You are on page 1of 14

dan 2 sampai 7 hari, masing- masing.

Mengenai kedua kelopak mata dan adanya perlekatan dari


kelopak mata, berkurangnya gatal, dan tidak ada riwayat konjungtivitis adalah prediktor positif
yang kuat dari konjungtivitis bakteri. Sekret purulen yang berat harus selalu dikultur dan harus
dipertimbangkan adanya suatu konjungtivitis gonokokal (Gambar 3B). Konjungtivitis tidak
respon terhadap terapi antibiotik standar pada pasien yang aktif secara seksual yang menjamin
evaluasi clamidia. Kemungkinan terjadinya keratitis bakteri tinggi pada pemakai lensa kontak,
yang harus diterapi dengan antibiotik topikal dan dirujuk ke dokter spesialis mata. Seorang
pasien yang memakai lensa kontak harus diminta untuk segera berhenti menggunakannya.

Penggunaan Antibiotik pada Konjungtivitis Bakteri-Setidaknya 60% dari kasus yang


dicurigai atau yang terbukti dengan kultur sebagai konjungtivitis bakteri akut dapat hilang degan
sendirinya dalam 1 sampai 2 minggu. Meskipun antibiotik topikal mengurangi durasi penyakit,
tidak ada perbedaan yang didapat dalam hasil antara kelompok terapi dan plasebo. Pada sebuah
meta-analisis besar, yang terdiri dari review kepada 3673 pasien dalam 11 uji klinis acak,
terdapat peningkatan sekitar 10% di tingkat perbaikan klinis dibandingkan dengan plasebo untuk
pasien yang menerima 2 sampai 5 hari atau 6 sampai 10 hari pengobatan antibiotik dibandingkan
dengan plasebo. Tidak ada hal serius yang terlihat mengancam dari hasil yang dilaporkan dalam
grup plasebo. Beberapa bakteri yang sangat mematikan, seperti S pneumoniae, N gonorrhoeae,
dan H influenzae, dapat menembus pertahanan pejamu lebih mudah dan menyebabkan kerusakan
lebih serius.

Antibiotik topikal tampaknya lebih efektif pada pasien yang memiliki hasil kultur bakteri positif.
Dalam review sistemik besar, telah ditemukan bahwa terjadi peningkatkan angka kesembuhan
klinis dan mikrobiologis pada kelompok pasien dengan kultur bakteri terbukti konjungtivitis,
sedangkan hanya meningkatkan angka kesembuhan mikrobiologis pada kelompok pasien dengan
dugaan klinis konjungtivitis bakteri. Penelitian lain menemukan perbedaan yang signifikan
dalam angka kesembuhan klinis ketika frekuensi penggunaan antibiotik sedikit berubah.

Pilihan Antibiotik: Semua tetes mata antibiotik spektrum luas tampaknya secara umum efektif
dalam mengobati konjungtivitis bakteri. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam mencapai
kesembuhan klinis antara salah satu spektrum luas antibiotik topikal. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan antibiotik adalah ketersediaan lokal, pasien dengan alergi, kecocokan,
dan biaya. Terapi awal untuk konjungtivitis bakteri akut tercantum dalam Tabel 2.
Alternatif Terapi Antibiotik: Sebagai informasi, tidak ada penelitian yang telah
dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dekongestan mata, larutan saline topikal, atau kompres
hangat untuk mengobati konjungtivitis bakteri. Steroid topikal harus dihindari
karena risiko yang berpotensi memperpanjang perjalanan penyakit dan potensial menyebabkan
infeksi.

Ringkasan Rekomendasi untuk Mengelola Konjungtivitis Bakteri- Sebagai kesimpulan,


manfaat dari pengobatan antibiotik diintaranya pemulihan lebih cepat, penurunan transmisi, dan
dapat segera kembali beraktivitas. Selain itu, efek samping tidak terjadi jika antibiotik tidak
digunakan dalam kasus-kasus konjungtivitis bakteri sederhana. Oleh karenanya, tidak adanya
pengobatan, kebijakan menunggu dan melihat, dan pengobatan segera merupakan pendekatan
yang rasional dalam kasus konjungtivitis sederhana. Terapi antibiotik harus dipertimbangkan
dalam kasus konjungtivitis purulen atau mukopurulen dan untuk pasien yang memiliki
ketidaknyamanan lain saat memakai lensa kontak, yang mengalami penurunan sistem imun, dan
yang telah dicurigai konjungtivitis klamidia dan gonokokal.

Topik Spesial dalam Konjungtivitis Bakteri

Konjungtivitis S aureus resisten Methicillin -Diperkirakan bahwa 3% sampai 64% dari infeksi
stafilokokus okular adalah karena konjungtivitis S aureus resisten Methicillin; Kondisi ini
menjadi lebih umum dan organisme dapat resisten terhadap banyak antibiotik. Pasien dengan
kasus dugaan perlu dirujuk ke dokter mata dan diterapi dengan vancomycin fortifikasi.

Konjungtivitis Clamidia-Diperkirakan 1,8% sampai 5,6% dari semua konjungtivitis akut


disebabkan oleh klamidia, mayoritas kasus bersifat unilateral dan secara bersamaan mengalami
infeksi genital. Konjungtiva hiperemis, sekret mukopurulen, dan formasi folikel limfoid adalah
tanda khas dari kondisi ini. Sekret sering purulen atau mucopurulen. Bagaimanapun, pasien lebih
sering datang dengan gejala ringan selama beberapa minggu hingga bulan. Lebih dari 54% laki-
laki dan 74% perempuan juga mengalami infeksi klamidia pada genital. Penyakit ini sering
diperoleh melalui penyebaran okulogenital atau hubungan intim lainnya dengan individu yang
terinfeksi; pada bayi baru lahir mata dapat terinfeksi setelah persalinan pervaginam dari ibu yang
terinfeksi. Pengobatan dengan antibiotik sistemik seperti azitromisin oral dan doxycycline
terbukti efektif (Tabel 2); pasien dan pasangan seksual mereka harus diterapi dan koinfeksi
dengan gonore harus diselidiki. Tidak ada data yang mendukung penggunaan terapi antibiotik
topikal di samping terapi sistemik. Bayi dengan konjungtivitis klamidia membutuhkan terapi
sistemik karena lebih dari 50% secara bersamaan dapat mengalami infeksi paru-paru, nasofaring,
dan saluran genital.
Konjungtivitis Gonokokal -Konjungtivitis yang disebabkan oleh N gonorrhoeae merupakan
penyebab yang sering dari konjungtivitis hiperakut pada neonatus dan orang dewasa yang aktif
secara seksual dan dewasa muda. Pengobatan terdiri dari antibiotik topikal dan oral. Infeksi
Neisseria gonorrhoeae berhubungan dengan risiko tinggi terjadinya perforasi kornea.

Konjungtivitis sekunder hingga Trachoma-Trachoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis


subtipe A sampai C dan merupakan penyebab utama kebutaan, menyerang 40 juta orang di
seluruh dunia di daerah dengan higienitas buruk. Sekret mukopurulen dan ketidaknyamanan
okular mungkin merupakan tanda-tanda dan gejala pada kondisi ini. Komplikasi lanjut seperti
jaringan parut di kelopak mata, konjungtiva, dan kornea dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan. Pengobatan dengan dosis tunggal azitromisin oral (20 mg / kg) terbukti efektif.
Pasien juga dapat diobati dengan salep antibiotik topikal selama 6 minggu (yaitu, tetrasiklin atau
eritromisin). Antibiotik sistemik selain azitromisin, seperti tetrasiklin atau eritromisin selama 3
minggu, mungkin dapat digunakan sebagai alternatif.

Konjungtivitis Noninfeksius

Konjungtivitis Alergi

Prevalensi dan Penyebab- Konjungtivitis alergi adalah respon inflamasi dari konjungtiva
terhadap alergen seperti serbuk sari, bulu binatang, dan antigen lingkungan lainnya
dan mempengaruhi lebih dari 40% dari populasi di Amerika Serikat; hanya sekitar 10% dari
individu dengan konjungtivitis alergi mendapatkan perhatian medis, dan sisanya sering tidak
terdiagnosis. Kemerahan dan gatal-gatal adalah gejala paling konsisten. Konjungtivitis alergi
musiman merupakan 90% dari seluruh konjungtivitis alergi di Amerika Serikat.

Pengobatan- Pengobatan terdiri dari penghindaran kontak dengan antigen dan penggunaan
larutan saline atau air mata buatan untuk secara fisik mengencerkan dan membuang alergen.
Dekongestan topikal, antihistamin, stabilisator sel mast, obat anti inflamasi nonsteroid, dan
kortikosteroid dapat diindikasikan. Dalam review sistemik besar, baik antihistamin dan
stabilisator sel mast lebih unggul dibandingkan plasebo dalam mengurangi gejala konjungtivitis
alergi; peneliti juga menemukan bahwa antihistamin lebih unggul dari stabilisator sel mast dalam
memberikan manfaat jangka pendek. Penggunaan jangka panjang dari antihistamin antazoline
dan vasokonstriktor naphazoline harus dihindari karena dapat menyebabkan rebound hyperemia.
Steroid harus digunakan dengan hati-hati dan bijaksana. Steroid topical berkaitan dengan
pembentukan katarak dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan bola mata yang mengarah
pada glaucoma.

Konjungtivitis diinduksi Obat, Bahan Kimia, dan Toksin

Berbagai obat topikal seperti tetes mata antibiotik, obat antivirus topikal,
dan obat tetes mata pelumas dapat menginduksi respon alergi konjungtiva terutama karena
adanya benzalkonium klorida di sedian obat tetes mata. Penghentian pemakaian
agen penyebab menyebabkan resolusi gejala.

Penyakit Sistemik Berhubungan dengan Konjungtivitis

Berbagai penyakit sistemik, termasuk pemfigoid membran mukosa, Sjgren


syndrome, penyakit Kawasaki, sindrom Stevens-Johnson, dan fistula kaverna karotis, dapat
muncul dengan tanda-tanda dan gejala konjungtivitis, seperti konjungtiva kemerahan dan adanya
sekret. Oleh karena itu, penyebab di atas harus dipertimbangkan pada pasien dengan gejala
konjungtivitis. Sebagai contoh, pasien dengan fistula kaverna karotis derajat rendah dapat datang
dengan konjungtivitis kronis tidak respon terhadap terapi medis, yang jika dibiarkan tidak
diobati, dapat menyebabkan kematian.

Tanda-tanda yang Mengancam

Seperti yang direkomendasikan oleh American Academy of Ophthalmology, pasien dengan


konjungtivitis yang dievaluasi oleh praktisi kesehatan nonophthalmologist harus
dirujuk segera ke dokter mata jika salah satu dari hal berikut muncul: kehilangan penglihatan,
nyeri sedang atau berat, sekret purulen berat, keterlibatan kornea, jaringan parut konjungtiva,
kurangnya respon terhadap terapi, episode berulang konjungtivitis, atau riwayat
penyakit herpes simpleks virus pada mata. Selain itu, pasien berikut juga harus dipertimbangkan
untuk dirujuk: pemakai lensa kontak, pasien yang membutuhkan steroid, dan pasien dengan
fotofobia.
Pasien harus dirujuk ke dokter mata jika tidak ada perbaikan setelah 1 minggu.

Pentingnya Tidak Menggunakan Obat Tetes Kombinasi Antibiotik/ Steroid.

Steroid tetes atau obat tetes kombinasi yang mengandung steroid sebaiknya tidak digunakan
secara rutin. Steroid dapat meningkatkan kekebalan dari adenovirus, sehingga memperpanjang
kejadian
konjungtivitis viral. Selain itu, jika ulkus kornea yang merupakan infeksi sekunder dari herpes,
bakteri, atau jamur muncul, steroid dapat memperburuk kondisi, menyebabkan kornea meleleh
dan terjadi kebutaan.

Kesimpulan
Sekitar 1% dari semua kunjungan pasien ke dokter perawatan primer adalah terkait
konjungtivitis,
dan estimasi biaya konjungtivitis bakteri saja senilai $377 juta hingga $857 juta
per tahun. Mengandalkan tanda-tanda dan gejala sering mengarah ke diagnosis yang akurat.
Konjungtivitis virus nonherpetic diikuti oleh konjungtivitis bakteri adalah penyebab yang paling
umum
dari konjungtivitis infeksius. Konjungtivitis alergi menyerang hampir 40% dari
populasi, tetapi hanya sebagian kecil yang mendapatkan terapi medis. Mayoritas kasus
konjungtivitis virus disebabkan oleh adenovirus. Tidak ada aturan penggunaan antibiotik topikal
pada konjungtivitis viral, dan sebaiknya harus dihindari karena efek samping pengobatan yang
merugikan. Penggunaan tes antigen cepat untuk mendiagnosis konjungtivitis virus dan
menghindari penggunaan tidak tepat dari antibiotik merupakan strategi yang sesuai. Bakteri
patogen yang terisolasi pada hanya 50% dari kasus yang dicurigai konjungtivitis, dan setidaknya
60% dari konjungtivitis bakteri (dicurigai secara klinis atau terbukti dengan kultur) dapat hilang
dengan sendirinya tanpa pengobatan. Kultur berguna dalam kasus yang tidak respon dengan
terapi, kasus konjungtivitis hiperakut, dan suspek konjungtivitis klamidia. Pengobatan dengan
antibiotik topikal biasanya dianjurkan untuk pemakai lensa kontak, pasien dengan sekret
mukopurulen dan nyeri pada mata, kasus yang diduga konjungtivitis klamidia dan gonokokal,
dan pasien dengan penyakit mata sebelumnya. Keuntungan dari penggunaan antibiotik
diantaranya yakni resolusi cepat dari penyakit, pasien dapat kembali bekerja atau
sekolah, dan kemungkinan rendahnya komplikasi dari konjungtivitis. Mayoritas kasus
konjungtivitis alergi disebabkan oleh alergi musiman. Antihistamin, inhibitor sel mast, dan
steroid topikal (pada kasus tertentu) diindikasikan untuk mengobati konjungtivitis alergi. Steroid
harus digunakan dengan bijaksana dan hanya setelah pemeriksaan optalmologi menyeluruh telah
dilakukan untuk menyingkirkan infeksi petic atau keterlibatan kornea, yang dapat memburuk
dengan steroids.

Dokter harus waspada untuk tidak mengabaikan kondisi yang mengancam penglihatan dengan
kemiripannya dengan konjungtivitis, seperti yang dirangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1

Penyebab Nonkonjungtivitis pada Mata Merah

Diferensial Gejala Temuan saat Pemeriksaan


Diagnosis dengan Penlight
Penyakit mata Sensasi terbakar dan benda asing. Gejala Kemerahan bilateral
kering biasanya sementara, diperburuk dengan
membaca atau menonton
televisi berkepanjangan karena jarang
berkedip. Geja memburuk pada lingkungan
yang kering, dingin, dan berangin karena
peningkatan penguapan.
Blefaritis Sama seperti mata kering Kemerahan yang lebih jelas
pada sudut kelopak mata
Uveitis Fotofobia, nyeri, pandangan kabur. Gejala Penurunan visus, menurunnya
biasanya bilateral reaksi pupil, nyeri mata
konstan yang menjalar ke alis.
Kemerahan, fotofobia berat,
terdapat sel-sel inflamasi pada
bilik mata anterior
Glaukoma Nyeri kepala, mual, muntah, nyeri ocular, Mata kaku saat dipalpasi,
sudut tertutup penurunan visus, sensitif terhadap cahaya, dan kemerahan pada mata dengan
melihat gambaran halo di sekeliling cahaya. injeksi limbal. Terlihatnya
Gejala biasanya unilateral kornea yang kabur / beruap,
pelebaran pupil yang tidak
reaktif terhadap cahaya.
Fistula Mata merah kronis; mungkin memiliki riwayat Pelebaran pembuluh darah
kaverna trauma kepala yang berliku-liku, bruit pada
karotis auskultasi dengan stetoskop
Endoftalmitis Nyeri hebat, fotofobia, mungkin memiliki Kemerahan, pus pada bilik
riwayat operasi mata atau trauma mata anterior, dan fotofobia
Selulitis Nyeri, penglihatan ganda, rasa penuh Kemerahan dan
pembengkakan kelopak, dapat
terjadi restriksi pergerakan
mata, pasien dengan riwayat
sinusitis (biasanya
ethmoiditis)
Tumor Bervariasi Pertumbuhan abnormal di
segmen dalam ataupun permukaan
anterior mata
Skleritis Penurunan visus, nyeri sedang hingga berat Kemerahan, warna kebiruan
pada sklera
Perdarahan Mungkin terdapat sensasi benda asing atau Darah di bawah membran
Subkonjuntiv asimtomatis konjungtiva
a
Data adalah dari Cronau et al dan Leibowitz. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menyinari
penlight pada mata pasien.

Tabel 2
Terapi ophthalmic untuk Konjungtivitis

Kategori Epidemiologi Tipe Penyebab Pengobatan Level


Sekret Bukti
untuk
Pengo-
batan
Konjungtivitis 135 kasus 10 Muko- S aureus, Aminoglikosida
bakteri akut 000 purulen S epidermidis,
Populasi di H influenzae, Gentamicin B20-22
US S pneumoniae, Ointment: 4 /d for 1 wk
18.3%-57% S viridans, Solution: 1-2 drops 4 /d
dari seluruh Moraxella spp for 1 wk
konjungtivitis
akut Tobramycin ointment: 3 A23-30
/d for 1
wk

Fluoroquinolones

Besifloxacin: 1 drop 3 /d A31-34


for 1
wk

Ciprofloxacin ointment: 3 A24,28,29


/d for
1 wk
Solution: 1-2 drops 4 /d
for 1 wk

Gatifloxacin: 3 /d for 1 B35


week
Levofloxacin: 1-2 drops 4 B36-38
/d for
1 wk

Moxifloxacin: 3 /d for 1 A34,39,40


wk A34,39,40

Ofloxacin: 1-2 drops 4 /d A37,38,41,42


for 1
wk

Macrolides

Azithromycin: 2 /d for 2 A27,30,43,44


d; then
1 drop
daily for 5 d

Erythromycin: 4 /d for 1 B45


wk B45

Sulfonamides

Sulfacetamide ointment: 4 B22


/d and
at
bedtime for 1 wk
Solution: 1-2 drops every
2-3 h for
1 wk
Combination drops

Trimethoprim/polymyxin A22,40,46
B: 1 or 2
drops
4 /d for 1 wk
Konjungtivitis TT Purulen Neisseria Ceftriaxone: 1 g IMonce C16,47
bakteri gonorrhoeae
hiperakut Lavage of the infected eye C16
pada dewasa
Dual therapy to cover
chlamydia is C48
indicated

Konjungtivitis 9%-80.3% Serosa Lebih dari Cold compress C16,50


virus dari seluruh 65% oleh Artificial tears
konjungtivitis karena Antihistamines
akut golongan
adenovirus
Virus herpes TT Bervari- Virus herpes Oral acyclovir 800 mg: 5 C16
zoster asi zoster /d for
7-10 d

Oral famciclovir 500 mg: 3 C16


/d for
7-10 d

Oral valacyclovir 1000 mg: C16


3 /d
for 7-10 d
Virus herpes 1.3-4.8% dari Bervari- Virus herpes Topical acyclovir: 1 drop 9 C16
simplex seluruh asi simplex /d
konjungtivitis
akut Oral acyclovir 400 mg: 5 C16
/d for
7-10 d

Oral valacyclovir 500 mg: C16


3 /d
for 7-10 d
Konjungtivitis 1.8%-5.6% Bervari- Chlamydia Azithromycin 1 g: orally B16,51
inklusi dari seluruh asi trachomatis once
dewasa konjungtivitis
akut Doxycycline 100 mg: B16,51
orally 2 /d
for 7 d

Konjuntivitis 90% dari Serosa Serbuk sari Topical antihistamines


Alergi seluruh atau
konjungtivitis mukoid Azelastine 0.05%: 1 drop 2 A52
alergi; /d
Lebih dari
40% populasi Emedastine 0.05%: 1 drop A52
mungkin 4 /d
mengalami
Topical mast cell inhibitors
Cromolyn sodium 4%: 1-2 A52
drops
every 4-6 h

Lodoxamide 0.1%: 1-2 A52


drops 4
/d
Nedocromil 2%: 1-2 drops A52
2 /d

OAINS
Ketorolac: 1 drop 4 /d B53,54

Vasoconstrictor/antihistami
ne B55
Naphazoline/pheniramine:
1-2
drops up to
4 /d

Obat tetes kombinasi A56,57


Ketotifen 0.025%: 1 drop
2-3 /d A58,59
Olopatadine 0.1%: 1 drop
2 /d
Singkatan: IM, intramuskular; TT, tidak tersedia; OAINS, obat anti-inflamasi non-steroid

Tabel 3

Rekomendasi Berbasis Bukti untuk Konjungtivitis

Rekomendasi Level Bukti


Antibiotik topikal efektif A19
dalam mengurangi durasi
konjungtivitis.
Observasi baik dilakukan bagi A41
sebagian besar kasus
konjungtivitis bakteri
(Dicurigai atau dikonfirmasi)
karena sering terjadi resolusi
secara spontan
dan tidak diperlukan
perawatan
Merupakan hal yang wajar A19,41
untuk menggunakan antibiotik
spektrum luas dalam
mengobati
konjungtivitis bakteri.
Pada konjungtivitis alergi, A52
penggunaan antihistamin
topikal dan stabilisator sel
mast dianjurkan
Kebersihan tangan yang baik C16
dapat mengurangi penyebaran
konjungtivitis viral akut
Kultur bakteri dapat berguna C16
dalam kasus-kasus
konjungtivitis purulen berat
atau kasus-kasus yang tidak
respon terhadap terapi
Konjungtivitis virus dapat C16
diobati dengan air mata
buatan, antihistamin topikal,
atau kompres dingin
Steroid topikal tidak C65
dianjurkan untuk
konjungtivitis bakteri

You might also like