You are on page 1of 8

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN DEPRESI

PADA LANJUT USIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDA


WENING WARDOYO JAWA TENGAH

Meta Amelia Widya Saputri, Endang Sri Indrawati


Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Jl. Prof Sudharto. SH, Kampus Tembalang, Semarang, 50275

meta.affandi@yahoo.com ; esi_iin@yahoo.com

Abstrak

Dampak dari meningkatnya jumlah penduduk lansia di Indonesia adalah semakin meningkat pula
jumlah lansia yang tinggal di panti wreda. Perubahan kehidupan yang dialami, membuat para lansia
rentan mengalami depresi, terutama bagi lansia yang tinggal di panti wredaDukungan sosial yang
berasal dari keluarga bagi lansia yang tinggal di panti wreda sangat penting, ada atau tidak adanya
dukungan sosial dipercaya dapat mempengaruhi depresi. Penelitian berusaha mengungkapkan
hubungan antara dukungan sosial yang bersumber dari keluarga, dengan depresi pada lanjut usia.
Subjek penelitian adalah 35 kelayan Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah, berusia 60 tahun
ke atas, dengan masa tinggal di panti tersebut setidaknya selama satu tahun, sehat jasmani dan dapat
berkomunikasi dengan baik. Metode pengumpulan data menggunakan skala, yaitu skala depresi
dengan 34 aitem sahih ( = 0,928 ) dan 36 aitem sahih ( = 0,972) pada skala dukungan sosial.
Berdasarkan analisis data dengan regresi sederhana, dihasilkan p = 0,003 (p < 0,05) dengan
rxy = -0,487 berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dengan
depresi. Efektifitas regresi sebesar 0,237 artinya depresi 23,7% ditentukan oleh dukungan sosial.
Sedangkan 76,3% sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian.

Kata kunci: depresi, dukungan sosial, lanjut usia.

PENDAHULUAN 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan


hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020
Indonesia adalah termasuk negara yang diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%)
memasuki era penduduk berstruktur lanjut dengan usia harapan hidup 71,1 tahun
usia (aging structured population) karena dari (Kompas, 10 Juni 2009).
tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
yang berusia 60 tahun ke atas semakin Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
meningkat. Berdasarkan data dari 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Kementerian Koordinator Bidang Usia Bab I Pasal 1 ayat 2 menyebutkan, yang
Kesejahteraan Rakyat Kedeputian I Bidang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang
Kesejahteraan Sosial tahun 2008, jumlah yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
penduduk lanjut usia pada tahun 1990 kurang Pasal tersebut juga menerangkan bahwa lanjut
lebih sebesar 6,29%, selanjutnya pada tahun usia dibagi menjadi 2, yaitu lanjut usia
2000 sebesar 7,18% dan pada tahun 2006 potensial (ayat 3) dan lanjut usia tidak
sebesar 8,9%. Diperkirakan jumlah penduduk potensial (ayat 4). Lanjut usia potensial
lanjut usia di Indonesia tahun 2010 sebesar adalah lanjut usia yang masih mampu
65
66 Jurnal Psikologi Undip Vol. 9, No.1, April 2011

melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang kehidupan yang dimaksud antara lain adalah
dapat menghasilkan barang dan atau jasa. pensiun, penyakit atau ketidakmampuan fisik,
Sedangkan lanjut usia tidak potensial adalah penempatan dalam panti wreda, kematian
lanjut usia yang tidak berdaya untuk mencari pasangan, dan kebutuhan untuk merawat
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada pasangan yang kesehatannya menurun.
bantuan orang lain (Kompas, 10 Juni 2009). Kematian keluarga dan teman-teman
menimbulkan duka cita dan mengingatkan
Santrock (2002, h.530) mengungkapkan pada orang yang berusia lanjut akan usia
bahwa masa lanjut usia dimulai ketika mereka yang semakin bertambah serta
seseorang mulai memasuki usia 60 tahun. semakin berkurangnya ketersediaan dukungan
Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh sosial (Nevid, Rathus & Greene, 2005,
Santrock, Hurlock (2001, h.87) juga h.189). Pendapat tersebut, diperkuat dengan
mengemukakan bahwa yang disebut lanjut hasil penelitian Henuhili (2004, h.28) yang
usia adalah orang yang berusia 60 tahun ke menyebutkan bahwa gangguan mental
atas. Menurut Hurlock, lanjut usia merupakan terbanyak yang dialami oleh lanjut usia yang
tahap akhir siklus perkembangan manusia, tinggal di salah satu panti wreda di Cibubur
masa di mana semua orang berharap akan adalah depresi, yaitu sebesar 20,2%.
menjalani hidup dengan tenang, damai, serta Gangguan depresi ditemukan kira-kira 25%
menikmati masa pensiun bersama anak dan pada lanjut usia yang ada di komunitas.
cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Tingginya stressor dan peristiwa-peristiwa
kehidupan yang tidak menyenangkan dapat
Lanjut usia yang terus meningkat jumlahnya menimbulkan kemungkinan lanjut usia
di Indonesia, memunculkan kenyataan baru mengalami kecemasan, kesepian, sampai pada
yaitu semakin banyak jumlah lanjut usia yang tahap depresi (Wirasto, 2007, h.7).
tinggal di panti-panti wreda. Berdasarkan
hasil wawancara terhadap Ibu Indah (petugas Nevid, Rathus dan Greene (2005, h.188)
Panti Wreda Wening Wardoyo), dari tahun ke menyatakan bahwa tingkat depresi tetap lebih
tahun jumlah penghuni panti yang dikelolanya tinggi diantara lanjut usia penghuni rumah
terus meningkat. Pada beberapa tahun perawatan atau panti wreda. Hidup jauh
terakhir, jumlah lanjut usia penghuni panti dengan keluarga atau sanak saudara tentunya
sampai pada batas maksimal, yaitu 100 orang. dapat menimbulkan perasaan kesepian, karena
Tidak hanya itu, Ibu Indah juga tidak ada lagi orang-orang yang selama ini
menambahkan, bahwa daftar tunggu (waiting hidup bersama dan berbagi segala sesuatu.
list) calon penghuni panti wreda setiap Pendapat tersebut diperkuat oleh Dharmono
harinya selalu bertambah. Namun mereka (2007), yang menyebutkan depresi pada lanjut
yang masuk dalam daftar tunggu harus usia di dunia berkisar 15% dan hasil meta
bersabar, karena pihak panti memiliki analisis dari laporan negara-negara di dunia
keterbatasan tempat. Petugas panti akan mulai mendapatkan rata-rata depresi pada lanjut usia
menyeleksi pendaftar bila ada lanjut usia adalah 13,5%. Adapun depresi pada lanjut
penghuni panti yang pergi atau meninggal usia yang menjalani perawatan di rumah sakit
dunia. dan panti perawatan sebesar 45%.

Orang yang berusia lanjut akan menjadi Pendapat para ahli tersebut dapat dikaitkan
sangat rentan terhadap gangguan kesehatan, dengan kenyataan yang terjadi di panti wreda.
termasuk depresi yang disebabkan oleh stres Menurut penjelasan Ibu Indah, yang
dalam menghadapi perubahan-perubahan merupakan petugas Panti Wreda Wening
kehidupan yang berhubungan dengan apa Wardoyo Jawa Tengah, bahwa kurang lebih
yang disebut sebagai tahun emas. Perubahan 15 orang diantara lanjut usia penghuni panti
Saputri dan Indrawati, Hubungan antara Dukungan Sosial dan Depresi pada Lanjut Usia 67
yang Tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah

yang dikelolanya menunjukkan adanya depresi dan gangguan kesehatan lainnya,


indikasi depresi, bahkan 5 diantaranya sedangkan menurut Oxman dan Hall (dalam
diharuskan mengkonsumsi obat anti depresi Santrock, 2002, h.520) adanya dukungan
secara teratur. Para lanjut usia yang diduga sosial yang baik, dapat meningkatkan
mengalami depresi antara lain menunjukkan kesehatan fisik dan kesehatan mental bagi
ciri-ciri: jarang berbicara atau berinteraksi para lanjut usia. Sejalan dengan pendapat para
dengan orang lain, kehilangan nafsu makan, ahli sebelumnya, Getz (dalam Santrock, 2002,
jarang mengikuti kegiatan di panti, sering h. 563) mengungkapkan bahwa diantara
menangis, bernyanyi terus-menerus, sering banyaknya penyebab depresi pada lanjut usia,
berbicara atau bergumam sendiri terutama di antara lain adalah tingkat kesehatan yang
malam hari dan mudah sekali terserang rendah, kehilangan karena kematian pasangan
penyakit. Beberapa ciri tersebut senada dan rendahnya dukungan sosial yang diterima
dengan gejala-gejala depresi yang oleh lanjut usia tersebut. Dukungan sosial
diungkapkan oleh Lumongga (2009, h.22), yang baik telah terbukti menurunkan depresi
diantaranya adalah gangguan pola tidur, parental dan bertindak sebagai suatu
menurunnya tingkat aktivitas, mudah lelah, pelindung bagi lanjut usia yang bersangkutan
perasaan bersalah, sering menangis, suka dari akibat negatif depresi, demikian
menyendiri, menurunnya nafsu makan dan diungkapkan oleh Fonda dan Norgard (dalam
hilangnya emosi kasih sayang. Santrock, 2002, h.563).

Menurut Mudjaddid (Kompas, 3 Juni 2003), Depresi merupakan salah satu gangguan
berdasarkan penelitian di Indonesia, peluang kesehatan mental, depresi yang dialami lanjut
mengalami gangguan depresi bagi orang usia dapat dicegah atau ditanggulangi, salah
berusia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 13 satunya dengan adanya dukungan sosial.
persen dari populasi lanjut usia, dan 4 persen Kruckman dan Smith (dalam Widanarti, 2002,
di antaranya bahkan menderita depresi mayor. h. 68) menegaskan bahwa variabel sosial
Sejumlah faktor pencetus depresi pada lanjut seperti dukungan, telah sering dihubungkan
usia, antara lain faktor biologis, psikologis, dengan masalah kesehatan mental, yang
stres kronis dan penggunaan obat-obatan. memberikan petunjuk bahwa terdapat suatu
Faktor biologis misalnya faktor genetis, pola kausal yang lebih kompleks yang
perubahan struktural otak, faktor risiko melibatkan faktor sosial dibandingkan hanya
vascular dan kelemahan fisik. Sedangkan didasarkan pada faktor biologis.
faktor psikologis pencetus depresi pada lanjut
usia yaitu tipe kepribadian dan relasi Menurut Sarafino (1998, h.99) dukungan atau
interpersonal yang di dalamnya termasuk bantuan yang dibutuhkan oleh lanjut usia bisa
dukungan sosial. Peristiwa kehidupan seperti didapatkan dari bermacam-macam sumber
berduka, kehilangan orang yang dicintai, seperti keluarga, teman, dokter atau
kesulitan ekonomi dan perubahan situasi, profesional dan organisasi kemasyarakatan.
stres kronis dan penggunaan obat-obatan Dukungan sosial didefinisikan sebagai
tertentu juga turut andil sebagai pemicu keberadaan orang lain yang dapat diandalkan
depresi pada lanjut usia. Bahkan pada lanjut untuk memberi bantuan, semangat,
usia, depresi yang dialami justru seringkali penerimaan dan perhatian, sehingga bisa
disebabkan karena kurangnya perhatian dari meningkatkan kesejahteraan hidup bagi
pihak keluarga. individu yang bersangkutan (Johnson &
Jhonson, 1991, h.472). Cobb (dalam Sarafino,
Lumongga (2009, h.165) mengungkapkan, 1998, h.102) mengemukakan bahwa
seseorang yang berusia 60 tahun ke atas atau dukungan sosial mengacu pada persepsi akan
lanjut usia akan semakin rentan mengalami kenyamanan, kepedulian, penghargaan atau
68 Jurnal Psikologi Undip Vol. 9, No.1, April 2011

bantuan yang diterima individu dari orang Depresi


lain atau kelompok dalam masyarakat. Hal Hawari (2001, h. 19) mengungkapkan bahwa
tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial depresi adalah salah satu bentuk gangguan
adalah bantuan yang didapat individu dari kejiwaan pada alam perasaan (affective/ mood
orang lain atau kelompok, baik yang berupa disorder), yang ditandai dengan kemurungan,
bantuan materi maupun non materi, yang kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan
dapat menimbulkan perasaan nyaman secara tidak berguna dan putus asa. Chaplin (2002,
fisik dan psikologis bagi individu yang h.130) berpendapat bahwa depresi terjadi
bersangkutan. Dukungan sosial yang pada orang normal dan depresi merupakan
diperlukan oleh lanjut usia di Panti Wreda suatu kemurungan, kesedihan, kepatahan
Wening Wardoyo adalah dukungan sosial semangat, yang ditandai dengan perasaan
yang berasal dari keluarga, karena tidak sesuai, menurunnya kegiatan dan
berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pesimisme menghadapi masa yang akan
dengan Ibu Indah, dukungan sosial yang datang.
diberikan oleh pihak panti sudah cukup baik.
Dilihat dari suasana panti yang tenang, bersih Santrock (2002, h.562) mengungkapkan
dan bentuk bangunan panti yang berupa bahwa depresi dapat terjadi secara tunggal
wisma-wisma, panti wreda yang berada di dalam bentuk mayor depresi atau dalam
bawah naungan Dinas Kesejahteraan Sosial bentuk gangguan tipe bipolar. Depresi mayor
Provinsi Jawa Tengah termasuk panti wreda adalah suatu gangguan suasana hati atau
yang memperhatikan kenyamanan mood yang membuat seseorang merasakan
penghuninya. ketidakbahagiaan yang mendalam, kehilangan
semangat, kehilangan nafsu makan, tidak
Taylor (1995, h.72) menjelaskan, dukungan bergairah, selalu mengasihani dirinya sendiri,
sosial akan lebih berarti bagi seseorang dan selalu merasa bosan.
apabila diberikan oleh orang-orang yang
memiliki hubungan signifikan dengan Pada kasus patologis, depresi merupakan
individu yang bersangkutan, dengan kata lain, ketidakmampuan ekstrim untuk bereaksi
dukungan tersebut diperoleh dari orangtua, terhadap rangsangan, disertai menurunnya
pasangan (suami atau istri), anak dan kerabat nilai diri, delusi, ketidaksesuaian, tidak
keluarga lainnya. Dari beberapa pengertian mampu dan putus asa. Beck (dalam
mengenai dukungan sosial di atas, dapat McDowell & Newell, 1996, h.89)
disimpulkan bahwa dukungan sosial yang mendefinisikan depresi adalah keadaan
berasal dari keluarga sangat penting dalam abnormal organisme yang dimanifestasikan
kehidupan manusia, baik saat masa anak- dengan tanda dan simtom seperti menurunnya
anak, masa remaja, masa dewasa maupun mood subjektif, rasa pesimis dan sikap tidak
ketika masa lanjut usia. percaya, kehilangan kespontanan dan gejala
vegetatif (misalnya penurunan berat badan
Mengingat fenomena yang telah diungkapkan dan gangguan tidur).
di atas, yaitu terus bertambahnya penduduk
lanjut usia diiringi dengan semakin Ada tiga jenis depresi yang bisa dialami oleh
meningkatnya jumlah lanjut usia yang tinggal individu, yaitu mild depression/minor
di panti wreda, dan rentannya lanjut usia depression dan dysthimic disorder; moderate
terhadap depresi, maka peneliti memandang depression; dan Severe depression/major
perlu dilakukan penelitian tentang depresi depressionFaktor-faktor yang dapat
yang berkaitan dengan adanya dukungan mempengaruhi depresi adalah faktor
sosial yang berasal dari keluarga pada lanjut kesehatan, kepribadian, religiusitas,
usia yang tinggal di panti wreda. pengalaman hidup yang pahit, harga diri dan
Saputri dan Indrawati, Hubungan antara Dukungan Sosial dan Depresi pada Lanjut Usia 69
yang Tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah

dukungan sosial. Gejala depresi menurut 1994, h.133) mengungkapkan bahwa


Beck digolongkan dalam empat simtom, yaitu dukungan sosial yang terpenting adalah yang
simtom emosional, simtom kognitif, simtom berasal dari keluarga. Sarafino (1998, h.104),
motivasional dan simtom fisik. menyatakan bahwa kebutuhan, kemampuan
dan sumber dukungan sosial mengalami
Dukungan Sosial perubahan sepanjang kehidupan seseorang.
Keluarga merupakan lingkungan pertama
Menurut Johnson dan Jhonson (1991, h.472) yang dikenal oleh individu dalam proses
dukungan sosial merupakan keberadaan sosialisasinya.
orang lain yang dapat diandalkan untuk
memberi bantuan, semangat, penerimaan dan METODE
perhatian, sehingga bisa meningkatkan
kesejahteraan hidup bagi individu yang Variabel bebas dalam penelitian adalah
bersangkutan. Ahli lain mengungkapkan dukungan sosial, dan sebagai variabel
pendapat yang hampir serupa mengenai tergantung adalah depresi. Depresi adalah
dukungan sosial, yaitu Sarafino (dalam Smet, kecenderungan yang abnormal pada
1994, h.136) yang menyatakan bahwa organisme, dimanifestasikan dengan tanda
dukungan sosial adalah suatu kesenangan dan simtom seperti menurunnya mood
yang dirasakan sebagai perhatian, subjektif, rasa pesimis serta sikap tidak
penghargaan dan pertolongan yang diterima percaya, kehilangan kespontanan dan gejala-
dari orang lain atau suatu kelompok. gejala vegetatif (misalnya penurunan berat
Lingkungan yang memberikan dukungan badan dan gangguan tidur). Depresi dalam
tersebut adalah keluarga, kekasih atau penelitian diukur dengan gejala-gejala depresi
anggota masyarakat. Sarafino berpendapat menurut Beck (dalam Lumongga, 2009, h.25)
bahwa akan ada banyak efek dari dukungan yaitu simtom emosional, simtom kognitif,
sosial karena dukungan sosial secara positif simtom motivasional dan simtom fisik.
dapat memulihkan kondisi fisik dan psikis Dukungan sosial dalam penelitian adalah
seseorang, baik secara langsung maupun tidak bantuan yang berasal dari orang yang
langsung. Tipe-tipe dukungan sosial menurut memiliki hubungan kekerabatan, ikatan
House adalah dukungan emosional, dukungan perkawinan atau hubungan darah, baikberupa
penghargaan, dukungan instrumental dan semangat, penerimaan atau perhatian, yang
dukungan informatif. Pengukuran dukungan memiliki manfaat emosional atau efek
sosial yang digunakan dalam penelitian perilaku bagi individu penerima, sehingga
adalah yang didasarkan pada kualitas dapat membantu individu yang bersangkutan
dukungan sosial yang diterima, sesuai dengan dalam mengatasi masalahnya. Dukungan
penerimaan individu, atau sebagaimana yang sosial diukur dengan tipe-tipe dukungan
dipersepsikan oleh individu yang sosial menurut House (dalam Smet, 1994,
bersangkutan (perceived support). h.136), yaitu dukungan emosional, dukungan
penghargaan, dukungan instrumental dan
Gore (dalam Gotlib & Hammen, 1992, h.19) dukungan informatif.
menyatakan bahwa dukungan sosial lebih
sering didapat dari relasi yang terdekat, yaitu Populasi dalam penelitian adalah para lanjut
dari keluarga atau sahabat. Kekuatan usia atau kelayan yang tinggal di Panti Wreda
dukungan sosial yang berasal dari relasi yang Wening Wardoyo Jawa Tengah. Teknik
terdekat merupakan salah satu proses pengambilan sampel yang digunakan yaitu
psikologis yang dapat menjaga perilaku sehat dengan metode purposive random sampling.
dalam diri seseorang. Melengkapi pendapat Dari 100 lanjut usia yang tinggal di Panti
tersebut, Rodin dan Salovey (dalam Smet, Wreda, hanya 67 orang yang memenuhi
70 Jurnal Psikologi Undip Vol. 9, No.1, April 2011

karakteristik sampel penelitian. Selanjutnya terhadap hubungan sosialnya dengan orang


peneliti melakukan pemilihan secara random lain.
atau acak untuk mendapatkan subjek yang Dukungan sosial bagi lanjut usia sangat
akan digunakan. Selanjutnya didapatkan 32 penting, karena dukungan sosial yang baik
lanjut usia sebagai subjek dalam try out, dan telah terbukti menurunkan depresi parental
35 lanjut usia sebagai subjek dalam dan bertindak sebagai suatu pelindung bagi
penelitian. lanjut usia yang bersangkutan dari akibat
negatif depresi (Fonda & Norgard dalam
Metode pengumpulan data yang digunakan Santrock, 2002, h.563). Depresi pada
dalam penelitian ini adalah dengan penelitian berada pada kategori tinggi.
menggunakan skala psikologis. Ada dua buah Keadaan tersebut menunjukkan bahwa subjek
skala psikologis yang dibuat sendiri oleh penelitian mengalami depresi yang tinggi
peneliti, yaitu skala depresi dan skala dalam kehidupannya. Hasil penelitian tersebut
dukungan sosial. Untuk analisis data sesuai dengan yang diungkapkan oleh
digunakan teknik analisis regresi sederhana. Lumongga (2009, h.165), yaitu bahwa
seseorang yang berusia 60 tahun ke atas atau
HASIL DAN PEMBAHASAN lanjut usia akan semakin rentan mengalami
Ada hubungan yang sangat signifikan antara depresi dan gangguan kesehatan lainnya.
variabel dukungan sosial dengan variabel Depresi yang berada pada kategori tinggi
depresi pada lanjut usia yang tinggal di Panti dalam penelitian, juga dikarenakan orang
Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah (rxy = yang berusia lanjut menjadi sangat rentan
-0,487, F=10,245 dan p=0,003). Berdasarkan terhadap gangguan kesehatan, termasuk
hasil tersebut, hipotesis yang menyatakan depresi yang disebabkan oleh stres dalam
bahwa terdapat hubungan yang negatif antara menghadapi perubahan-perubahan kehidupan,
dukungan sosial dengan depresi terbukti, termasuk perubahan tempat tinggal di rumah-
sehingga hipotesis yang diajukan pada rumah jompo.
penelitian diterima. Penelitian yang telah
dilakukan, menunjukkan adanya bukti Tingginya stressor dan peristiwa-peristiwa
hubungan antara dukungan sosial dengan kehidupan yang tidak menyenangkan dapat
depresi pada lanjut usia yang tinggal di Panti menimbulkan kemungkinan lanjut usia
Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah. mengalami kecemasan, kesepian, sampai pada
tahap depresi (Wirasto, 2007, h.7). Usia tua
Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang mengakibatkan daya tahan jasmani maupun
diajukan, karena bagi lanjut usia, dukungan rohani pria ataupun wanita menjadi sangat
sosial dapat memberikan arti dalam mengatasi berkurang, sedangkan ketegangan-ketegangan
depesi. Adanya dukungan sosial yang baik psikis oleh kecemasan-kecemasan ketuaan
dapat meningkatkan kesehatan fisik dan menjadi lebih besar. Beban psikis menjadi
kesehatan mental bagi para lanjut usia lebih berat lagi, sedang kekuatan memikul
(Oxman & Hall dalam Santrock, 2002, beban menjadi semakin berkurang. Kesadaran
h.520). Sarafino (1998, h.104) menjadi semakin tua, tidak berguna dan tidak
mengemukakan bahwa efektivitas dukungan berdaya, membuat hati menjadi semakin
tergantung dari penilaian individu. Dukungan buram atau makin depresif. Ditambah dengan
akan menjadi efektif apabila dukungan macam-macam penyakit, dan proses-proses
tersebut dinilai adekuat oleh individu kerusakan atau kemunduran dari sistem otak,
penerima. Bagaimana individu menerima semua kejadian itu dapat menyebabkan orang
dukungan sosial, lebih merupakan suatu menjadi depresif (Kartono, 2002, h.161).
pengalaman pribadi yang melibatkan
penghayatan masing-masing individu Dukungan sosial yang diberikan oleh pihak
Saputri dan Indrawati, Hubungan antara Dukungan Sosial dan Depresi pada Lanjut Usia 71
yang Tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo Jawa Tengah

panti belum dapat menutupi kebutuhan akan pengalaman hidup, tingkat religiusitas, faktor
dukungan dari orang-orang terdekat atau kepribadian, dan harga diri (self-esteem).
keluarga. Tempat tinggal yang tenang dan
telah dibuat senyaman mungkin untuk lanjut KESIMPULAN
usia, serta kehidupan yang telah dijamin oleh
pemerintah tidak dapat menghilangkan sama Kesimpulan
sekali depresi pada lanjut usia yang tinggal di
panti wreda. Kegiatan-kegiatan rekreatif, Ada hubungan negatif antara dukungan sosial
kegiatanagama, dan berbagai macam kegiatan dengan depresi pada lanjut usia yang tinggal
yang telah diberikan oleh pihak panti, belum di panti wreda. Semakin tinggi dukungan
cukup memenuhi kebutuhan lanjut usia sosial yang diterima oleh lanjut usia yang
terhadap dukungan sosial yang berasal dari tinggal di panti wreda, semakin rendah
keluarganya. Bagi lanjut usia yang hidup di depresi yang dialami oleh mereka.
daerah yang masih menjujung budaya Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial
ketimuran, yaitu bahwa anak harus berbakti yang diterima oleh lanjut usia yang tinggal di
kepada orangtua, semakin membuat lanjut panti wreda, semakin tinggi depresi mereka.
usia yang tinggal di panti wreda merasa
tersisih dari keluarganya. Bagi lanjut usia Hasil penelitian menunjukkan bahwa depresi
yang dapat menciptakan perasaan-perasaan pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wreda
positif, akan mampu mengatasi masalah Wening Wardoyo Jawa Tengah berada pada
tersebut, sehingga akan terhindar dari depresi. kategori tinggi, dan dukungan sosialnya
Sebaliknya bagi lanjut usia yang tidak mampu berada pada kategori rendah. Sumbangan
mengatasi tekanan dan perasaan negatifnya, efektif dukungan sosial terhadap depresi pada
akan cenderung lebih mudah mengalami lanjut usia yang tinggal di panti wreda sebesar
depresi. 23,7%. Kondisi tersebut mengisyaratkan
bahwa dukungan sosial berpengaruh pada
Lanjut usia yang memiliki tingkat depresi penurunan depresi pada lanjut usia yang
rendah akan dapat melakukan aktivitasnya tinggal di panti wreda. Faktor-faktor lain
dengan baik, serta mampu melewati masa sebesar 76,3% yang tidak diungkap dalam
tuanya di panti wreda dengan bahagia. penelitian, diduga turut berperan dalam
Berbanding terbalik dengan lanjut usia yang depresi yaitu pengalaman hidup, tingkat
memiliki tingkat depresi rendah, lanjut usia religiusitas, faktor kepribadian, tingkat
dengan depresi yang tinggi akan menurunkan kesehatan, dan harga diri (self-esteem).
kesehatan fisik mereka. Lanjut usia dengan
depresi yang tinggi cenderung melakukan Saran
aktivitas hanya sebagai rutinitas, tanpa ada
motivasi positif untuk dirinya. Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik
untuk meneliti variabel depresi, diharapkan
Koefisien determinasi (R Square) dalam dapat meneliti variabel depresi ke arah yang
penelitian sebesar 0,237, artinya sumbangan lebih klinis, serta memperhatikan variabel-
efektif dukungan sosial terhadap depresi pada variabel lain yang belum diamati dalam
lanjut usia yang tinggal di panti wreda sebesar penelitian, misalnya pengalaman hidup,
23,7% sedangkan sisanya sebesar 76,3% tingkat religiusitas, kepribadian, tingkat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kesehatan dan harga diri (self-esteem).
72 Jurnal Psikologi Undip Vol. 9, No.1, April 2011

DAFTAR PUSTAKA
Mudjaddid. (2003, 3 Juni). Waspadai Depresi
Chaplin, J.P. 2002. Kamus Psikologi. Jakarta : pada Orang Usia Lanjut. Kompas. h.8
Rajawali Pers.
Dharmono, S. (2007). Waspadai Depresi Nevid, J.S., Rathus S. A. & Green B. (2005).
pada Lansia. Psikologi Abnormal. Edisi kelima,
http://psikologi.infogue.com/waspadai Jilid Dua. Jakarta: Erlangga.
_depresi_pada_lansia
Santrock, J.W. (2002). Life Span
Gotlib, H. & Hammen, C.L. (1992). Development. Eight edition. New
Psychological Aspects of Depression: York : Mc Graw-Hill Companies.
Toward a Cognitive-Interpersonal
Integration. New York: John Wiley & Sarafino, E. P. 1998. Health Psychology:
Sons. Biopsychososial Interactions. Third
edition. New York: John Wiley and
Hawari, H. (2001). Manajemen Stress, Cemas Sons, Inc.
dan Depresi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta
: PT. Grasindo.
Henuhili, S. (2004). Proporsi Gangguan
Mental pada Lanjut Usia yang Tinggal Taylor, S.E. (1995). Health Psychology. Third
di Sasana Wreda Yayasan Karya Bakti Edition. New York : Mc Graw-Hill
Ria Pembangunan Cibubur. Tesis Companies.
(tidak diterbitkan). Jakarta:
Universitas Indonesia. Widanarti, N. (2002). Hubungan Antara
Dukungan Sosial Keluarga dengan
Johnson, D.W. & Jhonson, F.P. (1991). Self Eficacy pada Remaja di SMU N 9
Joining Together: Group Theory and Yogyakarta. Skripsi (tidak
Group Skills. Fourth Edition. London: diterbitkan). Yogyakarta: Universitas
Prentice Hall International. Gajah Mada.

Kartono, K. (2002). Patologi Sosial 3. Wirasto, R. T. 2007. Bobot Pengaruh Faktor-


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. faktor Sosiodemografis terhadap
Depresi pada Usia Lanjut di
Lumongga N. (2009). Depresi: Tinjauan Yogyakarta. Karya Ilmiah (tidak
Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
Media Group. Kedokteran Universitas Gajah Mada

McDowell, I. & Newell, C. (1996). ---------------. Penduduk Lansia di Indonesia


Measuring Health: A Guide To Rating Scales Melonjak Tinggi (10 Juni 2009).
and Questionnaires. 2nd Edition. New York: Kompas, hal.9.
Oxford University Press.

You might also like