You are on page 1of 9

PAPER INDIVIDU

GIGI NGILU

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KARIES GIGI

NAMA : PRAPRIMADANI MURSYID


NIM : J 111 08 129
KELOMPOK : 6 (ENAM)
TUTOR : DRG. ALIFUDDIN ZUHRI, M.KES

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mempertahankan tubuh tetap dalam keadaan sehat adalah sasaran yang harus
dicapai oleh setiap ahli dalam bidang pengobatan, dan dokter gigi bukan merupakan
pengecualian. Dokter gigi yang teliti dan bijaksana akan melindungi kesehatan mulut
pasiennya dan bukan hanya bertindak sebagai tukang yang memperbaiki gigi rusak.
Dokter gigi menduduki sebuah posisi yang unik sebagai ahli terapi karena
sifat bahan-bahan biologis yang berkaitan dengan pekerjaannya. Tidak seperti
kolega-kolega medisnya, dokter gigi terutama berhubungan dengan jaringan keras
yang tidak mampu mmperbaiki dirinya sendiri.
Gigi adalah organ yang vital. Karena itu, harus dirawat dengan penuh
pertimbangan bila memerlukan prosedur-prosedur operatif. Jadi, seperti yang telah
diuraikan, bahwa tujuan dokter gigi adalah untuk mengembalikan fungsi oral, estetis,
kesehatan dan kenyamanan pada pasien dengan cara merestorasi giginya. Seringkali
usaha restorasi itu sendiri mengubah gigi yang baik menjadi gigi yang sensitif dan
patologis. Kerusakan yang disebabkan oleh prosedur yang tidak baik adalah sangat
mungkin terjadi dan harus selalu dicegah. Kerjasama serta bantuan pasien sangat
penting dalam mengurangi pengaruh mikroorganisme dalam mulut yang
mengakibatkan karies. Pencegahan karies gigi ini bertujuan untuk mempertinggi
taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut.
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu mikroba dalam suatu karbohidrat
yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi
yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi
bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang
dapat menyebabkan nyeri. Walaupun demikian, mengingat mungkinnya
remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini, penyakit ini dapat dihentikan.
Oleh karena itu, sangatlah penting melakukan upaya-upaya pencegahan karies gigi
demi kelangsungan vitalitas gigi.
Upaya pencegahan dapat dilakukan terhadap masing-masing komponen
penyebab karies yaitu substrat plak dan gigi.
2. Tujuan Penulisan Laporan
a) Menjelaskan mengenai penanggulangan karies gigi berdasarkan komponen yang
diperlukan oleh karies.
b) Menjelaskan upaya pencegahan karies gigi, baik praerupsi dan pasca erupsi.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Telah ditekankan berulang kali bahwa karies merupakan proses destruksi dan
reparasi yang silih berganti. Mengingat penyakit ini memerlukan bakteri plak,
substrat karbohidrat dan permukaan gigi yang rentan, maka terdapat tiga cara dalam
pencegahan karies.1
Cara yang pertama yaitu hilangkan substrat karbohidrat. Untungnya
penghilangan gula secara total dari diet sehari-hari tidak perlu dilakukan dalam
pencegahan karies. Uapaya yang relative sederhana, seperti mengurangi frekuensi
konsumsi gula dengan membatasi konsumsi gula hanya pada waktu makan dan
memakai bahan pengganti gula pada minuman panas, biasanya cukup efisien.1
Cara yang kedua adalah meningkatkan ketahanan pejamu. Email dan dentin
yang terbuka dapat menjadi lebih tahan terhadap karies dengan pemakaian fluor.
Ceruk dan fisur yang dalam dapat dibuat resisten (tahan) dengan menutup atau
menambalnya dengan resin penutup fisur.1
Yang terakhir yang dapat dilakukan adalah menghilangkan bakteri plak.
Secara teoritis, permukaan gigi yang bebas plak tidak akan mengalami karies, namun
penghilangan plak seara total dari daerah tertentu (misalnya fisur) tidak mungkin
dilakukan, dan tidak selalu praktis untuk dilakukan (misalnya di daerah aproksimal
yang untuk pembuangan plaknya membutuhkan keterampilan dalam menggunakan
benang gigi secara baik). Walaupun demikian, di daerah lainnya (misalnya di daerah
serviks) pengendalian plak dapat dilakukan dengan efektif dan dapat mencegah
karies.1
Menurunkan karies dengan menambah fluor dengan kadar optimal
merupakan sesuatu yang mungkin dilakukan. Akan tetapi, fluoridasi air tak
mencegah karies dengan sempurna. Apalagi banyak daerah yang tidak mendapat
aliran air serta ketidak mungkinan penambahan fluor pada air minum karena alasan
politis dan geografis.2
Karies adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya interaksi plak
kuman dengan diet dan gigi. Tidak diragukan lagi bahwa tanpa adanya plak maka
akan timbul karies. Akibatnya salah satu cara pencegahan karies adalah dengan
mngusahakan agar pembentukan plak pada permukaan gigi dapat dibatasi, baik
dengan cara mencegah pembentukannya atau dengan pembersihan plak dalam jangka
waktu tertentu.2
Dalam pengendalian plak untuk mencegah timbulnya karies dikenal dua cara,
yakni perawatan berdasarkan hipotesa plak non-spesifik dan perawatan berdasarkan
hipotesa plak spesifik.2
Mengingat karies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
pathogen yang spesifik, secara teoritis penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi.
Adanya hubungan antara S.mutans dengan timbulnya karies rampan pada hewan
peliharaan dan karies di manusia telah menyebabkan dilakukannya banyak penelitian
dengan pengembangan metoda imunisasi terhadap karies dalam sepuluh tahun
terakhir ini. Akan tetapi sampai saat ini, penelitian pada manusia belum pernah
dilakukan.2
Bahkan jika vaksin antikaries dikembangkan, ini dapat menimbulkan
berbagai efek dalam penggunaannya. Pertama, efek samping dari vaksin harus
diidentifikasi. Keamanan dari vaksin ini belum ditunjukkan dan faktanya, ada
kemungkinan terjadinya reaksi silang terhadap jantung manusia. Kedua, jika
dibandingkan dengan fluoridasi air, fluoridasi air harganya masih lebih terjangkau
dan masih lebih efektif terhadap pencegahan karies. Walau begitu, vaksin antikaries
ini bisa saja dilakukan disaat fluoridasi air tidak lagi dikembangkan. Ketiga,
dikhawatirkan pemerintah akan membatasi regulasi dari vaksin anti karies ini.3
Pencegahan karies dapat juga dibagi atas 2 bagian, yaitu pra erupsi dan pasca
erupsi. Adapun tindakan pra erupsi yakni tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan
struktur enamel dan dentin atau gigi pada umumnya. Seperti yang kita ketahui, yang
mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali protein untuk
pembentukan matriks gigi, juga terutama vitamin dan zat mineral yang
mempengaruhi atau menentukan kekuatan dan kekerasan gigi. Beberapa ahli
berpendapat bahwa mineralisasi gigi permanen dimulai tepat sebelum anak lahir dan
berakhir 5-6 tahun.4
Mengenai tindakan pasca erupsi, pada dasarnya hampir sama dengan stadium
praerupsi, hanya ditambah dengan kebersihan mulut dan gigi yang harus diperhatikan
supaya tetap sehat, pemeriksaan berkala 6 bulan sekali, makanan yang menguatkan
gigi dan gusi serta kesehatan badan.4
Metode-metode yang banyak dan berhasil digunakan untuk mengurangi
aktivitas karies bisa dibuat secara sistematis berdasarkan ganggun terhadap kerja
bakteri dalam ferementasi karbohidrat. Yakni dibagi atas 5 golongan kerja:4
1. Pengaturan diet. Tidak ada diet yang mengandung karbohidrat yang tidak
terfermentasi, yang tidak dapat menyebabkan karies pada manusia. Prevalensi
karies di seluruh dunia adalah sebanding dengan konsumsi fermentasi
karbohidrat. Pada dasarnya semua karbohidrat dalam makanan merupakan
substrat untuk bakteri, yang melalui proses sintesa yang akan dirubah menjadi
asam dan polisakarida.4
2. Plak kontrol. Plak control merupakan tindakan-tindakan pencegahan
menumpuknya dental plak dan deposit-deposit lainnya pada permukaan gigi dan
sekitarnya. Hasil penelitian Fosdick melaporkan adanya pengurangan 50%
terhadap karies gigi pada grup yang tidak melakukan kebiasaan menyikat gigi.4
3. Penggunaan fluor. Ini merupakan metode paling efektif untuk mencegah timbul
dan berkembangnya karies gigi. Penggunaan fluor ini perlu didukung oleh sikap
perorangan yang positif terhadap kesehatan giginya. Penyelidikan membuktikan
bahwa fluoridasi ini tidak berbahaya terhadp kesehatan umum dan mengurangi
rusaknya gigi.4
4. Zat-zat anti enzymatik dan anti bacterial. Diharapkan adanya suatu inhibitor
enzyme yang non toksis terhadap manusia yang dapat ditambahkan di dalam
gula yang mampu mencegah terjadinya dekalsifikasi. Salah satunya yaitu
vitamin K synthesis. Sedang menurut penyelidikan beberapa sarjana bahwa zat-
zat antibacterial antara lain Amonia, Ureum dan Penicilin.4

C. RINGKASAN
Pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit karies gigi harus dilakukan
sejak dini karena merupakan factor paling utama bagi kelangsungan hidup gigi.
Memakan makanan yang baik untuk kesehatan hanya merupakan sebagian kecil dari
peranan yang harus dilakukan pasien dalam mempertahankan gigi dan mulut yang
sehat.
Kerjasama serta bantuan pasien sangat penting dalam mengurangi pengaruh
mikroorganisme dalam mulut yang mengakibatkan karies. Usaha gabungan dari
pihak pasien dan dokter gigi, dapat menahan, menunda dan menghilangkan beberapa
proses karies yang menyebabkan kerusakan substansi keras gigi.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh pasien yakni mengurangi
makanan yang berperan sebagai nutrient bagi mikroorganisme, terutama makan yang
dimakan antara jam makan. Selain itu, pasien juga dapat melakukan upaya dalam
menyingkirkan mikroorganisme dari gigi (penyingkiran plak dengan menyikat gigi,
floss dan sebagainya), merangsang sirkulasi jaringan gingiva, menggunakan pasta
gigi yang mengandung fluoride untuk membuat permukaan email lebih resisten
terhadap karies. Serta memelihara kesehatan yang baik dengan bantuan nutrisi yang
baik dan sebagainya.
Adapun upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi adalah
membersihkan gigi secara periodik, aplikasi fluoride ke gigi bila diindikasikan,
mengedukasi, memotivasi dan membantu pasien dalam peranannya untuk
mempertahankan dan merawat gigi serta memperbaiki lesi-lesi dini sebelum
kerusakan yang lebih lanjut terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kidd, E.A.M, Smith, B.G.N, Pickard, H.M. Manual Konservasi Restoratif
menurut Pickard Ed. VI. Jakarta: Widya Medika, 2000. p.17.
2. Kidd, E.A.M, Bechal, Sally Joyston. Dasar-dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. Jakarta : EGC, 1991. p.98, 141-2, 164.
3. Roberson, T.M, Heymann, H.D, Swift, E.J. Sturdevants Art and Science of
Operative Dentistry. 4th Ed. St.Louis-Toronto : Mosby Inc, 2002. p.112.
4. Tarigan, Rasinta. Karies Gigi. Jakarta: Hipokrates, 1990. p.49-52, 62.
LAMPIRAN

You might also like