You are on page 1of 17

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSD Madani Palu

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako

LAPORAN KASUS

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF TIPE MANIK

DISUSUN OLEH:

Wenny eka fildayanti

N 111 12 043

1
PEMBIMBING:

dr. Patmawati, Sp. KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

RSD MADANI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2017

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Desa Tontoan Luwuk
Pekerjaan :-
Agama : Kristen
Status Perkawinan : Kawin
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : S1

2
Pekerjaan : PNS
Tanggal Pemeriksaan : 23 Januari 2017
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Salak Rumah Sakit Daerah Madani Palu
Tanggal Masuk RS : 19 Januari 2017 (27 kalinya)

LAPORAN PSIKIATRIK
I. RIWAYAT PENYAKIT
Autoanamnesis dan Heteroanamnesis (Tn.Suryanto, kakak pasien)

1. Keluhan utama
Mengamuk

2. Riwayat Gangguan Sekarang


Seorang laki-laki berusia 52 tahun MRS dengan keluhan
mengamuk 1 hari SMRS, pengakuan pasien, pasien mengamuk sebab
keinginannya tidak dipenuhi oleh saudaranya, dan menggeledah
rumah suadranya tersebut. Pasien merasa seluruh saudaranya terlalu
mencampuri urusannya dan hal tersebut membuat pasien tidak suka
dan marah. Pasien juga putus obat selama beberapa hari, dengan
alasan tidak kontrol dan tambah obat sebab lokasi luwuk ke palu
sangat jauh. Hal tersebut membuat pasien emosinya tidak terkontrol
dan suka marah.
Pada 5 Januari 2017, pasien juga stress sebab ibu kandung
pasien meninggal dunia, pasien merasa sangat sedih. Dan itulah juga
pasien mulai mengamuk-mengamuk.
Pada 14 januari 2017, 5 hari SMRS, pasien juga stress sebab
pasien ingin menyusul istri ke solo dalam rangka acara keluarga si
istri. Dari alloanamnesis ke suadara pasien, Istri pasien sebenarnya
tidak mengizinkan pasien ikut, sebab si istri takut pasien akan
membuat kekacuauan disana. Pasien juga merupakan orang yang
mudah emosional dan suka marah dalam kesehariannya.

3
Pasien juga stress kedua orangtuanya berpisah (broken-home)
sejak usia 4 tahun. Sejak itu pasien tinggal bersama ayah kandung dan
ibu tiri,hubungan pasien dengan mereka kurang baik terutama ibu tiri.
Sejak SMA kelas 1, pasien mulai mengonsumsi alcohol dengan
kemauan sendiri, berteman sama konsumen. Terakhir minum tahun
1992.
Pasien memiliki riwayat kecelakaan atau trauma kepala, yang
mengakibatkan perdarahan dengan 18 jahitan. Pasien lupa waktu
kejadian kecelakaan tersebut.
Tahun 1992, pasien pertama kali masuk di RS Madani, dibawa
oleh kakak dan adiknya, pasien tidak tahu alasan dibawa. Pasien ke 27
kali masuk karena sering putus obat.
Pada tahun 2002, ayah pasien meninggal dan pasien juga merasa
sedih. Pada tahun yang sama, pasien ditahan di Manado sebagai DPO
ditahan 2 minggu kemudian kabur ke Gorontalo.
Dari allo-anamnesis dari saudara pasien, pasien merupakan
orang yang mudah sensitif dan marah. Pasien suka keluar malam
sendiri tanpa tujuan. Pasien sering mengamuk dan menhancurkan
barang-barang. Pasien juga sering mendengar hal yang tidak baik.
Namun, pasien merupakan orang yang periang dan banyak bicara.
Pasien bukan orang yang suka mengurung diri jika sedang depresi,
melainkan keluar dan mencari kesibukan (hiperaktivitas).
3. Hendaya/Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)

4. Faktor Stressor Psikososial


1. Masalah pekerjaan, yaitu pasien mengalami permasalahan
di tempat kerjanya, pasien sudah 5 tahun tidak mendapat
gaji tunjangan. Beberapa rekan kerja pasien kerap
mengucilkan pasien.
2. Masalah keluarga, pasien memiliki orangtua tiri.

4
3. Masalah pribadi, yaitu pasien merupakan mantan
pengguna alcohol.
5. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat
penyakit/gangguan sebelumnya.
Pasien pernah mengalami kecelakaan, menyebabkan kepala
pasien berdarah dengan 18 jahitan. Pasien MRS Madani dengan
gangguan yang sama untuk yang ke 27 kalinya.

6. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Gangguan emosional atau mental
(sejak tahun 1992) (+)
2. Gangguan psikosomatik (-)
3. Infeksi Berat (-)
4. Penggunaan obat/NAPZA (+)
5. Gangguan neurologi:
Trauma/Cedera Kepala (+)
Kejang atau Tumor (-)

7. Riwayat Kehidupan Pribadi (Past Personal History)


Riwayat Prenatal dan Perinatal
Tidak ada masalah saat pasien dalam kandungan. Pasien lahir
normal, di rumah dibantu oleh bidan. Pasien lahir tanpa penyulit
apapun dalam persalinan.
Riwayat Masa Kanak-Kanak Awal (1-3 tahun)
Tidak terdapat persoalan-persoalan diusia ini. Pertumbuhan
dan perkembangan sesuai umur dan tidak terdapat gejala-gejala
problem perilaku. Tidak ada riwayat kejang, trauma atau infeksi pada
masa ini. Pasien mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan
saudara-saudaranya.
Riwayat Masa Kanak-Kanak Pertengahan (4-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan baik, sesuai dengan anak
seusianya. Pasien tumbuh sebagai anak yang periang. Hubungan
pasien dengan keluarga, saudara, kerabat, dan teman bermain
pasien cukup baik.

5
Orangtua pasien berpisah sejak pasien berusia 4 tahun,
kemudian pasien tinggal dengan ayah kandung dan ibu tiri serta
saudara-saudara kandungnya. Pasien tidak mendapatkan kasih-
sayang di keluarga yang sekarang. Pasien sering disiksa dan
dicambuk oleh ibu tiri. Pasien merasa tidak betah di rumah.

Riwayat Masa Kanak-Kanak Akhir/Pubertas/Remaja


(12-18 tahun)
Hubungan pasien dengan keluarga, kerabat, dan lingkungan tempat
tinggal cukup baik. Selama periode di sekolah tidak ada
permasalahan yang dialami pasien dan pasien memiliki banyak
teman.
Sejak SMA kelas 1, pasien mulai mengonsumsi alcohol
dengan kemauan sendiri, berteman sama konsumen. Pasien
memiliki beberapa teman yang menyuplai beberapa alcohol
kemudian pasien dapat dengan mudah membelinya. Saat itu
frekuensi konsumsi alcohol pasien sangat sering namun pasie tidak
begitu ingat jumlahnya dalam seminggu.

Riwayat Masa Dewasa (>18 tahun)


Pasien melanjutkan pendidikannya di bangku kuliah.
Hubungan pasien dengan keluarga, kerabat dan lainnya cukup baik.
Namun pasien merupakan orang yang temperamental dan
keinginan atau yang apa dimintanya harus dipenuhi, jika tidak dia
akan emosi dan marah. Namun, berdasarkan pengakuan pasien,
selama ini pasien tidak pernah memukul orang.
Pasien bekerja sebagai guru awal mulanya di SMP Balantak
pada tahun 1995. Hingga saat ini, pasien masih menjad guru dan
hubungan pasien dan murid-murid sera guru lainnya cukup baik.
Namun, beberapa guru mengucilkan pasien karena kelainan jiwa
yang dialami pasien.

6
Pasien menikah pada tahun 2001 dan tidak memiliki anak.
Hubungan dengan istri, pasien mengaku baik-baik saja. Namun,
pasien belum memiliki anak. Namun, hal tersebut tidak membuat
pasien merasa sedih.
8. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien anak kedua 4 dari 8 bersaudara.Memilik 6 saudara
kandung dan 2 saudara tiri. Hubungan, kasih sayang, dan komunikasi
antara pasien dengan ibu, ayah dan saudara kurang baik. Pasien
mengaku menyayangi keluarganya. Tidak terdapat gangguan serupa
dari keluarga pasien.

9. Situasi Sekarang
Pasien tinggal di rumah sakit dan meninggalkan istri.

10. Persepsi (Tanggapan) Pasien Tentang Diri dan Kehidupan.


Pasien menyadari dirinya sakit secara penuh.

7
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan:
Tampak seorang laki-laki memakai kaos oblong berwarna
biru muda, memakai celana panjang berwarna hitam. Postur
tinggi badan pasien sekitar 150 cm, rambut lurus, warna kulit
cokelat, tampakan wajah pasien sesuai dengan umurnya.
Perawatan diri baik.
2. Kesadaran: Komposmentis
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor: Baik
4. Pembicaraan: spontan, banyak bicara, intonasi sedang,
perbendaharaan kata baik
5. Sikap terhadap pemeriksa: kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : hipertimia
2. Afek : tidak serasi
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif)


Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan:
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai taraf pendidikannya.
Daya konsentrasi: baik
Orientasi:
o Waktu : baik
o Tempat : baik
o Perorangan : baik

Daya ingat
o Jangka Pendek : baik
o Segera (immediate memory) : baik
o Jangka Panjang : baik
Pikiran abstrak : baik
Bakat kreatif : tidak ada
Kemampuan menolong diri sendiri: baik

D. Gangguan Persepsi

8
Halusinasi : Auditorik, berupa
mendengar suara-suara berbicara
kepadanya menyuruh pasien membunuh
diri.
Ilusi : tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada

E. Proses berpikir
Arus pikiran :
1. Produktivitas: cukup
2. Kontinuitas pikiran: flight of ideas
3. Hendaya berbahasa: tidak ada
Isi Pikiran
1. Preokupasi: tidak ada
2. Gangguan isi pikiran : tidak ada
F. Pengendalian impuls
Baik

G. Daya nilai
Norma sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian Realitas : terganggu

H. Tilikan (insight)
Derajat 5: pasien menyadari penyakitnya dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam
perilaku praktisnya.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT


Pemeriksaan fisik
o Status internus:
Keadaan umum : compos mentis
Tanda-tanda vital : TD = 120/80 mmHg
9
Nadi = 80 x/i
R = 20 x/i
S = 36,6C
Konjungtiva : Anemis (-)/(-)
Sklera : Ikterus (-)/(-)
Pemeriksaan jantung-paru: tidak dilakukan pemeriksaan

o Status neurologis:
GCS: E4M6V5
N /N
Pemeriksaan Motorik dan Sensorik: N /N

Fungsi kortikal luhur dalam batas normal


Pupil bundar isokor
Reflex cahaya : (+)/(+)
Pemeriksaan kaku kuduk & meningeals sign: (-)
Refleks fisiologis: (+)
Refleks patologis: (-)
Pemeriksaan N. Cranialis & Perifer: Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Tekanan Intrakranial: Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki berusia 52 tahun MRS dengan keluhan mengamuk 1 hari SMRS,
pengakuan pasien, pasien mengamuk sebab keinginannya tidak dipenuhi
oleh saudaranya, dan menggeledah rumah suadranya tersebut.
Pasien juga putus obat selama beberapa hari, dengan alasan tidak kontrol dan
tambah obat sebab lokasi luwuk ke palu sangat jauh. Hal tersebut membuat
pasien emosinya tidak terkontrol dan suka marah.
Pasien juga stress kedua orangtuanya berpisah (broken-home) sejak usia 4 tahun.
Sejak itu pasien tinggal bersama ayah kandung dan ibu tiri,hubungan pasien
dengan mereka kurang baik terutama ibu tiri. Sejak SMA kelas 1, pasien
mulai mengonsumsi alcohol dengan kemauan sendiri, berteman sama
konsumen. Terakhir minum tahun 1992. Pasien memiliki riwayat kecelakaan
atau trauma kepala, yang mengakibatkan perdarahan dengan 18 jahitan.
Pasien lupa waktu kejadian kecelakaan tersebut.

10
Tahun 1992, pasien pertama kali masuk di RS Madani, dibawa oleh kakak dan
adiknya, pasien tidak tahu alasan dibawa. Pasien ke 27 kali masuk karena
sering putus obat.
Pasien bekerja sebagai guru awal mulanya di SMP Balantak pada tahun 1995.
Hingga saat ini, pasien masih menjad guru dan hubungan pasien dan murid-
murid sera guru lainnya cukup baik. Namun, beberapa guru mengucilkan
pasien karena kelainan jiwa yang dialami pasien.
Dari allo-anamnesis dari saudara pasien, pasien merupakan orang yang mudah
sensitif dan marah. Pasien suka keluar malam sendiri tanpa tujuan. Pasien
sering mengamuk dan menhancurkan barang-barang. Pasien juga sering
mendengar hal yang tidak baik. Namun, pasien merupakan orang yang
periang dan banyak bicara. Pasien bukan orang yang suka mengurung diri
jika sedang depresi, melainkan keluar dan mencari kesibukan
(hiperaktivitas).

11
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan autoanamnesa didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna berupa mengamuk. Keadaan ini akan
menimbulkan distress dan disabilitas dalam pekerjaan dan
penggunaan waktu senggang, yaitu pasien menderita sulit tidur dan
berhenti untuk bekerja sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami Gangguan Jiwa.
Pada pasien ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita
ataupun gejala psikotik positif, seperti halusinasi auditorik pada
pasien sehingga didiagnosa sebagai Gangguan Jiwa Psikotik.
Pada riwayat penyakit sebelumnya dan pemeriksaan status interna
dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan yang
mengindikasi gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan
fungsi otak serta dapat mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita
pasien ini, sehingga diagnosa gangguan mental organik dapat
disingkirkan dan didiagnosa Gangguan Jiwa Psikotik Non
Organik.
Berdasarkan deskripsi kasus diatas, dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami gangguan psikotik karena memenuhi kriteria
diagnosa untuk Gangguan skizoafektif tipe manik (F25.0)
berdasarkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif yang
menonjol pada saat yang bersamaan.
Aksis II
Ciri Kepribadian Emosional Tak Stabil
Aksis III
Tidak ditemukan diagnosis karena tidak ada ditemukan gangguan
organik.
Aksis IV

12
Masalah dengan primary support group (keluarga) dan
masalah pekerjaan
Aksis V
GAF scale 60-51 (Gejala sedang [moderate], disabilitas sedang).

VI. DAFTAR MASALAH


1. Psikologik/Perilaku
Ditemukan adanya halusinasi auditorik sehingga memerlukan
farmakoterapi.
2. Keluarga/lingkungan/sosial budaya
Ditemukan adanya masalah/stressor psikososial sehingga pasien
memerlukan psikoterapi.
VII. PROGNOSIS
Pendukung ke arah baik Pendukung ke arah buruk
Genetik tidak ada Genetik ada
Onset akut Onset kronik
Usia tua Usia muda
Faktor pencetus jelas Faktor pencetus tidak jelas
Riwayat premorbid sosial & pekerjaan baik Riwayat premorbid buruk
Belum pernah sakit seperti ini Pernah sakit seperti ini
Menikah Tidak menikah
Suportif lingkungan ada Suportif lingkungan tidak ada
Status ekonomi cukup Status ekonomi kurang

Prognosis: dubia ad bonam


VIII. RENCANA TERAPI
Farmakoterapi:
o Haloperidol 5 mg, 2 x1/ hari
o Carbamazepin 100 mg (0-1/2-1/2)
o Frimania tablet 200 mg 1-0-1

13
Psikoterapi suportif
o Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan lingkungan
sekitar pasien sehingga tercipta dukungan sosial dengan
lingkungan yang kondusif untuk membantu proses
penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan berkala.

IX. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta
menilai efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya
efek samping obat yang diberikan.

X. PEMBAHASAN
Gejala sasaran sindrom mania terjadi dalam jangka waktu paling
sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood,
suasana perasaan) yang meningkat ekspresi atau iritable. Gejala tersebut
disertai paling sedikit 4 gejala tersebut:
1. Peningkatan aktivitas (ditempat kerja , dalam hubungan sosial atau
seksual) atau ketidak tenangan fisik
2. Lebih banyak berbicara dari lazimnya atau adanya dorongan untuk
pikirannya sedang berlomba.
3. Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayalan subjektif bahwa
pikirannya sedang berlomba.
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf
sampai waham/delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan untuk tidur
6. Muda teralih perhatian , yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik
kepada stimulus luar yang penting atau yang tak berarti.
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam
gejala: penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan
[1]
kegiatan rutin.

14
Pada pasien ini dapat ditemukan adanya peningkatan aktivitas
(ketidak tenangan fisik), berbicara terus menerus, lompat gagasan, dan
berkurangnya waktu tidur. Dalam hal ini pasien telah memenuhi sindrom
mania.

Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-


gejala definitif adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia
dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang
satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang
sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode
penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun
episode manik atau depresif.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala
skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki
yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif
setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode
diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien
dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis
manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran dari
keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode
manik atau depresif (F30-F33)
(Maslim, 2013)
Gangguan skizoafektif tipe manik:

Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe


manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan
sebagian besra episode skizoafektif tipe manik
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan
afek yang begitu menonjol dikombinasikan dengan iritabilitas
15
atau kegelilsahan yang memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau
lebih baik lagi dua gejala skizfrenia yang khas (sebagaimana
ditetapkam untuk skizofrenia, F.20.- pedoman diagnostik (a)
sampai (b))
(Maslim, 2013)
Pada pasien ini dapat ditemukan adanya gejala skizofrenia dan
gangguan afektif yang sama-sama menonjol pada saat bersamaan, maka
gangguan skizoafektif dapat ditegakkan.pada pasien ini terdapat afek yang
meningkat dan terdapat gejala-gejala manik, maka diagnosis axis I
ditegakkan menjadi gangguan skizoafektif tipe manik.
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat
mood stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Pada kasus ini,
pasien diberikan haloperidol, frimania dan carbamazepin. Dimana obat-
obatan tersebut merupakan obat-obatan anti-mania.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Ed.3.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedoteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya; 2007.
2. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya; 2013.
3. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. Jakarta: EGC; 2010.

17

You might also like