You are on page 1of 14

Jurnal Pendidikan Biologi

Volume 7,Nomor 2
Halaman 80-93 Mei 2015

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) pada Materi


Sistem Koordinasi untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Siswa Kelas
XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014

Implementation of Guided Inquiry in Coordination System Material to Improve


Science Process Skill at Class XI IPA 3 Students in SMA Batik 2 Surakarta in
Academic Year 2013/2014

Idhun Prasetyo Riyadia, Baskoro Adi Prayitnob, Marjonoc


a)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: idhun.prasetyo.bio@gmail.com
b)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: baskoro_ap@uns.ac.id
c)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email: maryonobio@yahoo.co.id

ABSTRACT - This research aimed to improve science process skill in coordination system
material of Biology subject at XI IPA 3 Class SMA Batik 2 Surakarta with implementation
of Guided Inquiry. This research is a Classroom Action Research which was done in two
cycles. Each cycle consists of 4 steps, those are: planning, acting, observation, and
reflection. The technique of data collection used questionaire, observation sheet, test, and
interview. Validity used triangulation method, while data analysis used descriptive analysis.
The results of this research showed that implementing classroom research by using guided
inquiry could improve students science process skill in Biology subject, matched with
second cycle target. The percentage of achievement aspect in science process skill at pre-test
was low because the teaching and learning was dominated by teaching centered. While the
average percentage of achievement aspect in science process skill in accordance with the
observation sheet in first cycle was 53,29% and second cycle was 77,68% (increased
24,39%), average of achievement in first cycle was 56,1 % and second cycle was 78,35%
(increased 22,25%). Therefore, implementation of teaching technique by using guided
inquiry could stimulate students and force them to be more active in Biology subject. Based
on the research result above, it can be concluded that the implementation of guided inquiry
in coordination system material of Biology subject can improve science process skill of
students at class XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta in academic year 2013/ 2014.

Keywords: Guided Inquiry, Science Process Skill

80
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

A. PENDAHULUAN melihat tanpa melakukan pengamatan


Pendidikan bukanlah sesuatu yang detail, begitu juga ketika siswa
yang statis melainkan sesuatu yang melakukan pengelompokkan terhadap
dinamis sehingga menuntut adanya usaha materi praktikum, siswa masih bingung
untuk perbaikan yang terus menerus. dan sering bertanya kepada guru. Ketika
Siswa harus memiliki kemampuan untuk mendiskusikan hasil kegiatan praktikum,
berbuat sesuatu dengan menggunakan siswa cenderung pasif dan jarang
proses dan prinsip keilmuan yang telah mengajukan pertanyaan yang sesuai
dikuasai, dan learning to know dengan bahan diskusi. Saat
(pembelajaran untuk tahu) dan learning to mempresentasikan laporan praktikum di
do (pembelajaran untuk berbuat) harus depan kelas, terlihat bahwa kemampuan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar berkomunikasi siswa dalam
(Ambarsari, Santosa, dan Maridi, 2012). menyampaikan hasil percobaan masih
Pembelajaran merupakan cenderung monoton.
komunikasi dua arah, yakni mengajar Berdasarkan hasil observasi di
yang dilakukan oleh guru sebagai atas mengindikasikan bahwa pembelajaran
pendidik, dan belajar yang dilakukan oleh di kelas XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta
peserta didik. Guru sebagai fasilitator dan belum sepenuhnya memperdayakan
siswa sebagai objek dan subjek dalam keterampilan proses sains siswa karena
pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan dalam keterampilan proses sains siswa
lingkungan pembelajaran yang efektif dituntut untuk menemukan sendiri fakta-
perlu diciptakan oleh guru agar siswa fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
dapat belajar dengan baik dan mencapai teori-teori selama kegiatan pembelajaran.
hasil belajar yang optimal (Sagala, Rendahnya keterampilan proses sains
2009:62). merupakan salah satu permasalahan yang
Berdasarkan observasi yang mendesak untuk segera ditangani dalam
dilaksanakan pada kelas XI IPA 3 SMA pembelajaran Biologi di kelas XI IPA 3.
Batik 2 Surakarta diperoleh informasi Biologi sebagai sains terdiri dari
bahwa siswa masih kurang menguasai tiga komponen dasar yang tidak dapat
keterampilan proses sains. Indikasinya, terpisahkan yaitu Biologi sebagai produk,
ketika siswa melakukan praktikum, proses, dan sikap. Biologi sebagai proses
beberapa siswa terlihat kurang terampil dan sikap dapat membentuk suatu produk
melakukan pengamatan. Siswa hanya ilmiah yang bermanfaat. Sikap ilmiah

81
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

merupakan sikap yang harus dimiliki Muara dari pembekalan ketiga


siswa untuk berlaku objektif dan jujur keterampilan tersebut adalah pada
dalam menganalisis dan mengumpulkan pembentukan insan yang terdidik secara
data. Sedangkan proses ilmiah merupakan utuh. Pengembangan keterampilan proses
perangkat keterampilan kompleks yang sains merupakan hal yang utama untuk
digunakan dalam kerja ilmiah (Waryanto, memperbaiki proses pendidikan sains di
2011). Pembelajaran Biologi saat ini Indonesia, sehingga pendidikan sains yang
umumnya hanya menekankan pada aspek diterapkan hendaknya dapat berorientasi
produk sains dan kurang mengembangkan pada pembentukan keterampilan proses
aspek proses dan sikap sains. Senada sains (Rustaman, 2005).
dengan hal tersebut Rustaman (2005) Ada berbagai jenis
mengatakan bahwa pengetahuan yang keterampilan proses yang dapat
didapat pada saat ini sudah diinformasikan dikembangkan dalam diri peserta didik,
dengan berbagai cara, sehingga orang- menurut Karen L. Lancour
orang lebih terpaku pada produk sains. mengungkapkan bahwa keterampilan
Pengetahuan dan keterampilan yang proses sains terdiri dari keterampilan-
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil keterampilan dasar (Basic Skills) dan
dari mengingat seperangkat fakta-fakta keterampilan-keterampilan terintegrasi
melainkan suatu proses menemukan (Integrated Skills). Keterampilan dasar
sendiri. terdiri dari enam keterampilan, yakni
Keterampilan proses sains perlu mengobservasi, mengklasifikasi,
dikembangkan karena di dalamnya memprediksi, mengukur, menyimpulkan,
terdapat keterampilan kognitif, manual, dan mengkomunikasikan. Sedangkan
dan sosial. Keterampilan kognitif keterampilan-keterampilan terintegrasi
diperlukan karena siswa menggunakan terdiri dari: mengidentifikasi variabel,
pikirannya ketika melakukan keterampilan membuat tabulasi data, menyajikan data
proses sains. Keterampilan manual dalam bentuk grafik, menggambarkan
diperlukan karena siswa menggunakan hubungan antar variabel, mengumpulkan
alat dan bahan, mengukur, dan menyusun dan mengolah data, menganalisa
alat ketika melakukan keterampilan proses penelitian, menyusun hipotesis,
sains. Keterampilan sosial diperlukan mendefinisikan variabel secara
karena siswa berinteraksi ketika operasional, merancang penelitian, dan
melaksanakan keterampilan proses sains. melaksanakan eksperimen.

82
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

Berdasarkan permasalahan kesimpulan. Dari sintak pembelajaran


terhadap rendahnya keterampilan proses inkuiri tersebut memiliki potensi yang
sains dapat dilakukan dengan bermanfaat dalam meningkatkan
menggunakan pembelajaran yang lebih keterampilan proses sains. Hal ini
inovatif dan menekankan pada keaktifan didukung oleh Zehra dan Nermin (2009)
siswa. yang menyatakan bahwa inkuiri
Alternatif pembelajaran yang terbimbing mampu meningkatkan
berpotensi dapat menyelesaikan keterampilan proses siswa. Prosedur
permasalahan keterampilan proses sains pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan
adalah inkuiri. Inkuiri terbimbing cocok dengan melibatkan siswa dalam
diterapkan di SMA karena sesuai dengan penyelidikan, membantu siswa
karakteristik siswa SMA yang cenderung mengidentifikasi konsep atau metode, dan
kurang mandiri dan masih membutuhkan mendorong siswa menemukan cara untuk
saran dan isyarat dari guru (Rokhmatika, memecahkan masalah yang dihadapi.
Harlita, dan Prayitno, 2012). Model Guru berperan dalam memberikan
pembelajaran inkuiri terbimbing mampu masalah dan membimbing kegiatan
mengembangkan keterampilan proses pemecahan masalah (Amri dan Ahmadi,
sains siswa baik pada berkemampuan 2010).
akademik tinggi, sedang, dan rendah serta Berbeda dengan jenis-jenis
dapat melibatkan keaktifan siswa dalam inkuiri yang lain, pada model
proses pembelajaran Biologi pembelajaran inkuiri terbimbing siswa
(Wulanningsih, Prayitno, dan Probosari., hanya diberikan sebuah masalah, topik
2012). dan pertanyaan, sedangkan prosedur serta
Inkuiri terbimbing dengan tahap- analisis hasil dan pengambilan kesimpulan
tahap pembelajarannya mampu melatih dilakukan oleh peserta didik dengan
siswa dalam meningkatkan keterampilan bimbingan yang intensif dari guru. Pada
proses sains (Wulanningsih, Prayitno, dan tahap permulaan penerapan inkuiri
Probosari., 2012). Sintaks pembelajaran terbimbing diberikan banyak bimbingan
inkuiri terbimbing menurut Triyanto terhadap siswa, sedikit demi sedikit
(2007) yaitu terdiri dari menyajikan bimbingan dikurangi. Seperti yang
masalah, membuat hipotesis, merancang dikemukakan oleh Hudoyono (dalam
percobaan, melakukan percobaan, Zuriyani, 2010) bahwa dalam usaha
menganalisis data, dan membuat menemukan suatu konsep siswa

83
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

memerlukan bimbingan bahkan refleksi (reflecting) dengan diawali


memerlukan pertolongan guru setapak tahapan pratindakan untuk mengetahui
demi setapak. Siswa memerlukan bantuan keadaan awal proses pembelajaran. Teknik
untuk mengembangkan kemampuannya analisis yang dilakukan dalam penelitian
memahami pengetahuan baru. Walaupun adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian
siswa harus berusaha mengatasi kesulitan- ini lebih bersifat mendeskripsikan data
kesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan atau analisis kualitatif berdasarkan fakta
guru tetap diperlukan. Menurut Mulyasa dan keadaan yang terjadi di sekolah
(2005: 109) Pelaksanaan penyelidikan tersebut.
inkuiri terbimbing dilakukan oleh siswa
berdasarkan petunjuk guru. Petunjuk yang B. HASIL DAN PEMBAHASAN
diberikan pada umumnya berbentuk Hasil penelitian yang dilakukan
pertanyaan membimbing. Penerapan di kelas XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta
inkuiri terbimbing digunakan terutama tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan
bagi siswa yang belum berpengalaman bahwa penerapan model pembelajaran
belajar dengan inkuiri. inkuiri terbimbing (guided inquiry)
Tujuan yang ingin dicapai dari mampu meningkatkan keterampilan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses sains siswa. Peningkatan ini diukur
keterampilan proses sains siswa kelas XI melalui lembar observasi, angket,
IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun wawancara, serta didukung dengan
pelajaran 2013/2014 melalui penerapan menggunakan hasil tes yang disusun
model pembelajaran inkuiri terbimbing berdasarkan indikator keterampilan proses
pada materi sistem koordinasi. sains.
a. Hasil Lembar Observasi
A. METODE PENELITIAN Lembar observasi (LO)
Penelitian yang digunakan adalah digunakan ketika proses pembelajaran di
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam kelas dan ketika kegiatan
dilakukan oleh peneliti berkolaborasi praktikum. Observasi dilakukan untuk
dengan guru. Penelitian tindakan kelas mengamati aspek keterampilan proses
terdiri dari 4 tahapan dasar yang saling sains (KPS) yang dimiliki oleh siswa
terkait dan berkesinambungan yaitu terhadap kegiatan praktikum dan dokumen
perencanaan (planning), pelaksanaan pembelajaran berupa laporan praktikum
(acting), pengamatan (observing) dan siswa. Peniliaian KPS pratindakan

84
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

dilakukan dengan lembar observasi


dihasilkan capaian rata-rata sebesar Persentase
Pra
Aspek Siklus Siklus
39,66%. Hasil observasi pratindakan tindak
I II
an
masih rendah dikarenakan pembelajaran Menga
44,44 54,16 79,86
yang masih terfokus pada guru dan mati
Menge
kegiatan praktikum belum berjalan dengan 45,13 52,08 74,30
lompokkan
maksimal. Melalui penerapan model Menaf
40,27 54,16 83,33
pembelajaran inkuiri terbimbing (guided sirkan
Menga
inquiry) pada pembelajaran Biologi terjadi 45,83 50,69 74,30
jukan pertanyaan
peningkatan keterampilan proses sains. Berhip
25 46,52 72,22
Apabila pada pra tindakan hasil capaian otesis
Meren
rata-rata masih rendah, sedangkan pada canakan 25 48,61 74,30
siklus I sudah mengalami peningkatan percobaan
Mengg
yaitu capaian rata-rata sebesar 53,29%
unakan alat dan 34,72 56,94 81,25
(meningkat 13,63%). Tetapi hasil bahan
observasi pada siklus I belum memenuhi Berko
56,94 63,19 81,94
munikasi
target yang sudah ditetapkan, dimana Rata-rata 39,66 53,29 77,69
target yang harus dipenuhi yaitu apabila
persentase rata-rata semua aspek KPS Grafik persentase capaian aspek
70%. Setelah dilakukan refleksi terhadap keterampilan proses sains berdasarkan
hasil dari siklus I dan dilanjutkan ke siklus hasil lembar observasi pada pra tindakan,
II, hasil capaian rata-rata lembar observasi siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada
terhadap keterampilan proses sains Gambar 1.
mengalami peningkatan kembali yaitu
sebesar 77,68% (meningkat 24,39%) dari
hasil observassi siklus I. Hasil pada siklus
II berdasarkan lembar observasi sudah
memenuhi target yang sudah ditetapkan di
awal penelitian.
Rincian peningkatan aspek tiap siklus
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persentase Aspek Keterampilan
Proses Sains Siswa Tiap Siklus Keterangan Aspek Keterampilan Proses Sains:
Berdasarkan Lembar Observasi. 1. Mengamati
2. Mengelompokkan
3. Menafsirkan
85
4. Mengajukan Pertanyaan
5. Berhipotesis
6. Merencanakan Percobaan
7. Menggunakan alat dan bahan
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains
afsirkan
Men 65, 97
gajukan 72,91 76,38
pertanyaan
Berh 63,88
64,93 77,43
ipotesis
Mer 59,49
encanakan 67,36 75,69
Gambar 1. Grafik persentase capaian percobaan
aspek keterampilan proses Men 66,67
ggunakan alat 70,83 76,38
sains berdasarkan hasil lembar
dan bahan
observasi pada pra tindakan,
Berk 67,01
siklus I, dan siklus II. 69,61 77,95
omunikasi
Rata-rata 55,74 69,11 77,18
b. Hasil Angket Keterampilan Proses Tabel 2. Persentase Aspek Keterampilan
Sains Proses Sains Siswa Tiap Siklus
Berdasarkan Lembar Observasi
Angket diisi oleh siswa
berdasarkan sudut pandang siswa untuk Grafik persentase capaian aspek
mengetahui persentase rata-rata capaian keterampilan proses sains berdasarkan
masing-masing variabel masalah pada hasil angket pada pra tindakan, siklus I,
pratindakan. Keterampilan proses sains dan siklus II dapat dilihat pada Gambar 2.
siswa menurut hasil angket pratindakan,
siklus I dan siklus II menunjukkan adanya
peningkatan. Rata-rata persentase angket
keterampilan proses sains siswa pra
tindakan sebesar 55,74%, siklus I
sebesar 69,11% (meningkat 13,37%), dan
siklus II sebesar 77,18% (meningkat
8,07%). Rincian tiap aspek keterampilan
proses sains siswa berdasarkan angket
Keterangan Aspek Keterampilan Proses Sains:
dapat dilihat pada Tabel 2. 1. Mengamati
Persentase 2. Mengelompokkan
3. Menafsirkan
Aspek Pra Siklus Siklus
4. Mengajukan Pertanyaan
tindakan I II
5. Berhipotesis
Men 69,79
69,79 81,25 6. Merencanakan Percobaan
gamati 7. Menggunakan alat dan bahan
Men 58,50 8. Berkomunikasi
68,75 76,04
gelompok kan
Men 60,64 68,75 76,38

86
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

Gambar 2. Grafik persentase capaian


aspek keterampilan proses Gambar 3. Grafik Persentase Hasil Tes
sains berdasarkan angket pada Keterampilan Proses Sains
pra tindakan, siklus I, dan Siswa Siklus I dan Siklus II.
siklus II.
Rata-rata persentase aspek pada
c. Hasil Tes Keterampilan Proses
siklus I dan siklus II mengalami
Sains
peningkatan yaitu sebesar 22,25% dari
Tes keterampilan proses sains
56,1% menjadi 78,35% dengan rincian
siswa digunakan sebagai data pendukung
besarnya tiap aspek dapat dilihat pada
untuk mengetahui peningkatan
Tabel 3.
keterampilan proses sains siswa pada tiap
siklus. Tes ini dilakukan pada akhir siklus
Tabel 3. Persentase Keterampilan Proses
I dan akhir siklus II dan mengalami Sains Siswa Tiap Siklus
peningkatan pada akhir siklus II. Rata-rata Berdasarkan Tes
kelas pada siklus I sebesar 56,1% dan
Persentase
pada siklus II naik menjadi 78,35% Aspek
Siklus I Siklus II
(meningkat 22,25%). Men 65,27 79,62
gamati
Rincian peningkatan hasil tes
Men 69,09 76,38
keterampilan proses sains siklus I, dan gelompokkan
siklus II dapat dilihat pada Gambar 3. Men 66,20 76,73
afsirkan
Men 63,88 74,30
gajukan
pertanyaan
Berh 50 86,11
ipotesis
Mer 45,83 78,47
encanakan
percobaan
Men 39,58 80,56
ggunakan alat
dan bahan
Berk 48,95 74,65
Keterangan Aspek Keterampilan Proses Sains: omunikasi
1. Mengamati Rata-rata 56,1 78,35
2. Mengelompokkan
3. Menafsirkan
Hasil wawancara baik dari siswa
4. Mengajukan Pertanyaan
5. Berhipotesis maupun guru juga menunjukkan bahwa
6. Merencanakan Percobaan
7. Menggunakan alat dan bahan tindakan pembelajaran dengan model
8. Berkomunikasi
87
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

pembelajaran inkuiri terbimbing dapat yang dimiliki. Hipotesis yang dibuat siswa
meningkatkan keterampilan proses sains masih kurang sesuai dengan rumusan
siswa. masalah. Beberapa siswa masih berfokus
Peningkatan capaian setiap aspek pada satu sumber belajar saja dalam
keterampilan proses sains tiap siklus dapat membuat hipotesis dan hipotesis yang
dijelaskan sebagai berikut. dibuat terlalu panjang sehingga susah
Pada pembelajaran siswa diberi dimengerti.
materi tentang sistem koordinasi, pada Siswa merancang percobaan
awalnya. Siswa diberi permasalahan gerak yang ditimbulkan oleh otak dan
berupa gerak apa yang akan dihasilkan tulang belakang apabila mengalami
apabila sistem saraf pusat meliputi otak kerusakan di laboratorium sekolah untuk
dan tulang belakang mengalami gangguan menguji hipotesis yang telah dibuat oleh
atau kerusakan. Wacana mengenai gerak siswa. Kegiatan merancang percobaan
yang ditimbulkan ketika otak dan tulang mempermudah siswa dalam menggunakan
belakang mengalami gangguan dianalisis banyak keterampilan proses sains terutama
dan dirumuskan permasalahannya oleh kegiatan pelaksanaan percobaan. Siswa
siswa dengan mengajukan pertanyaan. merancang pengamatan di laboratorium
Pertanyaan yang dibuat oleh siswa di dengan memilih alat dan bahan yang
antaranya mengenai struktur organ sistem disediakan, menentukan langkah kerja,
saraf pusat, fungsi dari sistem saraf pusat, dan menentukan data yang diambil.
dan gerakan apa yang dapat ditimbulkan, Rancangan percobaan siswa sudah sesuai
serta gangguan yang dapat terjadi pada dengan tujuan percobaan, akan tetapi
sistem saraf pusat. Keterampilan siswa beberapa siswa belum menyusun langkah
dalam mengajukan pertanyaan belum kerja yang sistemastis dan belum
sesuai yang diharapkan. Sebagian besar menentukan data pengamatan.
siswa masih bingung dalam mengajukan Rancangan percobaan yang telah
pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan yang dibuat ditindaklanjuti dengan
dibuat oleh siswa belum sesuai dengan melaksanakan percobaan pengamatan
tujuan percobaan dan belum sesuai dengan gerak yang ditimbulkan oleh otak dan
indikator capaian KPS. tulang belakang. Percobaan tentang gerak
Siswa membuat hipotesis untuk yang ditimbulkan oleh otak dan tulang
memberi jawaban sementara dari rumusan belakang apabila mengalami kerusakan
masalah yang bersumber dari buku-buku melatih siswa untuk mengembangkan

88
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

keterampilan mengamati. Siswa percobaan dan siswa kurang lengkap


dihadapkan langsung pada objek nyata dalam menyampaikan hasil analisis data.
seperti katak yang di rusak bagian otak Siswa membuat kesimpulan
dan tulang belakangnya, kemudian siswa percobaan gerak yang diatur oleh otak dan
mengamati gerakan yang ditimbulkan oleh tulang belakang berdasarkan hasil analisis
katak apakah masih stabil atau tidak. Hasil data dan jawaban pertanyaan. Tahap ini
pengamatan siswa belum sesuai yang melatih siswa dalam menafsirkan data dan
diharapkan karena beberapa siswa kurang berkomunikasi karena siswa diajak untuk
teliti ketika mengamati dan belum menyimpulkan percobaan dengan
mengamati objek pengamatan secara menafsirkan hasil analisis data dan
menyeluruh pada kuadran yang dibuat. jawaban pertanyaan LKS pengembangan
Hasil pengamatan siswa dikelompokkan kesimpulan, kemudian menyampaikannya
berdasarkan perlakukan yang dilakukan melalui presentasi dan laporan. Secara
kepada katak. Sebagian besar siswa sudah keseluruhan persentase rata-rata capaian
bisa dalam mengelompokkan data aspek KPS pada siklus I sudah meningkat
pengamatan tetapi masih belum langkah dibandingkan pratindakan karena pada
sehingga dianggap kurang. Secara umum siklus I siswa dilatih untuk menggunakan
keterampilan menggunakan alat/bahan KPS dalam proses pembelajaran melalui
sudah sesuai harapan, akan tetapi masih kegiatan inkuiri untuk memecahkan
terlihat beberapa siswa kesulitan dalam masalah yang diberikan guru.
menggunakan alat/bahan dalam tahap Persentase rata-rata capaian aspek
merusak otak dan tulang belakang katak. KPS pada siklus I belum mencapai target
Hasil percobaan yang dilakukan yang ditentukan karena proses
di laboratorium kemudian dianalisis oleh pembelajaran belum berjalan lancar. Siswa
siswa. Siswa menafsirkan gerak yang masih bingung dalam menggunakan KPS
ditimbulkan oleh otak dan tulang belakang terutama ketika mengajukan pertanyaan,
apabila dalam keadaan normal dan dalam berhipotesis, merancang percobaan, dan
keadaan mengalami gangguan berdasarkan menganalisis data. Hal tersebut
data pengamatan. Keterampilan disebabkan siswa belum terbiasa
menafsirkan dan berkomunikasi masih menggunakan KPS dalam kegiatan
kurang karena beberapa siswa bingung pembelajaran dan bimbingan guru dalam
ketika menganalisis data sehingga hasil proses pembelajaran belum sesuai
analisis data tidak sesuai dengan tujuan harapan.

89
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

Semua aspek KPS meningkat terpisah, dan menggunakan alat/bahan


sesuai target pada siklus II dibuktikan dengan lancar seperti menggunakan
dengan siswa sudah lancar dalam ceratoscope placida, menggunakan pipet
merumuskan masalah yang diberikan guru tetes, stopwatch, pengaduk, dan lain-lain.
berupa kasus gangguan sistem indera. Hasil analisis data juga sudah sesuai
Wacana mengenai respon yang dihasilkan dengan tujuan percobaan dan disampaikan
ketika sistem indera diberi perlakukan dengan jelas pada presentasi dan laporan.
berupa pemberian rangsangan sesuai Kesimpulan yang dibuat siswa sudah
dengan alat indera dan dianalisis siswa sesuai dengan analisis data dan
untuk membuat rumusan masalah. disampaikan siswa dengan jelas. Target
Rumusan masalah yang dibuat siswa persentase rata-rata capaian aspek KPS
sudah sesuai dengan dengan tujuan siswa tercapai pada siklus II karena pada
percobaan. Siswa juga tidak kesulitan siklus II siswa sudah terbiasa
dalam berhipotesis mengenai respon yang menggunakan KPS dalam kegiatan
dihasilkan oleh alat indera ketika diberi pembelajaran dan bimbingan guru yang
rangsangan. Siswa menggunakan berbagai lebih mengerti siswa melalui pertanyaan
sumber belajar sehingga hipotesis yang pembimbing.
dibuat lebih sistematis. Kegiatan pembelajaran
Tahap merancang percobaan juga menggunakan model inkuiri terbimbing
sudah berjalan lancar dibuktikan dari terdiri atas enam langkah yang dimulai
siswa terampil dalam merencanakan dari menyajikan masalah, membuat
percobaan mengenai respon yang hipotesis, merancang percobaan,
ditimbulkan oleh alat indera ketika diberi melakukan percobaan, menganalisis data,
rangsangan. Siswa sudah memilih dan membuat kesimpulan (Trianto, 2007:
alat/bahan dengan tepat, menyusun 141-142).
langkah kerja dengan sistematis, dan Pada tahap menyajikan masalah
menentukan data yang diambil. keterampilan yang dapat diperoleh oleh
Rancangan percobaan yang telah dibuat siswa berupa keterampilan dalam
juga dilaksanakan dengan baik. Siswa mengajukan pertanyaan. Pada tahap
mengamati respon dari alat indera ketika membuat hipotesis, siswa diperkenalkan
diberi rangsangan berupa cahaya, bunyi, tentang keterampilan mengajukan
rasa, dan bau. Siswa juga hipotesis atau dugaan sementara terhadap
mengelompokkan hasil pengamatan secara hasil penelitian/menjawab pertanyaan

90
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

yang sudah diajukan pada tahap cocok diterapkan dalam pembelajaran


menyajikan masalah. Pada tahap biologi untuk meningkatkan keterampilan
merencanakan percobaan, di sini siswa proses, karena sintaks dan tahap-tahap
dilatih untuk merancang sebuah percobaan pembelajaran inkuiri terbimbing dibangun
sesuai tujuan percobaan dan peralatan melalui metode ilmiah sehingga dapat
yang tersedia, tidak lupa juga untuk melatih keterampilan proses sains pada
mencari jawaban atas permasalahan atau siswa. Pembelajaran inkuiri terbimbing
membuktikan hipotesis yang telah dibuat. memungkinkan adanya interaksi yang
Selanjutnya yaitu tahap melakukan aktif antara sesama siswa.
percobaan, siswa mendapat berbagai Smith, et al. (2007) menyatakan
macam keterampilan proses pada tahap ini bahwa inkuiri terbimbing memperlihatkan
di antaranya yaitu keterampilan kegiatan pembelajaran yang membuat
mengamati, mengelompokkan, dan siswa aktif meliputi mengamati,
menggunakan alat/bahan. Setelah mengajukan pertanyaan, mengumpulkan
melakukan percobaan, data yang diperoleh informasi lain yang diperlukan,
harus dianalisis oleh siswa pada tahap merencanakan penelitian, menggunakan
menganalisis data. Pada tahap perlengkapan untuk mengumpulkan data,
menganalisis data siswa mendapat menganalisis dan mengiterprestasikan
keterampilan untuk menganalisis hasil data, memberikan jawaban, dan
percobaan di lapangan, untuk mencari mengkomunikasikan hasilnya. Dari
jawaban yang sesuai dengan hipotesis dan kegiatan tersebut kemampuan siswa dalam
tujuan percobaan. Tahap terakhir yaitu melakukan keterampilan sains akan
menyimpulkan, siswa menyampaikan data semakin berkembang.
hasil percobaan yang sudah dianalisis Dari hasil penelitian di atas
kepada teman-teman sekelas untuk saling didukung oleh hasil penelitian yang telah
ditanggapi dan untuk disimpulkan dilakukan Ambarsari, dkk. (2012)
bersama. Pada tahap terakhir ini siswa menunjukkan pengaruh penerapan inkuiri
mendapat keterampilan proses berupa terbimbing terhadap keterampilan proses
komunikasi yang baik sesama teman sains pada pelajaran Biologi SMP. Inkuiri
dalam menyampaikan hasil percobaan. terbimbing berpengaruh secara signifikan
Menurut Wulanningsih, dkk. terhadap keterampilan proses sains dasar,
(2012) menyatakan bahwa model terdapat perbedaan aktivitas antara
pembelajaran inkuiri terbimbing sangat sebelum dan sesudah diberi perlakuan

91
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

yaitu penerapan inkuiri terbimbing IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun


terhadap pembelajaran. Begitu juga hasil pelajaran 2013/2014.
penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk
(2013) menunjukkan pengaruh inkuiri D. DAFTAR PUSTAKA
terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil Ambarsari, Wiwin., Santosa, dan Maridi.
belajar IPA dibandingkan dengan 2012. Penerapan Pembelajaran
pembelajaran secara konvensional. Hasil Inkuiri Terbimbing Terhadap
penelitan mereka membuktikan bahwa Keterampilan Proses Sains Dasar
pembelajaran yang menggunakan inkuiri pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas
terbimbing dan pembelajaran VIII SMP Negeri 7 Surakarta.
konvensional menunjukkan bahwa skor Jurnal Pendidikan Biologi. FKIP
rata-rata sikap ilmiah dan hasil belajar IPA UNS.
yang mengikuti model inkuiri terbimbing Amri, S. & Ahmadi, L.K. 2010. Kontruksi
lebih tinggi dari pada sikap ilmiah dan Pengembangan Pembelajaran.
Surabaya: Prestasi Pustaka
hasil belajar IPA yang mengikuti
Publisher.
pembelajaran konvensional.
Lancour, Karen L.. Process Skills For Life
Berdasarkan analisis seluruh hasil
Science. (Tersedia:
penelitian yang diperoleh melalui www.JCE.DivCHED.org) diakses
beberapa metode yaitu observasi, angket, 10 Maret 2014
wawancara, dan tes menunjukkan bahwa Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru
penggunaan model pembelajaran inkuiri Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
terbimbing dapat meningkatkan
keterampilan proses sains siswa kelas XI Rokhmatika, Siti., Harlita, dan Prayitno,
B.A., (2012). Pengaruh Model
IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta tahun
Inkuiri Terbimbing dipadu
pelajaran 2013/2014. Kooperatif Jigsaw Terhadap
Keterampilan Proses Sains
Ditinjau dari Kemampuan
C. KESIMPULAN
Akademik. Jurnal Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Biologi, Vol. 4, No. 2, 72-83.
dapat disimpulkan bahwa penerapan
Rustaman, Y. Nuryani. 2005. Strategi
model pembelajaran inkuiri terbimbing Belajar Mengajar Biologi.
(guided inquiry) dapat meningkatkan Malang: UN PRESS.
keterampilan proses sains siswa kelas XI Sagala 2006. Metode Eksperimen. (online)
http://sdn2katro.blogspot.com/

92
Idhun Prasetyo Riyadi Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided
Inquiry) terhadap Keterampilan Proses Sains

2012/02 metode eksperimen Journal of Turkish Science


pembelajaran-unut-dan.html). Education. Volume 6, Issue 2.

diakses tanggal 23 Februari 2014. Zuriyani, Elsi. 2010. Strategi


Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Inkuiri pada Mata
Pembelajaran. Bandung: Prenada Pelajaran IPA. Jurnal of
Media Group. Widiyaiswara BDK Palembang.
Hal 11.
Smith, T.M., Desimone, L.M., Zeidner,
T.L., Dunn, A.C., Bhatt, M., &
Rumyantseva, N.L. 2007. Inquiry-
Oriented Instruction in Science:
Who Teach That Way?. Proquest
Education Journal. 29 (3): 169-
199.

Trianto. 2007. Model-model


Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta : Prestasi Pustaka

Waryanto. 2011. Peningkatan


Keterampilan Proses Sains dan
Partisipasi Siswa pada
Pembelajaran Biologi melalui
Penerapan Inkuiri Terbimbing di
Kelas X.1 SMA Negeri 1
Sukoharjo. Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret

Wulanningsih, Sri., Prayitno, B.A., dan


Probosari, R.M. (2012). Pengaruh
Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap
Keterampilan Proses Sains
Ditinjau dari Kemampuan
Akademik Siswa SMA Negeri 5
Surakarta. Jurnal Pendidikan
Biologi, Volume 4, Nomer 2, 33-43

Zehra dan Nermin, 2009. The Effect of


Guided Inquiry method on
Preservice Teachers Science
Teaching Self-Efficacy Beliefs.

93

You might also like