Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Ilmu Farmasi Dan Farmasi Klinik V
Jurnal Ilmu Farmasi Dan Farmasi Klinik V
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol. 5 No. 2 Desember 2008
ABSTRACT
People used noni leaf (Morinda citrifolia L.)for medication many kinds disease, one of as anthelmintic.
Worm infect ion most generally in the world, especially in growing countries including indonesia. To prove the truth
were efficacious noni leaf as anthelmintic has been research anthelmintic capability ethanol extract of noni leaf on
the worm Ascaridia galli on in vitro. This research has done by using Lamson and Brown method submerges that
has been modified. Research using 270 of wor ms A. galli female, that devided into 9 groups, thats 4 groups
treatment with ethanol extract of noni leaf in consentration of 20 mg/ mL, 30 mg/ mL, 40 mg/ mL and 50 mg/ mL, 4
groups positive control (citrate piperazin) consentration 2 mg/ mL, 4 mg/ mL, 6 mg/ mL dan 8mg/ mL and I group
negative control (NaCl 9 mg/ mL) each group consist of 6 petri d isc (each petri disc contain 5 of worms and 25 ml
solution). Anthelmintic capability showed with worm mortality time thats observed every 2 hours and LC 50 that
needed consentration to wipe out 50% o f worm.
The result of this research shown rates worm mo rtality time after submerges with ethanol extract of noni leaf
consentration 20 mg/ mL, 30 mg/ mL, 40 mg/ mL and 50 mg/ mL as hight as 48,00 1,79 ; 44,33 1,51; 40,33
1,51; 36,00 2,53 (hours). But after submerges with cit rate piperazin 4 mg/ mL is 34,33 1,51 (hours). LC 50 after
submerges ethanol axtract of noni leaf is 50,21 mg/ mL and after submerges 2,27 mg/mL. The result of the observed
Thin Layer Chro matography (TLC) shown ethanol ext ract of noni leaf containes compounds from flavonoid and
fenol.
Based on result of the reseach would be concluded that ethanol extract of noni leaf contain compounds that
calculate have anthelmintic act ivity, possibilty thats compounds is flavonoid and fenol.
PENDAHULUAN
Infeksi cacing merupakan salah satu infeksi yang mebendazol, albendazol dan pirantel memiliki sifat
paling umu m tersebar di dunia, terutama di negara- teratogen yang petensial sehingga tidak boleh diberikan
negara berkembang termasuk Indonesia. Diperkirakan pada wanita hamil (Thay dan Rahardja, 2002).
lebih dari 60% anak-anak d i Indonesia menderita Untuk mengantisipasi efek samp ing tersebut, obat
penyakit infeksi cacing. Penyakit ini d isebabkan oleh tradisional merupakan alternatif pengobatan.. Adanya
keadaan lingkungan yang kotor dan kurangnya kecenderungan masyarakat untuk memanfaatkan
pengetahuan tentang kebersihan dan kesehatan diri dan tanaman obat melalui gerakan Taman Obat Keluarga
lingkungan. Kurangnya kesadaran akan pentingnya (TOGA ) semakin memudahkan pengembangan obat
kesehatan atau kebersihan ini menyebabkan masih tradisional (Mursito, 2000).
tingginya berbagai penyakit infeksi diantaranya infeksi Buah mengkudu banyak dimanfatkan masyarakat
cacing (Tan dan Rahardja, 1993). Cacing Ascaridia galli untuk obat cacing, sariawan, pelembut kulit, pelu ruh
merupakan cacing gelang yang biasa hidup di usus ayam dahak, peluruh haid, pencahar, cacar, radang ginjal dan
dan burung, mempunyai sifat yang hampir sama dengan radang amandel. Putiknya untuk mengobati radang usus
Ascaris lumbricoides pada manusia (Tan dan Rahardja, dan radang lambung, sedangkan daunnya dimanfaatkan
1993, Noble and Noble, 1989). sebagai penurun panas, penghenti perdarahan, kejang
Berbagai obat cacing tersedia di pasaran, perut, masuk angin, beri-beri dan obat cacing
diantaranya mebendazol, tiabendazol, pirantel pamoat, (Sudarsono, et al. , 2002).
albendazol, levamisol, niklosamid, praziquantel dan Penelit ian ini dilakukan untuk mengkaji akt ivitas
piperazin. Obat cacing ini u mu mnya memiliki efek ekstrak etanol daun mengkudu terhadap cacing A. galli
samping berupa gangguan saluran cerna (mual, muntah, secara in vitro dan profil KLT-nya.
diare) dan reaksi alerg i. Berbagai obat cacing seperti
24
Analisis Biaya dan Gambaran Penggunaan Antibiotik Hal. : 23 - 26 (Muhammad Djatmiko, dkk.)
Tabel I. Hasil Uji Kel angsungan Hi dup Cacing Ascaridia galli Jantan dan Betina
Rata-rata waktu kemati an
Kel ompok Media Jenis Cacing
semua cacing SD (jam)
I Garam fisiolgis Jantan 31,33 3,06
II Garam fisiologis Betina 50,67 6,11
III Glu kosa salin 50 mg/ mL Jantan 11,33 1,15
IV Glu kosa salin 50 mg/ mL Betina 27,33 6,43
Cacing A. galli betina mempunyai rata-rata waktu kelangsungan hidup yang lebih lama dibanding cacing jantan.
Media garam fisiologis memberikan daya kelangsungan hidup cacing lebih lama dibanding media glu kosa salin 50
mg/ mL
25
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol. 5 No. 2 Desember 2008
Uji Daya Antel mintik Ekstrak Etanol Daun perlakuan rendaman ekstrak etanol daun mengkudu
Mengkudu konsentrasi 50 mg/ mL dan kelo mpok piperazin sitrat 4
mg/ mL. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Parameter rata-rata waktu kematian cacing ekstrak etanol daun mengkudu dalam konsetrasi 50
Ascaridia galli mg/ mL mempunyai daya antelmintik hampir sama
efektifnya dengan piperazin sitrat 4 mg/ mL.
Tabel II. Hasil Uji Daya Antelmi ntik Cacing Ekstrak etanol daun mengkudu konsentrasi 50
Ascaridia galli Betina mg/ mL dan piperazin sitrat 4 mg/ mL, paling efekt if
Rata-rata waktu membunuh cacing kemudian konsentrasi 40 mg/mL,
Kl p. Media kematian semua 30 mg/ mL, 20 mg/ mL.
cacing SD (jam)
I Piperazina sitrat 4 mg/mL 34,33 1,51 Parameter nil ai LC50
II NaCl 9 mg/mL 59,00 3,03 Uji ini d ilakukan untuk membandingkan nilai
III Ekstrak konsentrasi 20 mg/mL 48,00 1,79 LC50 antara ekstrak etanol daun mengkudu dengan
IV Ekstrak konsentrasi 30 mg/mL 44,33 1,51 piperazin sitrat. Ekstrak etanol daun mengkudu
V Ekstrak konsentrasi 40 mg/mL 40,33 1,51 konsentrasi 50 mg/ mL mempunyai persentase jumlah
VI Ekstrak konsentrasi 50 mg/mL 36,00 2,53 kematian yang paling bes ar dibandingkan dengan
Keterangan : konsentrasi 20 mg/ mL, 30 mg/ mL, 40 mg/ mL.
Kelompok I : Piperazin sitrat 4 mg/mL
70
Kelompok II : NaCl 9 mg/mL
Kelompok III : Ekstrak etanol daun mengkudu konsetrasi 20 mg/mL 59
60
30
Uji daya antelminik ini dilakukan dengan
menggunakan metode rendaman dari Lamson dan 20
statistik dengan ANAVA satu arah dari data rata-rata Konsentrasi (mg/mL)
waktu kematian semua cacing dalam t iap kelo mpok
perlakuan menunjukan perbedaan yang bermakna / Gambar 1. Grafik rata-rata waktu kemati an
signifikan (F = 115,687 ; p < 0,05). semua cacing setelah direndam dal am
Ada 2 ke lo mpok perlakuan yang tidak larutan pi perazin sitrat, NaCl dan
menunjukan perbedaan bermakna (p > 0,05), yaitu ekstrak etanol daun mengkudu.
kelo mpok
Tabel III. Juml ah Cacing A. galli yang Mati pada J am ke-12 Perlakuan Ekstrak Etanol Daun Mengkudu
Ekstrak 20 Ekstrak 30 Ekstrak 40 Ekstrak 50
Replikasi mg/ mL mg/ mL mg/ mL mg/ mL
% % % %
1 0 0 1 20 0 0 3 40
2 1 20 0 0 2 40 2 20
3 0 0 0 0 2 40 0 80
4 0 0 2 40 0 0 3 20
5 0 0 0 0 0 0 2 80
6 0 0 0 0 1 20 0 60
90
80
60
50 50
40
30
20
16,67
10 10
3,33
0
Ekstrak 20 mg/mL Ekstrak 30 mg/mL Ekstrak 40 mg/mL Ekstrak 50 mg/mL
Konsentrasi (mg/mL)
Gambar 2. Grafik hubung an antara konsentrasi ekstrak etanol daun mengkudu deng an persentase res pon
kematian cacing
Ekstrak etanol daun mengkudu konsentrasi 50 mg/ mL paling efektif membunuh cacing A. galli, kemudian
konsentrasi 40 mg/ mL, 30 mg/ mL dan 20 mg/ mL.
Tabel IV. Juml ah Cacing A. galli yang Mati pada Jam ke-12 pada Perlakuan Pi perazin Sitrat
Piperazin sitrat 2 Piperazin sitrat 4 Piperazin sitrat 6 Piperazin sitrat 8
Replikasi mg/ ml mg/ mL mg/ mL mg/ mL
% % % %
1 0 0 2 40 4 80 5 100
2 0 0 0 0 2 40 5 100
3 2 40 2 40 4 80 5 100
4 1 20 1 20 5 100 5 100
5 0 0 0 0 4 80 5 100
6 0 0 1 20 5 100 5 100
X 0,5 10 1,0 20 4,0 70 5,0 100
SD 0,84 16,67 0,89 17,89 1,10 21,91 0,00 0,00
Keterangan : Ju mlah awal cacing percawan 5
= ju mlah cacing yang mati
% = persentase cacing yang mati
Piperazin sitrat konsentrasi 8 mg/ mL mempunyai persentase jumlah kematian yang paling besar dibandingkan
dengan konsentrasi 2 mg/ mL, 4 mg/ mL, 6 mg/ mL.
120
100 100
Rata-rata respon kematian (%)
80
70
60
40
20 20
10
0
Piperazin sitrat 2 Piperazin sitrat 4 Piperazin sitrat 6 Piperazin sitrat 8
mg/mL mg/mL mg/mL mg/mL
Konsentrasi (mg/mL)
Gambar 3. Grafik hubungan antara konsentrasi pi perazin sitrat deng an persentase respon kematian cacing
27
Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik Vol. 5 No. 2 Desember 2008
Piperazin sitrat 8 mg/ mL dibandingkan dengan diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
konsentrasi 2 mg/ mL, 4 mg/ mL dan 6 mg/ mL paling antara nilai LC50 ekstrak etanol daun mengkudu dengan
efektif dalam membunuh cacing Ascaridia galli. nilai LC50 piperazin sitrat, yaitu t hitung (8,150) > t tabel
(2,28). Sehingga dapat dikatakan bahwa piperazin sitrat
Tabel V. Hasil Nilai LC50 pada Perlakuan Ekstrak lebih poten dalam membunuh cacing A. galli dibanding
Etanol Daun Mengkudu ekstrak etanol daun mengkudu.
Nilai LC50 ekstrak
Replikasi Tabel VI. Hasil Nilai LC50 pada Perlakuan Pi perazin
etanol daun
mengkudu (mg/mL) Sitrat
1 49,39 Replikasi Nilai LC50 pi perazin
2 51,24 sitrat (mg/ mL)
3 60,31 1 2,21
4 49,39 2 3,05
5 34,10 3 1,54
6 56,85 4 1,85
50,21 5 2,69
X 6 2,24
SD 9,03 2,26
X
SD 0,55
Bahwa rata-rata nilai LC50 ekstrak etanol daun
mengkudu pada jam ke -12 adalah 50,21 mg/ mL, yang
berarti bahwa ekstrak etanol daun mengkudu pada
konsentrasi 50,21 mg/ mL mampu menyebabkan Kromatografi lapis ti pis (KLT)
kematian cacing A. galli sebesar 50%. Kandungan senyawa kimia dalam daun
Rata-rata nilai LC50 piperazin sitrat pada jam ke- mengkudu memang sangat banyak, tetapi dengan adanya
12 adalah 2,27 mg/ mL, yang berarti bahwa piperazin proses ekstraksi maka hanya senyawa yang larut dalam
sitrat pada konsentrasi 0 2,27 mg/ mL dapat larutan penyari saja yang ada dalam ekstrak. Uji KLT
menyebabkan kematian cacing A. galli sebesar dilakukan terhadap alkaloid, flavonoid dan fenol.
50%.Dari hasil u ji t
Tidak ada kandungan senyawa alkaloid dalam ektrak etanol daun mengkudu. Seharusnya warna bercak yang
terlihat di bawah sinar UV 366 nm adalah biru dan warna bercak yang terlihat di visual adalah jingga sampai merah
tua.
Hasil pengamatan pada UV 254 n m warna mengalami peredaman, pada UV 366 n m bercak yang terlihat
banyak dan berwarna biru. Ini menunjukan adanya kandungan senyawa flavonoid pada ekstrak etanol daun
mengkudu. Adanya kandungan senyawa flavonoid ditunjukan juga pada pengamatan secara visual.
Warna bercak di bawah UV 254 nm redam sedangkan warna bercak di bawah sinar UV 366 n m adalah
kelabu (bercak no mor 4) dan warna bercak d i visual hijau kelabu (bercak no mor 6 dan 8). In i menunjukkan adanya
senyawa fenol dalam ekstrak etanol daun mengkudu.
28
Analisis Biaya dan Gambaran Penggunaan Antibiotik Hal. : 23 - 26 (Muhammad Djatmiko, dkk.)
KESIMPULAN
Lamson and Brown, 1935, cit Suyamt i, T., 2001, Daya
Ekstrak etanol daun mengkudu (M. citrifolia L.) Anthelmintika Infus Rimpang Temu Kunci
mempunyai daya antelmintik terhadap cacing A. galli (Boesenbergia pandurata Roxb.)
Terhadap Cacing Ascaridia galli Secara
secara in vitro dengan rata-rata waktu kematian 36,00
2,53 jam pada konsentrasi optimal (50 mg/mL) dan LC50 in vitro dan Skrining Fitokimianya,
sebesar 50,21 mg/ mL. Profil uji KLT menunjukkan Skripsi, Faku ltas Farmasi, Universitas
Sanata Darma, Yogyakarta.
bahwa ekstrak etanol daun mengkudu mengandung
senyawa dari golongan flavonoid dan fenol. Golongan Markham,K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid,
senyawa-senyawa tersebut yang kemungkinan dicurigai Penerbit ITB, Bandung.
Mustofa,2004, Pengembangan Obat Alami dalam
sebagai antelmintik.
Tinjauan Farmakologi, Seminar Nasional
Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA
DAFTAR PUSTAKA
UII, Yogyakarta
Noble, E. R. , and Noble, G. A. , 1989, Parasitologi
Becker, C. A. , and Bakhuizen van den Brink, R. E. ,
Biologi Parasitologi Hewan, Edisi V, Ga jah
1965, Flora of Java, volume 2, N. V. P
Mada University Press, Yogyakarta, 609.
Noordhof- Groningen The Netherlands. 274,
Sastromiharjo, H. , 1985, Kromatografi, Cetakan I,
349.
Liberty, Yogyakarta, 35-36.
Harborne J. P. ,1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara
Siswando dan Soekarjo, B, 2000, Ki mia Medisinal, Edisi
Modern Menganalisa Tumbuhan, Cetakan
2, Airlangga University Press, Surabaya,
ke-2, d iterjemahkan oleh Kosasih
26-29.
Padmawinata dan Iwan Soediro, Institut
Sudarsono, et al, 2002, Tumbuhan Obat II (Hasil
Teknologi Bandung, Bandung, 51, 74, 234.
Penelitian, Sifat-Sifat dan Penggunaan),
Pusat Studi Obat Tradisional Universitas
Gadjah Mada, 119-122.