Professional Documents
Culture Documents
Antibiotik topikal tampaknya lebih efektif pada pasien yang memiliki hasil kultur bakteri positif.
Dalam review sistemik besar, telah ditemukan bahwa terjadi peningkatkan angka kesembuhan
klinis dan mikrobiologis pada kelompok pasien dengan kultur bakteri terbukti konjungtivitis,
sedangkan hanya meningkatkan angka kesembuhan mikrobiologis pada kelompok pasien dengan
dugaan klinis konjungtivitis bakteri. Penelitian lain menemukan perbedaan yang signifikan
dalam angka kesembuhan klinis ketika frekuensi penggunaan antibiotik sedikit berubah.
Pilihan Antibiotik: Semua tetes mata antibiotik spektrum luas tampaknya secara umum efektif
dalam mengobati konjungtivitis bakteri. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam mencapai
kesembuhan klinis antara salah satu spektrum luas antibiotik topikal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan antibiotik adalah ketersediaan lokal, pasien dengan alergi, kecocokan,
dan biaya. Terapi awal untuk konjungtivitis bakteri akut tercantum dalam Tabel 2.
Alternatif Terapi Antibiotik: Sebagai informasi, tidak ada penelitian yang telah
dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dekongestan mata, larutan saline topikal, atau kompres
hangat untuk mengobati konjungtivitis bakteri. Steroid topikal harus dihindari
karena risiko yang berpotensi memperpanjang perjalanan penyakit dan potensial menyebabkan
infeksi.
Konjungtivitis S aureus resisten Methicillin -Diperkirakan bahwa 3% sampai 64% dari infeksi
stafilokokus okular adalah karena konjungtivitis S aureus resisten Methicillin; Kondisi ini
menjadi lebih umum dan organisme dapat resisten terhadap banyak antibiotik. Pasien dengan
kasus dugaan perlu dirujuk ke dokter mata dan diterapi dengan vancomycin fortifikasi.
Konjungtivitis Noninfeksius
Konjungtivitis Alergi
Prevalensi dan Penyebab- Konjungtivitis alergi adalah respon inflamasi dari konjungtiva
terhadap alergen seperti serbuk sari, bulu binatang, dan antigen lingkungan lainnya
dan mempengaruhi lebih dari 40% dari populasi di Amerika Serikat; hanya sekitar 10% dari
individu dengan konjungtivitis alergi mendapatkan perhatian medis, dan sisanya sering tidak
terdiagnosis. Kemerahan dan gatal-gatal adalah gejala paling konsisten. Konjungtivitis alergi
musiman merupakan 90% dari seluruh konjungtivitis alergi di Amerika Serikat.
Pengobatan- Pengobatan terdiri dari penghindaran kontak dengan antigen dan penggunaan
larutan saline atau air mata buatan untuk secara fisik mengencerkan dan membuang alergen.
Dekongestan topikal, antihistamin, stabilisator sel mast, obat anti inflamasi nonsteroid, dan
kortikosteroid dapat diindikasikan. Dalam review sistemik besar, baik antihistamin dan
stabilisator sel mast lebih unggul dibandingkan plasebo dalam mengurangi gejala konjungtivitis
alergi; peneliti juga menemukan bahwa antihistamin lebih unggul dari stabilisator sel mast dalam
memberikan manfaat jangka pendek. Penggunaan jangka panjang dari antihistamin antazoline
dan vasokonstriktor naphazoline harus dihindari karena dapat menyebabkan rebound hyperemia.
Steroid harus digunakan dengan hati-hati dan bijaksana. Steroid topical berkaitan dengan
pembentukan katarak dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan bola mata yang mengarah
pada glaucoma.
Berbagai obat topikal seperti tetes mata antibiotik, obat antivirus topikal,
dan obat tetes mata pelumas dapat menginduksi respon alergi konjungtiva terutama karena
adanya benzalkonium klorida di sedian obat tetes mata. Penghentian pemakaian
agen penyebab menyebabkan resolusi gejala.
Steroid tetes atau obat tetes kombinasi yang mengandung steroid sebaiknya tidak digunakan
secara rutin. Steroid dapat meningkatkan kekebalan dari adenovirus, sehingga memperpanjang
kejadian
konjungtivitis viral. Selain itu, jika ulkus kornea yang merupakan infeksi sekunder dari herpes,
bakteri, atau jamur muncul, steroid dapat memperburuk kondisi, menyebabkan kornea meleleh
dan terjadi kebutaan.
Kesimpulan
Sekitar 1% dari semua kunjungan pasien ke dokter perawatan primer adalah terkait
konjungtivitis,
dan estimasi biaya konjungtivitis bakteri saja senilai $377 juta hingga $857 juta
per tahun. Mengandalkan tanda-tanda dan gejala sering mengarah ke diagnosis yang akurat.
Konjungtivitis virus nonherpetic diikuti oleh konjungtivitis bakteri adalah penyebab yang paling
umum
dari konjungtivitis infeksius. Konjungtivitis alergi menyerang hampir 40% dari
populasi, tetapi hanya sebagian kecil yang mendapatkan terapi medis. Mayoritas kasus
konjungtivitis virus disebabkan oleh adenovirus. Tidak ada aturan penggunaan antibiotik topikal
pada konjungtivitis viral, dan sebaiknya harus dihindari karena efek samping pengobatan yang
merugikan. Penggunaan tes antigen cepat untuk mendiagnosis konjungtivitis virus dan
menghindari penggunaan tidak tepat dari antibiotik merupakan strategi yang sesuai. Bakteri
patogen yang terisolasi pada hanya 50% dari kasus yang dicurigai konjungtivitis, dan setidaknya
60% dari konjungtivitis bakteri (dicurigai secara klinis atau terbukti dengan kultur) dapat hilang
dengan sendirinya tanpa pengobatan. Kultur berguna dalam kasus yang tidak respon dengan
terapi, kasus konjungtivitis hiperakut, dan suspek konjungtivitis klamidia. Pengobatan dengan
antibiotik topikal biasanya dianjurkan untuk pemakai lensa kontak, pasien dengan sekret
mukopurulen dan nyeri pada mata, kasus yang diduga konjungtivitis klamidia dan gonokokal,
dan pasien dengan penyakit mata sebelumnya. Keuntungan dari penggunaan antibiotik
diantaranya yakni resolusi cepat dari penyakit, pasien dapat kembali bekerja atau
sekolah, dan kemungkinan rendahnya komplikasi dari konjungtivitis. Mayoritas kasus
konjungtivitis alergi disebabkan oleh alergi musiman. Antihistamin, inhibitor sel mast, dan
steroid topikal (pada kasus tertentu) diindikasikan untuk mengobati konjungtivitis alergi. Steroid
harus digunakan dengan bijaksana dan hanya setelah pemeriksaan optalmologi menyeluruh telah
dilakukan untuk menyingkirkan infeksi petic atau keterlibatan kornea, yang dapat memburuk
dengan steroids.
Dokter harus waspada untuk tidak mengabaikan kondisi yang mengancam penglihatan dengan
kemiripannya dengan konjungtivitis, seperti yang dirangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1
Tabel 2
Terapi ophthalmic untuk Konjungtivitis
Fluoroquinolones
Macrolides
Sulfonamides
Trimethoprim/polymyxin A22,40,46
B: 1 or 2
drops
4 /d for 1 wk
Konjungtivitis TT Purulen Neisseria Ceftriaxone: 1 g IMonce C16,47
bakteri gonorrhoeae
hiperakut Lavage of the infected eye C16
pada dewasa
Dual therapy to cover
chlamydia is C48
indicated
OAINS
Ketorolac: 1 drop 4 /d B53,54
Vasoconstrictor/antihistami
ne B55
Naphazoline/pheniramine:
1-2
drops up to
4 /d
Tabel 3