Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
NIM. 2012210902
NIM : 2012210902
Menyatakan bahwa Skripsi ini merupakan tulisan sendiri dari hasil penelitian di
bawah bimbingan Bapak M. Darsono, ST. MT. dan bukan merupakan jiplakan
dari hasil karya orang lain, dan isi Skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
saya.
Penulis
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Arlendo Stefanus Talahatu
NIM : 2012210902
Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat menyelesaikan program
Strata Satu (S1) untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) pada Jurusan
Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Darma Persada
Disahkan oleh :
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas berkat, karunia dan pertolonganNya
yang nyata sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
menyelesaikan Program Strata Satu (S1) pada Fakultas Teknik Elektro Program
bimbingan, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan
1. Bapak Ir. Agus Sun Sugiarto, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknik
3. Seluruh Staff dan Dosen Fakultas Teknik Universitas Darma Persada yang
4. Kedua Orang tua, Adik-adik yang terkasih, dan Ingrid Valentina Lasse
terkasih yang selalu memberikan doa, semangat dan dorongan baik berupa
iv
Penulis menyadari dalam pembuatan laporan Skripsi ini terdapat banyak
kekurangan yang dibuat, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan laporan ini. Akhirnya semoga laporan Skripsi ini berguna dan
v
ABSTRAK
Ground Penetrating Radar (GPR) adalah sistem radar yang digunakan untuk
pendeteksian dan mencitrakan benda-benda tertentu yang berada di dalam
permukaan tanah. Dengan perangkat GPR, dapat membantu dalam melakukan
pendeteksian benda-benda di bawah permukaan tanah tanpa proses penggalian
sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada keadaan lingkungan sekitar. Hal ini
akan membuat proses pendeteksian menjadi lebih efektif dan efisien. Kemampuan
GPR dalam pendeteksian sangat bergantung pada kemampuan antena yang
digunakan, karena antena adalah bagian yang meradiasikan pulsa sempit tersebut
ke tanah dengan radiasi antena yang diharapkan memiliki tingkat loss dan distorsi
yang kecil. Pada Tugas Akhir ini dibuat perancangan antena mikrostrip planar
monopole peradiasi bujur sangkar, dengan konfigurasi penambahan slot pada
patch, penggeseran posisi saluran pencatu dan patch, pembatasan ground plane
serta penambahan jumlah bidang ground plane kedua. Menggunakan media
substrat RT/Duroid 5880 dengan spesifikasi ketebalan 1.57 mm dan konstanta
dielektrik 2.2, dan saluran transmisi mikrostrip dengan impedansi 50 , yang
beroperasi pada frekuensi S-Band dengan frekuensi resonansi 2.6 GHz untuk
mendukung sistem GPR. Untuk perancangan antena mikrostrip dilakukan dengan
metode simulasi dengan aplikasi perangkat lunak Microwave Office 2004. Dari
hasil simulasi perancangan antena didapatkan nilai bandwidth sebesar 1.962 GHz
pada return loss sebesar -31.83 dB, dengan frekuensi operasi 2.136 - 4.098 GHz,
dimana dengan nilai bandwidth tersebut sudah sangat melampaui kebutuhan
wideband, bahkan dengan nilai bandwidth yang lebar akan membantu dalam
proses resolusi pencitraan image yang baik. Untuk nilai VSWR 1 s.d 2 diperoleh
1.053 yang dicapai pada frekuensi resonansi 2.6 GHz. Nilai impedansi masukan
terhadap kondisi rangkaian dalam keadaan matching adalah untuk riil = 0.959498
dan imajiner = 0.0295984 .
vi
ABSTRACT
Ground Penetrating Radar (GPR) is a radar system that is used for the detection
and imaging of certain objects that are in the ground. With GPR devices, can help
in the detection of objects under the ground surface without excavation process so
as not to cause damage to the surrounding environmental conditions. This will
make the detection process to be more effective and efficient. The ability of GPR
in the detection relies heavily on the ability of the antenna used, because the
antenna is part which radiates the narrow pulse in to the ground with an antenna
radiation expected levels of loss and distortion are small. In this final project, a
planar microstrip monopole antenna is made with monopole radiating square
design, with the addition of a slot on patch configuration, shifting feed line and
patch position, restriction ground plane and the addition of a second ground plane
field. Using the media substrate RT/Duroid 5880 at 1.57 mm thickness
specifications and a dielectric constant of 2.2, and a microstrip transmission line
with an impedance of 50 , which operates at S-band frequency with the
resonance frequency of 2.6 GHz to support the GPR system. For the design of
microstrip antenna simulation was conducted using Microwave Office 2004
software applications. From an antenna design simulation results obtained value
of 1,962 GHz bandwidth on the return loss of -31.83 dB, with the operating
frequency of 2.136-4.098 GHz, where the value of the bandwidth is already very
exceed the needs of wideband, even with wide bandwidth values will assist in the
process of good imaging resolution image. For VSWR 1 to 2 obtained 1.053
achieved at the resonant frequency of 2.6 GHz. The value of the input impedance
matching circuit conditions in the state is for real = 0.959498 and imaginary =
0.0295984.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iv
ABSTRAK................................................................................................. ............ vi
BAB I PENDAHULUAN
viii
2.1.1.3 Stepped Frequency Radar ................................ 9
ix
2.5.4 Rugi-rugi Saluran Transmisi ....................................... 32
2.6.3 Bandwidth.................................................................... 37
x
3.3.2 Menentukan Lebar Saluran Pencatu............................ 52
4.2.1 Bandwidth.................................................................... 76
LAMPIRAN. ......................................................................................................... 90
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.18 Distribusi muatan dan arus yang terbentuk pada patch
mikrostrip.......................................................................................34
xiii
dengan amplitudo E1 dan E2........................................................40
saluran pencatu..............................................................................53
MWO 2002....................................................................................55
Gambar 3.15 Konfigurasi pembuatan grafik Polarisasi fungsi Phi & Theta.......62
xiv
Gambar 3.19 Konfigurasi antena dengan slot pada patch, dan penambahan
ground plane..................................................................................66
ground plane..................................................................................67
Gambar 4.4 Grafik return loss terhadap frekuensi dari hasil simulasi antena..76
Gambar 4.5 Grafik VSWR terhadap frekuensi dari hasil simulasi antena........79
Gambar 4.6 Grafik Smith Chart impedansi input antena hasil simulasi............81
xv
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
c Rugi konduktor
d Rugi dielektrikan
r Konstanta dielektrik
L Koefisien refleksi
B Beamwidth
BW Bandwidth
f0 Frekuensi osilasi
fr Frekuensi resonansi
xvi
FEM Finite Element Method
G Gain, penguatan
h Ketebalan substrat
L Panjang patch
RL Return Loss
t Ketebalan patch
xvii
TE Transverse Electric
TM Transverse Magnetic
W Lebar patch
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan sistem yang saat ini marak
dikembangkan baik dari sisi teknologi maupun segi bisnis. GPR adalah sistem
yang berada di dalam permukaan tanah. Dengan perangkat GPR, dapat membantu
lingkungan sekitar. Hal ini akan membuat proses pendeteksian menjadi lebih
berupa pulsa sempit. Pulsa yang sempit ini mempunyai lebar bidang frekuensi
yang besar. Jika pulsa semakin dipersempit akan didapatkan lebar bidang
frekuensi yang semakin besar. Hal inilah yang menjadi latar belakang
diharapkan akan didapatkan suatu antena yang dapat mempertahankan pola radiasi
kemampuan antena yang digunakan. Hal ini disebabkan, antena adalah bagian
yang meradiasikan pulsa sempit tersebut ke tanah dengan radiasi antena yang
diharapkan memiliki tingkat loss dan distorsi yang kecil. Sistem GPR dilengkapi
1
dengan dua antena terpisah yang masing-masing berfungsi sebagai pemancar dan
Untuk level kedalaman yang mampu ditembus oleh sistem GPR itu
tergantung pada dua kondisi: 1) jenis tanah atau batuan di daerah survei GPR dan
2) frekuensi antena yang digunakan. GPR bisa mencapai kedalaman hingga 100
kaki (30 meter) dalam bahan konduktivitas rendah seperti pasir kering atau granit,
Berikut ini adalah Konstanta dielektrik relatif dan cepat rambat gelombang
Dengan kata lain kedalaman maksimum yang dapat dicapai oleh impulse radar
bergantung dari frekuensi yang dipakai serta pada resistivitas bahan. Semakin
2
tinggi frekuensi radar yang digunakan, akan semakin rendah daya tembus
gelombang radar tersebut, tetapi memiliki resolusi tinggi. Dan semakin rendah
frekuensi radar yang dipakai, akan semakin tinggi daya tembus gelombang radar
digunakan dalam sistem GPR [2], dan mengacu kepada standar spesifikasi nilai
parameter antena pada aplikasi alat yang sudah dikomersilkan oleh salah satu
(GSSI) [3]. Berdasarkan pada salah satu produknya, yaitu GSSI 2.6 GHz model
nilai parameter antena antara lain beroperasi pada range frekuensi 1.3-3.8 GHz,
sebesar 48o, dan gain display 6 dB, dan [4,5]. Gain display merupakan
penjumlahan antara gain antena dan gain Low Noise Amplifier (LNA) pada blok
sedangkan gain LNA adalah 0 dB, maka diperlukan antena GPR yang
digunakan pada sistem GPR, yaitu antena mikrostrip monopole dengan pemodelan
bentuk patch bujur sangkar, penambahan slot pada patch, dan pembatasan ground
3
plane. Antena ini menggunakan satu lapis bahan dasar substrat dengan satu bagian
Tujuan dari kegiatan Skripsi ini adalah membuat perancangan antena GPR
mikrostrip yang beroperasi pada frekuensi S-Band untuk mendukung sistem GPR.
sebuah model antena mikrostrip yang dapat diaplikasikan pada sistem GPR, dan
untuk antena ini akan dibentuk berjenis mikrostrip planar peradiasi bujur sangkar,
4
mm dan konstanta dielektrik 2.2, dan saluran transmisi mikrostrip dengan
loss -10 dB, pada frekuensi resonansi 2.6 GHz untuk teknologi wideband.
1. Studi Literatur
Dalam metoda ini dilakukan studi kepustakaan baik dari literatur ataupun
jurnal yang berkaitan dengan teori GPR dan antena mikrostrip. Pencarian
yang dicapai.
Tahap ini merupakan tahap akhir untuk mengumpulkan data, baik dari
5
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
BUJUR SANGKAR
BAB V : KESIMPULAN
pembahasan Skripsi.
6
BAB II
DASAR TEORI
yang terkubur di dalam tanah dan mengevaluasi kedalaman objek tersebut. GPR
Penerapan dari pendeteksi posisi atau radar imaging salah satu contohnya
adalah untuk aplikasi GPR. GPR yang memiliki prinsip kerja sama seperti radar,
dan merupakan suatu alat yang digunakan untuk proses deteksi bendabenda yang
terkubur di bawah tanah atau di balik tembok dengan tingkat kedalaman tertentu
kedalaman yang baik maka ukuran pulsa haruslah sependek mungkin, itulah
2. Kedalaman objek
Dari proses pendeteksian oleh GPR, maka akan didapatkan suatu citra dari
letak dan bentuk objek yang terletak di bawah tanah atau dipermukaan tanah.
7
Untuk menghasilkan pendeteksian yang baik, suatu sistem GPR harus memenuhi
dideteksi.
disebut radar impuls. Untuk tipe radar ini, pulsa digunakan pada antena pemancar
yang menggunakan bentuk Gaussian dengan durasi pendek. Setiap pulsa yang
identik diterapkan pada interval waktu yang sama dengan tingkat pengulangan
yang bervariasi dari satu mikrodetik untuk beberapa ratus mikrodetik. Sinyal
nanodetik wilayah waktu untuk versi setara di kedua wilayah kalinya mikro atau
milidetik. Teknik modulasi yang digunakan pada radar impuls didasarkan pada
modulasi amplitudo.
8
2.1.1.2 Frequency Modulated Continous Wave (FMCW) Radar
Sistem FMCW GPR didasari oleh prinsip yang sudah biasa digunakan
pada radar konvensional untuk pertahanan udara. Radar FMCW didasari oleh
Radar stepped frequency juga disebut radar pulsa sintesis. Radar ini
amplitudo dan fasenya telah diketahui. Dalam time domain, ini sama dengan
dari sinyal yang diterima kemudian diubah dan disimpan. Beberapa pengolahan
Radar single frequency merekam amplitudo dan fasa dari sinyal yang
9
2.1.2 Model Umum GPR
2.1.2.1 A-Scan
tunggal ini disebut sebagai A-scan. Secara matematis, kita dapat mewakili A-scan
sebagai gelombang w (xi, yj, t) di mana xi dan yj adalah konstanta dan t adalah
2.1.2.2 B-Scan
yj, t) diperoleh dengan menggerakan radar sepanjang garis lurus di atas wilayah
atas tanah dan target terkubur yang kemudian bergerak sepanjang sumbu x.
Dengan radar bergerak lebih dekat ke posisi target, gelombang refleksi menjadi
semakin kuat dan berlangsung pada waktu yang lebih singkat karena jarak antara
radar dan target objek semakin dekat. Sebaliknya, gelombang refleksi akan
menjadi semakin lemah dan mempunyai waktu yang lebih lama saat radar tersebut
10
berjalan menjauhi objek sasaran. Dengan mengumpulkan satu set A-scan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.2, dapat dengan jelas melihat bentuk
(a) (b)
2.1.2.3 C-Scan
C-scan w (x, y, t) didefinisikan sebagai satu set B-scan. Hal ini diperoleh
dengan menggerakan sistem radar disepanjang grid (garis) reguler disebuah pola
tetap di atas tanah. Sebuah C-scan berisikan data-data yang cukup untuk
menunjukan bentuk gambaran dan sampling dari C-scan dengan lebih detail.
11
Gambar 2.3 Konfigurasi B-scan yang di paralel membentuk C-scan
yang berbeda
Dalam sistem impulse GPR, peralatan yang digunakan terdiri dari unit
kontrol, antena pengirim dan antena penerima, penyimpanan data yang sesuai dan
12
peralatan display. Untuk cara kerja dari GPR itu sendiri beroperasi dengan
(juga disebut antena). Sistem GPR terdiri atas pengirim (transmitter), yaitu antena
yang terhubung ke generator sinyal dengan adanya pengaturan timing circuit, dan
bagian penerima (receiver), yaitu antena yang terhubung ke LNA dan ADC yang
kemudian terhubung ke unit pengolahan data hasil survei serta display sebagai
tampilan output-nya dan post processing untuk alat bantu mendapatkan informasi
mempunyai fungsi yang penting dan saling berkaitan. Hal ini dikarenakan GPR
merupakan suatu sistem, high voltage supply sebagai pencatu daya mengaktifkan
13
frekuensi 2.6 GHz sesuai referensi GSSI [3], guna menembus bahan konsentrat
beton [5]. Dengan timing circuit yang men-trigger generator sinyal untuk
frekuensi 2.6 GHz. Sinyal mengenai objek dan juga clutter dan dipantulkan
maka sinyal tersebut diperkuat oleh perangkat LNA. Sinyal analog masuk ke
perangkat A/D Converter yang akan merubah sinyal analog menjadi digital,
dengan banyak dan cepatnya sinyal yang diterima oleh perangkat penerima maka
diperlukan timing circuit untuk melakukan proses sampling sehingga tidak semua
sinyal diterima yang perlu diproses. Hasil sinyal sampling kemudian diproses oleh
pengolahan data guna disimpan maupun ditampilkan berupa citra hasil survey di
generator pulsa.
dengan amplitudo besar, level ringing rendah dan PRF yang lebar.
sinyal amplitudo, (2) generator pulsa Gaussian, dan (3) filter pulsa-
14
V resistor terminal. Sinyal polaritas ganda Vs bertindak sebagai
timing circuit.
3. Antena :
tanah.
15
a. Sebagai trigger untuk generator sinyal.
melakukan sampling.
display.
Penelitian ini mengacu pada produk GPR yang telah ada dipasaran, GSSI
2.6 GHz dan juga tambahan info parameter dari hasil penelitian Craig Warren &
Model [4].
Dari hasil penelitiannya dan data tambahan data dari SIR System-3000
16
Model Patch : Mikrostrip Bow-tie
Beamwidth : 48o
ground plane yang diantaranya terdapat bahan dielektrik seperti tampak pada
Gambar 2.7. Antena mikrostrip merupakan antena yang memiliki massa ringan,
dibandingkan dengan antena jenis lain. Karena sifat yang dimilikinya, antena
mikrostrip sangat sesuai dengan kebutuhan saat ini sehingga dapat di-
yang sempit, gain dan directivity yang kecil, serta efisiensi rendah.
17
Pada Gambar 2.7, antena mikrostrip mempunyai struktur dari 3 lapisan
yaitu :
1. Patch bagian yang terletak paling atas dari antena dan terbuat dari bahan
konduktor dengan ketebalan (t) yang biasanya dibuat sangat tipis, ini
terbuat dari logam konduktor seperti tembaga atau emas dengan bentuk
3. Ground plane yaitu lapisan paling bawah yang berfungsi sebagai reflektor
gelombang mikro tetapi juga antena. Untuk substrat komersial yang tersedia
umumnya memiliki dua data ukuran properti fisik, yaitu : konstanta dielektrik atau
permitivitas (r) dan loss tangent atau faktor disipasi (tan ). Pada rancang bangun
ini jenis substrat yang digunakan RT/Duroid 5880 yang memiliki spesifikasi :
konstanta dielektrik (r) = 2.2, ketebalan (h) = 1.57 mm, dan loss tangent (tan ) =
0.002.
18
2.3 Elemen Peradiasi Antena
dipancarkan pada ruang bebas atau udara. Secara keseluruhan, antena mikrostrip
dapat dibagi menjadi empat kategori dasar, yaitu antena mikrostrip patch, antena
mikrostrip dipole, antena printed slot dan antena mikrostrip travelling-wave [10].
Sebuah antena mikrostrip patch terdiri dari sebuah patch berbentuk planar
ataupun non-planar pada satu sisi substrat dielektrik dan ground plane pada sisi
lainnya. Ada beberapa model patch antena yang dapat digunakan didalam
merancang suatu antena mikrostrip dan lebih mudah dianalisa, yaitu bujur
sangkar, persegi panjang, lingkaran, segitiga samasisi, lingkaran dan elips [11].
19
Bentuk rancangan dari patch antena dalam perancangan ini menggunakan
model bujur sangkar didasarkan ukuran yang lebih kecil dan fleksibel dalam
penempatan posisi. Sebuah peradiasi bujur sangkar terdiri dari empat buah sisi
Salah satu bentuk umum dari patch peradiasi adalah persegi panjang,
selain bentuk lingkaran (circular) dan segi tiga (triangular). Gambar 2.9
permukaan dielektrik substrat dengan ketebalan (h), dimana patch persegi panjang
dengan dimensi ukuran panjang (L) dan lebar (W) dengan ketebalan konduktor (t),
sedangkan patch bujur sangkar dengan dimensi ukuran L = W. Pada sisi lapisan
20
Bentuk struktur dari patch persegi terhadap frekuensi resonansi (fr)
(TMmn) dimana m dan n merupakan mode orde. Sehingga dimensi patch persegi
1 2
c m 2 n 2
fr
2 r L W ..............................................................(2.1)
c
W
r 1 ....................................................................................(2.2)
2 fr
2
Dimana :
r : konstanta dielektrik
Untuk mode dominan TM10, maka panjang sisi (L) patch persegi diperoleh
melalui persamaan :
c
L
2 f r r ...........................................................................................(2.3)
terhadap efek fringing pada sisi tepi peradiasi diperluas dengan menambahkan L
dengan persamaan :
reff 0.3 h 0.264
W
L 0.412h
21
Dimana konstanta dielektrik efektif (reff) untuk 1 dengan W adalah
1 2
r 1 r 1 1 12h
reff
2 2 W .........................................................(2.5)
Sehingga panjang efektif untuk sisi patch bujur sangkar diperoleh melalui
persamaan :
Leff L 2L ........................................................................................(2.6)
persegi panjang pada ukuran dimensinya. Lebar antena dipole biasanya kurang
dari setengah 0. Antena tipe ini sangat cocok untuk penggunaan frekuensi yang
lebih tinggi dengan substrat dielektrik yang tebal, sehingga dapat mencapai
22
2.3.3 Antena Printed Slot
mikrostrip patch, secara teoritis sebagian besar bentuk patch mikrostrip dapat
direalisasikan dalam bentuk celah (slot). Seperti halnya patch antena mikrostrip,
antena slot dapat diberikan pencatuan baik oleh saluran mikrostrip atau coplanar
waveguide. Beberapa bentuk dasar antena slot dapat dilihat seperti Gambar 2.11
dibalik ini.
23
2.3.4 Antena Mikrostrip Travelling Wave
Sebuah antena mikrostrip travelling wave (MTA) dapat terdiri dari bentuk
susunan patch konduktor atau garis mikrostrip yang cukup panjang untuk
mendukung mode transverse electric (TE). Ujung lain dari antena travelling wave
diakhiri dalam beban resistif, teknik ini digunakan untuk menghindari gelombang
berdiri pada antena. MTA dapat dibenuk sedemikian rupa dengan bentuk susunan
patch disegala arah. Contoh bentuk antena ini seperti terlihat pada Gambar 2.12.
Metode ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu kontak langsung
dan kontak tidak langsung [12]. Dalam kategori kontak langsung, daya transmisi
24
Teknik pencatuan yang paling populer digunakan untuk kategori catuan
kontak langsung adalah saluran catu mikrostrip dan probe koaksial, sedangkan
untuk kategori catuan kontak tidak langsung yaitu aperture coupling dan
proximity coupling.
Pada jenis saluran ini, sebuah garis langsung terhubung ke tepi dari patch
tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran patch dan dalam hal ini
saluran dapat dibuat satu sket dengan substrat yang sama dan teknik ini disebut
struktur planar.
Tujuan dari penyisipan cut in dalam patch ini adalah untuk menyesuaikan
penyesuai lainnya. Hal ini dapat dicapai dengan benar dengan melakukan kontrol
yang tepat pada posisi salurannya. Hal ini merupakan skema pembuatan saluran
25
substrat yang digunakan, gelombang permukaan dan penyebaran radiasi saluran
juga meningkat, yang dapat menghambat bandwidth dari antena. Radiasi saluran
Saluran koaksial atau saluran probe adalah teknik yang sangat umum
digunakan untuk saluran antena mikrostrip. Seperti yang terlihat pada Gambar
2.14, dimana bagian dalam konduktor dari konektor koaksial melewati bagian
dielektrik substrat dan di solder pada patch, sedangkan bagian luar konduktor
Keunggulan utama dari model saluran ini adalah bahwa saluran transmisi
dengan impedansi input. Model saluran ini mudah dipabrikasi dan mempunyai
nilai sebaran radiasi yang kecil. Kelemahan model ini terdapat pada konektor
dan sulit dalam pemodelan karena adanya lubang saluran yang dibor pada substrat,
26
dan konektor yang menonjol keluar pada bagian ground plane, sehingga
Untuk substrat yang lebih tebal pun peningkatan panjang probe akan membuat
Dalam jenis teknik saluran ini, radiasi patch dan saluran mikrostrip
dipisahkan oleh ground plane seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.15.
Penghubung antara patch dan saluran dilakukan melalui slot atau aperture pada
ground plane.
dari saluran untuk patch ditentukan oleh bentuk, ukuran dan lokasi celah. Karena
ground plane memisahkan patch dan saluran, maka radiasi yang tersebar dapat
27
diminimalkan. Secara umum, bahan dielektrik yang tinggi digunakan untuk
substrat dasar dan lebih tebal, untuk material yang memiliki konstanta dielektrik
yang rendah digunakan untuk substrat atas agar mengoptimalkan radiasi dari
patch. Kelemahan utama dari teknik saluran ini adalah kesulitan pabrikasi karena
terdiri dari beberapa lapisan, sehingga menambah ketebalan antena. Model saluran
elektromagnetik. Pada Gambar 2.16, digunakan dua substrat dielektrik dan garis
saluran diantara kedua substrat tersebut serta radiasi patch pada bagian atas untuk
substrat bagian atas. Keunggulan utama dari teknik ini adalah bahwa saluran dapat
menghilangkan radiasi palsu dan dapat menyediakan bandwidth yang sangat tinggi
antena. Model ini memberikan pilihan antara dua bahan media elektrik yang
berbeda, satu untuk patch dan satu lagi untuk saluran guna mengoptimalkan
performa individu.
28
Matching dapat dicapai dengan mengontrol panjang garis saluran dan lebar
ke garis rasio patch. Kelemahan utama dari model saluran ini adalah sulit untuk di
pabrikasi, karena penggabungan dua layer substrat yang berbeda dielektrik perlu
antena.
transmisi line, model cavity, dan model full wave, yang meliputi persamaan
integral utama, Moment of Method (MoM). Model saluran transmisi ini adalah
yang paling sederhana dan memberikan wawasan fisik yang baik tetapi kurang
akurat. Model cavity lebih akurat dan memberikan wawasan fisik yang baik tetapi
kompleks. Model full wave sangat akurat, fleksibel dan dapat mengobati elemen
tunggal, array terbatas dan tidak terbatas, unsur ditumpuk, elemen berbentuk
dengan dua model yang disebutkan di atas dan jauh lebih kompleks di alam.
dikirimkan dari sumber ke beban. Bagian dari sistem antena adalah saluran
transmisi yang dihubungkan dengan patch antena. Ada empat model yang dapat
29
konstanta dielektrik relative substrate dan loss tangent.
dimensional dibatasi oleh nilai rasio antara lebar saluran konduktor dengan
menentukan hubungan bahan dari kedua dielektrikum yaitu substrat dan patch
1 2
r 1 r 1 1 12h
reff
2 2 W (2.7)
r 1 r 1 1 12h
1 2
1 12h
2
reff 0.04
2 2 W h (2.8)
Dimana :
r : Konstanta dielektrik
30
h : Ketebalan substrat (mm)
Salah satu parameter utama yang penting untuk diketahui pada suatu
induktansi dan kapasitansi saluran transmisi ditentukan oleh besaran fisik saluran.
Nilai impedansi karakteristik ditentukan oleh lebar saluran (W), ketebalan substrat
hambatan yang terjadi sepanjang saluran yang secara analisis dapat ditentukan
melalui persamaan :
120 reff
1 2
Z0
W W .(2.9)
1.393 0.667 ln 1.444
h h
Z 0 60 reff
1 2 8h 0.25W
ln
W h ...(2.10)
Dimana :
Z0 : Impedansi karakteristik ()
31
2.5.4 Rugi-rugi Saluran Transmisi
oleh faktor dielektrikum bahan dan konduktor. Terdapat dua rugi-rugi pada
fc
c 0.072 g dB
WZ 0 g
.(2.11)
c
0
f c (2.12)
0
g
reff ...(2.13)
Dimana :
32
dengan loss tangent yang dimilikinya. Dinyatakan dengan persamaan :
r reff 1 tan dB
d 27.3
reff reff 1 g
.....(2.14)
Dimana :
sempit, keadaan ini disebut juga lossy cavities. Antena mikrostrip menyerupai
pada orde yang tinggi. Nilai medan yang ternormalisasi di dalam substrat
dielektrik yang dapat dicari dengan lebih akurat dengan mencermati daerah
tersebut sebagai lubang (cavity) yang diselubungi oleh konduktor pada bagian atas
dan bawah,serta pada dinding magnet. Model ini merupakan model pendekatan
yang berprinsip pada impedansi masukan reaktif dan tidak meradiasikan daya.
bagian atas dan bagian bawah permukaan dari pada patch tersebut, dan juga pada
bagian ground plane. Distribusi muatan dikendalikan oleh dua mekanisme, yaitu
muatan-muatan yang berlawanan pada bagian bawah patch dan bagian ground
33
pada bagian bawah patch ke bagian atasnya melalui ujung-ujung patch tersebut.
Karena kebanyakan antena mikrostrip memiliki nilai ratio height to width yang
berada pada bagian bawah patch. Arus dalam jumlah yang kecil mengalir melalui
ujung patch ke bagian atas permukaan patch. Aliran arus semakin kecil seiring
dengan semakin mengecilnya nilai ratio height to width. Kedua jenis mekanisme
diperlihatkan pada Gambar 2.18, beserta kerapatan arus (J) dapat diasumsikan
bahwa besaran arus yang mengalir ke atas permukaan patch adalah nol, sehingga
tidak menyebabkan adanya medan magnet tangensial ke ujung patch. Hal ini
Gambar 2.18 Distribusi muatan dan arus yang terbentuk pada patch
mikrostrip
analisis suatu patch antena mikrostrip. Sedangkan bentuk atau metode persamaan
34
maupun atau dengan cara pendekatan fisik. Antena mikrostrip mempunyai nilai
radiasi yang paling kuat terutama pada daerah samping di antara tepi patch. Untuk
performa antena yang baik, biasanya substrat dibuat tebal dengan konstanta dielektrik
yang rendah. Hal ini akan menghasilkan efisiensi dan radiasi yang lebih baik serta
bandwidth yang lebih lebar, namun akan menambah ukuran dari antena itu sendiri.
Unjuk kerja (performance) dari suatu antena mikrostrip dapat diamati dari
yang datang atau yang direflesikan dengan tegangan yang keluar. Perbandingan
V0 Z L Zo
L =
...........................................................................(2.15)
V0 Z L Zo
Dimana :
V0 : Tegangan yang dipantulkan (Volt)
V0 : Tegangan yang dikirimkan (Volt)
ZL : Impedansi beban ()
Zo : Impedansi saluran ()
35
Parameter RL dapat juga dikatakan sebagai rugi-rugi pada transmisi,
Nilai RL yang dikatakan baik untuk sebuah antena adalah dibawah -9.54
dB, atau untuk standar simulasi nilai RL setidaknya dibawah -10 dB. Nilai
2.6.2 VSWR
terjadinya koefesien refleksi antara ujung saluran dengan beban, dalam bentuk
Vmax 1 L
VSWR = =
Vmin 1 L .(2.17)
36
L 1 berarti refleksi positif maksimum, yaitu ketika saluran
dalam rangkaian terbuka
Kondisi yang paling baik adalah ketika nilai VSWR sama dengan L, atau
SWR = 1, yang berarti tidak ada refleksi atau dalam keadaan matching sempurna.
Namun dalam prakteknya kondisi tersebut sulit didapatkan, sehingga standar nilai
2.6.3 Bandwidth
frekuensi antara kenaikan nilai VSWR dari satu sampai batas nilai yang dapat
ditoleransi. Besarnya bandwidth pada penelitian ini adalah selisih antara frekuensi
akhir 2 dan frekuensi awal 1 dengan batas kenaikan nilai VSWR < 2 dan
BW = f 2 f1 .......................................................................................(2.18)
f 2 f1
BW = x100%
fr ...(2.19)
Dengan fr dirumuskan :
f 2 f1
fr
2 ............(2.20)
Dimana :
BW : Bandwidth (GHz)
37
2.6.4 Input Impedance
1
in = Z o
1 ..(2.21)
Dimana :
: Koefisien refleksi
Impedansi masukan (Zin) terdiri dari bagian real (Rin) dan imajiner (Xin)
in Rin jX in .............(2.22)
komponen imajiner (Xin) menunjukkan reaktansi dari antena dan daya yang
2.6.5 Gain
power antena yang dirancang dengan intensitas maksimum radiasi dari antena
I0
G 10 log
I ...........................................................................................(2.23)
38
Dimana :
Terdapat 2 jenis parameter gain, yaitu absolute gain dan relative gain.
intensitas pada arah tertentu dengan radiasi yang diperoleh jika daya yang
diterima oleh antena teradiasi secara isotropik. Nilai gain absolut dapat dihitung
U ,
G 4
Pin ........................................................................................(2.24)
perolehan daya pada sebuah arah dengan perolehan daya pada antena referensi
pada arah tertentu, dengan daya masukan sama pada kedua antena, namun antena
referensi merupakan sumber isotropik yang lossless. Gain relatif dapat dihitung
dengan persamaan :
U ,
G 4
Pin lossless .................................................................................(2.25)
2.6.6 Polarisasi
oleh antena. Jika arah tidak ditentukan maka polarisasi merupakan polarisasi pada
arah gain maksimum. Pada prakteknya, polarisasi dari energi yang teradiasi
39
Polarisasi dari gelombang yang teradiasi didefenisikan sebagai suatu
vektor medan elektrik yang bervariasi menurut waktu. Selain itu, polarisasi juga
waktu pada suatu titik memiliki vektor medan elektrik (atau magnet) pada titik
tersebut barada pada jalur lingkar sebagai fungsi waktu. Kondisi yang harus
Gambar 2.19 Polarisasi elips dengan sudut yang dibentuk Ex dan Ey dengan
40
Pada Gambar 2.19 diatas bentuk polarisasi elips dengan bagian sumbu
pendek OB dan bagian panjang OA membentuk sudut lancip , maka axial ratio
OA E x
AR = = 1 AR (2.26)
OB Ey
Pola radiasi atau pola antena didefinisikan sebagai fungsi matematik atau
representasi grafik dari sifat radiasi antena sebagai fungsi dari koordinat. Pola
radiasi dapat disebut sebagai pola medan (field pattern) apabila yang digambarkan
adalah kuat medan dan disebut pola daya (power pattern) apabila yang
Pola radiasi antena adalah plot 3-dimensi distribusi sinyal yang dipancarkan oleh
sebuah antena, atau plot 3-dimensi tingkat penerimaan sinyal yang diterima oleh
menjangkau jarak yang relative. Gambar 2.20 merupakan gambaran secara umum
41
Gambar 2.20 Bentuk Pola Radiasi Antena Unidirectional
bentuk kue donat (doughnut) dengan pusat berimpit. Antena omnidirectional pada
umumnya mempunyai pola radiasi 3600 jika dilihat pada bidang medan
42
2.6.8 Beamwidth
radio utama (main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB menurun dari puncak lobe
21,1
B
f d .............................................................................................(2.27)
Dimana :
B : 3 dB beamwidth (degree)
f : frekuensi (Hz)
2 1 ...........................................................................................(2.28)
Gambar 2.22 menunjukkan tiga derah pancaran yaitu lobe utama (main
lobe, nomor 1), lobe sisi samping (side lobe, nomor 2) dan lobe sisi belakang
(back lobe,nomor 3). Half Power Beamwidth (HPBW) adalah daerah sudut yang
dibatasi oleh titik-titik daya atau -3 dB atau 0,707 dari medan maksimum pada
lobe utama. First Null Beamwidth (FNBW) adalah besar sudut bidang diantara
43
BAB III
umum melalui diagram alir seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Langkah awal
perancangan antena ini akan mengacu kepada aplikasi alat Ground Penetrating
Systems, Inc. (GSSI)[1], yang beroperasi di frekuensi (fr) 2.6 GHz, mempunyai
kemampuan untuk mencapai kedalaman 0.4 meter dan termasuk dalam high
resolution antenna. Dalam perancangan antena mikrostrip patch bujur sangkar ini
spesifikasi konstanta dielektrik (r) = 2.2, ketinggian substrat (h) = 1.57 mm, dan
dielektrik loss tangent (tan ) = 0.002, dapat ditentukan lebar saluran pencatu
data substrat tersebut, didapat lebar saluran pencatu sebesar 4.8 mm.
pada bab sebelumnya, sementara dimensi substrat yang akan digunakan dalam
44
perancangan ini telah ditentukan sebesar 72x72 mm2. Melalui bantuan
melihat parameter antena yang didapat, seperti nilai return loss, VSWR, pola
radiasi, bandwidth, gain, dll. Sebagai standar minimum, dimana antena dapat
dikatakan optimum jika parameter hasil simulasi didapat nilai return loss (RL) < -
10 dB dan VSWR antara 1 sampai 2, dan untuk antena Wideband jika diperoleh
tercapai maka dapat dilakukan berbagai modifikasi sampai didapatkan nilai yang
menambah celah pada patch, menggeser posisi patch & saluran, dan perubahan &
45
Mulai
Material Substrat
RT/Duroid 5880
r = 2.2
h = 1.57 mm
tan = 0.002
Pemodelan Antena
Patch Bujur Sangkar
Potongan Ground plane
Menggunakan software Microwave
Office
Modifikasi Antena
1. Penambahan slot pada patch
Menjalankan Simulasi 2. Penggeseran posisi saluran catu
3. Pembatasan bidang ground plane
4. Penambahan jumlah ground plane
RL -10 dB
Tidak
1 VSWR 2
BW > 100 MHz
Ya
Selesai
46
3.2 Langkah Perancangan
1. Media substrat
tipe substrat, dielektrik konstan, ketebalan substrat, dielektrik loss tangent, dan
lunak) yang dipergunakan pada unit komputer atau Personal Computer (PC),
47
1. PCAAD 5.0
AWR MWO adalah salah satu software yang biasa digunakan untuk
VSWR, bandwidth, input impedance, pola radiasi, gain, dll. AWR MWO
yang digunakan pada perancangan ini adalah AWR MWO 2002 version
5.53.
3. Corel Draw X4
pengikisan lapisan konduktor atau biasa disebut proses etching pada PCB
48
3.2.3 Hardware Perancangan
Core i3-3120M CPU @ 2.5 GHz, RAM 2 GB DDR2, System type 64-bit
2. Peralatan perancangan
49
4. Network Analyzer
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui nilai parameter dari prototipe
tipe N5230C:A.08.50.10.
Pada tahap ini dapat ditentukan terlebih dahulu frekuensi kerja yang
Maka agar dapat bekerja pada frekuensi 2.6 GHz, dimensi patch antena
c
L
2 fr r
3x108 m / s
L
2 x2.6 x10 9 Hz 2.2
L 0.03889m 38.89mm
Dikarenakan adanya efek fringing seperti yang telah dijelaskan pada Bab
Leff L 2L
50
c
W
r 1
2 fr
2
3 x10 8 m / s
W
2.2 1
2 x 2.6 x10 9 Hz
2
W 0.04561m 45.61mm
1 2
r 1 r 1 1 12h
reff
2 2 W
1 2
2.2 1 2.2 1 1 12 x0.00157 m
reff
2 2 0.04561m
reff 0.804
reff 0.3 h 0.264
W
L 0.412h
0.04561m
0.804 0.3 0.00157 m 0.264
L 0.412 x0.00157 m
0.04561m
0.804 0.258 0.00157 m 0.8
L 0.00128m 1.28mm
Leff L 2L
51
Leff 38.89mm 2 x1.28mm
Leff 41.45mm
Didapat panjang sisi efektif untuk patch bujur sangkar sebesar 41.45 mm,
40.8 mm
40.8 mm
menggunakan program PCAAD 5.0, untuk mencari nilai lebar saluran (Wf) dapat
menginputkan data substrat seperti dielektrik konstan (r) dan ketebalan substrat
(h) seperti terlihat pada Gambar 3.3. Untuk menghitung lebar saluran dipilih opsi
52
Compute Width dengan impedansi karakteristik yang dikehendaki, dalam
Gambar 3.3 Tampilan software PCAAD untuk menentukan lebar saluran pencatu
thickness, dan r = 2.2 pada variabel Dielectric constant, maka akan didapatkan
ukuran lebar saluran mikrostrip sebesar 0.48374 cm pada variabel Line width.
4.8 mm.
53
Gambar 3.4 Ukuran lebar saluran pencatu mikrostrip
Langkah 1 :
baru dengan memilih menu File > New Project. Setelah itu guna membentuk area
substrat dapat dibuat melalui menu Project > Add EM Structure > New EM
Structure 1.
54
Gambar 3.5 Proses awal pembuatan simulasi antena pada software MWO 2002
Langkah 2 :
substrat melalui menu Structure > Enclosure, kemudian pada menu tersebut
dimasukkan nilai substrat seperti ditunjukkan pada Gambar 3.6, dengan pilihan
unit satuan dalam milimeter (mm). Dalam hal menentukan ukuran sel disesuaikan
menggunakan RT/Duroid 5880 mempunyai ukuran sel 0.8 mm yang didapat dari
55
Gambar 3.6 Konfigurasi ukuran dimensi substrat pada AWR MWO
Langkah 3 :
Pada menu Dielectric Layers, substrat berada pada layer ke-2 diantara
layer atas dan layer bawah yang keduanya merupkan lapisan udara. Masukan
nilai-nilai dari spesifikasi substrat yang digunakan, yaitu ketebalan substrat (h)
1.57 mm, konstanta dielektrik (r) 2.2, dan loss tangent (tan ) 0.002 seperti
56
Gambar 3.7 Konfigurasi Dielectric Layers pada AWR MWO
Langkah 4 :
hambatan udara pada kedua sisi antena sebesar 377 , seperti yang ditunjukkan
57
Gambar 3.8 Konfigurasi Boundaries pada AWR MWO
Langkah 5 :
ditambahkan melalui menu Draw > Add Edge Port, kemudian port ditempatkan
pada ujung luar saluran yang berada dibagian tepi substrat. Penempatan port
58
Gambar 3.9 Penambahan port untuk saluran mikrostrip
Langkah 6 :
Project > Add Graph, untuk menentukan parameter antena yang akan ditampilkan
dapat dipilih melalui opsi yang ditampilkan seperti pada Gambar 3.10. Untuk
membuat grafik Return Loss dapat dipilih dari opsi Rectangular dengan
Modifier : Magnitude, dan Result Type : dB. Ditunjukan pada Gambar 3.11.
59
Gambar 3.11 Konfigurasi pembuatan grafik Return Loss
Langkah 7 :
Langkah 8 :
Membuat grafik Input Impedance, pada Add Graph terlebih dahulu dipilih
ZIN.
60
Gambar 3.13 Konfigurasi pembuatan grafik Input Impedance
Langkah 9 :
Type : dB.
Langkah 10 :
61
pengaturan Measurement Type : Antenna, Measurement : PPC Ephi (pola radiasi
pada fungsi Phi), dan PPC_ETheta (pola radiasi pada fungsi Theta).
a)
b)
Langkah 11 :
menu Options > Project Options, kemudian melakukan pengaturan pada Modify
Range : Start untuk menentukan awal sapuan frekuensi, Modify Range : Stop
62
untuk akhir sapuan frekuensi, dan Modify Range : Step untuk kerapatan sapuan
frekuensi. Lalu pada Sweep Type (tipe penyapuan) dipilih opsi Linear dengan
Pada tahap awal dalam perancangan ini jangkauan frekuensi yang akan
disapu adalah mulai dari frekuensi 1 GHz sampai berakhir pada 6 GHz dengan
Antena yang dirancang dalam penelitian ini merupakan jenis antena planar
yang dicetak pada single layer substrate jenis Rogers RT/Duroid 5880 dengan
spesifikasi r = 2.2, h = 1.57 mm, tan = 0.002 dan dimensi 72 x 72 mm2 dengan
dicetak pada satu sisi, dan ground plane sebagian pada sisi yang lain. Perancangan
antena ini dilakukan melalui beberapa tahap eksperimen, tahap awal adalah untuk
63
mencari rancangan yang optimum dengan mengacu kepada nilai return loss hasil
simulasi pada rancangan patch tanpa modifikasi. Tahap kedua adalah dengan
sehingga patch berbentuk seperti ring bujur sangkar. Tahap ketiga adalah dengan
beberapa perubahan pada panjang ground plane (Lg) dan posisi saluran (d),
perubahan tersebut dilakukan guna mendapatkan nilai return loss yang optimum
Langkah 1 :
33.6 mm dimana posisi saluran tepat simetris terhadap sumbu X pada patch.
Pada Gambar 3.18 terlihat dari hasil simulasi untuk konfigurasi awal
antena, bahwa nilai return loss yang paling besar adalah -8.072 dB di frekuensi
5.4 GHz namun itupun belum dapat dinilai sebagai return loss yang baik karena
nilainya masih diatas -10 dB. Sedangkan frekuensi kerja dari antena yang
diharapkan sebesar 2.6 GHz hanya menghasilkan nilai return loss -1.846 dB,
dimana masih sangat jauh dari persyaratan -10 dB. Hal inilah yang
antena.
64
1
DB(|S(1,1)|)
RL
0 EM Structure 1
-2
-4
2.6 GHz
-1.846 dB
-6 5.4 GHz
-8.072 dB
-8
-10
1 2 3 4 5 6
Frequency (GHz)
65
Langkah 2 :
memerlukan modifikasi, maka pada tahap ini dilakukan penambahan berupa slot
pada patch sehingga membentuk patch ring bujur sangkar dengan terlebih dahulu
memberikan bidang ground plane dengan ukuran tinggi yang fix yaitu Lg1 = 10.4
antena yang maksimal. Pemberian slot yang berada dipusat patch dimulai dengan
ukuran slot sebesar w1 = l1 = 8.8 mm, seperti yang terlihat pada Gambar 3.19
dibawah ini.
w1
l1
Lg1 = 10.4 mm
29.6mm 1
66
0
-1
-2
RL (dB)
-3
-4
2.2 GHz
-5 -5.33281 dB 2.3 GHz
-5.55245 dB
-7
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6
Lg1 = 10.4 mm
Frekuensi (GHz)
(dengan perubahan W1 & L1)
W1 & L1 = 8.8 mm W1 & L1 = 16.8 mm
W1 & L1 = 20 mm W1 & L1 = 23.2 mm
Gambar 3.20 Grafik RL hasil simulasi antena slot patch dengan ground plane
slot pada patch, mempengaruhi perubahan nilai return loss. Semakin besar ukuran
slot maka semakin minim juga nilai return loss, namun dengan semakin minim
Langkah 3 :
Setelah melihat hasil simulasi pada langkah 2, dimana terlihat bahwa dari
proses simulasi tersebut masih jauh dari hasil yang diharapkan maka kembali
67
pengamatan simulasi pada langkah 2 maka ditentukan ukuran slot yang akan terus
digunakan pada patch, yaitu slot dengan ukuran w1 & l1 = 20 mm. Pada langkah
ini modifikasi berikutnya yang akan dilakukan untuk melihat pengaruh terhadap
nilai return loss adalah dengan melakukan perubahan pada pembatasan ukuran
tinggi atau tebal bidang ground plane Lg1. Konfigurasi tersebut dapat dilihat pada
w1 = 20 mm
l1 = 20 mm
29.6mm
Lg1
1
hasil simulasi yang terlihat pada Gambar 3.22. Dari data hasil simulasi ini dapat
diketahui bahwa perubahan pada ukuran tinggi bidang ground plane Lg1 dapat
mempengaruhi besar kecilnya nilai bandwidth dan menghasilkan nilai return loss
yang optimum. Menurut hasil simulasi, perubahan ukuran bidang ground plane
68
paling optimum adalah ground plane dengan ukuran Lg1 = 20.8 mm yang
menghasilkan nilai return loss -28.8347 meskipun belum bekerja pada frekuensi
-5
-10
2.6 GHz
RL (dB)
-15 -15.262 dB
-20
2.7 GHz
-19.5739 dB 2.9 GHz
-25 -25.2456 dB
W1 & L1 = 20 mm
Frekuensi (GHz)
(dengan perubahan Lg1)
Lg1 = 19.2 mm Lg1 = 20 mm Lg1 = 20.8 mm Lg1 = 21.6 mm
Gambar 3.22 Grafik RL hasil simulasi antena slot patch dengan ground plane Lg1
yang berubah-ubah
Langkah 4 :
pembatasan ground plane terbaik adalah dengan ukuran Lg1 = 20.8 mm karena
2.8 GHz, dan menghasilkan nilai bandwidth yang besar. Namun frekuensi
69
resonansi fr = 2.6 GHz yang diharapkan belum tercapai maka kembali dilakukan
Lg1 = 20.8 mm
d 29.6mm
1
70
0
-5
-10
RL (dB)
-15
Gambar 3.24 Grafik RL hasil simulasi yang dipengaruhi oleh pergeseran saluran
Langkah 5 :
Menambahkan bidang ground plane kedua dengan ukuran Lg2 = 5.6 mm.
Dengan menambahkan satu lagi bidang ground plane lainnya diharapkan dapat
71
Lg2
Lg1 = 20.8 mm
29.6mm
1
-5
-10
-15
-20
RL (dB)
2.7 GHz
-25 -29.515 dB
-30
2.7 GHz
-35 -30.622 dB
72
Dari hasil simulasi pada langkah 5, maka didapatkan bahwa penambahan
resonansi dari antena. Penambahan bidang ground plane kedua dengan ukuran
GHz, dimana sesuai dengan frekuensi resonansi yang diharapkan agar antena
1 1
73
BAB IV
Dasar dan acuan untuk melihat hasil kerja paling optimal dari antena
Ls = Ws = 72mm
L = W = 40.8mm
w2 =10.4mm w1 =20mm
29.6mm 29.6mm
L=W=
l1 =20mm
40.8mm
29.6mm
72mm
l2 =10.4mm
29.6mm
c = 18.4mm
29.6mm
Lf = 24mm
Y
d = 28mm
X
1
Wf = 4.8mm
74
Ls = Ws = 72 mm
Lg2 = 5.6mm
72mm
Lg1 = 20.8mm
Y
X
1
72 mm
24 mm 40.8 mm
Feeder Patch
Substrat h =1.57 mm
Ground plane 1 Gp 2
20.8 mm 5.6 mm
75
Tabel 4.1 Dimensi perancangan antena mikrostrip patch bujur sangkar
Return Loss, VSWR, Impedansi Input, Pola radiasi dan Gain. Berikut ini
Microwave Office.
4.2.1 Bandwidth
return loss terhadap frekuensi, dimana diperoleh dari nilai return loss -10 dB
dengan jangkauan nilai batas frekuensi tertinggi 4.098 GHz dan batas frekuensi
76
terendah 2.136 GHz. Jangkauan bandwidth tersebut sudah lebih dari cukup untuk
2.6 GHz berada pada nilai return loss terendah yaitu -31.83 dB. Frekuensi yang
DB(|S(1,1)|)
RL
0 EM Structure 1
-10
2.136 GHz
-10 dB 4.098 GHz
-20
-10 dB
-30
2.6 GHz
-31.83 dB
-40
1 2 3 4 5 6
Frequency (GHz)
Gambar 4.4 Grafik return loss terhadap frekuensi dari hasil simulasi antena
Dari nilai return loss yang telah ditunjukan pada Gambar 4.4, maka
BW f 2 f1
BW (4.098 2.136)GHz
BW 1.962GHz
77
Dari perhitungan tersebut menunjukan bahwa antena hasil simulasi telah
BW
f 2 f1 x100%
fr
BW
4.098 2.136GHz x100%
2.6GHz
BW 75.461%
pada frekuensi kerja resonansi 2.6 GHz, melalui Persamaan (2.16) diperoleh :
L = log-1 (-1.5915)
= 0.0256
dan fasa dari refleksi. Nilai L = 0, menandakan bahwa energi yang disalurkan
tidak terjadi refleksi atau pemantulan kembali ketika saluran dalam keadaan
matching, dengan kata lain dalam kondisi pas atau sesuai antara saluran dengan
elemen peradiasi. Dengan nilai L yang didapat dari hasil perhitungan sebesar
0.0256 yang sudah sangat mendekati nilai 0, dapat diartikan bahwa energi yang
78
4.2.2 VSWR
VSWR, yaitu pada rentang frekuensi 1-6 GHz dengan nilai VSWR dari 1 sampai
dengan 2 (VSWR 2), maka diperoleh nilai VSWR = 1.053 yang dicapai pada
frekuensi resonansi 2.6 GHz, dimana sesuai dengan kriteria frekuensi kerja antena
mikrostrip tersebut.
VSWR(1)
VSWR
8 EM Structure 1
6
2.11 GHz
4.147 GHz
2
2
4
2.6 GHz
1.053
0
1 2 3 4 5 6
Frequency (GHz)
Gambar 4.5 Grafik VSWR terhadap frekuensi dari hasil simulasi antena
Dengan nilai L yang didapat dari perhitungan pada nilai return loss
(2.17). Nilai VSWR minimum untuk resonansi frekuensi 2.6 GHz diperoleh
sebagai berikut :
79
Vmax 1 L
VSWR
Vmin 1 L
1 0.0256
VSWR
1 0.0256
1.0256
VSWR
0.9744
VSWR 1.0525
sebesar 1.0525 dimana kedua hasil tersebut dapat dikatakan sama. Kondisi nilai
tersebut merupakan hasil yang baik karena sesuai dengan rentang nilai VSWR
yang baik, yaitu diantara nilai 1 s.d 2. Kondisi yang paling baik dan ideal adalah
ketika VSWR bernilai 1, yaitu menandakan tidak ada refleksi sama sekali disaat
saluran matching sempurna dengan kata lain tidak adanya kehilangan energi yang
peradiasi. Dengan grafik nilai VSWR juga dapat menentukan nilai bandwidth
in Z 0 Rin jX in
80
500.959489 j0.0295984
47.97445 j1.47992
47.974452 j1.479922
2301.5478528025 2.1901632
2303.738016
47.99727
ZIN(1) (Ohm) Z in
EM Structure 1
1.0
Swp Max
0.8
6GHz
6
0.
0
2.
4
0. 0
3.
0
4.
5.0
0.2
10.0
10.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
0
-10.0
2
-0. 0
-5.
.0
-4
2.6 GHz .0
r 0.959489 .4 -3
-0
x 0.0295984
.0
.6
-2
-0
-0.8
-1.0
Swp Min
1GHz
Gambar 4.6 Grafik Smith Chart impedansi input antena hasil simulasi
81
Nilai yang didapatkan pada Smith Chart untuk Zin = 0.959489 +
dapat terjadi melalui dua cara, yaitu karena panas pada struktur antena yang
berkaitan dengan perangkat keras, dan yang lainnya adalah karena daya yang
meninggalkan antena dan tidak kembali lagi (teradiasi). Sementara nilai imajiner
yang diperoleh merupakan reaktansi dari antena dan daya yang tersimpan pada
Pada intensitas dari pola radiasi menjadi indikator dari besarnya nilai gain
pada antena, sehingga setiap peningkatan nilai intensitas dari pola radiasi
Pada Gambar 4.7 memperlihatkan bentuk dan pola radiasi yang dihasilkan
oleh antena melalui simulasi. Pola radiasi yang terbentuk ini memperlihatkan
bahwa antena yang dirancang ini adalah sebagai antena monopole (satu arah),
dimana radiasi membentuk satu arah pancaran dengan gain maksimum directivity
sebesar 5.147 dB (PPC_Ephi) berada pada nol derajat. Sedangkan untuk nilai
dihasilkan pola radiasi dari arah Etheta adalah -30.36 dB (PPC_Etheta) pada sudut
nol derajat. Kemudian untuk nilai maksimum pada beamwidth dengan magnitude
sebesar 38, maka dapat diperoleh sudut beamwidth yaitu 36.9 + 38 = 74.9.
Lalu untuk sudut tersebut dapat di gambarkan di dalam gambar pola radiasi yang
82
Pola Radiasi
Mag Max
10
-10
20
10 dB
-20
30
-3
0
40
-4
Mag 5.147 dB
0
50
-5
0 Ang 0 dB
60
-6
0
70
-70
80
-80
90
-90
-100 Ang 0 dB
110
-11
0 DB(|PPC_EPhi(0,1)|)[*]
EM Structure 1 12
0
2 0
-1 DB(|PPC_ETheta(0,1)|)[*] 13
0
3 0 EM Structure 1
-1
14
40
0
-1
15
50
0
-1
160
0
-16
-170
10 dB Mag Min
170
180
Pada Gambar 4.8 di bawah ini memperlihatkan nilai power radiasi hasil
simulasi dari antena GPR patch bujur sangkar, dimana untuk nilai total power
83
Gambar 4.8 Total power radiasi antena hasil simulasi
84
Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa antena hasil perancangan dengan jenis
monopole telah bekerja difrekuensi resonansi yang sama dengan parameter antena
acuan yaitu pada 2.6 GHz. Bandwidth yang dihasilkan oleh antena hasil
perancangan masih kurang karena baru mencapai sekitar 48% dari range frekuensi
Dari hasil simulasi untuk nilai maksimum pada beamwidth dicapai dengan
sebesar 5.147 dBi pada arah E phi dengan kekuatan radiasi diperoleh sebesar
5.148 dB pada sudut 0 derajat. Sementara untuk gain display pada alat acuan
adalah sebesar 6 dB. Ini berarti untuk menghasilkan gain display sebesar 6 dB,
dengan nilai gain antena hasil perancangan sebesar 5.147 dB, maka masih
85
BAB V
KESIMPULAN
slot patch, posisi saluran dan patch yang mengalami pergeseran posisi dari
substrat.
return loss sebesar 1.962 GHz dengan nilai batas frekuensi tertinggi 4.098
GHz dan batas frekuensi terendah 2.136 GHz, dimana dengan bandwidth
image yang baik. Untuk nilai VSWR 1 s.d 2 diperoleh 1.053 yang dicapai
pada frekuensi resonansi 2.6 GHz, sesuai dengan frekuensi kerja yang
86
3. Mengacu pada hasil simulasi antena dengan spesifikasi alat yang sudah
ada, terdapat beberapa nilai parameter antena yang menjadi kelebihan dan
dicapai hanya sekitar 48% dari range frekuensi operasi alat acuan tersebut.
Sementara nilai gain display pada alat acuan tersebut adalah sebesar 6 dB,
ini berarti untuk menghasilkan gain display sebesar 6 dB, dengan nilai
tambahan gain dari perangkat LNA sebesar 1 dB. Kekurangan pada hasil
48.
87
DAFTAR PUSTAKA
[2] Geophysical Survey Systems Inc. (GSSI), GSSIs Position on the Revision
Systems, 2002
brochure, www.geophysical.com
2009.
[https://transition.fcc.gov/Bureaus/Engineering_Technology/News_Releas
es/2002/nret203.html]
88
[9] Lal Chand Godara, Handbook of Antennas in Wireless Communications,
[11] Girish Kumar dan K.P. Ray, Broadband Microstrip Antennas, Artech
www.awrcorp.com/awr-support/system-requirements
[15] A.A. Eldek, A.Z. Elsherbeni, C.E. Smith, IEEE Topical Conference on
2005.
[http://highreqelec.summittechmedia.com/Archives/Jan05/HFE0105_Tuto
rial.pdf]
89
CURRICULLUM VITAE