Professional Documents
Culture Documents
meta.affandi@yahoo.com ; esi_iin@yahoo.com
Abstrak
Dampak dari meningkatnya jumlah penduduk lansia di Indonesia adalah semakin meningkat pula
jumlah lansia yang tinggal di panti wreda. Perubahan kehidupan yang dialami, membuat para lansia
rentan mengalami depresi, terutama bagi lansia yang tinggal di panti wredaDukungan sosial yang
berasal dari keluarga bagi lansia yang tinggal di panti wreda sangat penting, ada atau tidak adanya
dukungan sosial dipercaya dapat mempengaruhi depresi. Penelitian berusaha mengungkapkan
hubungan antara dukungan sosial yang bersumber dari keluarga, dengan depresi pada lanjut usia.
Subjek penelitian adalah 35 kelayan Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah, berusia 60 tahun
ke atas, dengan masa tinggal di panti tersebut setidaknya selama satu tahun, sehat jasmani dan dapat
berkomunikasi dengan baik. Metode pengumpulan data menggunakan skala, yaitu skala depresi
dengan 34 aitem sahih ( = 0,928 ) dan 36 aitem sahih ( = 0,972) pada skala dukungan sosial.
Berdasarkan analisis data dengan regresi sederhana, dihasilkan p = 0,003 (p < 0,05) dengan
rxy = -0,487 berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan
depresi. Efektifitas regresi sebesar 0,237 artinya depresi 23,7% ditentukan oleh dukungan sosial.
Sedangkan 76,3% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian.
melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang kehidupan yang dimaksud antara lain adalah
dapat menghasilkan barang dan atau jasa. pensiun, penyakit atau ketidakmampuan fisik,
Sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah penempatan dalam panti wreda, kematian
lanjut usia yang tidak berdaya untuk mencari pasangan, dan kebutuhan untuk merawat
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada pasangan yang kesehatannya menurun.
bantuan orang lain (Kompas, 10 Juni 2009). Kematian keluarga dan teman-teman
menimbulkan duka cita dan mengingatkan
Santrock (2002, h.530) mengungkapkan pada orang yang berusia lanjut akan usia
bahwa masa lanjut usia dimulai ketika mereka yang semakin bertambah serta
seseorang mulai memasuki usia 60 tahun. semakin berkurangnya ketersediaan dukungan
Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh sosial (Nevid, Rathus & Greene, 2005,
Santrock, Hurlock (2001, h.87) juga h.189). Pendapat tersebut, diperkuat dengan
mengemukakan bahwa yang disebut lanjut hasil penelitian Henuhili (2004, h.28) yang
usia adalah orang yang berusia 60 tahun ke menyebutkan bahwa gangguan mental
atas. Menurut Hurlock, lanjut usia merupakan terbanyak yang dialami oleh lanjut usia yang
tahap akhir siklus perkembangan manusia, tinggal di salah satu panti wreda di Cibubur
masa di mana semua orang berharap akan adalah depresi, yaitu sebesar 20,2%.
menjalani hidup dengan tenang, damai, serta Gangguan depresi ditemukan kira-kira 25%
menikmati masa pensiun bersama anak dan pada lanjut usia yang ada di komunitas.
cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Tingginya stressor dan peristiwa-peristiwa
kehidupan yang tidak menyenangkan dapat
Lanjut usia yang terus meningkat jumlahnya menimbulkan kemungkinan lanjut usia
di Indonesia, memunculkan kenyataan baru mengalami kecemasan, kesepian, sampai pada
yaitu semakin banyak jumlah lanjut usia yang tahap depresi (Wirasto, 2007, h.7).
tinggal di panti-panti wreda. Berdasarkan
hasil wawancara terhadap Ibu Indah (petugas Nevid, Rathus dan Greene (2005, h.188)
Panti Wreda Wening Wardoyo), dari tahun ke menyatakan bahwa tingkat depresi tetap lebih
tahun jumlah penghuni panti yang dikelolanya tinggi diantara lanjut usia penghuni rumah
terus meningkat. Pada beberapa tahun perawatan atau panti wreda. Hidup jauh
terakhir, jumlah lanjut usia penghuni panti dengan keluarga atau sanak saudara tentunya
sampai pada batas maksimal, yaitu 100 orang. dapat menimbulkan perasaan kesepian, karena
Tidak hanya itu, Ibu Indah juga tidak ada lagi orang-orang yang selama ini
menambahkan, bahwa daftar tunggu (waiting hidup bersama dan berbagi segala sesuatu.
list) calon penghuni panti wreda setiap Pendapat tersebut diperkuat oleh Dharmono
harinya selalu bertambah. Namun mereka (2007), yang menyebutkan depresi pada lanjut
yang masuk dalam daftar tunggu harus usia di dunia berkisar 15% dan hasil meta
bersabar, karena pihak panti memiliki analisis dari laporan negara-negara di dunia
keterbatasan tempat. Petugas panti akan mulai mendapatkan rata-rata depresi pada lanjut usia
menyeleksi pendaftar bila ada lanjut usia adalah 13,5%. Adapun depresi pada lanjut
penghuni panti yang pergi atau meninggal usia yang menjalani perawatan di rumah sakit
dunia. dan panti perawatan sebesar 45%.
Orang yang berusia lanjut akan menjadi Pendapat para ahli tersebut dapat dikaitkan
sangat rentan terhadap gangguan kesehatan, dengan kenyataan yang terjadi di panti wreda.
termasuk depresi yang disebabkan oleh stres Menurut penjelasan Ibu Indah, yang
dalam menghadapi perubahan-perubahan merupakan petugas Panti Wreda Wening
kehidupan yang berhubungan dengan apa Wardoyo Jawa Tengah, bahwa kurang lebih
yang disebut sebagai tahun emas. Perubahan 15 orang diantara lanjut usia penghuni panti
Saputri dan Indrawati, Hubungan antara Dukungan Sosial dan Depresi pada Lanjut Usia 67
yang Tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah
Menurut Mudjaddid (Kompas, 3 Juni 2003), Depresi merupakan salah satu gangguan
berdasarkan penelitian di Indonesia, peluang kesehatan mental, depresi yang dialami lanjut
mengalami gangguan depresi bagi orang usia dapat dicegah atau ditanggulangi, salah
berusia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 13 satunya dengan adanya dukungan sosial.
persen dari populasi lanjut usia, dan 4 persen Kruckman dan Smith (dalam Widanarti, 2002,
di antaranya bahkan menderita depresi mayor. h. 68) menegaskan bahwa variabel sosial
Sejumlah faktor pencetus depresi pada lanjut seperti dukungan, telah sering dihubungkan
usia, antara lain faktor biologis, psikologis, dengan masalah kesehatan mental, yang
stres kronis dan penggunaan obat-obatan. memberikan petunjuk bahwa terdapat suatu
Faktor biologis misalnya faktor genetis, pola kausal yang lebih kompleks yang
perubahan struktural otak, faktor risiko melibatkan faktor sosial dibandingkan hanya
vascular dan kelemahan fisik. Sedangkan didasarkan pada faktor biologis.
faktor psikologis pencetus depresi pada lanjut
usia yaitu tipe kepribadian dan relasi Menurut Sarafino (1998, h.99) dukungan atau
interpersonal yang di dalamnya termasuk bantuan yang dibutuhkan oleh lanjut usia bisa
dukungan sosial. Peristiwa kehidupan seperti didapatkan dari bermacam-macam sumber
berduka, kehilangan orang yang dicintai, seperti keluarga, teman, dokter atau
kesulitan ekonomi dan perubahan situasi, profesional dan organisasi kemasyarakatan.
stres kronis dan penggunaan obat-obatan Dukungan sosial didefinisikan sebagai
tertentu juga turut andil sebagai pemicu keberadaan orang lain yang dapat diandalkan
depresi pada lanjut usia. Bahkan pada lanjut untuk memberi bantuan, semangat,
usia, depresi yang dialami justru seringkali penerimaan dan perhatian, sehingga bisa
disebabkan karena kurangnya perhatian dari meningkatkan kesejahteraan hidup bagi
pihak keluarga. individu yang bersangkutan (Johnson &
Jhonson, 1991, h.472). Cobb (dalam Sarafino,
Lumongga (2009, h.165) mengungkapkan, 1998, h.102) mengemukakan bahwa
seseorang yang berusia 60 tahun ke atas atau dukungan sosial mengacu pada persepsi akan
lanjut usia akan semakin rentan mengalami kenyamanan, kepedulian, penghargaan atau
68 Jurnal Psikologi Undip Vol. 9, No.1, April 2011
panti belum dapat menutupi kebutuhan akan pengalaman hidup, tingkat religiusitas, faktor
dukungan dari orang-orang terdekat atau kepribadian, dan harga diri (self-esteem).
keluarga. Tempat tinggal yang tenang dan
telah dibuat senyaman mungkin untuk lanjut KESIMPULAN
usia, serta kehidupan yang telah dijamin oleh
pemerintah tidak dapat menghilangkan sama Kesimpulan
sekali depresi pada lanjut usia yang tinggal di
panti wreda. Kegiatan-kegiatan rekreatif, Ada hubungan negatif antara dukungan sosial
kegiatanagama, dan berbagai macam kegiatan dengan depresi pada lanjut usia yang tinggal
yang telah diberikan oleh pihak panti, belum di panti wreda. Semakin tinggi dukungan
cukup memenuhi kebutuhan lanjut usia sosial yang diterima oleh lanjut usia yang
terhadap dukungan sosial yang berasal dari tinggal di panti wreda, semakin rendah
keluarganya. Bagi lanjut usia yang hidup di depresi yang dialami oleh mereka.
daerah yang masih menjujung budaya Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial
ketimuran, yaitu bahwa anak harus berbakti yang diterima oleh lanjut usia yang tinggal di
kepada orangtua, semakin membuat lanjut panti wreda, semakin tinggi depresi mereka.
usia yang tinggal di panti wreda merasa
tersisih dari keluarganya. Bagi lanjut usia Hasil penelitian menunjukkan bahwa depresi
yang dapat menciptakan perasaan-perasaan pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wreda
positif, akan mampu mengatasi masalah Wening Wardoyo Jawa Tengah berada pada
tersebut, sehingga akan terhindar dari depresi. kategori tinggi, dan dukungan sosialnya
Sebaliknya bagi lanjut usia yang tidak mampu berada pada kategori rendah. Sumbangan
mengatasi tekanan dan perasaan negatifnya, efektif dukungan sosial terhadap depresi pada
akan cenderung lebih mudah mengalami lanjut usia yang tinggal di panti wreda sebesar
depresi. 23,7%. Kondisi tersebut mengisyaratkan
bahwa dukungan sosial berpengaruh pada
Lanjut usia yang memiliki tingkat depresi penurunan depresi pada lanjut usia yang
rendah akan dapat melakukan aktivitasnya tinggal di panti wreda. Faktor-faktor lain
dengan baik, serta mampu melewati masa sebesar 76,3% yang tidak diungkap dalam
tuanya di panti wreda dengan bahagia. penelitian, diduga turut berperan dalam
Berbanding terbalik dengan lanjut usia yang depresi yaitu pengalaman hidup, tingkat
memiliki tingkat depresi rendah, lanjut usia religiusitas, faktor kepribadian, tingkat
dengan depresi yang tinggi akan menurunkan kesehatan, dan harga diri (self-esteem).
kesehatan fisik mereka. Lanjut usia dengan
depresi yang tinggi cenderung melakukan Saran
aktivitas hanya sebagai rutinitas, tanpa ada
motivasi positif untuk dirinya. Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik
untuk meneliti variabel depresi, diharapkan
Koefisien determinasi (R Square) dalam dapat meneliti variabel depresi ke arah yang
penelitian sebesar 0,237, artinya sumbangan lebih klinis, serta memperhatikan variabel-
efektif dukungan sosial terhadap depresi pada variabel lain yang belum diamati dalam
lanjut usia yang tinggal di panti wreda sebesar penelitian, misalnya pengalaman hidup,
23,7% sedangkan sisanya sebesar 76,3% tingkat religiusitas, kepribadian, tingkat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kesehatan dan harga diri (self-esteem).
72 Jurnal Psikologi Undip Vol. 9, No.1, April 2011
DAFTAR PUSTAKA
Mudjaddid. (2003, 3 Juni). Waspadai Depresi
Chaplin, J.P. 2002. Kamus Psikologi. Jakarta : pada Orang Usia Lanjut. Kompas. h.8
Rajawali Pers.
Dharmono, S. (2007). Waspadai Depresi Nevid, J.S., Rathus S. A. & Green B. (2005).
pada Lansia. Psikologi Abnormal. Edisi kelima,
http://psikologi.infogue.com/waspadai Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.
_depresi_pada_lansia
Santrock, J.W. (2002). Life Span
Gotlib, H. & Hammen, C.L. (1992). Development. Eight edition. New
Psychological Aspects of Depression: York : Mc Graw-Hill Companies.
Toward a Cognitive-Interpersonal
Integration. New York: John Wiley & Sarafino, E. P. 1998. Health Psychology:
Sons. Biopsychososial Interactions. Third
edition. New York: John Wiley and
Hawari, H. (2001). Manajemen Stress, Cemas Sons, Inc.
dan Depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta
: PT. Grasindo.
Henuhili, S. (2004). Proporsi Gangguan
Mental pada Lanjut Usia yang Tinggal Taylor, S.E. (1995). Health Psychology. Third
di Sasana Wreda Yayasan Karya Bakti Edition. New York : Mc Graw-Hill
Ria Pembangunan Cibubur. Tesis Companies.
(tidak diterbitkan). Jakarta:
Universitas Indonesia. Widanarti, N. (2002). Hubungan Antara
Dukungan Sosial Keluarga dengan
Johnson, D.W. & Jhonson, F.P. (1991). Self Eficacy pada Remaja di SMU N 9
Joining Together: Group Theory and Yogyakarta. Skripsi (tidak
Group Skills. Fourth Edition. London: diterbitkan). Yogyakarta: Universitas
Prentice Hall International. Gajah Mada.