You are on page 1of 13

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perumahan

Rumah merupakan salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.


Dengan berkembangnya zaman, berkembang pula kebutuhan perumahan yang
layak dan cukup memadai untuk hidup secara sehat dan sejahtera. Setiap manusia,
di manapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah.
Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul dan
membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai tempat
berlindung dan menyimpan barang berharga. Selain itu, rumah juga merupakan
status lambang sosial. (Azwar, 1996; Mukono, 2000). Perumahan adalah salah
satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan pangan. Tempat tinggal,
tempat ber-mukim atau papan, dilengkapi dengan apa yang disebut rumah,
sebagai tempat berlindung yang aman. Seluruh anggota keluarga berteduh,
berlindung dengan aman dan nyaman disuatu bangunan yang disebut
rumah.Waktu tebanyak bagi seseorang umumnya dihabiskan dirumah.Oleh karena
itu rumah harus dirancang sedemikian rupa agar penghuninya merasa betah dan
memberikan rasa aman, nyaman, dan menyenangkan.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) memberikan batasan tentang


perumahan (housing) sebagai suatu struktur fisik yang digunakan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan dan struktur tersebut termasuk fasilitas dan
pelayanan yang diperluhkan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani
dan rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu. Dari
definisi tersebut jelas bahwa perumahan dipersyaratkan untuk mencapai derajat
kesehatan sebaik-baiknya bagi penghuninya baik kesehatan jasmani, rohani,
maupun social.Dalam definisi tersebut juga disebutkan bahwa untuk mendapatkan
suasana yang menjamin kesehatan tidak hanya ditinjau dari segi struktur atau
bangunan, tetapi juga dari aspek lingkungan.

Perumahan yang baik terdiri dari kumpulam rumah yang dilengkapi


dengan berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor,
tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, lapangan tempat bermain anak-
anak, sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan, dan pusat kesehatan masyarakat,
serta umum (public housing) pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan rumah
tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta

3
fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi
persyaratan rumah tinggal yang sehat (healthy) dan menyenangkan (comfortable).

Menurut UU No 1 Tahun 2011, rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi


sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan
harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan
determinan kesehatan masyarakat. Karena itu, pengadaan perumahan merupakan
tujuan fundamental yang kompleks dan tersedianya standar perumahan adalah isu
penting dari kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal
harus memenuhi syarat kesehatan, sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan
yang sehat tidak lepas dari ketersediaan prasarana dan sarana terkait, seperti
penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah, transportasi, dan tersedianya
pelayanan sosial. (Krieger and Higgins, 2002).
Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan
permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas
terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah,
pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat. Perumahan adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. (UU No 1 Tahun 2011)
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan perkotaan maupun
perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas
lebih dari satu satuan permukiman. Permukiman adalah bagian dari lingkungan
hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai
prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain
dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan
tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh

4
anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan
perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

2.2 Tujuan Perumahan dan Pemukiman

Berdasarkan UU No 1 Tahun 2011, tujuan dari dibangunnya perumahan dan


kawasan permukiman antara lain:

1. Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan


kawasan permukiman;
2. Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran
penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan
kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan
keseimbangan kepentingan
3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi
pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi
lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;
4. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman;
5. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya;
6. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan
berkelanjutan.

2.3 Fungsi Perumahan

Selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan


manusia untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya,
rumah, juga merupakan tempat awal pengembangan kehidupan dan penghidupan
keluarga dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Selain berfungsi
sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk kehidupan dan
penghidupan keluarga, perumahan juga merupakan tempat untuk
menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan terbatas.. Penataan
ruang dan kelengkapan prasarana dan sarana lingkungan dan sebagainya,
dimaksud agar lingkungan tersebut akan merupakan lingkungan yang sehat, aman,
serasi dan teratur serta dapat berfungsi sebagaimana diharapkan.

5
2.4 Kriteria Rumah Sehat

kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environmentdari


WHO (1974), antara lain :

1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai
tempat istirahat.
2. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus, dan
kamar mandi.
3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.
5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya
dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.
6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Sementara itu, kriteria rumah sehat menurut Winslow, antaralain :

1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.


2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis.
3. Dapat menghindarkan dari terjadinya kecelakaan.
4. Dapat menghindarkan terjadinya penularan penyakit.

Di Indonesia, terdapat suatu kriteria untuk rumah sehat sederhana (RSS),


yaitu :

1. Luas tanah antara 60-90 meter persegi.


2. Luas bangunan antara 21-36 meter persegi.
3. Memiliki fasilitas kamar tidur, WC (kamar mandi), dan dapur.
4. Berdinding batu bata dan diplester.
5. Memiliki lantai dari ubin keramik dan langit-langit dari triplek.
6. Memiliki sumur atau air PAM.
7. Memiliki fasilitas listrik minimal 450 watt.
8. Memiliki bak sampah dan saluran air kotor.

Kriteria rumah yang sehat dan aman dari segi lingkungan, antara lain :

1. Memiliki sumber air bersih dan sehat serta tersedia sepanjang tahun.
2. Memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baik.

6
3. Dapat mencegah terjadi perkembangbiakan vektor penyakit, seperti nyamuk,
lalat, tikus, tikus dan sebagainya.
4. Letak perumahan jauh dari sumber pencemaran (mis, kawasan industri)
dengan jarak minimal sekitar 5 km dan memiliki daerah penyangga atau
daerah hijau (green belt) dan bebas banjir.

Menurut APHA :

a. Memenuhi Kebutuhan Fisiologis


1. Suhu Ruangan
Suhu ruangan harus dijaga agar tetap stabil sekitar 18 20 0C. Suhu
ruangan ini bergantung pada suhu udara luar, pergerakan udara,
kelembapan udara, dan suhu benda di sekitarnya.
2. Pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu indikator rumah yang sehat
karena cahaya mempunyai sifat membunuh bakteri dan kuman yang
masuk ke dalam rumah, yang perlu diperhatikan adalah tingkat
terangnya cahaya. Karena kurangnya cahaya yang masuk dapat
menimbulkan akibat pada mata, kenyamanan, sekaligus produktivitas
seseorang.
Pencahayaan dibagi menjadi dua, yaitu pencahayaan alami dan
buatan. Pencahayaan alami bersumber dari cahaya matahari, tidak
perlu biaya dan dapat membunuh bakteri bakteri patogen di dalam
rumah, misalny basil TBC. Idealnya, cahaya yang masuk luasnya
sekurang kurang 15 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam
ruangan rumah. Sedangkan pencahayaan buatan itu bersumber dari
tenaga listrik, lampu, api, minyak tanah, dan sebagainya.

3. Ventilasi
Ventilasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga udara segar dapat
masuk ke dalam rumah secara bebas sehingga asap dan udara kotor
dapat sgera hilang dengan menempatkan posisi pintu dan jendela
secara tepat.

7
Ventilasi berfungsi untuk menjaga aliran udaran di dalam rumah
agar tetap segar, membebaskan udara ruangan dari bakteri bakteri
patogen, dan menjaga kelembapan ruangan agar tetap terjaga secara
optimal. Ventilasi dibagi menjadi dua, yaitu ventilasi alamiah dan
ventilasi buatan. Ventilasi alamiah dimana aliran udara di dalam
ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang
angin, dan sebagainya. Namun ventilasi alamiah ini juga memiliki
kerugian karena bisa menjadi tempat masuknya nyamuk dan serangga
lainnya ke dalam rumah. Sedangkan ventilasi buatan adalah ventilasi
yang menggunakan bantuan alat seperti kipas angin, dan mesin
penghisap udara (AC). Tetapi untuk rumah di daerah pedesaan tidak
bisa digunakan.
4. Kebisingan
Dinding ruangan haruslah kedap suara, baik terhadap suara yang
berasal dari luar maupun dari dalam. Karena kebisingan dapat
mengganggu konsentrasi dan kenyamanan seseorang. Apalagi kalau
datangnya secara tiba tiba seperti letupan sangat membahayakan
kehidupan seseorang, terutama orang yang memiliki penyakit jantung.
Rumah yang sehat adalah rumah yang letaknya jauh dari sumber
kebisingan.
b. Memenuhi Kebutuhan Psikologis
Persyaratan psikologis yaitu over crowding. Over crowding bisa
menimbulkan efek efek negatif terhadap kesehatan fisik, mental,
maupun moral. Rumah yang sehat harus memiliki pembagian ruangan
yang baik untuk berkumpul bersama keluarga ataupun untuk
bermasyarakat (menerima tamu) serta pembagian kamar untuk masing
masing anggota keluarga, penataan perabotan yang rapi, dan tidak over
crowding. Rumah dinyatakan over crowding bila jumlah orang yang tidur
di rumah tersebut menunjukkan hal hal berikut :
1. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur di
atas 10 tahun dan bukan berstatus sebagai suami istri, tidur
dalam satu ruangan.
2. Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai
telah melebihi ketentuan yang telah ditetapkan.

8
c. Menghindari Terjadinya Kecelakaan
1. Konstruksi rumah dan bahan banguna harus kuat sehingga tidak
mudah ambruk.
2. Mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan baik kecelakaan karena
jatuh maupun kecelakaan mekanis lainnya.
3. Menghindari bahaya kebakaran.
4. Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang mempergunakan gas.
5. Perlindungan terhadap electrical shock.
6. Perlindungan terhadap bahaya keracunan gas.
7. Menghindarkan bahaya bahaya lalu lintas kendaraan.
d. Terhindar Dari Penyebaran Penyakit
1. Adanya sumber air yang sehat bagi setiap rumah, cukup kualitas dan
kuantitasnya
2. Ketentuan adanya perliundungan air minum dari pencemaran.
3. Harus ada tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang
baik untuk mencegah penyebaran penyakit.
4. Harus dapat mencegah perkembanganbiakan vektor penyakit seperti :
nyamuk, lalat, tikus dan sebagainya.
5. Ketentuan tentang space di kamar tidur untuk menghindari terjadinya
kontak infeksi.

2.5 Syarat-Syarat Perumahan Sehat


A. Persyaratan pemukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.
829/Menkes/SK/VII/1999 meliputi beberapa parameter, yaitu:
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah
gempa, dan sebagainya;
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang;
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas Udara
Kualitas udara ambien di lingkungan perumahan harus bebas dari
gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan
sebagai berikut :
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi;
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 mg g/m3;maksimum 150

9
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm;
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari.
3. Kebisingan Dan Getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A;
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik .
4. Kualitas tanah di daerah perumahan dan pemukiman
a. Kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg
5. Prasarana dan sarana lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga
dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan;
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan
vektor penyakit;
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi
jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak
membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus
memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak
menyilaukan mata;
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang
memenuhi persyaratan kesehatan;
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
memenuhi persyaratan kesehatan;
f. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi
syarat kesehatan;
g. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi,
tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian, dan
lain sebagainya;
h. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan
penghuninya;
i. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian
alam.
B. Mencegah Penularan Penyakit

10
Pada dasarnya persyaratan perumahan harus dipertimbangkan agar tidak
menimbulkan gangguan kesehatan, baik secara jasmani, rohani, maupun
sosial.Beberapa persyaratan berikut berkaitan dengan tersediannya fasilitas
sanitasi agar kesehatan penghuninya tetap terjaga.
1. Tersedianya persediaan air bersih/air minum. Air bersih sangat
diperluhkan baik sebagai sarana pembersih maupun sebagai bahan untuk
air minum harus memenuhi syarat kesehatan.
2. Bebas dari vector ataupun binatang pengerat. Keadaan rumah maupun
halaman serta lingkungannya menjamin tidak terdapatnnya sarang vektor
ataupun binatang pengganggu lainnya. Hal ini terkait dengan kontruksi
maupun keadaan dan kelengkapan fasilitas yang digunakan seperti adanya
tempat penyimpanan sampah yang baik, kebersihan yang selalu terjaga
dsb.
3. Tersediannya tempat pembuangan tinja dan air limbah yang memenuhi
syarat sanitasi.
4. Luas atau ukuran kamar yang tidak menimbulkan suasana crowded. Luas
kamar minimum ukuran 2,5 m x 3 m dengan ketinggian langit-langit 2,75-
3 m.
5. Fasilitas untuk pengolahan makanan atau memasak dan penyimpanan
makanan yang terbebas dari pencemaran maupun jangkauan vektor
maupun binatang pengerat.
C. Mencegah Terjadinya Kecelakaan
Beberapa hal untuk menghindari timbulnya kecelakaan misalnya :
1. Adanya ventilasi di dapur. Untuk mengeluarkan gas seandainnya terjadi
kebocoran gas.
2. Cukup intensitas cahaya, untuk menghindari kecelakaan seperti
tersandung, teriris/tersayat, tertusuk jarum waktu menjahit dsb.
3. Jauh dari pohon besar. Bangunan rumah jauh dari pepohonan besar yang
mudah tumbang atau runtuh.
4. Garis rooi. Bangunan harus mengikuti garis rooi (garis sempadan). Jarak
pagar dengan bangunan minimal lebar jalan.
5. Lantai yang selalu basah (kamar mandi, kamar kecil tidak licin, baik
karena kontruksinya maupun pemeliharaannya.
6. Bagian bangunan yang dekat dengan api atau listrik terbuat dari bahan
tahan api.
7. Cara mengatur isi ruangan atau meletakkan barang. Pengaturan ruangan
memberikan keleluasaan bergerak, terutama untuk keselamatananak-anak.

11
8. Cara penyimpanan bahan beracun. Hindarkan dari jangkauan anak atau
kekeliruan pengambilan bahan-bahan petisida, minyak tanah, deterjen,
obat-obatan dan sebagainya.

D. Higiene Dan Sanitasi


1. Pembuangan Sampah
Pembuangan sampah yang berada di tingkat perumahan yang perluh di
perhatikan adalah :
a. Penyimpanan setempat (onsite storage).
Penyimpanan sampah setempat harus menjamin tidak bersarangnya
tikus, lalat dan binatang pengganggu lainnyaserta tidak menimbulkan
bau.Oleh sebab itu persyaratan kontener sampah harus mendapatkan
perhatian.
b. Pengumpulan sampah.
Terjaminnya kebersihan lingkungan dari sampah tergantung pada
pengumpulan sampah yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah
atau oleh pengurus kampung atau pihak pengelola apabila dikelola
oleh suatu real astate misalnya, keberlanjutan dan keteraturan
pengambilan sampah ke tempat pengumpulan merupakan jaminan bagi
kebersihan lingkungan
2. Pembuangan Air Limbah.
Idealnya sebelum air limbah dibuang ke saluran air harus diolah
lebih dulu dalam septic tank.Pengelolaan ini bisa disatukan dengan
pengolahan tinja.Untuk perumahan di perkotaan, karena keterbatasan
lahan dianjurkan untuk dilakukan secara kolektif.Prinsip dasarnya adalah
bahwa air limbah yang di lepas ke lingkungan sudah tidak berbahaya lagi
bagi kesehatan lingkungan.

3. Pembuangan Tinja.
Tinja dan limbah yang lain adalah limbah yang pasti dihasilkan
oleh setiap rumah, oleh sebab itu adalah kewajiban setiap rumah tangga
untuk mengelolah tinja ini sabaik-baiknya. Prinsip dasarnya adalah
menganggap bahwa tinja adalah sumber penyakit terutama penyakit
saluran alat cerna.Karenanya harus dilokasikan untuk diolah sehingga

12
setelah di lepas ke lingkungan sudah tidak berbahaya lagi.Pengolahan
yang umum dan baik adalah dengan memanfaatkan sumber septic tank.
4. Penyediaan Air.
Penyediaan air untuk rumah tangga bias tergolong penyediaan air bersih
dan bias juga penyediaan air minum. Rumah tangga yang mencukupi
kebutuhan airnya dari sumur atau sumber-sumber lainnya termasuk
penyediaan air bersih. Tetapi untuk perumahan yang kebutuhan air minum
yang diusahakan oleh baik pemerintah maupun badan hokum yang lain, maka
termasuk penyediaan air minum, karena kualitas air yang didistribusikan telah
memenuhi syarat sebagai air minum. Persyaratan untuk penyediaan air bersih
yang mengusahakan dari sumur sendiri perluh memperhatikan kualitas air
sumurnnya dengan selalu memperhatikan konstruksi sumur, sumber pencemar
dan cara pengolahan sebelum dikonsumsi. Sedangkan untuk yang bersumber
dari PDAM, perluh diperhatikan back siphonage, dan cross conection.

2.6 Faktor Faktor Yang Perlu Diperhatikan Dalam Membangun Suatu Rumah
1. Faktor Alam(Lingkungan)
Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun
lingkungan sosial. Hal ini menyangkut bagaimana kondisi lingkungan
alam dan sosial di sekitar kita. Membangun rumah di daerah yang rawan
bencana banjir harus diperhatikan letak lokasi tanah diupayakan agar
sebelum dibangun ketinggian tanah harus diperkirakan agar di saat musim
penghujan tidak kebanjiran, dan sebagainya.
2. Tingkat Ekonomi Manyarakat
Hal ini dimaksudkan bahwa rumah yang ingin dibangun
berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, terutama menyangkut
kesiapan finansial. Bagi masyarakat desa terkadang persoalannya tidak
serumit di perkotaan, dimana tanah yang akan dipergunakan untuk
membangun suatu perumahan tidak semahal di kota, bahan bahan yang
digunakan untuk membangun suatu perumahan dapat memanfaatkan
sarana yang ada seperti bambu, kayu, atau atap bisa dibuat dari daun,
alang alang, daun lontar, dan lain lain. Bahan bahan tersebut masih
mudah didapat dan murah, namun di kota persoalannya akan berbeda. Hal
yang perlu diperhatikan dalam membangun rumah adalah membangun
rumah tidak hanya sekedar mendirikan saja, tetapi bagaimana perawatan
rumah tersebut sehingga dapat digunakan dalm waktu yang cukup lama.
3. Kemajuan Teknologi
Teknologi perumahan sudah begitu modern, namun rumah yang
modern belum tentu sesuai dengan selera individu di masyarakat.
Bagaimanapun masyarakat telah memiliki teknologi perumahan yang telah

13
diwarisi dari orang tuanya. Oleh karena itu, penerapan teknologi yang
tepat guna harus dipertahankan sedangkan kekurangan yang ada
dimodifikasi sehingga dapt memenuhi persyaratan rumah sehat yang telah
ditentukan.
4. Peraturan Pemerintah Menyangkut Tata Guna Bangunan
Peraturan pemerintah terkait tata guna bangunan jika tidak dibuat
dengan tegas dan jelas dapat menyebabkan gangguan ekosistem seperti
banjir, pemukiman kumuh, dan lain lain. Di kota permasalah ini sudah
menjadi kompleks, namun di pedesaan belum menjadi maslah yang
berarti.

2.7 Rumah dan Kesehatan


Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan,seperti :
1. Infeksi saluran napas
Contoh : common cold, TBC, influenza, campak,batuk rejan(pertusis),
dan sebagainya.
2. Infeksi pada kulit
Contoh: skabies, ring worm, impetigo, dan lepra.
3. Infeksi akibat infestasi tikus
Contoh: pes dan leptospirosis.
4. Arthropoda
Contoh: infeksi saluran pencernaan(vektor lalat),relapsing fever(kutu
busuk), dan dengue,malaria, serta kaki gajah(vektor nyamuk).
5. Kecelakaan
Contoh: bangunan runtuh,terpeleset,patah tulang,dan gegar otak.
6. Mental
Contoh: Neurosis,gangguan kepribadian, psikosomatis, dan ulkus
peptikum.

7. Sindroma Gedung Sakit (Sick Building Syndrome)


Sindroma ini merupakan kumpulan gejala yang dialami oleh sese
orang yang bekerja di kantor atau tinggal di apartemen dengan
bangunan tinggi dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara
yang menyebabkan keluhan iritasi dan kering pada mata, kulit, hidung,
tenggorokan disertai sakit kepala, pusing, rasa mual, mu ntah, bersin
dan kadang disertai nafas sesak. Keluhan ini biasanya tidak terlalu
berat walaupun bisa menetap sampai 2 minggu, sehingga akan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja (Aditama, 1992; Mukono,
2000).

14
Penyebab terjadinya Sindroma Gedung Sakit berkaitan sangat erat
dengan ventilasi udara ruangan yang kurang memadai Soedjajadi
Keman, Kesehatan Perumahan 33 karena kurangnya udara segar
masuk ke dalam ruangan gedung, distribusi udara yang kurang merata,
serta kurang baiknya peraw atan sarana ventilasi.

15

You might also like