You are on page 1of 7

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN


MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BAGI SISWA TUNANETRA

Oleh:
KHARISMA RATNA PRAMIRTHA
NIM: 09010044040

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

2014
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN
MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BAGI SISWA TUNANETRA

kharisma ratna .p. 091044040 dan wahyudi hartono


(PLB-FIP UNESA)

ABSTRACT

There are three parts in matematics which need to be learned by the student. One of the
matematics learning material is solving the matematical problem in the form of story.
The difficulties understand the problem in the questions in the form of story and find
the appropriate way for the question. The blind student need various learning media,
methods, and model by optimizing all of the blind students. To solve this problem, the
alternative solution is tried to find. That by using the problem solving learning model.
This research carried out with the aim of analyzing the ability to solve the questions in
the form of story by using problem solving learning model in children with visual
impairments at fifth grade of SDLB-A YPAB Tegalsari Surabaya.

The research used is pra-eksperimental research. A group is chosen and not compared
but it is chosen taken in the trial did not compare or taken randomly. It is given the pre
tests, treatment and post test with the design one group pre-test post test. Research
conducted as long as 12 meetings with 8 times the intervention, 60 minutes each
meeting.

the data which has been collected is analizing by using sign test (ZH) two tail, the result
of pre test 37.1 and post-test 61.3. it means that it can be concluded that there is a
significant effect of problem solving learning model for the blind students ability to
solve the question in the form of story at fifth grade at SDLB-A YPAB Tegalsari
Surabaya (Zh=2,27 > Zt=1,96, =5%).

Keywords: question in the form of story, Problem Solving, Blind Students

PENDAHULUAN

Anak tunanetra adalah anak luar biasa yang kurang dapat memanfaatkan penglihatannya
dalam kehidupan sehari-hari yang
dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang menyebabkan ketunanetraan Apabila dikaitkan dengan
(Soemantri, 2009:65-66). oleh karena itu pembelajaran, Matematika merupakan
anak tuanetra membutuhkan perhatian dan bahasa simbolis serta kreatifitas yang
layanan khusus untuk mengatasi memerlukan imajinasi,
permasalahan yang dialaminya. diantara mengkomunikasikan ide, penemuan,
berbagai permasalahan tersebut yang perlu sehingga banyak anak tunanetra
adannya perhatian adalah gangguan mengalami kesulitan dalam belajar
kognitif dan kemampuannya dalam matematika terutama apabila tidak
berfikir secara abstrak. diberikan pengalaman secara langsung
akibat dari gangguan penglihatannya.
Untuk mengoptimalkan kemampuannya, ketunanetraan yang menyebabkan
pembelajaran harus memaksimalkan kurangnya kemampuan dalam berfikir
semua kemampuan yang dimiliki oleh abstrak.
anak tunanetra baik melalui pendengaran, berpijak dari permsalahan tersebut, agar
perabaan serta kinestetiknya. salah satu anak tunanetra dapat mengerjakan soal-
kemampuan matematika yang harus soal matematika yang berupa soal cerita,
dikuasai anak adalah kemampuan dalam maka diperlukan alternatif pemecahan
menyelsaikan soal cerita matematika. masalah yang lain yaitu dengan
Menurut Runtukahu (1996) menerapkan model pembelajaran problem
Matematika ialah bahasa solving. dimana model pembelajaran ini
pengetahuan,simbol dan seni yang berisi menekankan pada kemampuan siswa
berbagai gagasan yang definisikan secara dalam menyelsaikan suatu permsalahan
indah dan harmonis. Menurut Abidin sesuai dengan langkah-langkah yang tepat.
dalam Syamrilaode (2010) Menyatakan menurut Baharudin (2003:257)
bahwa soal cerita adalah soal yang mengungkapkan bahwa model
disajikan dalam bentuk cerita pendek. pembelajaran problem solving merupakan
Soal cerita merupakan modifikasi dari model pengajaran yang menekankan pada
soal-soal hitungan dimana soal cerita kemampuan berfikir tentang cara
merupakan penerapan dari konsep memecahkan masalah dan memproses
matematika yang telah dipelajari informasi. model pembelajaran problem
sebelumnya. Sejalan dengan yang solving akan berjalan dengan baik apabila
dikemukakan Sugondo diiringi dengan penggunaan metode-
(Syamrilaode,2010) bahwa latihan metode pembelajaran yang lain. sesuai
memecahkan soal cerita penting bagi dengan pernyataan Sudjana (1991:85)
perkembangan proses secara matematis, model pembelajaran problem solving
menghargai matematika sebagai alat yang adalah model pembelajaran dengan
dibutuhkan untuk memecahkan masalah, metode berfikir yang juga menggunakan
dan akhirnya anak akan dapat metode-metode lainnya mulai dari mencari
menyelesaikan masalah yang lebih rumit. data sampai pada menarik kesimpulan.
soal cerita dapat dibedakan menjadi 2 Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat
yaitu soal cerita abstrak dimana soal cerita disimpulkan bahwa model pembelajaran
yang disajikan sesuai dengan konsep problem solving merupakan suatu metode
matematika yang disajikan sebelumnya mengajar guna menyelesaikan masalah
dan soal cerita nyata dimana soal cerita secara sistematis serta merangsang
yang disajikan sesuai dengan situasi nyata kemampuan berfikir siswa dalam
yang dilakukan. menyelesaikan masalah. Dalam dunia
Berdasarkan kenyataan dilapangan pendidikan, problem solving sering
pada anak tunanetra terutama kelas V dihubungkan dengan pemecahan masalah
SDLB-A YPAB Tegalsari Surabaya dalam jenis-jenis tugas yang diberikan
menunjukkan bahwa peserta didik kepada siswa.
cenderung pasif dalam mengikuti proses Terdapat 4 langkah yang sering
pembelajaran dikelas dan kurangnya digunakan dalam problem solving (Polya
interaksi antar siswa dikelas. dalam dalam Runtukahu, 1996:31) yaitu (1)
pembelajaran matematika siswa lebih kemampuan memahami masalah; (2)
sering mendapatkan materi tentang merencanakan penyelesaian; (3)
penghitungan sehingga mengesampingkan melaksanakan perhitungan, dan; (4)
penyelsaian masalah khususnya soal cerita memeriksa kembali proses atau hasil.
matematika. sehingga siswa kesulitan langkah-langkah dalam pembelajaran
apaibila disajikan soal berupa soal cerita. diberikan secara bertahap sesuai dengan
hal ini dikarenakan juga akibat dengan kemampuan siswa.
model pembelajaran problem siswa untuk menghadapi dan memecahkan
solving memiliki beberapa kelebihan yaitu masalahnya secara terampil.
mengembangkan kemampuan siswa dalam berdasarkan kondisi tersebut, maka
berfikir kreatif untuk menyelesaikan dapat dirumuskan permasalahan sebagai
masalah dengan tepat, memecahkan berikut : apakah ada pengaruh model
masalah secara realistis, meningkatkan pembelajaran problem solving terhadap
aktifitas belajar siswa, membantu siswa kemampuan menyelesaikan soal cerita
untuk mengembangkan pengetahuan matematika bagi anak tunanetra kelas V
barunya dan bertanggung jawab dalam SDLB-A YPAB Tegalsari Surabaya?.
pembelajaran, serta memberikan dengan tujuan pengkajian untuk
kesempatan kepada siswa untuk menganalisis pengaruh model
mengaplikasikan pengetahuan yang pembelajaran problem solving terhadap
mereka miliki dalam dunia nyata. kemampuan menyelesaikan soal cerita
menggunakan problem solving dalam matematika pada siswa tunanetra kelas V
belajar mengajar dapat membiasakan di SDLB-A YPAB Tegalsari Surabaya.

METODE problem solving dilaksanakan selama 8


Penelitian dilaksanakan di SDLB- kali pertemuan, setiap pertemuan
A YPAB Tegalsari Surabaya. Waktu dilaksanakan selama 60 menit. Subjek
penelitian dilaksanakan pada bulan Juli penelitian adalah tujuh siswa tunanetra
sampai Agustus 2013. Pemberian kelas V di SDLB-A YPAB Tegalsari
intervensi melalui model pembelajaran Surabaya.
Penelitian ini menggunakan penelitian yang digunakan yaitu the one
pendekatan kuantitatif dengan jenis group pretes-postes. Teknik pengumpulan
penelitian pre eksperimen yaitu penelitian data pada penelitian ini menggunakan
terhadap suatu kelompok yang diambil metode tes. Analisis data dalam penelitian
dalam uji coba, tidak dibandingkan serta ini menggunakan statistik nonparametrik
sampel tidak dipilih secara acak. Desain dengan rumus uji tanda

.
HASIL DAN PEMBAHASAN
data-data yang diperoleh pada tersebut dapat dipahami dan dimengerti
penelitian selanjutnya disajikan dalam dengan mudah. adapun data yang
bentuk tabel dengan harapan data-data diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Tabel Rekapitulasi Nilai Pre Test Dan Post Test

No Nama siswa Pre test Post test


1 Ov 39 68
2 Mt 20 52
3 Ag 39 60
7 At 46 69
4 Ad 23 49
5 Az 28 47
6 Ay 65 84
Rata-rata 37,1 61,3
Tabel 1.2 Tabel Kerja Perubahan Tanda Pre Test Dan Post Test

No Nama siswa Nilai (x) Tanda perubahan


Pre test Post test (X2-X1)
1 Ov 39 68 +
2 Mt 20 52 +
3 Ag 39 60 +
7 At 46 69 +
4 Ad 23 49 +
5 Az 28 47 +
6 Ay 65 84 +
Rata-rata 37,1 61,3 X=7

Hasil analisis diatas menunjukkan dikatakan kurang. Akan tetapi setelah


bahwa terdapat perkembangan selama diberikan intervensi berupa penerapan
intervensi pada anak dalam mengerjakan model pembelajaran problem solving nilai
post test siswa mengalami perubahan yang
soal pecahan. Hal ini juga tampak pada
lebih baik.
nilai rata-rata pre tes dan nilai rata-rata pemberian pretes dan pos tes
postes. dinerikan sebanyak masing-masing 2 kali
Hasil penelitian terhadap 7 siswa dengan tujuan mendapatkan perolehan
kelas V di SDLB-A YPAB Tegalsari nilai yang lebih baik dari siswa .pemberian
Surabaya, pada materi pembelajaran intervensi dilakukan sebanyak 8 kali
menyelesaikan soal cerita matematika dengan tujuan agar materi yang diberikan
dapat diterima dengan baik oleh siswa.
menggunakan model pembelajaran
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:46)
problem solving adalah sebagai berikut : mengatakan bahwa dengan mengadakan
Pre tes dan pos tes dilakukan untuk pengulangan maka daya-daya manusia
mengetahui kemampuan menghitung yang terdiri dari daya mengamati,
pecahan sebelum dan sesudah adanya menanggapi, mengkhayal, merasakan,
intervensi menggunakan model berfikir akan berkembang secara optimal.
pembelajaran problem solving. Tes yang Menurut Abdurahman (2003)
diberikan berupa tes tertulis dengan matematika merupakan suatu cara untuk
memberikan 5 soal cerita dengan materi menemukan jawaban terhadap masalah
KPK dan FPB. Pada saat pre tes, nilai yang dihadapi manusia. Belajar
matematika siswa tunanetra kelas V matematika bukan hanya mengenal angka-
dengan materi KPK dan FPB dapat
angka, tetapi juga belajar menyelesaikan Kemampuan dalam menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. soal cerita dapat dilihat secara bertahap
Pada saat intervensi pertama, siswa ketika siswa mengikuti intervensi. dimana
masih mengalami kesulitan untuk problem solving diberikan secara bertahap
menemukan masalah dalam soal cerita kepada siswa. hasil dari kemampuan
serta cara menentukan KPK dan FPB dari menyelesaikan soal cerita telah terlihat
permasalahan tersebut dimana hanya 2 ketika 5 dari tujuh siswa mengalami
siswa yang cukup paham akan peningkatan dalam menyelsaikan soal
permasalahannya. Peningkatan mulai cerita. nilai rata-rata siswa saat pre test
terlihat ketika dilakukan intervensi 37,1 sedangkan ketika diadakan post test
keempat dimana 5 siswa paham cara meningkat menjadi 61,3.
menentukan masalahnya dan menentukan lebih lanjut hal ini didukung oleh
KPK dan FPB dari permasalahan tersebut. penelitian oleh Asep Kurnia (2008) yang
meskipun belum bisa dilakukan secara mengungkapkan bahwa metode problem
mandiri, tetapi siswa sudah menunjukkan solving sebagai salah satu bentuk
peningkatan yang cukup baik ketika pendekatan pembelajaran matematika yang
dilakukan intervensi ketujuh. dimana inovatif, amatlah layak jika dijadikan salah
dalam pertemuan ketujuh dan kedelapan satu alternatif bagi guru untuk
siswa melaksanakan diskusi. hal ini melaksanakan pembelajarannya,
dilakukan dengan tujuan mengetahui mengingat pendekatan ini secara langsung
sampai mana kemampuan siswa dalam dapat membantu meningkatkan
menyelesaikan soal cerita apabila kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
disampingkan dengan siswa yang lain. SD/MI dalam matematika khusunya dalam
selain itu materi yang banyak diberikan menyelsaikan soal cerita. Berdasarkan
adalah cara menemukan permasalahan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam soal cerita matematika. selain secara terdapat pengaruh yang signifikan dalam
individual, penyelesaikan masalah soal peningkatan kemampuan menyelsaikan
cerita matematika juga dilakukan secara soal cerita pada anak tunanetra kelas V di
kelompok. SDLB-A YPAB Tegalsari Surabaya
.

SIMPULAN DA SARAN

Berdasarkan hasil penelitian Dari hasil analisis data dengan


sebelum dan sesudah intervensi hasil menggunakan rumus uji tanda
belajar menyelesaikan soal cerita menunjukkan bahwa nilai ZH hitung (2,72)
matematika dengan materi KPK dan FPB > nilai kritis Z tabel 5% (1,96),
pada anak tunanetra kelas V SDLB-A menunjukkan perubahan yang positif dari
YPAB Surabaya meningkat dari rata-rata sebelum dan sesudah intervensi. maka
pretes 37,1 menjadi 61,3 setelah dilakukan diputuskan menolah Ho. berdasarkan
pembelajaran dengan menggunakan model uraian di atas dapat diampbil kesimpulan
pembelajaran problem solving. melihat ada pengaruh yang positif antara model
rata-rata nilai pretes dan pos tes tersebut, pembelajaran problem solving terhadap
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kemampuan menyelesaikan soal cerita
model pembelajaran problem solving matematika pada siswa tunanetra kelas 5
terhadap kemampuan menyelesaikan soal SDLB-A YPAB Tegalsari Surabaya.
cerita matematika pada siswa tunanetra Berdasarkan kesimpulan tersebut,
kelas V di SDLB-A YPAB Tegalsari peneliti mengajukan beberapa saran yang
Surabaya. dapat membantu meningkatkan prestasi
belajar siswa antara lain sebagai berikut:
(a) Pada pembaca atau peneliti lain jika salah satu bahan masukan dan sekaligus
ingin mengadakan penelitian sejenis atau menjadi bahan acuan bagi para guru pada
lanjutan, disarankan agar dapat sekolah luar biasa untuk mengembangkan
melengkapi kekurangan dalam penelitian berbagai metode pembelajaran dimana
ini. Selain itu penelitian ini juga dapat lingkungan sekitar dapat dijadikan suatu
dijadikan sebagai rujukan penggunaan media dalam pembelajaran. Selain sebagai
metode problem solving dalam skala yang media, penyelesaian permasalahan yang
luas dengan subjek yang berbeda; (b) terjadi lingkungan dapat dijadian modal
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bagi siswa untuk masa depannya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Ala, Miftahul. 2012. Quantum Teaching. Jogyakarta: Diva Press.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Baharudin, Dkk. 2010. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kurnia,Asep. 2008 . Pendekatan Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Siswa SD/MI dalam Matematika Dikaitkan dengan Tahapan
Perkembangan Intelektualnya (jurnal online).
(jurnalpendidikanfaiuniga.blogspot.com, diakses 12 september 2013).
Laode,Syamril. 2010. Soal Cerita Matematika, (Online), (www.shvoong.com diakses 20
maret 2013)
Nurbono,Fundo. 2013. Pengertian Pembelajaran Matematika,(Online),
(motamatika.blogspot.com diakses 18 maret 2013)
Runtukahu, Tombokan. 1996. Pengajaran Matematika Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta:
Depdiknas.
Sucianingsih,Lia Ani. 2008. Pengaruh Media Matrik Terhadap Hasil Belajar Siswa
Tunanetra (skripsi). Surabaya:uness.
Sudjana,Nana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Wibowi,Sigit Ari. 2012. Meningkatkan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Dalam
Matematika Melalui Metode Problem Based Learning. jurnal pendidikan,(online).
(http/:www.uns.ac.id , diakses 16 april 2013)
Widjajantin,Anastasia,Dkk. 1996. Ortopedagogik Tunanetra 1 . Jakarta: depdikbud.
Wikipedia. 2013.Matematika, (Online), (www.wikipedia.com diakses 18 maret 2013)

You might also like