara
1. Bagaimana fenomena kejahatan praktis danefisien tentang
penyalahgunaan Narkotika dan tindak kejahatan
akibat hukum kejahatan penyalahgunaan Narkotika.
penyalahgunaan Narkotika b. Memberikan masukan kepada
terhadap korban di kota aparat penegak hukum agar
Samarinda ? dapat menjadi bahan
2. Bagaimana perlindungan hukum pertimbangan dalam pencegahan
terhadap korban dan penindakan penyalahgunaan
penyalahgunaanNarkotika dan Narkotika.
hambatan yang dihadapi dalam c. Mengungkapkan berbagai
memberikan permasalahan dan kendala yang
perlindunganhukum pada kantor dihadapi dalam pelaksanaan
BNNP Kaltim Samarinda mencegah penyalahgunaan
berdasarkan padaUndang- Narkotika serta alternatif solusi
undang No.35 Tahun 2009 permasalahan tersebut
tentang Narkotika? .
D.Metode dan Teknik Penelitian
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan
Adapun yang menjadi tujuan yang penulis sajikan, maka penulis
dalam penulisan skripsi ini adalah : menggunakan metode dan tehnik
1. Untuk mengetahui fenomena penelitian sebagai berikut :
kejahatan penyalahgunaan 1. Sumber Data
Narkotika dan akibathukum Dalam penulisan skripsi ini, penulis
kejahatan mengelompokkan data yang ada
penyalahgunaanNarkotikaterhad dalam dua bagian yaitu :
ap korban a. Data Primer
di kota Samarinda Data primer adalah merupakan
2. Untuk mengetahui perlindungan data utama yang diperoleh penulis
hukum terhadap korban berdasarkan penelitian di Badan
penyalahgunaan Narkotika dan Narkotika Nasional Provinsi
hambatan yang dihadapi dalam KotaSamarinda.
memberikan perlindungan b. Data Sekunder
hukum tersebut.Kegiatan Data sekunder adalah data
penelitian ini diharapkan pelengkap bagi data primer yang
dapat bergunasecara teoritis ada, yang diperoleh penulis dari
berdasarkan hasil penelitian berbagai buku-buku yang ada
danakan memberikan relevansinya dengan penulisan
sumbangan saran dalam skripsi ini.
khasanah ilmu pengetahuan 2. Tehnik Pengumpulan Data
hukum, khususnya di bidang
hukum pidana dan viktimologi.
5

Penulis membagi tehnik data primer maupun data


pengumpulan data ini dalam dua sekunder.Kemudian penulis analisis
tehnik penelitian yaitu : secara kualitatif yang kemudian
a. Penelitian Kepustakaan disajikan secara deskriptif.
Penelitian ini dilakukan dengan
membaca, mengutip dan membuat E. Sistematika PenulisanDi
catatan-catatan penting yang ada dalam sistematika penulisan ini,
relevansinya dengan penulisan penulisan akan memberikan ulasan-
skripsi ini. ulasan secara singkat mengenai
b. Penelitian Lapangan materi yang menjadi permasalahan.
Merupakan tehnik pengumpulan
data yang langsung diperoleh BAB II
penulis dari obyek penelitian. KERANGKA TEORITIS
Penelitian ini dilakukan dengan
tiga cara yaitu : A. Pengertian Narkotika dan
1) Wawancara Penggolongan
Yaitu wawancara langsung 1. Pengertian Narkotika
dilakukan dengan mengajukan Berdasarkan Pasal 1 UU No.35
pertanyaan-pertanyaan kepada Tahun 2009 Tentang Narkotika,
pihak-pihak terkait seperti Narkotika adalah zat atau obat yang
petugas BNN Kota Samarinda berasal dari tanaman atau bukan
dan pihak korban yang ada tanaman, baik sintetis maupun
hubungannya langsung dengan semisintetis, yang dapat
penulisan skripsi ini. menyebabkan penurunan atau
2) Kuesioner perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
yaitu perolehan data dengan mengurangi sampai menghilangkan
mengajukan daftar rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
pertanyaanguna memperoleh ketergantungan, yang dibedakan
bahantambahan sebagai kedalam golongan-golongan
perbandingan sebagaimana terlampir dalam
dengan data yang diperoleh undang-undang ini.
melalui wawancara. Secara etimologis narkoba atau
3) Observasi Narkotika berasal dari bahasa Inggris
Yaitu pengamatan langsung di narcose atau narcosis yang berarti
lapangan terhadap peristiwa, menidurkan dan
kejadian atau kegiatan yang pembiusan.Narkotika berasal dari
berkaitan dengan penelitian bahasa Yunani yaitu narke atau
tersebut, yaitu mengenai narkam yang berarti terbius sehingga
penyalahgunaan Narkotika dari tidak merasakan apa-apa. Ada juga
aspek viktimologi. yang mendefenisikan kataNarkotika
3. Analisis Data berasal dari perkataan narcotic
Dalam membahas pokok yangartinya sesuatu yang dapat
permasalahan dan menganalisis data menghilangkan rasa nyeri dan dapat
yang telah diperoleh, maka penulis menimbulkan efek stupor (bengong),
menggunakan segala informasi dan bahan-bahan pembius atau obat
data yang telah diperoleh, baik itu bius.Peristilahan lain untuk
6

Narkotika adalah zat-zat(obat) yang ayat (1) berbunyi bahwa Narkotika


dapat mengakibatkan ketidaksadaran digolongkan menjadi :
atau pembiusan dikarenakan zat-zat a. Narkotika golongan I, adalah
tersebut bekerja mempengaruhi Narkotika yang hanya dapat
susunan syaraf sentral digunakan untuk tujuan
Seperti yang tertuang dalam pengembangan ilmu pengetahuan
penjelasan Undang-undang Republik dan tidak digunakan dalam terapi,
Indonesia Nomor 35 tahun 2009 serta mempunyai potensi sangat
tentang Narkotika. : tinggi mengakibatkan
Narkotika merupakan zat atau obat ketergantungan. Contoh : Heroin
yang sangat bermanfaat dan ,Kokain, Ganja.
diperlukan untuk pengobatan b. Narkotika golongan II, adalah
penyakit tertentu.Namun, jika Narkotika berkhasiat pengobatan
disalahgunakan atau digunakan tidak digunakan sebagai pilihan terakhir
sesuai dengan standar pengobatan dan dapat digunakan dalamterapi
dapat menimbulkan akibat yang dan/atau untuk tujuan pengembangan
sangat merugikan bagi perseorangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
atau masyarakat khususnya generasi potensi tinggi mengakibatkan
muda.Hal ini akan lebih marugikan ketergantungan.contoh : Morfin,
jika disertai dengan penyalahgunaan Petidin.
dan peredaran gelap Narkotika yang c. Narkotika golongan III, adalah
dapat mengakibatkan bahaya yang Narkotika yang berkhasiat
lebih besar bagi kehidupan dan nilai- pengobatan dan banyak digunakan
nilaibudaya bangsayang pada dalam terapi dan/atau untuk tujuan
akhirnya akan dapat melemahkan pengembangan ilmu pengetahuan
ketahanan nasional. serta mempunyai potensi ringan
Dalam Undang-undang No. 9 Tahun mengakibatkan ketergantungan.
1976, yang dimaksudkan dengan Contoh : Codein
Narkotika ialah : Selanjutnya dalam Lampiran I
a. Tanaman Papaver Undang-undang Republik Indonesia
b. Opium Mentah Nomor 35 Tahun 2009 tentang
c. Opium Masak Narkotika, Tanggal 12 Oktober 2009,
d. Candu daftar Narkotika adalah sebagai
e. Opium Obat berikut:
f. Morfina a. Narkotika Golongan I
g. Tanaman Koka Terdiri dari :
h. Daun Koka 1) Tanaman Papaver
i. Kokaina Mentah Somniferum L dan semua bagian-
j. Kokaina bagiannya termasuk buah dan
k. Ekgonina jeraminya, kecuali bijinya.
l. Tanaman Ganja 2) Opium mentah yaitu getah
m. Damar Ganja yang membeku sendiri, diperoleh
2. Penggolongan Narkotika dari buah tanaman
Jenis-jenis Narkotika di dalam PapaverSomniferum L yang hanya
Undang-Undang No. 35 Tahun2009 mengalami pengolahan sekedar
pada bab III Ruang Lingkup Pasal 6 untuk pembungkus dan
7

pengangkutan tanpa memperhatikan 10) Delta 9 tetrahydrocannabinol,


kadar morfinnya. dan semua bentuk stereo
3) Opium masak terdiri dari : kimianya
a. Candu, hasil yang diperoleh dari 11) Asetorfina
opium mentah melalui suatu 12) Acetil-alia metil-fentanil
rentetan pengolahan 13) Alfa-metilfentanil
khususnyadengan pelarutan, 14) Alfa-metilofentanil
pemanasan dan peragian dengan 15) Beta-hidroksifentanil
atau tanpa penambahan bahan- 16) Beta-hidroksi-3-metil-fentanil
bahan lain, dengan maksud 17) Desmorfina
mengubahnya menjadi suatu 18) Etorfina
ekstrak cocok untuk pemadatan. 19) Heroina
b. Jicing, yaitu sisa-sisa dari candu 20) Ketobemidona
setelah dihisap, tanpa mem- 21) 3-metilfentanil
perhatikan apakah candu itu 22) 3-metiliofentanil
dicampur dengan daun ataubahan 23) MPPP
lain. 24) para-fluorofentanil
c. Jicingko, hasil lain yng diperoleh 25) PEPAP
dari pengolahan jicing. 26) Tiofentanil
4) Tanaman Koka, tanaman dari 27) BROLAM FETAMINA
semua genus Erythroxylon dari 28) DET
keluarga Erythroxylaceae termasuk 29) DMA
buah dan bijinya. 30) DMHP
5) Daun Koka, daun yang belum 31) DMT
atau sudah dikeringkan atau 32) DOET
dalam bentuk serbuk dari semua 33) ETISI KLIDINA
tanaman genus Erythroxylon 34) ETRIPTAMINA
dari keluarga Erythroxylacea 35) KATINONA
yang menghasil kokain secara 36) LSD
langsung atau melaluimelalui 37) MDMA
perubahan kimia. 38) Meskalina
6) Kokain mentah, semua hasil- 39) METKATINONA
hasil yang diperolehdari daun 40) 4-Metilaminoreks
koka yang diolah secara 41) MMDA
langsung untuk mendapatkan 42) N-etil MDA
kokaina. 43) N-hidroksi MDA
7) Kokaina, metil ester-1-bensoil 44) Paraheksil
ekgonina 45) PMA
8) Tanaman ganja, semua tanaman 46) Psilosina,psilosin
genus canabis, termasuk damar 47) PSILOSIBINA
ganja dan hasis 48) ROLISIKLIDINA
9) Tetrahydrocannabinol, ddan 49) STP,DOM
semua isomer serta semua 50) TENAMFETAMINA
bentuk stereo kimianya 51) TENOSKLIDINA
52) TMA
53) AMFETAMINA
8

54) DEKSAMFETAMINA 28) Ekgonina termasuk ester dan


55) FENETILINA derivatnyayang setera dengan
56) FENMETRAZINA ekgonina dan kokaina;
57) FENSIKLIDINA 29) Etilmetiltiambutena;
58) LEVAMFETAMINA 30) Etokseridina;
59) Levometamfetamina 31) Etonitazena
60) MEKLOKUALON 32) Furetidina
61) METAM FETAMINA 33) Hidrokodona
62) METAKUALON 34) Hidroksilpetidina
63) ZIPEPPROL 35) Hidromorfinol
64) Opium Obat 36) Hidromorfona
65) Campuran atau sedianopium 37) Isometadona
obat dengan bahan lain bukan 38) Fenadoksona
Narkotika. 39) Fenam promida
40) Fenazosina
b. Narkotika Golongan II 41) Fenomorfan
Pada Narkotika golongan II ini 42) Fenoperidina
terdiri dari : 43) Fentanil
1) Alfasetilmeadol 44) Klonitazena
2) Alfameprodina 45) Kodoksima
3) Alfametadol 46) Levofenasilmorfan
4) Alfaprodina 47) Levomoramida
5) Alfentalin 48) Levometorfan
6) Allilprodina 49) Levorfanol
7) Anileridina 50) Metadona
8) Asetilmetadol 51) Metadona Intermediat
9) Benzetidin 52) Metazosina
10) Benzilmorfina 53) Metildesorfina
11) Betameprodina 54) Metildihidromorfina
12) Betametadol 55) Metopon
13) Betaprodina 56) Mirofina
14) Betasetilmetadol 57) Mirofina Intermediat
15) Bezitramida 58) Morferidina
16) Dekstromoramida 59) Morfina-N-Oksida
17) Diampromida 60) Morfin metobromida dan
18) Dietiltiambutena turunan morfina ntrogen
19) Difenoksilat pentafalent lainnya termasuk
20) Difenoksin bagian turunan morfina-N-
21) Dihidromorfina oksida, salah satunya kodeina-
22) Dimefhetanol Noksida
23) Dimenoksadol 61) Morfina
24) Dimetiltiambutena 62) Nikomorfina
25) Dioksa fetilbutirat 63) Norasimetadol
26) dipipapona 64) Norlevorfanol
27) Drotebanol 65) Normetadona
66) Normorfina
9

67) Norpipanona Dalam Undang-undang


68) Oksikodona Nomor 35 Tahun 2009 tentang
69) Oksimorfona Narkotikayaitu pada Bab I Pasal 1
70) Petidina Intermediat-A Ketentuan Umum tepatnya pada ayat
71) Petidina Intermediat-B (15) berbunyi:
72) Petidina Intermediat-C Penyalah guna adalah orang yang
73) Petidina menggunakan Narkotika tanpa hak
74) Piminodina atau melawan hukum
75) Piritramida Kemudian pada Bab III
76) Proheptasina Ruang Lingkup pada Pasal (7)
77) Properidina dikatakan bahwa :
78) Rasemetorfan Narkotika hanya dapat digunakan
79) Rasemoramida untuk kepentingan pelayanan
80) Rasemorfan kesehatan dan/atau pengembangan
81) Sufentanil ilmu pengetahuan dan teknologi.
82) Tebaina Dalam buku Komentar dan
83) Tebakon Pembahasan Undang-undang Nomor
84) Tilidina 35 Tahun 2009 tentang Narkotika hal
85) Trimeperidina penyalahguna seperti yang terdapat
86) garam-garam dari Narkotika pada Pasal 127 ayat (3) yaitu mereka
dalam golongan tersebut diatas yang dapat dibuktikan
c. Narkotika golongan III sebagaikorbanPenyalahgunaanNarko
Pada Narkotika Golongan III ini tika, maka mereka penyalahguna
adalah : tersebutwajib untuk menjalani
1) Asetildihidrokodeina rehabilitasi medis dan rehabilitasi
2) Dektropropoksifena sosial. Sedangkan yang dimaksud
3) Dihidrokodeina dengan korban penyalahgunaan
4) Etilmorfina Narkotika adalah seseorang yang
5) Kodeina tidak sengaja menggunakan
6) Nikodikodina Narkotika karena dibujuk,diperdaya,
7) Nikokodina ditipu, dipaksa, dan atau diancam
8) Norkodeina untuk menggunakan Narkotika
9) Polkodina ( Penjelasan Pasal 54).
10) Propiram Pasal 54
11) Buprenorfina PecanduNarkotika dan korban
12) Garam-garan dari Narkotika penyalahgunaan Narkotika wajib
dalam golongan tersebut diatas menjalani rehabilitasi medis dan
13) Campuran atau sediaan rehabilitasi sosial.
difenoksin dengan bahan lain Pengertian tidak sengaja bisa
bukan Narkotika berarti lalai atau lupa atau bisa juga
14) Campuran atau sediaan karena kurang hati-hati artinya
difenoksilat dengan bahan lain semacam suatu kesalahan si pelaku
bukan Narkotika tindak pidana yang tidak seberat
B. Pengertian Penyalahgunaan seperti kesengajaan.
Narkotika
10

Dibujuk mengacu pada pengertian memproduksi Narkotika golongan I


dalam Pasal 55 KUHP ayat (1) lebih dari 1 (satu) atau5 (lima)
bagian 2: kilogram. Denda yang dicantumkan
Mereka yang dengan memberi atau dalam undang-undang Narkotika
menjanjikan sesuatu, dengan tersebut berkisar antara
menyalahgunakan kekuasaan atau Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah)
martabat, dengan kekerasan, sampaidengan Rp.10.000.000.000,00
ancaman ataupenyesatan, atau (sepuluh milyarrupiah).
dengan memberi kesempatan, sarana Secara filosofis pembentukan
atau keterangan sengaja undang-undang Narkotika dengan
menganjurkan orang lain supaya mencantumkan sanksi yang besar
melakukan perbuatan. dan tinggi dalam ketentuan
Dalam KUHP baik yang pidanaUndang-Undang Nomor 35
membujuk maupun dibujuk dapat Tahun 2009 tentang Narkotika adalah
dipidana, namun apabila terbukti menunjukkan bahwa terdapat suatu
dibujuk sebagai korban makna untuk melindungi korban dari
penyalahgunaan Narkotika maka kejahatan penyalahgunaan Narkotika
tidak dipidana, namun demikian dengan demikian korban yang telah
tetap wajib menjalanirehabilitasi pernahdipidana akan menjadi takut
medis dan sosial untuk mengulangi kejahatannya lagi.
Diperdaya bermakna dibuat Secaraotomatis bahwa pelaku atau
tidak berdaya, sehingga tidak mampu korban terlindungi karena salah satu
menolak, karena adanya informasi tujuan dari sanksi pidana pada
yang menyesatkan. korban Narkotika sebagai self
Ditipu berarti menggunakan victimizingvictims adalahmelindungi
cara-cara penipuan sehingga tertipu, dirinya dengan menimbulkan rasa
yaitupenipuan dengan tujuan yang takut dan efek jera terhadap individu
jelas.Rangkaian kebohonganini tersebut.
sedemikian rupa sehingga Sanksi pidana maupun denda
merupakan satu kesatuan yang saling terhadap bagi siapa saja yang
berkaitan antara kebohongan yang menyalahgunakan Narkotika atau
satu dengan kebohongan lainnya. psikotropika terdapat dalam
Dipaksa dan atau diancam, ketentuan pidana pada Bab XV mulai
paksaan dapat berupa paksaan fisik dari Pasal 111 sampai dengan Pasal
maupun psikis, demikian juga 148.
ancaman dapat berupa ancaman fisik Beberapa ketentuan pidana
maupun psikis. dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tersebut di antaranya
C. Tindak Pidana Penyalahgunaan
adalah:
Narkotika
Pasal 111 dirumuskan bahwa:
Ketentuan mengenai sanksi
(1) Setiap orang yang tanpa hak
dalam Undang-Undang Nomor
atau melawan hukum menanam,
35Tahun 2009 tentang Narkotika
memelihara, memiliki, menyimpan,
sangat besar. Sanksi pidana paling
menguasai, atau menyediakan
sedikit 4(empat) tahun penjara
NarkotikaGolongan I dalam bentuk
sampai 20 (dua puluh) tahun penjara
tanaman dipidana denganpidana
bahkan pidana mati jika
11

penjara paling singkat 4 (empat) dan pidana denda maksimum


tahun dan paling lama 12(dua belas) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tahun dan pidana denda paling ditambah 1/3 (sepertiga)
sedikit Rp.800.000.000,00 (delapan Dan seterusnyaPasal 113 sampai
ratus jutarupiah) dan paling banyak dengan Pasal 129
Rp.8.000.000.000,00 (delapan miliar
rupiah). Pasal 130
(2) Dalam hal perbuatan (1) Dalam hal tindak pidana
menanam, memelihara, memiliki, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
menyimpan, menguasai, atau 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114,
menyediakan Narkotika Golongan I Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117,
dalam bentuk tanaman sebagaimana Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120,
dimaksud pada ayat (1) beratnya Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123,
melebihi 1 (satu) kilogram atau Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan
melebihi 5 (lima) batang pohon, Pasal 129 dilakukan oleh korporasi,
pelaku dipidana dengan pidana selain pidana penjara dan denda
penjara seumur hidup atau pidana terhadap pengurusnya, pidana yang
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dapat dijatuhkan terhadap korporasi
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun berupa pidana denda dengan
dan pidana denda maksimum pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) denda sebagaimana dimaksud dalam
ditambah 1/3 (sepertiga). Pasal-Pasal tersebut.
(2) Selain pidana denda
Pasal 112 sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
(1) Setiap orang yang tanpa hak korporasi dapat dijatuhi pidana
atau melawan hukum memiliki, tambahan berupa:
menyimpan, menguasai, atau a. pencabutan izin usaha; dan/atau
menyediakan Narkotika Golongan I b. pencabutan status badan hukum.
bukan tanaman, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 4 D. Viktimologi dan Korban
(empat) tahun dan paling lama 12 Kejahatan
(dua belas) tahun dan pidana denda 1. Pengertian Viktimologi
paling sedikit Rp.800.000.000,00 Apabila hendak menemukan upaya
(delapan ratus juta rupiah) dan paling penanggulangan kejahatan yang
banyak Rp.8.000.000.000,00 tepat, maka cara pandang sebaiknya
(delapan miliar rupiah). tidak hanya terfokus pada berbagai
(2) Dalam hal perbuatan hal berkaitan dengan penyebab
memiliki, menyimpan, menguasai, timbulnya kejahatan atau metode apa
atau menyediakan Narkotika yang efektif dipergunakan dalam
Golongan I bukan tanaman penanggulangan kejahatan, namun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hal lain yang tidak kalah pentingnya
beratnya melebihi 5 (lima) gram, untuk dipahami adalah masalah
pelaku dipidana dengan pidana korban kejahatan itu sendiri, yang
penjara seumur hidup atau pidana dalam keadaan tertentu dapat
penjara paling singkat 5 (lima) tahun menjadi pemicu munculnya
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun kejahatan. Pada saat berbicara
12

tentang korban kejahatan, maka cara viktimologi,berkembang pula


pandang tidak dapat dilepaskan dari berbagai rumusan tentang
viktimologi. Melalui viktimologi viktimologi. Kondisi ini hendaknya
dapat diketahui berbagai aspek yang tidak dipandang sebagai pertanda
berkaitan dengan korban, seperti: tidak adanya pemahamanyang
faktor penyebab munculnya seragam mengenai ruang lingkup
kejahatan, bagaimanaseseorang dapat viktimologi, tetapi harusdipandang
menjadi korban, upayamengurangi sebagai bukti bahwa viktimologi
terjadinya korban kejahatan, hak dan akan selalu berkembang sejalan
kewajiban korban. dengan perkembangan yang terjadi
Viktimologi, berasal dari bahasa latin dalam masyarakat.
victima yang berarti korban dan Viktimologi merupakansuatu
logos yang berarti ilmu. Secara pengetahuan ilmiah/studi
terminologi, viktimologi berarti yangmempelajari suatu viktimisasi
suatu studi yang mempelajari tentang (kriminal) sebagai suatu
korban, penyebab timbulnya korban permasalahanmanusia yang
dan akibat-akibat penimbulan korban merupakan suatu kenyataan sosial.
yang merupakan masalah manusia Melalui perumusan ini
sebagai suatu kenyataan sosial. membawa akibat perlunya
Korban dalam lingkup viktimologi suatu pemahaman, sebagai :
memiliki arti yang luas, karena tidak a. Sebagai suatu permasalahan
hanya terbatas pada individu yang manusia menurut proporsi
secara nyata menderita kerugian yangsebenarnyasecara demensional.
tetapi juga kelompok, korporasi, b. Sebagai suatu hasil interaksi
swasta maupun pemerintah, akibat adanya suatu interrelasi
sedangkan yang dimaksud dengan antarafenomena yang ada dan saling
akibat penimbulan korban adalah mempengaruhi;
sikap atau tindakan terhadap korban c. Sebagai tindakan seseorang
dan/atau pihak pelaku serta mereka (individu) yang dipengaruhi oleh
yang secara langsung atau tidak unsur struktur sosial tertentu suatu
terlibat dalam terjadinya suatu masyarakat tertentu.
kejahatan. Viktimologi meneliti topik-topik
Pentingnya korban memperoleh tentang korban, seperti: peranan
perhatian utama dalam membahas sebenarnya secara
kejahatan dikarenakan korban dimensional;korban pada terjadinya
seringkali memiliki peranan yang kejahatan, hubungan antara pelaku
sangat penting bagi terjadinya suatu dengan peradilan pidana. Sedangkan
kejahatan. Diperolehnya pemahaman objekkorban, rentannya posisi
yang luas dan mendalam korban dan peranan korban dalam
tentangkorban kejahatan, diharapkan sistem studi dari viktimologi
dapat memudahkan dalam meliputi :
menemukan upaya penanggulangan a. Setiap macam perbuatan
kejahatan yang pada akhirnya akan criminal yang mengakibatkan orang-
bermuara pada menurunnya kuantitas orang menjadi korban, yang sudah
dan kualitas kejahatan. Sejalan atau belum dirumuskan olehUndang-
dengan semakin berkembangnya undang contohnya : Korban
13

kejahatan konvensional, Korban non- 7) Pengaturan yang berkaitan


konvensional dan Korban kejahatan dengan viktiminasi ( yang
akibat penyalahgunaan kekuasaan menjadiperhatian viktimologi )
(Ilegal abuses of power) terhadap
hak asasi manusia sebagai alat 2. Pengertian korban
penguasa termasuk penangkapan Masalah korban menimbulkan
serta penahanan yang melanggar berbagai permasalahan dalam
hukum dan lain sebagainya masyarakat pada umumnya dan pada
b. Setiap orang atau pihak yang korban/pihak khususnya. Belum
dapat menjadi korban baik adanya perhatian dan pelayanan
orangrorangan maupun suatu terhadap para korban kejahatan
korporasi atau organisasi misalnya merupakan tanda belum atau kurang
pencemaran nama baik,melakukan adanya keadilan dan pengembangan
penyelewengan wewenang jabatan. kesejahteraan dalam masyarakat
c. Setiap orang atau pihak yang Pengertian korbanyang tercantum
dapat menimbulkan korban dalam Pasal 1 angka 2 Undang-
artinyadimana disatu sisi orang undang nomor 13 tahun 2006 tentang
tersebut dapat merugikan orang lain Perlindungan Saksi dan korban
sehinggaorang tidak merasa aman menyatakan korban adalah seseorang
akibat tindakannya. yang mengalami penderitaan fisik,
1) cara-cara viktimisasi atau mental, dan/atau kerugian ekonomi
penimbulan korban baik itu yang diakibatkan oleh suatu tindak
korbankejahatan perkosaan, pidana.
politik dan lain sebagainya. Korban adalah mereka yang
2) Bentuk-bentuk viktimisasi yang menderita jasmaniah dan rohaniah
terdiri dari Primary sebagai akibat tindakan orang lain
victimization, adalah korban yang bertentangan dengan
individual/perorangan bukan kepentingan diri sendiri atau orang
kelompok; Secondary lain yang mencari
Victimization, korbannya adalah pemenuhankepentingan diri sendiri
kelompok, misalnya badan atau orang lain yang bertentangan
hukum; Tertiary Victimization, dengan kepentingan hak asasi yang
yang menjadi korban adalah menderita.
masyarakat luas; Non Secara luas pengertian korban
Victimozation, korbannya tidak diartikan bukan hanya sekedar
dapat segera diketahui misalnya korban yang menderita langsung,
konsumen yang tertipu dalam akan tetapi korban tidak langsungpun
menggunakan hasil produksi. juga mengalami penderitaan yang
3) Akibat viktimisasi. dapat diklarifikasikan sebagai
4) Pengaruh viktimisasi korban. Yang dimaksud sebagai
5) Reaksi atau respons terhadap korban tidak langsung di sini seperti,
viktimisasi istri kehilangan suami, anak
kehilangan bapak, orang tua yang
6) Penyelesaian viktimisasi kehilangan anaknya , dan lainnya.
14

E. Perlindungan Terhadap tertentukepada pasien sesuai


Korban Narkotika dengan ketentuan peraturan
Diundangkannya Undang- perundang-undangan
Undang Nomor 35 Tahun 2009 (2) Pasien sebagaimana dimaksud
tentangNarkotika yang merupakan pada ayat (1) dapat memiliki,
undang-undang baru ini, tentu menyimpan, dan/atau membawa
mempunyai maksud dan tujuannya. Narkotika untuk dirinya sendiri.
Adapun tujuan yang terdapat dalam (3) Pasien sebagaimana dimaksud
Pasal 4 yang dirumuskan: pada ayat (2) harus mempunyai
Undang-Undang tentang Narkotika bukti yang sah bahwa Narkotika
bertujuan: yang dimiliki, disimpan,
a. Menjamin ketersediaan Narkotika dan/atau dibawa untuk
untuk kepentingan pelayanan digunakan diperoleh secara sah
kesehatan dan/atau sesuai dengan ketentuan
pengembangan ilmu pengetahuan peraturan perundang-undangan.
dan teknologi; Mengenai rehabilitasi terhadap
b. Mencegah, melindungi, dan korban dan pelaku tindak pidana
menyelamatkan bangsa Indonesia Kejahatan penyalahgunaan
dari penyalahgunaan Narkotika; Narkotika merupakan suatu
c. Memberantas peredaran gelap kewajiban bagi pemerintah dan
Narkotika dan Prekursor instansi masyarakat. Sebagaimana
Narkotika; ketentuan dalamPasal 54 bahwa
d. Menjamin pengaturan upaya Pecandu Narkotika dan korban
rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahgunaan Narkotika wajib
Penyalah Guna dan pecandu menjalani rehabilitasi medis dan
Narkotika. rehabilitasi sosial.
Bentuk perlindungan terhadap Dalam Pasal 56 dirumuskan juga
korban dan pelaku kejahatan tindak bahwa:
pidana Narkotika di dalam Undang- (1) Rehabilitasi medis Pecandu
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Narkotika dilakukan di rumah
disebutkan ada 2 (dua) macam yakni sakit yang ditunjuk oleh
pengobatan dan rehabilitasi terhadap Menteri.
korban maupun pelaku. Pada Pasal (2) Lembaga rehabilitasi tertentu
53 ayat (3) tersebut di atas bahwa yang diselenggarakan oleh
yangdimaksud dengan bukti yang instansi pemerintah atau
sah antara lain surat keterangan masyarakat dapat melakukan
dokter, salinan resep, atau rehabilitasi medis Pecandu
label/etiket. Selengkapnya mengenai Narkotika setelah mendapat
pengobatan ditentukan dalam Pasal persetujuan Menteri.
53 yang dirumuskan sebagai berikut: Kemudian dipertegas kembali
(1) Untukkepentingan pengobatan dalam Pasal 57 bahwa selain melalui
dan berdasarkan indikasi medis, pengobatan dan/atau rehabilitasi
dokter dapat memberikan medis, penyembuhan Pecandu
Narkotika Golongan II atau Narkotika dapat diselenggarakan
Golongan III dalam jumlah oleh instansi pemerintah atau
terbatas dan sediaan masyarakat melalui pendekatan
15

keagamaan dan tradisional. Salah medis dan sosial yang diberikan


satu tugas dan wewenang Badan kepada pecandu dimaksudkan untuk
Narkotika Nasional adalah memulihkan dan mengembangkan
meningkatkan kemampuan lembaga kemampuan fisik, mental dan
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosialnya. Selain pengobatan dan
sosial pecandu Narkotika, baik yang perawatan melalui rehabilitasi medis,
diselenggarakan oleh pemerintah proses penyembuhan pecandu
maupun masyarakat. Narkotika dapat dilaksanakan oleh
Dalam Undang-Undang Nomor masyarakat melalui pendekatan
35 Tahun 2009 ini, terdapatpengecu- keagamaan dan tradisional.
alian dalam hal tuntutan pidana Pemberian perlindungan kepada
terhadap anak yang masih berada di korban Narkotika, tentu tidak
bawah umur. Misalnya terdapat di dapatdibebankan sepenuhnya kepada
dalam salah satu pasalnya yakni pada pemerintah, peran serta masyarakat
Pasal 128 ayat (1) yang dirumuskan: pundiharapkan ada salah satunya
Orang tua atau wali dari pecandu diterimanya kembali mantan para
yang belum cukup umur, pengguna dalam lingkungannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal tanpa melakukan tindakan-tindakan
55 ayat (1) yang sengaja tidak yang sifatnya diskriminatif bahkan
melapor, dipidana dengan pidana dengan memposisikan mereka
kurungan paling lama 6 (enam) bulan sebagai warga kelas dua yang harus
atau pidana denda paling banyak dijauhi. Bentuk perlindungan yang
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). diberikan terhadap pelaku
Tetapi di dalam ketentuan lain yakni maupunkorban penyalahgunaan
pada Pasal 128 ayat (2) dan ayat (3) Narkotika dalam bentuk
ditentukan bahwa anak yang masih rehabilitasi.Rehabilitasi adalah upaya
di bawah umur, tidak dapat dituntut pemulihan kesehatan jiwa dan raga
pidana, selengkapnya Pasal tersebut yang ditujukan kepada pemakai
dirumuskan: Narkotika yang bertujuan agar
Pecandu Narkotika yang belum pelaku tidak memakai lagi dan bebas
cukup umur dan telah dilaporkan dari penyakit ikutan yang disebabkan
oleh orang tua atau walinya oleh bekas pemakaian Narkotika.Hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini sesuai dengan Pasal 55 ayat (1)
55 ayat (1) tidak dituntut pidana dan (2) Undang-undang No 35 tahun
Dan ayat (3) dirumuskan: 2009.
Pecandu Narkotika yang telah
cukup umur sebagaimana dimaksud BAB III
dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang HASIL PENELITIAN DAN
menjalani rehabilitasi medis 2 (dua) PEMBAHASAN
kali masa perawatan dokter di rumah A. Fenomena Kejahatan
sakit dan/atau lembaga rehabilitasi Penyalahgunaan Narkotikadi Kota
medis yang ditunjuk oleh pemerintah Samarinda
tidak dituntut pidana. Pada awalnya orang-orang yang
Pengobatan dan perawatan terhadap mengkonsumsi Narkotika ketika
pecandu Narkotika dilakukan melalui masih berusia remaja dan berstatus
fasilitas rehabilitasi. Rehabilitasi pelajar,namun berdasarkan hasil
16

wawancara penulis dengan pejabat utama.Broken home, keluarga yang


Badan Narkotika Nasional Provinsi tidak harmonis, kurangnya perhatian
Kalimantan Timur yang diwakili dari keluarga, hingga sikap orang tua
oleh bapak Kompol M.Daud yang terlalu memanjakan anak
S.H.,M.H tertanggal 7 April 2014 menjadi faktor pendorong yang kuat
menjelaskan sebagai berikut : bagi seseorang untuk mencoba
Pengguna Narkotika bukan hanya Narkotika.Narkotika dianggap
pelajar saja tetapi sudah merambah sebagai jalan keluar dari segala
kesemua kalangan usia yaitu dari permasalahan, mulai dari masalah
anak, remaja, dewasa juga lanjut usia belajar disekolah,bangku
baik pria maupun wanita dari kuliah,masalah keluarga , asmara
berbagai kalangan ekonomi dari hingga pekerjaan.Umumnya,
yang rendah sampai kalangan atas, pecandu pemula selalu berusaha
juga berbagai profesi seperti untuk menutupi keadaan dirinya dari
pelajar/mahasiswa, Ibu rumah keluarga, caranya adalah
tangga, Sopir-sopir angkot/ berbohong.Kebiasaan ini akhirnya
perusahaan ada juga Pegawai Negeri menjadi suatu rutinitas
Sipil bahkan oknum kepolisian/TNI kebutuhan.Bahkan tidak heran jika
dan lain-lain juga terlibat sebagai ada pecandu yang akhirnya
pengguna Narkotika. merangkap sebagai pencuri di
Para penyalahguna Narkotika rumahnya sendiri.Pada umumnya
tersebut diatas pada awalnya dimulai orang yang mengkonsumsi Narkotika
dari pergaulan dilingkungannya itu bertujuan untuk menenangkan
dengan teman-teman sepergaulannya diri dari masalah yang dihadapi
yang menggunakan Narkotika. Mulai olehnya,misalnya pada anak yang
dari situlah mendapat bujukan kurang mendapatkan/ perhatian
sehingga timbul keinginan untuk (kasih sayang) dari kedua orang
mencoba-coba menggunakan tuanya, pada orang dewasa karena
Narkotika yang sebelumnya dimulai masalah didalam pekerjaannya , juga
dari merokok-merokok sambil masalah dalam keluarga,
meminumminuman keras yang makauntukmenghilangkan
ditawari oleh teman-temannya. masalahnya mereka mengkonsumsi
Lama-kelamaan mereka mulai lagi Narkotika. Ditambah dalam
mencoba-coba dengan jenis pergaulan yang bebas, dilingkungan
Narkotika yang saat ini sedang yang tidak sehat ini, makaseseorang
populer dikalangan masyarakatyang akan menjadi dominan dalam proses
dikenal dengan nama Shabu-shabu ( penyalahgunaan Narkotika ini dan
Metamphetamine) yang akan menjadi kecanduan dan
dosisnyalebih tinggi dan dianggap ketergantungan hingga pengguna
dapat membuat senang dan tersebut akan mencari Narkotika dan
menenangkan.Seseorangpadaumumn kejadian imi tidak terlepas dari para
ya mencoba Narkotika karena faktor pengedar gelap Narkotika. Dari
coba-coba dan yang dipengaruhi oleh sinilah dapat terjadi munculnya
pergaulan lingkungan yang tidak kejahatan Narkotika.
sehat.Selain itu, faktor keluarga juga
menjadi salah satu faktor
17

B.Jenis Kejahatan terus meningkat. Penyalahgunaan


Penyalahgunaan Narkotika Di Narkotika ini tidak hanya dilakukan
Kota Samarinda oleh remaja , orang dewasa saja
Tingkat kejahatan penyalahgunaan tetapi juga sampai kepada orang
Narkotika di kota Samarinda lanjut usia. Hal ini disebabkan
semakin besar. hal ini dapat dilihat karena semakin banyaknya peredaran
dari data yang menunjukan gelap Narkotika yang dengan mudah
penyalahgunaan Narkotika yang didapatkan dan dikonsumsi.
Jumlah Penyalahgunan Narkotikadi Indonesia Tahun 2011

Coba Pecandu bukan

Provinsi pakai Teratur pakai Pecandu suntik suntik %Prevalance


DKI Jakarta 171.925 269.405 11.342 165.689 7,0
Kep.Riau 15080 28.406 972 19.847 4,3
Kaltim 23.621 46.468 1.372 26.437 3,1
Sumut 97.961 148.727 6.084 83.679 3,0
DIY 27.414 40.384 1.717 24.822 2,8
Sunber Data : BNNP Kaltim

Pada tahun 2011 secara Tahun 2012 maka jumlah kasus


nasional provinsi Kalimantan Timur sebanyak 557 kasus dengan 861
menempatiurutan ketiga dalam tersangkanya, sementara barang
jumlah % Pre-Valence penyalahguna bukti yang ditemukan yaitu Shabu
Narkotika setelah DKI Jakarta dan sebanyak 5.559 gram, Ganja 8.569,3
Kepulauan Riau, dimana jumlah gram, Heroin 1.358,67 gram, Ekstasi
penyalah guna yang mencoba sebanyak 1.081 butir dan LL
memakai sebanyak 23.621 orang, sebanyak 394.056 butir. Dalam hal
yang memakai teratur sebanyak prestasi maka hal ini tidaklah
46.468 orang, pecandu suntik menjadi suatu kebanggaan,
sebanyak 1.372 orang dan yang melainkan mencerminkan suatu
bukan suntik sebanyak 26.437 orang. keburukan dan perlu segera
Sehingga total pemakai adalah dilakukan tindakan-tindakan
97.898 orang. Dari data rekapitulasi pencegahan dan pemberantasannya.
kasus Narkotika Kalimantan Timur
Rekapitulasi Kasus Narkotika di Kalimantan Timur Tahun 2012
No Kota/ Kabupaten Jumlah kasus Jumlah Tersangka Keterangan
1 Samarinda 157 290
2 Balikpapan 76 91
3 Kukar 66 99
4 Tarakan 54 88
5 Nunukan 40 52
6 Bontang 30 45
7 Berau 29 46
8 Kutim 20 39
9 PPU 12 16
Sumber Data : BNNP Kaltim
18

Jumlah Barang Bukti Narkotika di Kalimantan Timur Tahun 2012


Barang bukti
No. Kota/Kab Ket.
Shabu/gr Ganja/gr Heroin/gr Ekstasi/btr LL/btr
1 Samarinda 1.526,15 - 0,28 72,5 180.691
2 Balikpapan 62,79 55,5 - - 54.477
3 Kukar 82,44 - - 2,5 28.596
4 Tarakan 79,61 - - - 2.964
5 Nunukan 3.357 - 1.350 6 -
6 Bontang 48,95 0,30 - - 2.172
7 Berau 45,11 - - - 4.223
8 Kutim 16,42 - - - 2.689
9 PPU 13,1 1,2 - - 875
Sumber Data : BNNP Kaltim jumlah penyalahgunaan Narkotikadi
Berdasarkan wawancara yang Samarinda sudah semakin serius.
penulis peroleh di Badan Narkotika
Nasional Provinsi (BNNP)Samarinda C. Perlindungan Hukum Korban
diketahuisejak awal tahun 2014, Pernyalahgunaan Narkotika
penyalahgunaan Masalah perlindungan korban
di Indonesia merupakan salah satu
Narkotika yang terungkap masalah yang mendapat perhatian,
mencapai 12 kasus dengan 22 khususnyakorban
tersangka.Dari jumlah tersebut maka penyalahgunaanNarkotika. Pada
18 tersangka telah dilakukan tahun 1976, Pemerintah
penegakan hukum dan 4 tersangka mengeluarkan Undang-Undang
lainnya telah ditempatkan pada Balai Nomor 9 Tahun 1976 tentang
Rehabilitasi yang beralamat di Tanah Narkotika. Hakim dalam memutus
Merah Samarinda. Shabu-shabu kian perkara menggunakan Narkotika
menjadi perhatian.Berdasarkandata bagi dirinya sendiri, dapat
tersebut, sebanyak 5000 gramshabu- memerintahkan yang bersalah untuk
shabuberhasil diamankan,selain menjalani pengobatan dan perawatan
shabu-shabu kasus peredaran atas biaya sendiri, selanjutnya
Narkotika jenisOpium seba- diperbaharui dan diganti dengan
nyak 2 gram berhasil diamankan. Undang-Undang nomer 22 Tahun
Adapun barang buktishabu- 1997 tentang Narkotika, Hakim
shabu yang berhasil diamankan dapat memutuskan dan menetapkan
seberat5.000 gram. Harga satu gram pecandu Narkotika untuk menjalani
shabu-shabu saat ini di Samarinda pengobatan dan/ atau perawatan,
adalah Rp.1.500.000,-sehingga harga masa menjalani pengobatan dan/ atau
5.000 gram adalah sebesar Rp. perawataan bagi pecandu Narkotika,
7.500.000.000,- sementara, berat satu diperhitungkan sebagai masa
gram shabu-shabu dapat digunakan menjalani hukuman, selanjutnya
oleh 15 sampai dengan 20 orang. diperbaharui lagi sesuai dengan
Jadi orang yang dapat diselamatkan perkembangan kondisi maka
sebanyak 5.000 x 20 orang = 10.000 dibuatlah Undang-Undang nomor 35
orang. Berdasarkan data tersebut Tahun 2009 tentang Narkotika.
di atas, maka dapat diketahui bahwa
19

Pecandu dan korban penyalahguna Pecandu Narkotika yang sedang


Narkotika wajib direhabilitasi, menjalani rehabilitasi medis 2 kali
Hakim dapat memutuskan dan masa perawatan di Rumah sakit atau
menetapkan pecandu Narkotika lembaga rehabilitasi yang ditunjuk
untuk menjalani pengobatan dan/ pemerintah tidak dituntut pidana.
atau perawatan, masa menjalani
pengobatan dan/atau perawatan bagi Jadi jelaslah penyalahguna Narkotika
pecandu Narkotika, diperhitungkan dilindungi dengan undang-undang
sebagai masa menjalani hukuman. tersebut diatas.
Kemudian didalam penjelasan Adapun korban penyalahguna
KUHAP Pasal 21(4) huruf b Narkotika baik yang dengan
(Undang-undang Nomor 81 Tahun kesadaran melaporkan diri sebagai
1981) tersurat bahwaTersangka atau pengguna Narkotika maupun yang
terdakwa pecandu Narkotika sejauh tertangkap tangan akan mendapatkan
mungkin ditahan ditempat tertentu rehabilitasi atau tidak melalui proses
yang sekaligus merupakan tempat assesmen terlebih dahulu. Beberapa
perawatan. Kemudian PP no.25 pelaksana assesmen yaitu dari tim
Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Dokter/Dokter jiwa, Ikatan profesi
Wajib Lapor Pecandu Narkotika pada Kedokteran, Psikolog dari fasilitas
Pasal 13 ayat 4 menerangkan rehabilitasi, penyidik Polri setempat
bahwa:Penempatan kedalam dan penyidik BNN setempat. Tim
Lembaga Rehabilitasi Medis assesmen harus dapat menyimpul-
dan/atau Sosial, merupakan kan maksimal6 (enam) hari setelah
kewenangan Penyidik, Penuntut kejadian tertangkap tangan.
umum atau Hakim sesuai dengan Hal ini sesuai dengan penjabaran
tingkat pemeriksaan setelah Undang-undang Republik Indonesia
mendapat rekomendasi dari tim Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Dokter. Dalam hal menempatkan Narkotika, dimana keberadaan
penyalahguna Narkotika juga BNNP Kaltim Samarinda yang telah
mengacu pada SEMA 03 Tahun 2011 menyediakan tempat Balai
tanggal 29 Juli 2011 yaitu Rehabilitasi bagi para korban
menempatkan korban penyalahgunaan Narkotika yang
penyalahgunaan Narkotika di beralamat di jalan Tanah Merah
Lembaga Rehabilitasi medis dan/atau Samarinda dengan fasilitas yang
Rehabilitasi sosial. Namun demikian cukup memuaskan dan tanpa biaya/
Hakim dalam memberikan perintah dibiayai oleh negara, sebagai wujud
penempatan pada Lembaga dari upaya perlindungan hukum bagi
Rehabilitasi sosial dan medis baik korban penyalahgunaan Narkotika di
dalam bentuk penetapan maupun Samarinda pada khususnya dan
putusan tetap memperhatikan dan Kalimantan Timur pada umumnya
merujuk pada SEMA 04 Tahun 2010 telah berjalan dengan baik.
tanggal 7 April 2010.
BunyiPasal 128 ayat 3 Undang- D. Hambatan yang Dihadapi
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Dalam Melindungi Korban
tentang Narkotika, bahwa : PenyalahgunaanNarkotika.
20

Dari hasil wawancara penulis dengan Dari penelitian yang penulis


pejabat BNNP Kota Samarinda, lakukan,maka dapat diambil
walaupun perlindungan hukum beberapa kesimpulan ,yaitu :
terhadap korban sudah cukup 1. Bahwa perlindungan
baik, namun masih mengalami terhadap koban penyalahgungan
hambatan internal dan eksternal Narkotika berdasasrkan Undang-
dalam rehabilitasi korban, yaitu: undang nomor 35 tahun 2009 tentang
1. Hambatan Internal Narkotika terdapat keseimbangan
` Kurangnya pengetahuan antara perlindungan pelaku
masyarakat khususnya para kejahatan Narkotika dengan korban
keluarga korban penyalahguna sebagai pelaku kejahatan Narkotika.
Narkotika bahwa dalam Undang- 2. Dengan berdasarkan Pasal 54
undang nomor 35 Tahun 2009 dan Pasal 55 Undang-undang nomor
tentang Narkotika tidak dipenjara 35 tahun 2009 tentang Narkotika ini
(hukum) oleh Polisi / BNN menegaskan bahwa Korban
apabilakeluargatersebut penyalahgunaan Narkotika tidak
melaporkan/ membawa korban ke dipidana melainkan menjalani
pusat rehabiltasi atauBNNP rehabilitasi medis dan/atau
Kaltim Samarinda. rehabilitasi sosial, dengan terlebih
2. Hambatan Eksternal dahulu melalui proses assesmen oleh
a) Takutnya keluarga korban akan tim dokter,psikolog,Polri dan petugas
rusaknya pencitraanmereka BNN.
apabiladiketahui anggota 3. Bahwa bardasarkan sanksi
keluarganya adalah pecandu pidana maupun denda yang terdapat
Narkotika. dalam Undang-undang Narkotika
b) Masih banyaknya yang tidak tersebut sangatlah berat dan tegas, ini
mengetahui bahwa kegiatan berarti bahwa Undang-undang
rehabilitasiditanggung oleh Narkotika yang baru lebih
pemerintah (gratis). mementingkan korban dari pada
c) Masih menjadi anggapan sebagai pelaku kejahatan Narkotika.
aib bagi keluarga terhadap 4. Dalam keseriusan pemerintah
keluarga pengguna Narkotika. menangani kasus korban
d) Belum bisa menerima kejujuran penyalahgunaan Narkotika ini telah
keluarga bila keluarga tersebut membentuk Badan Narkotika
telah berbicara apa adanya. Nasional dengan segala sarana dan
Hal inilah yang menjadi kendala prasarana pendukungnya dan
BNNPKaltim Samarinda untuk tersebar diberbagai provinsi di
memberantas para pelaku Indonesia selain itu juga sebagai
penyalahgunaan Narkotika sebagai upaya menyehatkan masyarakat.
implementasi Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun B. S A R A N
2009 Tentang Narkotika. 1. Kepada masyarakat yang
memiliki keluarga pengguna
BAB IV Narkotika agar jangan merasa takut
PE N UTU P atau malu untuk melapor karena
A. KESIMPULAN pengguna Narkotika murni tidak
21

dipidana/dipenjara melainkan Moh.Taufik Makarao, Suhasril, dan


mendapat rehabilitasi. Moh. Zakky A.S, Tindak Pidana
2. Balai Rehabilitasi yang Narkoba,Jakarta Ghalia
dengan segala kemewahannya Indonesia,2005
tidaklah lebih baik dibandingkan Prof.Dr.J.E. Sahetapy,S.H.,M.A,
dengan rumah sendiri, oleh karena Bunga Rampai Viktimisasi, PT
itu disarankan agar mencegah Eresco, Bandung, 1995.
terjadinya korban penyalahgunaan
Narkotika secara dini dari rumah RenaYulia,Viktimologi Perlindungan
sendiri dan lingkungan pergaulan. Hukum terhadap Korban Kejahatan,
3. Agar Strategi Pencegahan Graha Ilmu, Yogyakarta,2010
dan Pemberantasan Penyalahgunaan Sudarsono,Kenakalan
dan Peredaran Gelap Narkotika Remaja,Rineka Cipta,Jakarta,1991
(P4GN) seperti yang dikatakan oleh
Sylviana, Bunga Rampai Narkoba
nara sumber, bahwa akan
Tinjauan Multi Dimensi, Sandi Kota,
dicanangkan pada tahun 2014 ini
Jakarta, 2001
oleh Bapak Presiden Republik
Indonesia di BNNP Kaltim Tumpa.Harifin,Dr.SH,MH,
Samarinda dapat segera terlaksana Komentar dan pembahasan Undang-
sehingga penanggulangannya undang no.35 tahun 2009 tentang
menjadi maksimal. Narkotika, sinar grafika,jakarta,2011.
Universitas 17 Agustus 1945,
Panduan Penulisan Hukum, Edisi
DAFTAR PUSTAKA
Revisi 2008, Samarinda, 2008
A. Literatur
Arif Gosita., Masalah Korban
Kejahatan, (Jakarta: Akademika B. Perundang-undangan
Pressindo, 1993 Wetboek, Burgerlijk. Kumpulan
Dirdjosisworo, Soedjono. Segi Kitab Undang-Undang
Hukum Tentang Narkotika Hukum,WIPRESS,2008
DiIndonesia, Yayasan Nusantara,
Himpunan peraturan perundang-
Bandung, 1992.
undangan, Undang-undang
Dr. Mardani, Penyalahgunaan psikotropika, Narkotika dan Zat
Narkoba Dalam Perspektif Hukum Adiktif Lainnya, Fokusmedia,
Islam dan Hukum Pidana Nasional, Bandung, 2010.
Raja Grafindo, Jakarta, 2008
Undang-Undang Republik
Gunarsa, G, Singgih. Psikologi Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
Remaja, Gunung Mulia, Jakarta, tentang Narkotika.
1991.
Undang Undang Psikotropika
H.Ikin dkk,Bahaya Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif Lainnya,
Narkotika dan Penanggulan-gannya, Bandung : Fokusmedia,2010
yayasan bina taruna
Kitab lengkap KUHPer KUHAPer
Jhon M. Elhols & Hasan Sadili, KUHP KUHAP KUHD,Penerbit
Kamus Inggris Indonesia, PT. pustaka Yustisia,Yogyakarta,2012
Gramedia, Jakarta, 1996
22

C. Sumber lain
http://thed03.blogspot.com/2008/10/
hukum-viktimologi.html [4 April
2014 pukul 18.30].
http://bahayaanapza.blogspot.com/p/
sebetulnya-penggunaan narkotik
-obat.html [4 April 2014 pukul
18.50].
http://www.anakciremai.com/2008/0
7/makalah-psikologi tentang html [4
April 2014 pukul 19.30].
http://damarcuute.blogspot.com/200
9/02/makalah-tentang-narkoba-dan-
macam-macam.html [4 April 2014
pukul 19.50].
http://therock-
putradh.blogspot.com/2011/08/pemb
ahasan-narkoba.html [4 April 2014
pukul 20.30].

You might also like