You are on page 1of 13

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP

KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN


1
Sri Suryaningsum, 1Noto Pamungkas, 2Aldhi Fernandeaf, dan 3Syahrul Anam
1
Accounting Departement, Economic and Business faculty
2
Ungraduated student, Economic and Business Faculty
3
CV Intens Ilmu Institute
Universitsas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Jalan SWK (lingkar utara) No 104 Condong Catur Yogyakarta
Email : srisuryaningsum@upnyk.ac.id
Abstract
The purpose of this study was to analyze the influence of corporate social
responsibility disclosure on Return on Equity and to analyze the impact of corporate social
responsibility disclosure on stock returns. The study was motivated by the low number of
mining companies undertake CSR activities and disclosure as well as the diversity of the
results of previous studies. Low CSR activities due to a lack of awareness of companies on
the importance of CSR activities and disclosure in the annual report. The population in this
study is a mining company listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2010-2014. This
study uses secondary data from the annual report for the period 2010-2014 were obtained
from the Indonesia Stock Exchange (BEI) .Variabel this research was CSR, ROA, ROE, ROS
and leverage. Based on the results of research conducted on the 19 mining companies in the
period from 2010 through 2014 can be inferred based on the calculation of the partial
regression coefficient (t test) that variable social responsibility disclosure of significant
positive effect on ROA and ROS. Variable social responsibility disclosure no significant
effect on ROE.

Keywords: CSR, ROA, ROE, ROS, and Laverage

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengungkapan


tanggungjawab sosial perusahaan terhadap Return on Equity dan untuk menganalisis
pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap return saham. Studi ini
dilatarbelakangi dengan masih rendahnya perusahaan pertambangan yang melakukan
aktivitas CSR dan pengungkapannya serta beragamnya hasil penelitian sebelumnya.
Rendahnya aktivitas CSR disebabkan oleh kurangnya kesadaran perusahaan atas pentingnya
aktivatas CSR dan pengungkapannya dalam laporan tahunan. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2010-2014. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan tahunan selama
periode 2010-2014 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).Variabel penelitian ini
adalah CSR, ROA, ROE, ROS dan leverage. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
pada 19 perusahaan pertambangan pada periode 2010 sampai dengan 2014 dapat disimpulkan
berdasarkan perhitungan koefisien regresi secara parsial (uji t) bahwa variabel pengungkapan
tanggung jawab sosial berpengaruh positif signifikan terhadap ROA dan ROS. Variabel
pengungkapan tanggung jawab sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE.

Kata kunci : CSR, ROA, ROE, ROS, dan Laverage

1. Introduction

Latar belakang penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh corporate social
responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan berdasarkan metode data
sekunder selama
Dalam era global saat ini perusahaan diharuskan menerapkan program CSR pada
recana strategis perusahaan. Untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan
operasi perusahaan. Karena semakin besar skala operasi perusahaan semakin besar juga
dampak yang ditimbulkan sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat. mengetahui akibat
dari dampak tersebut sudah seharusnya perusahaan bertanggung jawab terhadap kehidupan
masyarakat. Bentuk pertanggungjawaban tersebut biasa dikenal sebagai CSR Corporate
Social Responsibility

Corporate Social Responsibility (selanjutnya dinyatakan dengan CSR) merupakan


wujud pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Hal ini sesuai
dengan pernyataan bahwa CSR diartikan sebagai tindakan korporasi atau perusahaan besar
dalam memberikan tanggung jawabnya berupa materi seperti uang, peralatan, atau hadiah
lainnya kepada komunitas, organisasi atau individu di wilayah di mana perusahaan tersebut
beroperasi (Beny, 2012). Sehingga CSR memberikan pengaruh yang besar terhadap
kehidupan masyarakat luas dan lingkungan.

Salah satu penopang pertumbuhan perekonomian suatu negara terletak di sektor


pertambangan, karena sumber daya energinya yang sangat dibutuhkan. Dan sekarang sudah
banyak perusahaan pertambangan yang dibangun di Indonesia, karena potensi alam yang
dimiliki oleh Indonesia banyak akan sumber daya alam yang akan menumbuhkan
perusahaan-perusahaan pertambangan untuk melakukan ekplorasi terhadap sumber daya
tersebut. Pertumbuhan produksi pertambangan di Indonesia diprediksi menjadi 8,27 persen
untuk periode 2012-2016 (Werner, 2012). Perusahaan dalam industri pertambangan umum
dapat berbentuk usaha terpadu dalam arti bahwa perusahaan tersebut memiliki usaha
eksplorasi, pengembangan dari konstruksi, produksi, dan pengolahan sebagai satu kesatuan
usaha atau berbentuk usaha-usaha terpisah yang masing-masing berdiri sendiri (Sonia,
2013).

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat ditandai dengan munculnya berbagai
perusahaan yang berskala produksi besar dan menyerap banyak tenaga kerja. Bidang-bidang
usaha yang tersedia semakin banyak sehingga lapangan pekerjaan tersedia cukup luas bagi
masyarakat. Harus dipahami, bahwa dalam mengimplementasi usahanya, pihak investor tidak
hanya mementingkan keuntungan semata bagi dirinya sendiri (profit oriented), tetapi juga
harus berkewajiban memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (Daniri, 2008).
Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan telah melaksanakan .
aktivitas sosialnya agar masyarakat dapat hidup aman dan tentram. Berdasarkan segi
ekonomi, memang perusahaan diharapkan mendapatkan keuntungan yang setinggi-tingginya.
Tetapi di aspek sosial, maka perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung
kepada masyarakat yaitu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya
(Anggraini, 2006).

Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwa kegiatan perusahaan


akan menimbulkan dampak for better or worse, bagi kondisi lingkungan sosial ekonomi
masyarakat sekitar perusahaan. Selain itu, pemilik perusahaan tidak mencakup shareholder
atau para pemegang saham. Melainkan pula stakeholder, yakni pihak yang berkepentingan
terhadapa eksistensi perusahaan.
Pada periode-periode sebelum tahun 2007 pengungkapan Corporate Social
Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan masih sekedar bersifat sukarela, untuk
itu pemerintah Indonesia pada tahun 2007 mengeluarkan Undang- undang Perseroan Terbatas
No. 40 Pasal 74 Tahun 2007 Pasal 1 dan 2 (Husni, 2013). Undang-undang tersebut
mewajibkan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber
daya alam melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Syahnaz, 2013).

Kinerja keuangan merupakan karena kinerja mencerminkan kemampuan perusahaan


dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya maka kinerja menjadi hal penting
yang harus dicapai setiap perusahaan. Penilaian kinerja keuangan biasanya dilakukan melalui
Analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan digunakan untuk mengukur dan menilai
baik, buruknya prestasi bidang keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu. Rasio
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio Profitabilitas ((ROA (Return On Asset),
ROE (Return On Equity), ROS (Return on Sales)).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Rosiliana, Yuniarta, dan Darmawan. Yang meneliti tentang Pengaruh Corporate Sosial
Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan. Yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu yaitu penelitian ini menggunakan sampel perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Bagaimanapun, kinerja indusri
pertambangan tampaknya akan tetap menjadi sorotan yang menarik perhatian bagi
masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi untuk bersinggungan dengan
kepentingan luas.

Ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian tersebut mendorong peneliti untuk


menguji kembali pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap kinerja
perusahaan.

2. Material And Method

Secara umum, Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas


kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas
untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan
lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara, atau
dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi
dampak positif pada suatu komunitas, atau merupakan suatu proses yang penting dalam
pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik
secara internal (pekerja, shareholders, dan penanaman modal) maupun eksternal
(kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan
perusahaan lain). Jadi, tanggung jawab perusahaan secara sosial tidak hanya terbatas pada
konsep pemberian donor saja, tapi konsepnya sangat luas dan tidak bersifat statis dan pasif
dan statis, hanya dikeluarkan dari perusahaan akan tetapi hak dan kewajiban yang dimiliki
bersama antara stakeholders. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) melibatkan
tanggungjawab kemitraan antara pemerintah, lembaga, sumberdaya komunitas, juga
komunitas lokal (setempat). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini
merupakan tanggungjawab bersama secara sosial antara stakeholders. Konsep kedermawanan
perusahaan (corporate philantrophy) dalam tanggungjawab sosial tidaklah lagi memadai
karena konsep tersebut tidaklah melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan secara
sosial dengan stakeholders lainnya.

Tanggung jawab sosial perusahaan pada dasarnya juga terkait dengan budaya
perusahaan (coporate culture) yang ada dipengaruhi oleh etika perusahaan yang
bersangkutan. Budaya perusahaan terbentuk dari para individu sebagai anggota perusahaan
yang bersangkutan dan biasanya dibentuk oleh sistem dalam perusahaan. Banyak istilah
tentang tanggungjawab perusahaan, dalam perudang-undangan menggunakan tanggungjawab
sosial dan lingkungan atau corporate social responsibility atau kadangkala orang menyebut
juga dengan business social responsibility atau corporate citizenship atau corporate
responsibility atau business citizenship. Istilah-istilah diatas sama artinya dan sering
digunakan untuk merujuk pengertian CSR. CSR walau masih sangat sedikit tapi sudah diatur
secara tegas di Indonesia, yaitu dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-5/MBU/2007 tentang
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, khusus
untuk perusahaan-perusahaan BUMN. Setelah itu tanggung jawab sosial perusahaan
dicantumkan lagi dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang ini menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ayat (2) pasal ini manyatakan kewajiban tersebut
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Selanjutnya ayat (3) menyebutkan perseroan yang
tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dikenai sanksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang terkait. Kemudian ayat (4) menyatakan
ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah (Marnelly, 2012).

Terdapat dua jenis konsep CSR, yaitu dalam pengertian luas dan dalam pengertian
sempit. CSR dalam pengertian luas, berkaitan erat dengan tujuan mencapai kegiatan ekonomi
berkelanjutan (sustainable economic activity). Keberlanjutan kegiatan ekonomi bukan hanya
terkait soal tanggungjawab sosial tetapi juga menyangkut akuntabilitas (accountability)
perusahaan terhadap masyarakat dan bangsa serta dunia internasional (Marnelly, 2012).

Teori Signal

Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk


memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk
memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar
karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan
datang dari pada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi bagi pihak luar
mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan
harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan
dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri
adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan
yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan
yang akan datang (wolk etal, 2000).

Kinerja Keuangan

Sebagian ratio pengukuran kinerja adalah ROA. ROE dan PBV. Return On Equity
untuk pengukuran kinerja diperkuat dalam penelitian Arief dan Yanuar (2009) yang
mengatakan bahwa rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atau seluruh modal
yang ada, ROE juga merupakan salah satu indikator yang digunakan oleh pemegang saham
untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani. Return on Asset (ROA) menurut Arief
(2009) adalah rasio yang mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang
ada. Menurut Sihombing (2008) , Price to Boook Value (PBV) merupakan suatu nilai yang
dapat digunakan untuk membandingkan apakah sebuah saham lebih mahal atau lebih murah
dibandingkan dengan saham lainnya. Untuk membandingkannya, kedua perusahaan harus
dari satu kelompok usaha yang memiliki sifat bisnis yang sama.

Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan
tertentu tertentu yang ingin dicapai dalam usaha memenuhi kepentingan para anggotanya.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. Penilaian
prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan
keputusan baik pihak internal maupun pihak eksternal. Kinerja keuangan merupakan
gambaran mengenai kondisi dan keadaan dari suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-
alat analisis keuangan sehingga dapatdiketahui baik buruknya kondisi keuangan dan prestasi
keuangan sebuah perusahaan dalam waktu tertentu (Kurnianto, 2011).

Laporan keuangan adalah struktur dan proses yang menggambarkan bagaimana


informasi keuangan disediakan dan dilaporkan guna mencapai tujuan pelaporan keuangan.
Jadi, laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang sangat penting dalam menilai
perkembangan perusahaan. Laporan keuangan dapat digunakan menilai prestasi yang dicapai
perusahaan pada saat lampau, sekarang danrencana waktu yang akan datang. Melihat laporan
keuangan suatu perusahaan akan tergambar didalamnya aktivitas suatu perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, laporan keuangan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat komunikasi serta sebagai alat pengukur kinerja perusahaan masa
depan (Prayitno,2010). Dengan melakukan penilaian kinerja keuangan dan evaluasi secara
berkala adalah cara yang dilakukan oleh manajemen untuk memenuhi kewajiban kepada
pemilik perusahaan.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja adalah analisis
rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat dikelompokan menjadi 5 jenis berdasarkan
ruang lingkupnya (Harmono, 2009), yaitu :
Rasio Likuiditas rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas terdiri dari: current ratio, quick ratio, cash
ratio dan net working capital.

Rasio Solvabilitas rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi


kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas terdiri dari: debt to assets, long term debt to
equity, dan debt to equity.

Rasio Aktivitas rasio ini mengukur tingkat efektifitas pemanfaatan sumber daya
perusahaan. Rasio aktivitas terdiri dari: inventory turnover, TATO (total asetss turnover), dan
cash turnover.

Rasio Profitabilitas rasio ini menunjukkan kemampuan dari perusahaan dalam


menghasilkan keuntungan. Rasio rentabilitas/profitabilitas terdiri dari: net profit margin,
gross profit margin, return on assets, return on equity, dan return on investment. Return on
sales

Rasio Pasar Rasio ini memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan


nilai pasar usahanya atas biaya investasi. Rasio pasar terdiri dari: price earning ratio, earning
per share, dan price to book value.

Rasio Profitabilitas atau kemampu labaan merupakan kemampuan perusahaan didalam


menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan keuntungan dari investasi keuangan.
Myers dan Majluf sebagaimana dikutip oleh Sartono (2008)yang berpendapat bahwa
manajer keuangan yang menggunakan packing order theory dengan laba ditahan sebagai
pilihan pertama dalam pemenuhan kebutuhan dana dan hutang sebagai pilihan kedua serta
penerbitan saham sebagai pilihan ketiga, akan selalu memperbesar profitabilitas untuk
meningkatkan laba. Profitability ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal. Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon investor maupun pemegang saham
karena berkaitan dengan efektivitas manajemen mengelola perusahannya dan mepengaruhi
harga saham serta dividen yang akan diterima.
Oleh karena itu, rasio profitabilitas sering disebut sebagai salah satu pengukuran bagi
kinerja perusahaan. Rasio profitabilitas yang digunakan dalampenelitian ini adalah return on
equity (ROE), return on asset (ROA), dan return on sales (ROS)

ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan,
rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan
menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan
manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa
yang akan datang. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik,
karena return semakinbesar (Husnan, 2013).

Menurut Brigham dan Houston (2001), pengembalian atas total aktiva


(ROA) dihitung dengan cara membandingkan laba bersih yang tersedia untuk
pemegang saham biasa dengan total aktiva. Menurut Brigham dan Houston (2001),
ROA dirumuskan sebagai berikut:

Laba Bersih
ROA = x 100
Total Aktiva

Return on equity merupakan alat yang sering digunakan investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Selain itu, return on equity (ROE) juga dapat memberikan gambaran
tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Return on equity (ROE) adalah
salah satu rasio profitabilitas yang membandingkan laba bersih (net income) dengan total
shareholders equity perusahaan (Cheng dan Christiawan, 2011).

Return On Equity merupakan rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan


mengelola modal sendiri secara efektif. Dalam perhitungannya secara umum ROE dihasilkan
dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahunterakhir. ROE merupakan alat yang
paling sering digunakan investor dalam pengambilan keputusan investasi (Husnan, 2013).

Menurut Priadi (2008) dalam Kurnianto (2010) mengatakan bahwa rumus


perhitungan ROE adalah :
LabaBersihsetelahpajak
ROE
Jumlahmodal

Return On Sales adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang
tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya, termasuk bunga danpajak. Menurut (Munawir,
1997), ROS diduga mempengaruhi perataan laba, karena secara logis margin ini terkait
langsung dengan objek perataan penghasilan. ROS yang rendah menandakan penjualan yang
terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat
penjualan yang tertentu.

Menurut (Hanafi, 1995) mengatakan bahwa rumus perhitungan Return On Sales bisa
yaitu :

LabaBersih
ROS
PenjualanBersih

Variabel kontrol dalam penelitian yaitu: leverage. Kemungkinan leverage ikut

berpengaruh terhadap return saham yang perlu mendapat perhatian secara khusus (dikontrol).

a) Leverage

Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai operasinya tercermin

dalam tingkat leverage. Leverage ini juga mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan.

Berdasarkan teori agensi, tingkat leverage berpengaruh negatif terhadap pengungkapan

tanggung jawab sosial (Sembiring, 2005).

Leverage merupakan suatu rasio yang menunjukkan sejauh mana bisnis bergantung

pada pembiayaan utang. Leverage perusahaan dihitung dengan menggunakan rasio

perbandingan total hutang dengan modal sendiri, atau dikenal dengan debt to equity ratio

(DER). Perusahaan dengan tingkat DER (debt to equity ratio) tinggi menunjukkan komposisi

total hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri sehingga berdampak
semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) (Pradipta dan Purwaningsih,

2005).

Dalam penelitian ini, variable diukur menggunakan proporsi utang dengan modal
sendiri dalam pendanaan investasinya baik pada model penelitian pertama maupun model
kedua (Dahlia dan Siregar, 2008).

Pengembangan Hipotesis

Corporate Social Responsibility memiliki peran yang penting untuk mencapai


kesuksesan perusahaan, baik stakeholder maupun pihak luar. Dalam kehidupan CSR memiliki
peranan besar. Dalam hal ini penelitian menyusun hipotesis berdasarkan ROA, ROE, dan
ROS

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap ROA

Banyak literatur yang menegaskan bahwa aktivitas CSR yang tertuang dalam
pengungkapan sosial Perusahaan berpengaruh dan memiliki hubungan dengan kinerja
perusahaan. Dalam penelitian empiris, beberapa peneliti telah mencoba untuk
mengungkapkan hal ini dalam berbagai perspektif yang berbeda.

Menurut Tsoutsoura (2004) dalam Husnan (2013), menyatakan bahwa perusahaan


yang memiliki kinerja keuangan yang solid maka perusahaan memiliki lebih banyak sumber
daya untuk berinvestasi dalam domain kinerja sosial. Teori sinyal menyatakan bahwa
perusahaan memberikan sinyal-sinyal kepada pihak luar perusahaan dengan tujuan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Selain informasi keuangan yang diwajibkan, perusahaan juga
melakukan pengungkapan yang sifatnya sukarela. Penelitian ini menggunakan CSR sebagai
variabel Independen dengan pemikiran bahwa pasar akan memberikan apresiasi positif yang
dapat berdampak kepada peningkatan kinerja dan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba. Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H1 : Pengungkapan aktifitas CSR berpengaruh terhadap ROA

Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap ROE


Perusahaan yang sering melakukan program CSR memiliki nilai tambah yang lebih
baik daripada perusahaan yang tidak melakukan program CSR. Nilai tambah yang dimiliki
adalah kepercayaan investor dan stakeholder serta diterimanya produk perusahaan sehingga
akan meningkatkan laba dan ROE perusahaan

Menurut Wardhani (2007) dalam Kurnianto (2011), mengatakan bahwa Corporate


Social Responsibility berpengaruh positif terhadap ROE perusahaan. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan yang melaksanakan CSR yang dapat dilihat dari Corporate Social
Reporting akan mendapat banyak keuntungan seperti kesetiaan pelanggan dan kepercayaan
dari kreditor dan investor. Hal ini akan memicu keuangan perusahaan menjadi lebih baik
sehingga laba perusahaan meningkat danakan diikuti oleh kenaikan ROE dan ROA
perusahaan di tahun berikutnya. Dengan demikian dapat dirumusakan hipotesis sebagai
berikut:

H2 : Pengungkapan aktivitas CSR berpengaruh terhadap ROE

Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap ROS

Menurut Tsoutsoura (2004) mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility


berpengaruh signifikan terhadap Return on Sales (ROS). Pengungkapan CSR yang lebih luas
setidaknya memberikan informasi kepada publik tentang kepedulian perusahaan terhadap
masalah social yang ada. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan daya jual produk sebagai
dampak lanjutan dari kepercayaan dan simpati masyarakat terhadap perusahaan. Dengan
demikian dapat dirumusakan hipotesis sebagai berikut :

H3 : Pengungkapan aktivitas CSR berpengaruh terhadap ROS

3. Theory

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang

terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2010-2014.Sampel penelitian ini dipilih dengan

menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel tidak diambil secara acak

melainkan disesuaikan dengan kriteria yang sudah ditetapkan Variabel dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian (Suryabrata,

2003). Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu variabel

independen dan variabel dependen. CSR sebagai variabel independen dan kinerja

keuangan yang diwakili oleh profitabilitas (ROA, ROE, dan ROS) jadi Variabel

dependen yaitu CSR(y1) Variabel Independen yaitu ROA (x1), ROE (x2), ROS (x3).

You might also like