You are on page 1of 15

PERBANDINGAN METODE-METODE EDGE DETECTION UNTUK PROSES

SEGMENTASI CITRA DIGITAL

Mahmud Yunus
Program Studi Teknik Informatika
STMIK PPKIA Pradnya Paramita Malang
Jl. L.A Sucipto No. 249-A Malang
e-mail: myoenoes@pradnya.ac.id

ABSTRACT

Edge detection (Edge detection) is executed to detect the operating margins (edges) that restricts
two homogeneous image regions with different brightness levels (Pitas, 1993). A digital image
edge detection is the process of looking for differences in the intensity of the states boundaries of
an object (sub-images) in the entire digital image in question. Purpose of edge detection is to
improve the appearance of the boundary line of an area or object in the image. The process of
image edge detection is done by looking for the locations of the intensity of the pixels that
discontinue with the intensity of the pixels adjacent (neighboring / neighborhood).
There are several methods such as object edge detection operators are known, such as (1) Sobel,
(2) Prewitt, (3) Robert, (4) Laplacian of Gaussian, (5) and Canny (6) Kiresh. Each operator has its
own advantages and disadvantages in performing edge detection. By doing a combination or in the
development of these operators allow to gain a better edge detection (obviously).
One of the contributions of this study for science and technology is the creation of a software
application that can be used as a simulation tool using edge detection operators in digital image
and its various combinations in order to gain a better edge detection (obviously).
Keywords: Edge detection, detection operator

LATAR BELAKANG intensitas pixel-pixel yang discontinue dengan


Deteksi tepi (Edge detection) adalah operasi intensitas pixel-pixel yang berdekatan
yang dijalankan untuk mendeteksi garis tepi (bertetanggaan/neighborhood). Suatu titik (x,y)
(edges) yang membatasi dua wilayah citra dikatakan sebagai tepi (edge) dari suatu citra, bila
homogen yang memiliki tingkat kecerahan yang titik tersebut mempunyai perbedaan yang tinggi
berbeda (Pitas, 1993). Deteksi tepi sebuah citra dengan tetangganya.
digital merupakan proses untuk mencari perbedaan Pada proses pengolahan citra digital seperti
intensitas yang menyatakan batas-batas suatu objek segmentasi dan analisis citra digital, peranan
(sub-citra) dalam keseluruhan citra digital yang metode-metode pendeteksian tepi citra sangat
dimaksud. Tujuan pendeteksian tepi adalah untuk berperan penting terhadap keakuratan hasil
meningkatkan penampakan garis batas suatu segmentasi dan analisis citra digital. Penelitian
daerah atau objek di dalam citra. Proses deteksi tentang Identifikasi Sel Kanker Prostat
tepi citra dilakukan dengan mencari lokasi-lokasi Menggunakan Metode Segmentasi Berdasarkan

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


146
Ukuran Objek Pada Citra, melakukan urutan menggunakan beberapa operator dan
proses prapengolahan citra digital dimulai dari kombinasinya guna memperoleh hasil deteksi tepi
akuisisi data citra, deteksi tepi, segmentasi dan yang lebih baik. Pada perangkat lunak yang
pengambangan (thresholding), hingga citra siap dikembangkan ini juga mencakup praproses
dianalisis (Witeti, 2004). Hasil dari pendeteksian pengolahan citra digital seperti peningkatan
tepi pada sebuah citra digital sangatlah kualitas (kontras & kecerahan) citra dan restorasi
berpengaruh terhadap proses pengolahan citra lebih (penghalusan & penajaman) citra.
lanjut seperti segmentasi dan analisis citra. Salah satu kontribusi dari penelitian ini bagi
Semakin jelas hasil dari pendeteksian tepi objek- ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
objek (sub-citra) maka semakin baik pula hasil terciptanya sebuah aplikasi perangkat lunak yang
segementasi dan analisis citra yang akan dilakukan. dapat digunakan sebagai alat simulasi penggunaan
Terdapat beberapa metode berupa operator operator-operator deteksi tepi citra digital beserta
pendeteksian tepi objek yang dikenal, seperti (1) berbagai kombinasinya dengan tujuan untuk
Sobel; (2) Prewitt; (3) Robert; (4) Laplacian of memperoleh hasil deteksi tepi yang lebih baik
Gaussian; (5) Canny dan (6) Kiresh. Masing- (jelas)
masing operator tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam melakukan deteksi tepi. PRINSIP DETEKSI TEPI PADA CITRA
Terkadang pada sebuah citra digital akan diperoleh DIGITAL
hasil pendeteksian tepi yang lebih jelas bila Tepi (edge) adalah perubahan nilai
menggunakan operator Sobel, namun pada citra intensitas derajat keabuan yang cepat/tiba-tiba
digital lainnya lebih baik menggunakan operator (besar) dalam jarak yang singkat. Sedangkan
Prewitt atau yang lainnya. Kemungkinan deteksi tepi (Edge Detection) pada suatu citra
melakukan kombinasi atau pengembangan pada adalah suatu proses yang menghasilkan tepi-tepi
operator-operator tersebut masih memungkinkan dari obyek-obyek citra, tujuannya adalah untuk (a)
sebagai usaha untuk memperoleh hasil deteksi tepi menandai bagian yang menjadi detail citra; dan (b)
yang lebih baik (jelas). memperbaiki detail dari citra yang kabur, yang
Ide untuk dapat menghasilkan deteksi tepi terjadi karena error atau adanya efek dari proses
yang lebih baik dengan cara mengkombinasikan akuisisi citra. Suatu titik (x,y) dikatakan sebagai
atau mengembangkan operator-operator deteksi tepi (edge) dari suatu citra bila titik tersebut
tepi yang ada dapat diimplementasikan dalam mempunyai perbedaan yang tinggi dengan
bentuk perangkat lunak pengolahan citra digital tetangganya. Pada gambar 1 berikut dapat dilihat
dengan bahasa pemrograman Delphi. Berdasarkan proses yang dilakukan untuk memperoleh tepi
hal tersebut penelitian ini difokuskan pada gambar dari suatu citra yang ada.
pembuatan perangkat lunak yang dapat melakukan
simulasi pendeteksian tepi citra digital dengan

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


147
sebagai berikut;

Maka dengan menggunakan fungsi filter H (x,y) =


[-1 1], akan diperoleh matrik citra sebagai
berikut;

Gambar 1 Proses Deteksi Tepi Citra Digital

Sehingga bila digambarkan maka proses filter


Pada gambar 2 terlihat bahwa hasil deteksi
tersebut memiliki pixel-pixel masukan dan
tepi berupa tepi-tepi dari suatu gambar. Bila
keluaran sebagai berikut;
diperhatikan bahwa tepi suatu gambar terletak pada
titik-titik yang memiliki perbedaan intensitas pixel
yang tinggi.

Proses deteksi tepi (edge detection) sendiri


dapat dikelompokkan berdasarkan operator atau
metode yang digunakan dalam proses
pendeteksian tepi suatu citra (edge detection)
untuk memperoleh citra hasil.
Gambar 2 Hasil Deteksi Tepi Pada Suatu Citra
Digital Operator Deteksi Tepi Citra Digital
Proses pendeteksian tepi citra digital dapat
Berdasarkan prinsip-prinsip filter pada citra dilakukan dengan teknik konvolusi menggunakan
maka tepi suatu gambar dapat diperoleh berbagai macam metode/operator. Operator
menggunakan High Pass Filter (HPF), yang deteksi tepi merupakan alat yang digunakan untuk
mempunyai karakteristik: memodifikasi nilai derajat keabuan sebuah titik
berdasarkan derajat keabuan titik-titik yang ada
disekitarnya (konvolusi/operasi ketetanggaan).
Titik-titik yang dilibatkan dalam operasi
ketetanggaan tersebut diberikan bobot yang
Misalkan terdapat fungsi suatu citra sebagai f (x, y)

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


148
nilainya tergantung pada operasi yang akan persamaan;
dilakukan, sedangkan banyaknya titik yang
dilibatkan biasanya 2x2, 3x3, 5x5, 7x7 dan
seterusnya.
Operator yang dapat digunakan untuk dimana diukur dari sumbu x sebagai garis acuan.
deteksi tepi adalah operator (a) berbasis Gradient Guna keperluan perhitungan pada citra digital,
(turunan pertama) seperti Robert, Sobel, Prewitt turunan persamaan;
dan (b) operator berbasis turunan kedua seperti
Laplacian dan Laplacian of Gaussian. Metode yang
banyak digunakan untuk proses deteksi tepi adalah
metode Robert, Prewitt dan Sobel (Gonzalez dan
Woods, 2002). Namun tidak menutup
Lebih mudah dilakukan dengan pendekatan
kemungkinan guna memperoleh hasil deteksi tepi
persaman difrerensial;
citra yang lebih baik (jelas), operator-operator yang
ada tersebut dikombinasikan dan dikembangkan
dengan teknik-teknik tertentu.

Operator Gradient
Gradien adalah turunan pertama dari Metode Robert
persamaan dua dimensi yang didefinisikan sebagai Metode Robert adalah nama lain dari teknik
vektor berikut; differensial yang dikembangkan di atas, yaitu
differensial pada arah horisontal dan differensial
pada arah vertikal, dengan ditambahkan proses
konversi biner setelah dilakukan differensial.
Teknik konversi biner yang disarankan adalah
konversi biner dengan meratakan distribusi warna
Besar gradient dihitung dengan persamaan; hitam dan putih. Metode Robert ini juga
disamakan dengan teknik DPCM ( Differential
Pulse Code Modulation).
Metode Robert dikenal juga dengan istilah
operator Robert Cross (diagonal) yang
Pada prakteknya untuk pengolahan citra, besar
menggunakan kernel ukuran 2x2 piksel, sehingga
gradient diperoleh dari persamaan berikut;
tepi yang dihasilkan berada pada tepi atas atau tepi
bawah.

Arah dari vektor gradien dapat dihitung dengan

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


149
1 0 perhitungan gradientnya, dengan pembobotan
0 -1 yang lebih besar pada piksel-piksel yang dekat
Gambar 3 Mask/Kernel Operator Robert Cross dengan titik pusat.

Operator Robert mengambil arah diagonal untuk


penentuan arah perhitungan nilai
gradientnya,dimana perhitungn gradientnya adalah
sebagai berikut;
G = |Gx| + |Gy| Gambar 5 Mask/Kernel Operator Robert Cross
Gx = f(x, y) f(x+1, y+1)
Gy = f(x+1, y) f(x, y+1) Operator Sobel melakukan deteksi tepi
Kernel yang digunakan dalam simulasi dapat dengan memperhatikan tepi vertical dan
dimodifikasi menjadi kernel 3x3 piksel dengan horizontal. Gradient Magnitude dari operator
memberikan nilai 0 pada elemen kernel tambahan. Sobel adalah sebagai berikut;
Misalkan susunan piksel-piksel di sekitar piksel
(x,y) adalah,

Gambar 4 Modifikasi Mask/Kernel Operator


Robert Cross
Gambar 6 Letak Piksel-Piksel Yang Dikonvolusi
Metode Sobel Dengan Kernel 3x3
Metode Sobel merupakan pengembangan
metode Robert dengan menggunakan filter HPF maka besaran gradient yang dihitung
yang diberi satu angka nol penyangga. Metode ini menggunakan operator sobel adalah
mengambil prinsip dari fungsi laplacian dan G[f(x,y)] = (Gx2 + Gy2)
Gx = (a2 + c.a3 + a4) - (a0 + c.a7 + a6)
gaussian yang dikenal sebagai fungsi untuk Gy = (a0 + c.a1 + a2) - (a6 + c.a5 + a4)
membangkitkan HPF. Kelebihan dari metode sobel c adalah konstanta bernilai 2.
ini adalah kemampuan untuk mengurangi noise Metode atau operator Prewitt menggunakan
sebelum melakukan perhitungan deteksi tepi. persamaan yang sama dengan operator Sobel,
Metode atau operator Sobel merupakan bedanya adalah pada nilai konstanta c yang
operator yang menghindari adanya perhitungan digunakan bernilai 1, sehingga operator Prewitt
gradient di titik interpolasi. Operator Sobel dapat dikatakan sebagai operator yang tidak
menggunakan kernel ukuran 3x3 piksel untuk menekankan pembobotan pada piksel-piksel yang

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


150
lebih dekat dengan titik pusat kernel. Metode Operator Turunan Kedua/Metode
Prewitt menggunakan operator sebagai berikut; Laplacian
Metode atau operator Laplacian
menggunakan turunan kedua dengan persamaan
sebagai berikut;

2 2 f 2 f
f
x2 y2
Gambar 7 Mask/Kernel Operator Prewitt

Metode Isotropik
Metode atau operator Isotropik merupakan
operator yang menggunakan pembobotan piksel-
piksel yang lebih dekat dengan titik pusat kernel
Gambar 10 Mask/Kernel Operator Laplacian
dengan nilai 2 (1.41421). Sehingga nilai
pembobotan tersebut berada diantara pembobotan
Turunan kedua untuk arah x dan y, diperoleh
operator Sobel dan Prewitt, yaitu 2 > 1.41421 > 1.
dengan persamaan sebagai berikut;

Dan

Gambar 8 Mask/Kernel Operator Isotropik


Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut;

Metode Kiresh
Operator Kiresh (Salem, Kalyankar dan
Metode Kombinasi Hasil Konvolusi
Khamitkar: 2010) menggunakan kernel ukuran
Kernel
3x3 piksel sebagai berikut;
Metode Kombinasi Hasil Konvolusi Kernel
merupakan cara yang mengkombinasikan hasil
konvolusi 2 kernel pada masing-masing operator,
seperti operator Laplacian1 dan Lapacian2, atau
antara operator Sobel Horizontal dan Sobel

Gambar 9 Mask/Kernel Operator Kiresh Vertikal. Hasil konvolusi 2 kernel dapat


dikombinasikan dengan cara mengambil nilai;
Maksimal

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


151
Rerata terciptanya suatu produk berupa software aplikasi
berbasis komputer yang dapat digunakan untuk
melakukan simulasi pendeteksian tepi citra digital
dengan menggunakan berbagai metode atau
Rerata Geometri
operator seperti Robert, Prewitt, Sobel, Kiresh,
Isotropik dan Laplacian. Selain itu, software yang
dibangun juga dapat mensimulasikan berbagai
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN kombinasi dari berbagai operator deteksi tepi
Tujuan Penelitian tersebut guna memperoleh hasil deteksi tepi yang
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan lebih jelas (baik). Hasil pendeteksian tepi citra
untuk perbandingan metode-metode deteksi tepi digital yang jelas dapat digunakan untuk proses
(edge detection) objek untuk proses segmentasi segmentasi citra digital. Pendekatan yang sesuai
citra digital serta merancang-bangun aplikasi dengan tuntutan hasil akhir tersebut, adalah model
pengolahan citra digital yang mampu melakukan pendekatan penelitian dan pengembangan
pendeteksian tepi objek (sub-citra) untuk proses (research and development).
segmentasi citra digital dengan mengimplentasikan
berbagai metode deteksi tepi dan kombinasinya Strategi Penelitian
guna menghasilkan pendeteksian tepi objek yang Guna tercapainya tujuan dari penelitian ini,
lebih jelas pada citra digital. maka dirancang suatu strategi penelitian yang
meliputi baberapa tahapan, yaitu;
Manfaat Penelitian a. Mengumpulkan data dan teori tentang
Hasil-hasil dari penelitian ini diharapkan pengaksesan dan pengolahan citra digital
dapat memberikan manfaat: secara umum serta teknik-teknik pendeteksian
a. Pada bidang ilmu pengolahan citra digital tepi citra dengan berbagai metode deteksi tepi
dapat digunakan sebagai acuan dalam (edge detection) citra.
menentukan metode-metode deteksi tepi yang b. Melakukan analisa dan pemecahan
paling cocok untuk proses segmentasi. masalah terhadap data yang terkumpul.
b. Pada pendidikan dapat digunakan sebagai Merancang algoritma pembacaan data citra
bahan referensi dalam pengembangan IPTEK, digital dengan format BMP ( Bitmap Image)
khususnya pada pegembangan metode dan algortima pendeteksian tepi citra dengan
pendeteksian tepi citra dan pengembangan metode Robert, Prewitt, Sobel, Kireh,
keilmuan pengolahan citra digital. Isotropik dan Laplacian serta dengan berbagai
kombinasinya.
METODE PENELITIAN c. Merancang desain antar muka (interface),
Hasil akhir dari penelitian ini adalah sebagai media interaksi antara user dengan

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


152
sistem. homogen atau deteksi tepi, dapat dilakukan
d. Melakukan pengkodean program untuk dengan menggunakan teknik ambang
membangun mesin pembaca data dan (thresholding). Pada penentuan proses batas
pendeteksi tepi citra digital yang menggunakan wilayah ini diperlukan satu nilai ambang
metode atau operator deteksi tepi citra Robert, untuk membedakan warna hitam dan warna
Prewitt, Sobel, Kireh, Isotropik dan Laplacian putih;
serta dengan berbagai kombinasinya 2. Deteksi tepi dengan gradien pertama. Mutu
e. Implementasi dan pengujian terhadap kontras gambar yang kurang baik bisa
aplikasi sistem yang dibangun. mempunyai efek yang bersifat proses
pemerataan atau integrasi, karena itu dalam
Data, Analisis dan Pemecahan Masalah proses penajaman atau peningkatan
Data dan teori yang dikumpulkan dan kontrasnya digunakan upaya yang bersifat
digunakan dalam penelitian ini adalah data dan proses diferensiasi. Proses diferensiasi ini
teori-teori mengenai pendeteksian tepi citra digital merupakan bentuk turunan yang biasanya
dengan metode atau operator Robert, Prewitt, diterapkan dalam bentuk operator gradien.
Sobel, Kiresh, Isotropik dan Laplacian serta Untuk citra yang kontinu bentuk gradiennya
dengan berbagai kombinasinya. Penggunaan adalah:
berbagai operator deteksi tepi tersebut dalam
penelitian ini adalah bertujuan untuk
mensimulasikan dan membandingkan hasil-hasil
Teknik deteksi tepi juga sering dilakukan
pendeteksian tepi citra dengan berbagai operator
dengan menggabungkan proses gradien digital
guna menentukan hasil deteksi tepi citra yang
dengan teknik nilai ambang. Rumusan gradien
paling baik (jelas). Hasil perbandingan metode-
yang digunakan dalam bentuk perumusan gradien
metode pedeteksian tepi citra yang menentukan
yang lebih kompleks yang kemudian dikenal
metode apa dan dengan kombinasi yang bagaimana
sebagai detektor Sobel, yang dapat diterangkan
untuk menghasilkan tepi citra yang lebih baik
dengan gambaran sebagai berikut:
(jelas), dapat digunakan sebagai dasar dalam
proses segmentasi citra sebagai proses lanjutan.
Proses deteksi tepi bertujuan untuk
meningkatkan penampakan garis pada citra; jadi
prosesnya mempunyai sifat diferensiasi atau
Gambar 11 Detektor Sobel
memperkuat komponen frekuensi tinggi. Beberapa
metode deteksi tepi yang ada adalah;
Dengan a, b, c, d, f, g, h, i merupakan nilai-
1. Deteksi tepi dengan nilai ambang, yaitu proses nilai intensitas piksel tetangga dan nilai e
penentuan garis batas suatu wilayah yang adalah nilai piksel yang akan digantikan

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


153
setelah penerapan detektor Sobel. dengan kernel:
3. Deteksi tepi dengan gradien arah. Proses
deteksi ini dapat digolongkan pada proses
penapisan tidak linear. Proses penapisan tidak
linear disini dilakukan dengan menggunakan
tapis linear yang cara operasinya tidak
terhadap setiap titik tetapi terhadap suatu Gambar 12 Mask/Kernel Operator Laplacian
sumbu tertentu, jadi mempunyai arah dalam
operasinya. Cara penapisan tidak linear juga Masing-masing operator tersebut memiliki
dapat dilakukan berdasarkan estimasi suatu kelebihan dan kekurangan dalam melakukan
nilai statistik pada sekelompok piksel. deteksi tepi. Terkadang pada sebuah citra digital
4. Deteksi tepi dengan cara geser dan selisih akan diperoleh hasil pendeteksian tepi yang lebih
citra. Melalui proses deteksi tepi dengan cara jelas bila menggunakan operator Sobel, namun
geser dan selisih citra akan diperoleh hasil pada citra digital lainnya lebih baik menggunakan
citra dengan tepi yang lebih jelas. Proses operator Prewitt atau yang lainnya. Kemungkinan
penampilan tepi ini dapat dilakukan menurut melakukan kombinasi atau pengembangan pada
arah yang diingini, bisa hanya dari tepi arah operator-operator tersebut masih memungkinkan
vertikalnya saja atau tepi arah horisontalnya sebagai usaha untuk memperoleh hasil deteksi tepi
saja, atau bahkan seluruh tepi dalam kedua yang lebih baik (jelas).
arah tersebut. Ide untuk dapat menghasilkan deteksi tepi
5. Deteksi tepi dengan gradien kedua. Deteksi yang lebih baik dengan cara mengkombinasikan
tepi dengan gradien kedua disebut juga atau mengembangkan operator-operator deteksi
detektor Laplacian. Bentuk turunan kedua tepi yang ada dapat diimplementasikan dalam
untuk citra yang kontinu adalah sebagai bentuk perangkat lunak pengolahan citra digital
berikut: dengan bahasa pemrograman Delphi. Berdasarkan
hal tersebut penelitian ini difokuskan pada
pembuatan perangkat lunak yang dapat melakukan
simulasi pendeteksian tepi citra digital dengan
Dengan demikian operator Laplace akan menggunakan beberapa operator dan
mempunyai bentuk diskret sebagai berikut: kombinasinya guna memperoleh hasil deteksi tepi
yang lebih baik.

Dari bentuk persamaan diskret citra Laplace Metode Pembangunan Sistem


di atas dilihat bahwa proses deteksi tepi Pendeteksian Tepi Citra Digital
dengan operator. Laplace dapat dilakukan Secara garis besar sistem pendeteksian tepi

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


154
citra digital dengan berbagai metode atau operator (width x height). Lakukan proses konvolusi
dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai pada masing-masing matrik data lapisan citra
berikut: (Red, Blue dan Green) dengan matrik Kernel
1. Pemilihan file citra digital yang akan diproses atau Mask 3 x 3 untuk operator yang sesuai
dan pengenalan/penentuan format pixel citra pilihan (Robert, Prewitt, Sobel,
pf1bit Citra Biner Isotropik,Kiresh atau Laplacian) beserta
pf8bit Citra Grayscale kombinasinya. Lakukan penulisan ulang
pf24bit Citra True Color
matrik data citra dengan matrik data hasil
2. Inisialisasi matrik data Kernel atau Mask konvolusi;
untuk operator Robert, Prewitt, Sobel, 8. Proses selesai
Isotropik, Kiresh atau Laplacian; Dikarenakan setiap metode pendeteksian
3. Siapkan variabel untuk matrik data citra tepi citra memiliki matrik kernel atau mask yang
digital dan matrik data tiap elemen pixel. berbeda, maka proses pendeteksian tepi citra
4. Tentukan matrik data Kernel atau Mask sesuai digital pada masing-masing metode atau operator
pilihan (Robert, Prewitt, Sobel, juga berbeda.
Isotropik,Kiresh atau Laplacian)
5. Tentukan lebar (width) dan tinggi (height) Algoritma dan Kode Program Pembacaan
citra digital sesuai dengan file citra yang akan Data Citra Digital BMP
diproses Algoritma pembacaan data citra adalah
6. Uji, apakah format pixel citra (pixel format) sebagai berikut;
adalah citra Biner atau Grayscale? jika ya 1. Uji, apakah proses membuka file citra sukses
maka baca data citra dan tulis dalam matrik 2 dilakukan ? jika ya tampilkan citra pada form
dimensi (width x height). Lakukan proses frCanvasCitra
konvolusi pada matrik data citra dengan 2. Lakukan pembacaan informasi
matrik Kernel atau Mask 3 x 3 untuk operator mengenai file citra yang akan diproses, yaitu
yang sesuai pilihan (Robert, Prewitt, Sobel, mengenai nama file citra, ukuran dimensinya
Isotropik,Kiresh atau Laplacian) beserta (width x height), format pixel citra (Pixel Format)
kombinasinya dan Lakukan penulisan ulang pf1bit Citra Biner
matrik data citra dengan matrik data hasil pf8bit Citra Grayscale
konvolusi;
pf24bit Citra True Color
7. Jika format pixel citra ( pixel format) adalah
3. Proses selesai
citra True Color (24 bit), maka baca data citra
Kode program selengkapnya adalah sebagai
untuk lapisan warna Merah (Red), Biru (Blue)
berikut;
dan Hijau (Green) serta untuk masing-masng procedure TfrMainMenu.Open1Click(Sender:
lapisan tersebut tulis dalam matrik 2 dimensi TObject);
begin

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


155
if OpenPictureDialog1.Execute then begin Isotropik,Kiresh atau Laplacian)
Application.CreateForm(TfrCanvasCitra,
frCanvasCitra); Misalkan;
with frCanvasCitra do begin
Caption:=OpenPictureDialog1.FileName; Mask1 := PrewittMask1;
FormStyle := fsMDIChild; Mask2 := PrewittMask2;
Show;
end; 5. Tentukan lebar (width) dan tinggi (height)
end;
citra digital sesuai dengan file citra yang akan
end;
diproses
procedure TfrCanvasCitra.FormActivate(Sender:
TObject); w := Image2.Picture.Bitmap.Width;
begin h := Image2.Picture.Bitmap.Height;
Image1.Picture.LoadFromFile(Caption);
Image2.Picture.LoadFromFile(Caption); 6. Uji, apakah format pixel citra ( pixel format)
ImageSize:= IntToStr(Image1.Picture.Width) + ' adalah citra Biner atau Grayscale? jika ya
x'+
IntToStr(Image1.Picture.Width)+' Pixel'; maka baca data citra dan tulis dalam matrik 2
case Image1.Picture.Bitmap.PixelFormat of
pf1bit : PixelFormat := 'Biner'; dimensi (width x height),
pf8bit : PixelFormat := 'Grayscale';
pf24bit : PixelFormat := 'True Color'; case Image2.Picture.Bitmap.PixelFormat of
end; pf1bit,
end; pf8bit : begin
Algoritma Pendeteksian Tepi Citra SetLength(Ki, w, h);
SetLength(Ko, w, h);
1. Siapkan matrik data Kernel atau Mask untuk for i := 0 to H - 1 do begin
PC:=Image2.Picture.Bitmap.ScanLine[i];
operator Robert, Prewitt, Sobel, Isotropik, for j := 0 to W - 1 do Ki[j, i] := PC[j];
Kiresh atau Laplacian; end;

Misalkan; Lakukan proses konvolusi pada matrik data


PrewitMask1: Mask3x3 = ((- citra dengan matrik Kernel atau Mask 3 x 3
1.00000, 0.00000, 1.00000), (-1.00000, untuk operator yang sesuai pilihan (Robert,
0.00000, 1.00000), ( -1.00000, 0.00000,
1.00000)); Prewitt, Sobel, Isotropik,Kiresh atau
PrewitMask2: Mask3x3 = ((1.00000,
1.00000, 1.00000), ( 0.00000, 0.00000, 0.00000), Laplacian) beserta kombinasinya;
(-1.00000, -1.00000, -1.00000));
for i := 1 to W - 2 do begin
2. Siapkan variabel untuk matrik data citra for j := 1 to H - 2 do begin
Jumlah1 := 0;
digital dan matrik data tiap elemen pixel Jumlah2 := 0;
for u := -1 to 1 do begin
PC: PByteArray; for v := -1 to 1 do begin
Ki, Bi, Gi, Ri, Ko, Bo, Go, Ro: Array of Array Jumlah1 := Jumlah1 + Mask1[u, v] * Ki[i-u, j-v];
of Byte; Jumlah2 := Jumlah2 + Mask2[u, v] * Ki[i-u, j-v];
3. Uji, apakah data citra sudah ada? Jika ya maka end;
end;
ke langkah 4, Jika tidak tentukan terlebih
case suiComboBox1.ItemIndex of {Pilihan
dahulu file citra digital yang akan diproses. Kombinasi}
4. Tentukan matrik data Kernel atau Mask sesuai 0 : Ko[i, j] := Round(Abs(Jumlah1));
1 : Ko[i, j] := Round(Abs(Jumlah2));
pilihan (Robert, Prewitt, Sobel, 2 : if (Jumlah1 > Jumlah2) then
Ko[i, j] := Round(Abs(Jumlah1))

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


156
else Ko[i, j] := Round(Abs(Jumlah2)); Jumlah2 := Jumlah2 + Mask2[u, v] * Bi[i-u, j-v];
3 : Ko[i, j] := Round(Sqrt(Jumlah1 * Jumlah1 + end;
Jumlah2 * Jumlah2)); end;
end;
end; case suiComboBox1.ItemIndex of {Pilihan
end; Kombinasi}
0 : Bo[i, j] := Round(Abs(Jumlah1));
Lakukan penulisan ulang matrik data citra 1 : Bo[i, j] := Round(Abs(Jumlah2));
2 : if (Jumlah1 > Jumlah2) then
dengan matrik data hasil konvolusi; Bo[i, j] := Round(Abs(Jumlah1))
else Bo[i, j] := Round(Abs(Jumlah2));
for i := 0 to H - 1 do begin 3 : Bo[i, j] := Round(Sqrt(Jumlah1 * Jumlah1 +
PC := Image2.Picture.Bitmap.ScanLine[i]; Jumlah2 * Jumlah2));
for j := 0 to W - 1 do PC[j] := Ko[j, i]; end;
end; Jumlah1 := 0; Jumlah2 := 0;
Ki := Nil; Ko := Nil; for u := -1 to 1 do begin
for v := -1 to 1 do begin
7. Jika format pixel citra ( pixel format) adalah Jumlah1 := Jumlah1 + Mask1[u, v] * Gi[i-u, j-v];
Jumlah2 := Jumlah2 + Mask2[u, v] * Gi[i-u, j-v];
citra True Color (24 bit), maka baca data citra
end;
untuk lapisan warna Merah (Red), Biru (Blue) end;
dan Hijau (Green) serta untuk masing-masng case suiComboBox1.ItemIndex of {Pilihan
lapisan tersebut tulis dalam matrik 2 dimensi Kombinasi}
0 : Go[i, j] := Round(Abs(Jumlah1));
(width x height) 1 : Go[i, j] := Round(Abs(Jumlah2));
2 : if (Jumlah1 > Jumlah2) then
pf24bit : begin Go[i, j] := Round(Abs(Jumlah1))
SetLength(Bi, w, h); SetLength(Gi, w, h); else Go[i, j] := Round(Abs(Jumlah2));
SetLength(Ri, w, h); 3 : Go[i, j] := Round(Sqrt(Jumlah1 * Jumlah1 +
SetLength(Bo, w, h); SetLength(Go, w, h); Jumlah2 * Jumlah2));
SetLength(Ro, w, h); end;
for i := 0 to H - 1 do begin Jumlah1 := 0; Jumlah2 := 0;
PC := Image2.Picture.Bitmap.ScanLine[i]; for u := -1 to 1 do begin
for j := 0 to W - 1 do begin for v := -1 to 1 do begin
Bi[j, i] := PC[j*3+0]; Gi[j, i] := PC[j*3+1];Ri[j, Jumlah1 := Jumlah1 + Mask1[u, v] * Ri[i-u, j-v];
i] := PC[j*3+2]; Jumlah2 := Jumlah2 + Mask2[u, v] * Ri[i-u, j-v];
Bo[j, i] := PC[j*3+0]; Go[j, i] := PC[j*3+1];Ro[j, i] end;
:= PC[j*3+2]; end;
end;
end; case suiComboBox1.ItemIndex of {Pilihan
Kombinasi}
Lakukan proses konvolusi pada masing- 0 : Ro[i, j] := Round(Abs(Jumlah1));
masing matrik data lapisan citra ( Red, Blue 1 : Ro[i, j] := Round(Abs(Jumlah2));
2 : if (Jumlah1 > Jumlah2) then
dan Green) dengan matrik Kernel atau Mask 3 Ro[i, j] := Round(Abs(Jumlah1))
else Ro[i, j] := Round(Abs(Jumlah2));
x 3 untuk operator yang sesuai pilihan 3 : Ro[i, j] := Round(Sqrt(Jumlah1 * Jumlah1 +
(Robert, Prewitt, Sobel, Isotropik,Kiresh atau Jumlah2 * Jumlah2));
end;
Laplacian) beserta kombinasinya; if suiCheckBox1.Checked then begin
Bo[i, j] := 255 - Bo[i, j];
for i := 1 to W - 2 do begin Go[i, j] := 255 - Go[i, j];
for j := 1 to H - 2 do begin Ro[i, j] := 255 - Ro[i, j];
Jumlah1 := 0; Jumlah2 := 0; end;
for u := -1 to 1 do begin end;
for v := -1 to 1 do begin end;
Jumlah1 := Jumlah1 + Mask1[u, v] * Bi[i-u, j-v];

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


157
Lakukan penulisan ulang matrik data citra Windows XP Profesional
dengan matrik data hasil konvolusi; c. Bahasa pemrograman yang digunakan

for i := 0 to H - 1 do begin adalah Borland Delphi 6


PC := Image2.Picture.Bitmap.ScanLine[i];
for j := 0 to W - 1 do begin
PC[j*3+0] := Bo[j, i]; PC[j*3+1] := Pengujian Sistem Deteksi Tepi
Go[j, i]; PC[j*3+2] := Ro[j, i];
end;
Berikut ini adalah tampilan halaman utama
end; yang berisi menu pilihan proses dan bagian Image
Bi := Nil; Gi := Nil; Ri := Nil; Bo := Nil; Go :=
Nil; Ro := Nil; Description:
8. Proses selesai

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Studi Literatur
Penelitian tersebut menghasilkan:
A. Landasan teori yang paling tepat untuk
membangun aplikasi simulasi pendeteksian
tepi citra digital dengan menggunakan Gambar 13 Tampilan Halaman Utama
beberapa operator dan kombinasinya guna
memperoleh hasil deteksi tepi yang lebih baik Berikut ini adalah tampilan untuk memilih
berupa : gambar atau citra digial yang akan dilakukan
a. Pengolahan citra digital secara umum pendeteksian tepinya:
mengenai peningkatan kualitas citra,
penajaman (sharpening) dan penghalusan
(smoothing), proses invers dan konversi
format citra.
b. Metode-metode atau operator pendeteksian
tepi citra dan berbagai kemungkinan
kombinasinya
c. Bahasa pemrograman Delphi khususnya
mengenai teknik-teknik atau algoritma Gambar 14 Kotak Dialog Pemilihan File Citra

pengolahan citra digital Yang Akan Diproses

B. Memperoleh software pendukung yang tepat


untuk membangun dan implementasi sistem Pada proses pengujian yang dilakukan, citra

ini meliputi: yang dipilih adalah citra BUTTERFLY.BMP

a. Algoritma dan struktur data dengan format file Bitmap Image (BMP) dan

b. Sistem operasi yang dipilih adalah resolusi 408 x 408 piksel 24 bit ( true color).

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


158
Tampilan di layar setelah pemilihan file citra
adalah sebagai berikut;

Gambar 16 Citra-Citra Hasil Deteksi Tepi Dengan


Berbagai Operator

Berdasarkan citra-citra digital hasil


pengujian deteksi tepi tersebut, secara umum hasil
deteksi tepi dengan Rerata Geometri pada setiap

Gambar 15 Tampilan Setelah Pemilihan File Citra operator memiliki hasil yang lebih baik (lebih
jelas) daripada operator aslinya. Operator berbasis
gradient seperti Robert, Prewitt, Sobel, Isotrophic
Guna memperoleh hasil deteksi tepi yang
dan Kiresh menghasilkan deteksi tepi yang lebih
optimal, hasil konvolusi dengan menggunakan
baik daripada operator berbasis turunan kedua
berbagai macam operator deteksi tepi, diterapkan
(Laplacian). Operator Prewitt dan Isotropik
pula proses Invers matrik data citra untuk
menghasilkan deteksi tepi yang paling jelas
memperoleh matrik data citra negatif dengan
diantara operator berbasis gradient lainnya.
persamaan Po(x, y) = 255 Pi(x, y).

KESIMPULAN DAN SARAN


Rangkuman Hasil Pengujian Deteksi Tepi
Gambar-gambar berikut ini merupakan Kesimpulan
rangkuman hasil-hasil pengujian deteksi tepi citra Setelah dilakukan pengujian dan analisa

digital dengan menggunakan berbagai operator dan terhadap hasil simulasi penggunaan berbagai

kombinasinya; kombinasi operator pentedeksi tepi citra untuk


menghasilkan tepi objek yang lebih jelas, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut;
a. Secara umum hasil deteksi tepi dengan
Rerata Geometri pada setiap operator
memiliki hasil yang lebih baik (lebih jelas)
daripada operator aslinya
b. Operator berbasis gradient menghasilkan
deteksi tepi yang lebih baik daripada operator
berbasis turunan kedua (Laplacian)
c. Operator Prewitt dan Isotropik
menghasilkan deteksi tepi yang paling jelas
diantara operator berbasis gradient lainnya.

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


159
Saran
Pada penelitian selanjutnya, dapat dilakukan
pengembangan pada metode-metode segmentasi
untuk menghasilkan bagian-bagian citra (sub-citra)
yang terlabeli, sehingga dapat membedakan antara
sub-citra yang satu dengan yang lainnya. Proses
segmentasi citra dapat dilakukan pada citra yang
telah mengalami praproses deteksi tepi dengan
berbagai kombinasi deteksi citra yang dihasilkan
oleh perangkat lunak yang telah dibuat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adipranta,R. 2005, Penelitian: Perancangan dan


Pembuatan Aplikasi Segmentasi Gambar
Dengan Menggunakan Metode
Morphological Watershed.

Borg, Walter R. dan Meredith Damien Gall. 1979.


Educational Research, An Introduction.
third edition. New York: Longman.

Gonzales, Rafael C., Woods Richard E. 2002.


Digital Image Processing.

Pitas, I., 1993. Digital Image Processing


Algorithms, Prentice Hall. Singapore.

Salem Saleh Al-amri, Dr. N.V. Kalyankar and Dr.


Khamitkar S.D. 2010.Image Segmentation
By Using Edge Detection. (IJCSE)
International Journal on Computer Science
and Engineering, Vol. 02, No. 03, 2010,
804-807.

Witeti. 2004. Identifikasi Sel Kanker Prostat


Menggunakan Metode Segmentasi
Berdasar Ukuran Objek Pada Citra. Teknik
Elektro Universitas Diponegoro.
Semarang.

Jurnal Teknologi Informasi Vol. 3 No. 2


160

You might also like