You are on page 1of 9

MAKALAH

PEWARNAAN SPORA BAKTERI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Mikrobiologi yang dibimbing oleh

Agung Witjoro, S.Pd., M.Kes

Kelompok 13 :

Efriani Rodearma Sipahutar (150341600694)

Fitria Rahma Afiva (150341607305)

Indra Lusmana (150341603154)

Muhammad Risyad R.F (150341606759)

Mutia Nandani (150341607687)

Nur Anggraini Putri (150341601970)

Offering B

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
FEBRUARI 2017
A. TUJUAN
1. Untuk memperoleh ketrampilan melakukan pewarnaan spora bakteri
2. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya spora bakteri

B. DASAR TEORI
Spora bakteri ialah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri
terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bekteri itu mempunyai fun gsi seperti kista
ambe, sebab bakteri dalam bentuk spora dan ameba dalam bentuk kista merupakan suatu
fase, dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap
faktor-faktor luar yang tidak menguntungkan. Segera setelah keadaan luar baik bagi
mereka maka pecahlah dinding spora atau kista, dan tumbuh menjadi vegetati baru atau
amoeba sebagaimana biasanya (Dwijoseputro, 1978).
Endospora hanya terdapat pada bakteri. Merupakan tubuh bendinding tebal,
sangat refraktif, dan sangat resisten, dihasilkan oleh genus Bacillus dan Clostridium.
Akan tetapi, spesies bacillus yang aerob dan beberapa spesies clostridium yang anaerob
dapat membentuk spora. Sora ini lazim disebut endospora, dikarenakan spora itu
dibentuk di dalam sel (Dwidjoseputro, 2001).
Menurut Volk & Wheeler (1988). Dalam pengamatan spora bakteri diperlukan
pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan
yang dimaksudkan oleh Volk & Wheeler tersebut adalah dengan penggunaan larutan
hijau malakit 5% dan ntuk memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai dengan
larutan safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini bewarna merah. Dengan demikian ada
tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga
dapat diidentifikasi. Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di
dalam proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan yaitu spora dipanaskan
bersamaan dengan zat warna tersebut sehingga memudahkan zat warna tersebut untuk
meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri.
Proses pembentukan spora disebut sporulasi, pada umumnya proses ini mudah
terjadi saat kondisi medium biakan bakteri telah memburuk, hal ini sesuai dengan
kenyataan bahwa, sampel yang diambil dalam praktikum ini berasal dari biakan bakteri
yang dibuat beberapa minggu lalu, sehingga di asumsikan, nutrisi di dalam medium telah
hampir habis, sehingga diharapkan bakteri melakukan proses sporulasi ini. Proses
pembentukan spora di dalam sel vegetatif bakteri, terjadi beberapa tahapan, sevara
singkat bagan proses pembentukan spora bakteri di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Terjadi kondensasi DNA pada bekteri yang akan membentuk spora.
2. Terjadi pembalikan membrane sitoplasma, sehingga lapisan luar membrane kini
menjadi lapisan dalam membrane (calon spora).
3. Pembentukan korteks primordial (calon korteks).
4. Pembentukan korteks.
5. Spora terlepas dan menjadi spora yang bebas, pada tahap 5 ini, jika spora
mendapatkan lingkungan yang kondusif, maka ia bias tumbuh menjadi satu sel
bakteri yang baru (Dwidjoseputro, 2001)
Menurut Kusnadi, dkk (2003), endospora tahan terhadap keadaan lingkungan
yang merugikan seperti kering, panas, dan kurang tersedia nutrisi. Endospore yang
sebenarnya merupakan suatu badan yang sangat membias terbentuk dalam sel bakteri
vegetatif. Ukuran, bentuk, dan posisi spora dalam sel induk, sifatnya relatif tetap,
menandai suatu spesies. Beberapa tipe endospore berdasarkan bentuk dan lokasinya pada
sel bakteri :
1. Tipe terminal : spora terletak di antara bagian tengah dan ujung sel.
2. Tipe sentral : Spora terletak di bagian tengah sel.
3. Tipe lateral : spora terletak di bagian tengah sel tetapi sedikit menyamping.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Mikroskop
2. Kaca benda
3. Mangkuk pewarna
4. Pipet
5. Pinset
6. Linset
7. Lampu spiritus
8. Botol penyemprot

Bahan:
1. Biakan murni bakteri
2. Aquades steril
3. Larutan hijau malakit 5%
4. Larutan safranin 0,5%
5. Kertas lensa
6. Alkohol 70%
7. Lisol
8. Sabun cuci
9. Korek api
10. Lap
11. Kertas tissue

D. PROSEDUR

Disediakan kaca benda yang bersih, lalu dilewatkan di atas nyala api lampu spiritus

Diteteskan setetes aquades steril di atas kaca benda tersebut

Secara aseptik diambil inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu diletakkan di atas
tetesan aquades tersebut. Kemudian diratakan perlahan-lahan dan ditunggu sampai
mongering

Diteteskan larutan Hijau Malakit di atas sediaan itu, lalu dipanaskan di atas nyala api lampu
spiritus selama 3 menit. Sediaan dijaga agar tidak sampai mendidih atau mongering. Jika
mengering ditambahkan tetesan larutan hijau malakit

Sediaan diletakkan di atas lewat penyangga di atas mangkuk pewarna, lalu dibiarkan
sampai dingin

Kelebihan larutan hijau malakit dicuci dengan air kran dalam botol penyemprot
Larutan safranin diteteskan di atas sediaan, lalu dibiarkan selama 3 menit

Kelebihan larutan safranin pada sediaan itu dicuci

Sediaan dikeringkan dengan kertas penghisap dan diamati di bawah mikroskop

E. HASIL PENGAMATAN

No. Ada/Tidak ada


Bentuk Letak Gambar
koloni spora

1 Tidak ada spora - -

2 Tidak ada spora - -


F. ANALISIS
Pada praktikum pengamatan spora bakteri ini telah dilakukan beberapa langkah
pengerjaan. Pertama, menyediakan alat dan bahan yang diperlukan dan melakukan teknik
aseptik. Selanjutnya mengambil satu ose dari koloni bakteri lalu meletakkan pada kaca
benda yang sudah diberi satu tetes aquades steril. Setelah sedian mengering dan telah
dilakukan fiksasi, selanjutnya meneteskan pewarna hijau malakit di atas sediaan
kemudian memanaskan selama 3 menit. Setelah itu menunggu sediaan hingga dingin ,
lalu dibilas dengan air bersih. Selanjutnya meneteskan pewarna safranin dan membiarkan
sediaan selama 3 menit. Setelah itu bilas pewarna safranin dengan air bersih kemudian
dikeringkan lalu diamati dibawah mikroskop. Langkah-langkah ini dilakukan untuk
kedua koloni bakteri yang telah dibiakkan oleh setiap kelompok.
Berdasarkan hasil pengamatan pada mikroskop binokuler perbesaran 100x10,
pada koloni satu maupun koloni dua tidak ditemukan spora pada bakteri. Hal ini
diketahui dari hasil pengamatan pada sediaan yaitu terlihat hanya warna sel vegetatif
bakteri yang berwarna merah sedangkan pada bakteri tersebut tidak ditemukan warna
hijau yang menandakan adanya spora pada bakteri.

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum digunakan pewarna hijau malakit 5% dan safranin 0,5%. Pewarna
hijau malakit digunakan untuk mewarnai dinding endospora yang terdapat pada bakteri,
sedangkan safranin digunakan untuk mewarnai bakteri. Digunakan pewarna hijau malakit
karena memang pewarna yang dikhususkan untuk menjadi indikator adanya spora. Jika
tidak spora maka pada pengamatan dibawah mikroskop akan tampak berwaran merah
saja yang disebabkan oleh pewarnaan safranin. Dari hasil praktikum menunjukkan hasil
hanya terdapat bewarna merah saja pada koloni 1 dan koloni 2, yang artinya pada koloni
tersebut tidak terdapat endospora.
Endospora biasanya muncul karena keadaan yang tidak menguntungkan, sehingga
endospora tahan terhadap keadaan lingkungan yang merugikan seperti kering panas dan
kurang tersedia nutrisi. Endospora yang sebenarnya merupakan suatu badan yang sangat
membias terbentuk dalam sel bakteri vegetative. (Kusnadi, 2003).
Hasil praktikum pada koloni 1 dan koloni 2 menunjukkan tidak adanya spora. Hal
ini membuktikan bahwa pada koloni 1 dan koloni 2 tidak dapat membentuk spora.
Menurut pearce (2009) pengecatan endospora dengan larutan hijau malakit, bakteri
penghasil endospora akan menunjukkan reaksi positif yaitu larutan hijau malakit akan
berikatan dengan spora sehingga saat pencucian akan tetap berwarna hijau dan cat
penutup atau safranin tidak bisa diikat oleh endospora. Sedangkan bakteri yang tidak
berspora cenderung tidak tahan pengecatan karena hanya memiliki sel vegetatif. Saat
diwarnai oleh malakit, sel vegetatif dapat mengikat warna tetapi dapat luntur setelah
dilunturkan karena ikatannya tidak kuat. Setelah pewarnaan selanjutnya dengan safranin,
sel vegetatif mudah mengikat warna kembali. Oleh karena itu, hasil pewarnaan akhir
adalah merah muda dari safranin Sedangkan preparat dipanaskan di atas pembakar spirtus
yang bertujuan untuk membantu warna menembus dinding endospore.

H. DISKUSI
1. Apakah fungsi spora bagi bakteri ?
Jawab : Spora bakteri berfungsi untuk mempertahankan diri saat kondisi lingkungan
tidak menguntungkan atau tidak optimum lagi bagi pertumbuhan dan
perkembangannya, misalnya medium mengering, kandungan nutrisi menyusut dan
sebagainya.
2. Mengapa diperlukan pemanasan dalam proses pewarnaan spora bakteri ? jelaskan !
Jawab : karena pemanasan dapat menyebabkan lapisan luar spora mengembang
sehingga pori-pori dapat membesar dan memudahkan zat warna (larutan hijau malakit)
meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri.

KESIMPULAN

1. Dalam melakukan pewarnaan spora bakteri digunakan pewarna hijau malakit 5% dan
safranin 0,5%. Pewarna hijau malakit digunakan untuk mewarnai dinding endospora yang
terdapat pada bakteri, sedangkan safranin digunakan untuk mewarnai bakteri.
2. Pada pengamatan bakteri koloni 1 dan 2 tidak memiliki spora, hal ini ditunjukkan dengan
sel vegetatif bakteri berwarna merah dan tidak ada warna hijau di dalam sel maupun di
luar sel.
DAFTAR RUJUKAN

Common Textbook Mikrobiologi Jica. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia FMIPA


Jurusan Pendidikan Biologi.
Dwijoseputro. 1978. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

Dwidjoseputro. 2001. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan

Kusnadi, dkk . 2003. Common Textbook Mikrobiologi Jica. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia FMIPA Jurusan Biologi
Pearce Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Volk, W.A., & Wheeler, M. F. 1988. Mikrobiologi Dasar Jilid 5. Jakarta : Airlangga

You might also like