You are on page 1of 6
STATUS KESEHATAN PEKERJA WANITA DI INDUSTRI BATIK, PENYAMAKAN KULIT DAN INDUSTRI SEPATU DAN TAS Agustina Lubis*, Kusnindar At, Athena Anwart, dan Sukar* * Puslitbang Fkologi Keschatan Abstract Health Status of Women Worker in Batik Industry, Tanning Industry, and Shoes & Bags Industry The development of industialization to made an opportunity to new jobs, and so many women attracted (0 work away from home. This condition should be anticipated so that their health and family's welfare would not heglected Meanwhile, due to low education, knowledge and skill, hey usually work at 4 factory/indusiry with small salaries. The objective of this study is to give an information about the health condition of women workers in 3 industries ie Batik, shoes & bag, leather tannery. The study conducted in DKI Jakarta, Tangerang, Yogyakarta, and Sidoardjo. The total of women workers are 188. Bedy weght and height, Hb and FEV, were measured Resulis showed that the prevalence of anemia of women workers was lower than other similar studies. The prevalence of anemia in Bank industry are three times higher than in shoes and bags industry. The percentage of women workers who had normal or not normal FEV were not different with others studies. The highest percentage of Body Mass Index was found in shoes and bags industrs. While length of work, BMI and anemia did not affect FEV of women workers, PENDAHULUAN Dengan berkembangnya _industrialisasi banyak tersedia lapangan pekerjaan baru, yang banyek menarik kaum wanita untuk bekerja di Juar rumah, Keadaan ini ‘memerlukan antisipasi khusus, agar kesehatan kkeluarga ataupun Kesehatan dirinya dapat terjamin, walaupun ibu bekerja. Dewasa ini status keschatan wanita yang terkait dengan fungsi penghasil keturunan dan insan pembangunan, Khususnya status keschatan maternal dan status keschatan kerja belum memuaskan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya tingkat kematian ibu (Gekitar 4,5 per 1000) dan kematian bayi (50 per 1000 kelahiran hidup), sera gangguan kkesehatan akibat kerja di Indonesia '. Kurangaya bekal pendidikan, ketrampilan dan keablian wanita, mengakibatkan banyak dari tenaga wanita bekerja pada tempat-tempat ‘kerja yang memberikan penghasilan rendah. Hal ini membawa dampak pada tingkat kesejahteraan tenaga kerja wanita, Demikian pula lingkungan kerja yang kurang dapat menjamin keschatan, ditambah dengan beban kkerja ganda yang lebih berat dalam waktw yang panjang dapat merugikan bagi keschatan iri wanita itu sendiri maupun anak-anaknya, Stonus Kesehatan (Agustina Lubis etal.) dan ini akan menjadi kendala_pembangunan sumber daya manusia sejak dini. Oleh Karena jiu perlu diketahui keadaan kesehatan wanita yang bekerja pada industri kecil / Rumah Tangga. BAHAN DAN CARA Studi dilakukan di tiga jenis industri yakni batik, penyamakan kulit dan industri rumah tangga pembuatan sepatu dan tas di daerah DK Jakeria, Tangerang DI Yogyakarta, dan Sidoardjo. Jumlah pekerja wanita yang di wawancara untuk status keschiatannya berjumlah 188 orang. Wawancara dilakaukan dengan menggunaken kuesioner_ yang berisikan beberapa _variabel demografi seperti: umur, pendidikan dan lama bekerja. Selain itu juga dikumpulken data mengenai berbagai keluhan yang dirasakan pada saat bekerja seperti: pusing, batuk dan sesak nafas. Pada setiap wanita yang diwawancarai dilakukan pemeriksaan Hb, peagulauran berat & tinggi badan dan pengukuran kapasitas paru Forced Expiratory Volume (FEV) dengan menggunakan alat spirometer. Pemeriksaan Hb darah dilakukan menggunalan metode cyanmethb. 3 Definisi operasional Anemia dibagi atas dua _kategori yakni : anemia dan normal. Disebut anemia apabila kadar Hb tebih kecil dari 11 mm/al Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah berat badan dalam Kg dibagi dengan tinggi ‘badan (cm) kuadrat dibagi atas tiga kategori yakni : ures, normal dan overweight (germuk). Volume ekspresi paksaan (Forced expiratory Volume) atau kapasitas vital par paru menurut waktu untuk melihat ada tidaknya kelainan saluran pemafasan akibat kerja dibagi menurut Kategori sebagai berikut®: 1, FEV= > 75% |: Normal 2. FEV= 60-74% : Kelainan Ringan 3. FEV= 40-60% : Kelainan Sedang 4. FEV= <40% Kelainan Berat Dalam anatisa, FEV dibagi atas dua kategori sebagai berikut : Normal den Tidak Normal. Termasuk dalam kategori tidak ‘normal adalah : kelainan ringan, sedang dan beat. Lama kerja 6i tempat sckarang dibagi ‘tas 2 kategori : 3 tahun kurang dan 3 tahun lebih. Umur responden dibagi atas 3 ketegori yalni : Kurang dari 30 tahun, 31-40 tabun dan 41 tahun ke atas, HASIL DAN PEMBABASAN Xesdaan unum Sebagian besar pekerja wanita di tiga industri berumur kurang dari 30 tahun (63%), 21% berumur 30-40 tahun dan sisanya berusia diatas 4 tahun. Jadi lebih dari separuh tenaga pekerja wanita berusia nuda. Lamanya seseorang bekerja pada suaty industri diperkirakan merupakan salah satu fakior _yang ikut mermpengaruhi kesehatan Seseorang, Basil penelitian memunjukkan 69 % pekeria wanita telah bekerja lebih dari 3 talun. Sebagian besar pendidikan pengrajin wanita adalah tamat Sekolah dasar (71%) dan sisanya berpendidikan Sekolah Menengah Pertama ke atas. 2 ‘Tabet 1, Distribusi uur, peodidikan dan fama kerja peda pekerja wanita di industri kulivVbadk i Sidoarjo, Surabeys dan Youyakara tibet unin Tear 29 abun ke bawah uw 629 30-40 bun 38 209 svahuo 30 161 Pendidikan 1. Tidak sola n 92 sD 1 a8 2SMP+ 7 200 Lama kerja 13 thon 7 207 2, duhun + ins 93 Ditinjau dari kondisi tubuh_pekerja wanita tampak banya 38% yang mompunysi IMT normal dan 47% bertubuh kurus (Tabel 2. Salah satu faktor yang mempengaruhi Kemampuan bekerja adalah kadar bbaemoglobin dalam darah sebagai penganght oksigen. Penelitian &i Guatemala memunjukkan bahwa kemampuan kerja fisik para pekerja pemotong tebu yang mendcrita anemia lebih fendah daripada pekerja yang sidale menderita anemia’, Hasil penelitien ini meounjukkan hanya 9% pekerja wana yang menderita anemia, ‘Tabel 2, Distibusi IMT, anemia, FEV pada pekerja unite di industri kulit dan batik di ‘Sidomo, Sucabays dan Yogyakarta Tumlabia) —__% a8 4 1% 15.0 3 50,8 88 492 1s 8s 161 91,5 129 18 13,7 12 Pengrajin kul 13,8 21 ‘Anemia merupakan kelainan yang sering dijumpai di dunia. Menurut laporan WHO diperkirakan 30% penduduk dunia Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol.J, No.1, Februar! 2002 : 31-36 mendcrita anemia. Pekerja wanita di industri penyamakan kulit dan pengrajin kulit mempunyai rata-rata Hb kurang lebih sama walaupun variasi Hb pada industri pengrajin ‘eulit lebih besar dibandingkan di industri penyamakan lait ( sd 207: 1,15 ). Dibandingkan dengan hasit penelitian yang pernah dilakukan pada pekerja wanita (40- 44%) pada tahun 1989, persentasi pekerja wanita yang menderita anemia pada penelitian ini jauh lebih rendah. Secara umum tampak _persentasi pekerja wanita yang mempunyai kelainan paru dan yang tidak, hampir sama banyaknya. Menurut Young 5.2, kemampuan berkembang dari paru-paru dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya karena menderita penyakit tuberkulosis atau bronchitis menahun yang dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat berkembang dengan sempurna, Dari beberapa keluhan yang dipantau temyata terdapat tiga gejala penyakit yang paling banyak dikehuhkan, Dari tabel 3. di bawah ini, 35% pekerja wonita mengalami pegal punggung, dan 21% —mengalami pusing/sakit kepala. Hanya scbagian kecil pekerja wanita yang menderita batuk-baruk (7%). Keluhan pega! punggung yang banyak dialami pare pekerja, 34,6% di 3 industri ini terjadi biasanya Karena posisi duduk pada wakdtu kerja tidak ergonomis, sehingga terjadi keluhan kcluhan seperti pegal punggung, pegal leher, mata cepat lelah dan sebagainya. Salah satu hasil_—_peelitian menunjukkan, dari 16% — wanita penderita gangguan muskulosketal, 46% menderita nyeri pada daerah tulang punggung dan pinggang °. ‘Tubel 3. Distribusi gangguan kesebstan pada pekerja wanita di industri leoit dan batik di Sidoayjo, Status keschatan menurut Jenis fodustri Ditinjau dari IMT dan jenis industri (Gb 1), wmpak persemtasi wanita yang berbadan germuk paling banyak ditemmukan pada wanita yang bekerja di perusahaan batik (21,2%), sedangkan pada industri penyamakan keulit tidak ditermukan wanita yang berbadan gemuk Selanjutnya persemtasi wanita yang berbadan kurus paling tinggi ditemukan pada industri sepatu dan tas (46,9%) dan paling rendah ditermkan pada industri Batik 29,11%). Gambar 1, IMT menurut jenis industri Pendidikan merupakan faktor yang tidak — langsung —berpengaruh pada. kescjabteraan —keluarga. —_Diperkirakan eluarga dengan pendidikan yang lebih tinggi akan mendapatken penghasilan yang. lebih tinggi pula yang akhimya akan berpengaruh, pada kesejahteraan keluarga, Pada beberapa tahun terakhir telah terlihat adanya peningkatan pendidikan wanita namun hasit penelitian ini menunjukkan di industri batik 93% wanita masih berpendidikan SD ke bawah. Tetapi di industri lainnya persentasi ing lebih kecil (60-71%). Pekerja wanita yang, berpendidikan SMP ke atas paling banyak Surabaya dan Yogyakarta diternukan pada pekerja wanita yang bekerja di Industri pengrajin lulit. (29,1%). ———Variabel__Jomlah()___% Pang Kepala “Tabet 4 Tingkat pendidikan pekerja wanita Ya 8 a) ‘menuni jenis perussbaan Vida 1 789 2. egal Foam Tay z Ye ane Baik Ke Tak a ae Trae 16 aS SO Sekolah 3. Batulrbatuk 23D sone 2 w® 6 Ya 2 14 isp S637 SS Tidak 162 26 Jumbh 79 2» i ‘Status Kesehatan (Agustina Luble et.al.) 3 Gvlardi menyatakan bahwa penduduk yang mempunyai risiko tinggi menderita anemia ialah ; anak balita, ibu hamil dan pekerja berpenghasilan rendab*, Untuk dunia, prevalensi anemia pada wanitt dewasa adalah 35% sedangkan di negara berkembang 47% wanita dewasa menderita anemia’, Prevalensi anemia ditemukan lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan leki-laki —karena ebutuhan besi pada wanita lebih tings! dari pada laki-laki*, Hasil penclitian ini jauh lebih rendah dari pada basi! penelitian sejenis yang, pemah dilakukan Lebih dari separuh pekerja wanita yang bekerja di industri sepatu dan tas menderita kelainan faal paru (56,3%), sedangkan di industi penyamakan kulit hanya 15,8 % pekerja wanita yang menderita kelainan faal paru (Gb.2). Jadi kelainan fast pary yang lebih banyak ditemukan pada pekerja wanita yang bekerja di Industri sepatu (56 %) dan Batik (48%. Sccara umum prevalensi anemia pada pekerja wanita hanya 8%, namun jike dilihat dari lokasi tempat bekerja mak tampak disini, 13% wanita oS induswei batik menderita anemia Sedangkan di industri penyarakan kulit tidak ada satupun pekerja wanita yang rmenderita anemia. Gambar 2, FEV menunat jenis industri Hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja wanita di pabrik di DKI Jakarta ‘menunjukkan 46,6% menderita anemia dan 4,7% diantaranya yang menderita anemia erat? Scdangkan hasil penelitian di pabrik sepatu Tangerang, dari 125 tenaga kerja wanita 62% menderita anemia *, Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja dengan kondisi anemia maka produktivitas kerjanya menurun sebesar 10-20 %. bel. Anemia pada pekera wanita smeaurot jens industri ai Pein avenis “Hake 9_ Kat as Vanes 101330 00 339 aNomal 658671610980 35 6 8s Diperkirakan Jama bekerja sescorang i tempat bekerja jugs akan berpengaruh terhadap keadaan keschatarmya. Kisaran lama kerja di atas 3 tahun adalah 66,7-73,4%. Porsemtasi lama kerja di atas 3 tahun ditemukan paling tinggi pada Industri Baik dan paling rendah di industri pengrajin Jali (Sepatu dan Tas) ‘abel 6, Lama kerja pekerja wanita meouret jenis industri aia a sep Tee ea Diu Ses yori Ditinjau dari persentasi wanita yang menderita anemia, dimana paling banyak ditemukan pada pekerja yang bekerja pada industri batik, dan jika dilihat dari lama kerja memang tampak 73% pekerja di industri battk ‘yang bekerja lebih dari 3 tahun pating tinggi di ‘antara 3 industri tersebut di atas. Tampak adanya kecendrungan semakin lama seseorang bekerja maka kemungkinan akan semakin tingg3 persemasi penderita anemia. Keadaan Kapasitas paru (FEV) Menurat Markowitz’, kemampuan berkembang paru-paru dipengaruhi' oleh banyak faktor. Paru-paru sescorang tidak dapat berkembang dengan sempura bila dia menderita : Tuberlnlosis, bronchitis menahun, ional Ekologi Kesehatan, Vol.1, No.1, Februari 2002 : 31-36 emfisema dsb. Selain hal tersebut di atas ada hal lain yang diperkirakon juga berpengaruh ‘erhadap faa! para seseorang. Sofah satu hail penelitian menunjukkan babwa pada penerita anemia dan pekerja yang mempunyai IMT Kurang, akan — mempengaruhi —tingkat_ FE Lingkungan di mana seseorang bekerja juga kan berpengaruh pada keadaan keschatannya. Semakin lama seorang bekerja di suatu industri diperkirakan semakin lama mereka terpajan dengan debu dan bahan kimia yang digunskan pada industri tersebut, Debu yang tertimbun dalam jaringan alveoli dapat menyebabkan mengeraspya jaringan tersebut. Keadaan mengerasnya jaringan paru disebut fibrosis. Apabila banyak bagian dari paru- para mengalami fibrosis, maka jaringan tersebut menjadi kurang clastis. Hal ini ‘menyebabkan berkurangnya kapasitas part para dalam menampung udara pernafasan. ‘Kurangnya elastisitas dapat menyebabkan perasaan sesak nafas dan atau sakit dada, ejala ini dapat dipakai sebagai salah sam tolok ukur adanya kelainan faal paru. Dampak dari debu atau bahan kimia yang tersebut tergantung pada lamanya pemaparan, keadaan lingkungan kerja juga kondisi sescorang seperti jenis kelamin, umur, tinggi badan dan sebagainya Untuk mengetahui_—bagaimana pengaruh dari lama kerja, IMT, dan anemia terhadap faal paru maka dibuat tabulasi silang. amtara variabel - variabel tersebut di atas dengan FEV. Dari tabel 7 di bawah ini, tampak tidak terdapat perbedaan yang, dermakna antara tingkat FEV pada wanita yang mempunyai IMT kurus (p=0,36). Sedangkan persentasi FEV tidak normal pada pekerja wana yang bertubuh gemuk nampak lebih rendah dari pada yang mempunyai FEV ‘normal. Tabel 7. Hubungan FEV menurut indeks MasaTubuh (IMT) FEV IMT “Normal % Td % Normal Kors 3 SST Normal 42,451.43 ABE Gemuk 3819410140 Status Kesehatan (Agustina Lubis etal.) Demikian pula tampaknya faktor lama kerja tidake berpengaruh terhadap FEV (tabel 8). Dari persentasi wanita yang mempunyai FEV tidak normal tidak berbeda aniara yang, sudah bekerja 3 tahun ke atas dan yang 3 tahun Kurang (90,93). Hal ini mungkin discbabkan timbulmya gejala_kelainan biasanya bara terjadi sctclah seseorang, bekerja selama 10-20 tahun dan gejala dapat berlanjut menjadi bronkitis kronis atau emfisema’, Selain kelainan fal paru, salah satu basil penelitian juga menyatakan bahwa polusi di tempat kerja, menyebabkan 30% pekerja a i 7 ‘abel 8. Hubungan FEV dan lama kerja FEV Lama “Normal % ~~ SOM Kerja Noses <3uhun 274d 6B >3tabun 6665.6 62662 ‘asupan —_kalori, karbohidrat, protein, zat besi dan infestasi cacing’. Selanjutnya diperkirakan hal tersebut di atas akan berpengarub kepada nilai FEV. Pada penelitian ini tampek anemia berpengaruh terhadap nilai FEV pekerja wanita (label 9), Terlihat dari tidak ada perbedaan persentasi nilai FEV normal dan tidak normal pada penderita anemia (7,8%; 9.4%). Tabel 9, Hubungan FEV dengan Anemia FEV Tk Normal Ya 7 78 & 34 Tidak 8932790 Anemia — Normal KESIMPULAN Secara umum dapat disimpulkan, prevalensi wanita pekerja yang mendcrita anemia jauh lebih rendah dari penelitian- penelitian yang ada. Wanita yang bekerja di industri batik menderite anemia tiga kali lebih besar dari peda wanita yang belerja di industri sepatu dan tas, Selanjutnya, persentasi 38 wanita pekerja dengan FEV yang tidak normal dan normal hampir sama banyaknya.Ditinjaw dari IMT tampak persentasi wanita bertubuh kurus paling banyak ditemui pada pekerja di industri sepatu dan tas. Selanjutnya, faktor lama kerja, IMP dan anemia tidak mempengaruhi kapasitas faal paru pekerja wanita, DAFTAR PUSTAKA, 1. Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, Badan Penelitian dan Pengembengan Kesehatan 2 Young JA & Crocker (1972) Principles and Practice Resplraiory Therapy, Chicago : Yest Books publisher. p651 36 Ema Tresnaningsih (1993) Aspe Kesehatan Keyje Wanita, Jurnal Jaringan Epldemtolog! Nasional, Edisi3 hal. 2331, GulardiH (1996) Anemia dalam Kehamilen. Simpasium Anemia dan Kehamilan Selas 2 Jul Padang De Meyers (1985) Anemia in The World. rid Hit Statiere Quart. p.302-316 Markowit: SB & Landrigan PJ (1980) Occupational Lung Diseases Problems ia Respiratory Care 0) p219-232. Waliyo Suryodiroto (1994) Masalah Gizi dan Kesehatan Tenags Kerja Wanita Pabrik di Jakarta. Medlka 1 20) 31-35. ‘Avoe Adrian (2000) Pengaru Anemia terbadap ‘walru lerje efeisif tenaga Kerja wanite di pabrik sepani GT Tangerang, Baden Litbanghes & LPUL ‘Tandra Yogs Aditama (1992) Penyakit pars ‘Akibat kerja. Majlah Dokter Keluarga 11 (02) ural Ekologi Kesehatan, Vol.1, No.1, Februar! 2002 : 31-36

You might also like