Professional Documents
Culture Documents
P. Knowlesi PDF
P. Knowlesi PDF
Sahat Ompusunggu1*, Rita Marleta Dewi2, Rita Yuliawaty3, Boy Adventus Sihite4,
Rianty Ekowatiningsih2, Hadjar Siswantoro1, Siswanto1, Basundari Sri Utami1
Abstract
Until 2012, four Plasmodium knowlesi malaria cases had been found in South Kalimantan.
Objectives of this study were to determine the proporsion of P. knowlesi among microscopically
positive malaria cases, clinical symptoms and morphology of P. knowlesi. This study is conducted
in Central Kalimantan and South Kalimantan in 2013-2014. Samples were microscopically positive
malaria cases obtained by surveys and passive case findings. Fingers blood absorbed on filter papers
or scraping of thick blood films were examined by polymerase chain reaction. Patients were also
examined clinically and interviewed to investigate the history of infections. The results showed that
among the 287 samples examined, three samples (1.05%) positive P. knowlesi. All of the three cases
were infected locally, which consist of two in Central Kalimantan and one in South Kalimantan.
The cases in Central Kalimantan were the first finding of Plasmodium knowlesi malaria cases
in the province. Clinical symptoms in two cases were mild but in another case was rather severe.
Morphology of P. knowlesi has a special characteristic although it resembles P. falciparum, P. vivax
and P. malariae. Further research is needed in order to find other spreading area of P. knowlesi
malaria in Indonesia.
Abstrak
Sampai tahun 2012, empat kasus malaria Plamodium knowlesi pada manusia yang penularannya di
sekitar hutan telah ditemukan di Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
besarnya proporsi P. knowlesi di antara kasus malaria positif mikroskopis, gejala klinis dan morfologi
P. knowlesi. Penelitian ini dilakukan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan pada tahun 2013-
2014. Sampel adalah kasus malaria positif mikroskopis yang diperoleh melalui survei dan penemuan
kasus secara pasif. Serapan darah pada kertas saring atau kerokan sediaan apus darah tebal diperiksa
dengan polymerase chain reaction (PCR). Penderita juga diperiksa secara klinis dan diwawancarai
untuk mengetahui sejarah infeksi. Hasil menunjukkan bahwa di antara 287 sampel yang diperiksa,
tiga sampel (1,05 %) positif P. knowlesi. Ketiga kasus tersebut terinfeksi secara lokal, yang terdiri
dari dua di Kalimantan Tengah dan satu di Kalimantan Selatan. Kasus di Kalimantan Tengah ini
63
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 2, Juni 2015 : 63-76
merupakan penemuan pertama kasus malaria P. knowlesi di provinsi itu. Gejala klinis pada dua
kasus adalah ringan sedangkan pada kasus lainnya agak berat. Morfologi P. knowlesi mempunyai
ciri khusus meskipun mirip dengan P. falciparum, P. vivax dan P. malariae. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk menemukan wilayah sebaran lain malaria P. knowlesi di Indonesia
Kata kunci : Plasmodium knowlesi, manusia, gejala klinis, morfologi, Kalimantan Tengah.
64
Penemuan baru Plasmodium Knowlesi pada Manusia ... (Sahat Ompusunggu1*, Rita Marleta Dewi2, et al.)
Kalimantan Selatan dipilih karena sudah pernah sediaan apus darah tebal dan tipis dalam satu kaca
dilaporkan adanya penemuan kasus malaria P. benda. Sediaan apus darah tipis difiksasi dengan
knowlesi pada manusia, dan Kalimantan Tengah metanol absolut sebelum diwarnai. Kedua jenis
dipilih karena provinsi itu berbatasan langsung sediaan diwarnai dengan 5 % Giemsa selama
dengan Kalimantan Selatan dan mempunyai 45-60 menit dan diperiksa di bawah mikroskop
ekosisten yang relatif sama. Pemilihan kabupaten untuk menemukan parasit malaria. Sediaan apus
didasarkan atas lokasi penemuan kasus malaria P. darah hasil MBS/MFS diperiksa di laboratorium
knowlesi sebelumnya (khusus untuk Kalimanan lapangan sedangkan sediaan apus darah hasil PCD
Selatan), endemisitas malaria dalam beberapa diperiksa ulang di laboratorium Pusat Biomedis
tahun terakhir, keberadaan kawasan hutan dan dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Penelitian
pertambangan. Di Kalimantan Tengah dipilih dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kabupaten Kotawaringin Barat, Gunung Mas dan Kesehatan RI, Jakarta. Terhadap sediaan apus
Barito Utara, dan di Kalimantan Selatan dipilih darah yang positif malaria, dilakukan deskripsi
Kabupaten Tanah Laut, Banjar, dan Tanah Bumbu. morfologi Plasmodium-nya dan dipotret sebagai
Di tiap kabupaten dipilih beberapa wilayah bahan dokumentasi.
Puskesmas dengan kriteria yang sama. Penelitian Cara pemeriksaan PCR: spesimen untuk
dilakukan selama dua tahun (2013 dan 2014) PCR adalah serapan darah pada kertas saring
Sampel adalah kasus malaria positif Whatmann dengan volume darah yang terserap
mikroskopis yang diperoleh dengan dua cara: sekitar 150 l, yang diperoleh bersamaan
(1) dengan survei (Mass Blood Survey / MBS dengan pengambilan darah untuk pemeriksaaan
atau Mass Fever Survey / MFS) dan (2) secara mikroskopis. Tiap kertas saring yang mengandung
pasif (Passive Case Detection / PCD). MBS/MFS darah dimasukkan ke dalam plastik kecil yang
dilakukan di desa-desa yang seluruhnya terletak di sebelumnya sudah berisi satu atau dua butir silica
sekitar hutan, baik hutan sekunder maupun hutan gel. Semua serapan darah dibawa ke Jakarta untuk
primer dan merupakan desa-desa yang tinggi diperiksa dengan PCR di laboratorium. Pada kasus
endemisitas malarianya dalam beberapa bulan malaria hasil MBS/MFS, serapan darah dapat
terakhir. Sasaran survei adalah kelompok penduduk diperoleh dari semua kasus, tetapi pada kasus hasil
yang sering terpapar dengan hutan yang meliputi: PCD, serapan darah tidak dapat diperoleh dari
penebang kayu, penambang tradisional batubara semua kasus sehingga spesimen diganti dengan
dan penambang legal, karyawan perkebunan dan kerokan sediaan apus darah tebal yang sudah
penduduk yang tinggal dan bertani di sekitar hutan. selesai diperiksa morfologi parasit malarianya dan
Sasaran survei ini adalah semua umur, baik yang didokumentasikan.
menunjukkan gejala klinis malaria maupun yang Pemeriksaan PCR dilakukan di
tidak. laboratorium Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar
PCD dilakukan di Puskesmas yang Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan
terletak di sekitar hutan dan rumah sakit sentinel Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
kabupaten. Penemuan kasus malaria di Puskesmas Prosedur pemeriksaan dilakukan dengan cara
dan rumah sakit sentinel kabupaten dilakukan oleh yang sama dengan yang pernah dilakukan
tenaga kesehatan setempat termasuk pemeriksaan untuk penemuan dua kasus malaria P. knowlesi
klinis dan pemeriksaan darah secara mikroskopis. sebelumnya di Provinsi Kalimantan Selatan,24
Agar cara pemeriksaan mikroskopis pada MBS/ di mana prosedur tersebut telah dikonsultasikan
MFS dan PCD seragam, lebih dulu dilakukan dengan penemunya5 dan menjadi acuan dalam
standarisasi cara pemeriksaan mikroskopis di pemeriksaan PCR terhadap P. knowlesi. Visualisasi
semua Puskesmas dan rumah sakit yang terlibat spesimen yang positif P. knowlesi ditunjukkan
dalam penelitian ini. dengan terbentuknya pita DNA sejajar kontrol
Cara pemeriksaan mikroskopis: pembuatan positif P. knowlesi dengan ukuran 295 bp. Spesimen
sediaan apus darah dilakukan secara standar seperti yang positif spesies lainnya ditunjukkan dengan
yang biasa dilakukan pada pemeriksaan malaria terbentuknya pita DNA sejajar kontrol positif yang
secara mikroskopis. Darah diambil dari ujung untuk P. falciparum dengan ukuran 205 bp, untuk
jari manis (untuk anak-anak dan dewasa) atau P. vivax ukuran 121 bp, untuk P. malariae 145 bp
jempol kaki atau tumit kaki (untuk bayi), dibuat dan untuk P. ovale 419 bp.
65
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 2, Juni 2015 : 63-76
Pemeriksaan fisik, klinis dan wawancara: pita DNA sejajar dengan garis kontrol positif P.
untuk mengetahui gejala klinis dilakukan knowlesi dengan ukuran 295 bp. Kedua kasus yang
dengan pemeriksaan fisik dan klinis sedangkan positif P. knowlesi tersebut ditemukan pada tahun
untuk mengetahui sejarah penularan dilakukan 2013.
dengan wawancara menggunakan kuesioner Kasus ketiga malaria positif P. knowlesi
terstruktur dengan kombinasi jawaban tertutup ditemukan pada tahun 2014 yang pemeriksaannya
dan terbuka. Pada MBS/MFS, pemeriksaan fisik dilakukan bersama-sama dengan spesimen kera.
dan wawancara dilakukan di lapangan oleh tenaga Visualisasi kasus ketiga ini diperlihatkan pada
kesehatan, sedangkan pada PCD dilakukan oleh Gambar 2. Terlihat bahwa sampel manusia
tenaga kesehatan Puskesmas atau rumah sakit. dengan kode KT 110 (dilingkari, di deret pertama)
Bila diperlukan, dilakukan pengambilan darah positif P. knowlesi yang ditunjukkan dengan
yang kedua kali dengan meminta persetujuan dari terbentuknya pita DNA yang sejajar dengan pita
penderita. kontrol P. knowlesi. Pada gambar yang sama juga
Analisis data : semua data dianalisis secara diperlihatkan tiga ekor kera (berkode KS 007 di
deskriptif. Terhadap semua kasus malaria positif deret pertama dan KS 026 serta KS 028 di deret
P. knowlesi dengan pemeriksaan PCR dilakukan kedua) positif P. knowlesi (hasil penelitian P.
analisis hasil gejala klinis, sejarah penularan dan knowlesi pada kera dilaporkan tersendiri).
morfologi P. knowlesi. Dalam penelitian ini kasus malaria yang
positif secara mikroskopis yang diperiksa dengan
HASIL PCR seluruhnya berjumlah 287 kasus dan hasil
pemeriksaan PCR diperlihatkan pada Gambar 3.
Visualisasi hasil pemeriksaan PCR: Proporsi spesies Plasmodium dari yang tertinggi ke
dalam pemeriksaan PCR, mula-mula dilakukan yang terendah adalah P. vivax (139 kasus atau 48,4
pemeriksaan untuk menentukan genus %), disusul oleh P. falciparum (133 kasus atau
Plasmodium. Yang positif genus Plasmodium 46,3 %, terdiri dari infeksi tunggal dan campuran),
kemudian dilanjutkan pemeriksaannya untuk dan yang paling rendah adalah campuran P. vivax
menentukan spesiesnya apakah P. knowlesi dan P. malariae (1 atau 0,3 %). Adapun proporsi P.
atau tidak. Terlihat pada Gambar 1 bahwa dua knowlesi adalah 1,05 % (3 kasus) di mana ketiga
kasus (berkode KTK 006 dan KTK 008) positif kasus tersebut berasal dari Kalimantan Selatan satu
P. knowlesi yang ditunjukkan dengan adanya kasus (berkode KTK 006) dan dari Kalimantan
Tengah dua kasus (berkode KTK 008 dan KT 110).
295 bp
66
Penemuan baru Plasmodium Knowlesi pada Manusia ... (Sahat Ompusunggu1*, Rita Marleta Dewi2, et al.)
67
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 2, Juni 2015 : 63-76
Kasus ketiga (berkode KT 110): gejala gambaran morfologi P. knowlesi pada ketiga
klinis kasus ketiga ini sedikit lebih berat dan kasus adalah seperti yang dikemukakan berikut
penderitanya dirawat di rumah sakit. Penderita ini ini, yang diurut secara kronologis. Sebelum
adalah penduduk asli, laki-laki, umur 50 tahun, pemeriksaan dengan PCR, kasus pertama
pekerjaan swasta, beralamat di Desa Lemo II, didiagnosis sebagai P. vivax dengan pemeriksaan
wilayah Puskesmas Muara Teweh, Kabupaten mikroskopis. Morfologi P. knowlesi pada sediaan
Barito Utara, Kalimantan Tengah (Gambar 4). apus darah tebal kasus pertama ini diperlihatkan
Penderita ini masuk RSUD Muara Teweh pada pada Gambar 5. Kebanyakan stadium P. knowlesi
tanggal 29 September 2014. Riwayat penyakit: yang ditemukan (pada Gambar 5.A - 5.E ditunjuk
dalam tiga hari terakhir mengalami demam turun oleh tanda panah ) adalah stadium trofozoit
naik, badan lemah, nyeri ulu hati, nyeri pinggang muda (bentuk cincin) dengan ukuran parasit relatif
kiri dan kanan. Hasil pemeriksaan fisik: tekanan sama, inti yang besar dan sitoplasma yang padat.
darah 150/70, suhu badan 38,3 oC, frekuensi Juga ditemukan trofozoit dewasa (pada Gambar
nadi 96 kali/menit dan pernafasan 24 kali/menit; 5.B - 5.D ditunjuk oleh tanda panah ) dengan
kesadaran: sadar penuh; toraks: suara ronchi inti juga besar dan sitoplasma amuboid (melebar
dan wheezing; abdomen: ulu hati nyeri tekan tidak beraturan) yang pada trofozoit tertentu,
dan abdomen sedikit distensi. Terapi sementara: sitoplasmanya kelihatan masih padat, tetapi pada
intra vein food and drops, septriakson, ranitidin, trofozoit lainnya, sebagian sitoplasma menjulur ke
ketorolak dan parasetamol. Hasil pemeriksaan arah yang tidak beraturan dengan kepadatan yang
klinik: SGOT: 49/UL (rujukan laki-laki: < 38), tidak sama dan pigmen yang kecoklatan hingga
SGPT: 72/UL (rujukan laki-laki: < 41); kadar kemerahan. Selain itu ditemukan skizon (pada
hemoglobin 11,6 gr% (rujukan laki-laki: 13- Gambar 5.E ditunjuk oleh tanda panah )
16), lekosit 8.400/mm3 (rujukan: 4500-11.000) dengan inti merozoit berjumlah dua yang pada
dan trombosit 120.000/mm3 (rujukan: 150.000- salah satu skizon sudah tampak pigmen kehitaman.
450.000); pada sediaan apus darah tebal ditemukan Semua gambaran morfologi P. knowlesi yang
bentuk cincin dan trofozoit parasit malaria diperlihatkan pada sediaan apus darah tebal kasus
(Plasmodium) dengan kepadatan +4 dengan ciri pertama ini menyerupai morfologi P. vivax.
sitoplasma berukuran besar dan ukuran eritrosit Pada sediaan apus darah tipis kasus
terinfeksi normal. Diagnosis di RS adalah suspek pertama ini (Gambar 6), terlihat bahwa eritrosit
malaria knowlesi dengan indeks parasit 4,3 yang terinfeksi parasit semuanya tidak membesar.
%. Hasil wawancara: sebelum ke rumah sakit, Pada Gambar 6.A (yang ditunjuk oleh tanda
penderita mengalami demam mengigil dan pegal panah ), terlihat satu stadium trofozoit muda
linu dan mencari pengobatan ke Puskesmas (bentuk cincin) dengan inti kompak di pinggir
Muara Teweh. Di Puskesmas diberi fansidar sitoplasma, yang berpenampilan menyerupai
dan klorokuin. Penderita tidak pernah bepergian morfologi P. falciparum. Seiring dengan makin
ke daerah lain dan hanya ke hutan sehubungan berkembangnya parasit, sifat amuboid trofozoit
dengan pekerjaannya sebagai mandor. Dua makin kelihatan, yang diperlihatkan oleh stadium
sediaan apus darah tebal penderita diperiksa ulang trofozoit dewasa dengan sitoplasma yang melebar
oleh tenaga mikroskopis anggota tim penelitian dengan bentuk tidak beraturan, baik tipis maupun
dan didiagnosis sebagai P. knowlesi. Morfologi agak tebal dengan ketebalan sitoplasma yang tidak
parasit dipotret sebelum diperiksa dengan PCR. sama, yang disertai dengan terbentuknya bintik-
Kerokan kedua sediaan apus darah tebal diperiksa bintik mirip bintik Schuffner (pada Gambar 6.A
dengan PCR pada tanggal 10 November 2014 6.D ditunjuk oleh tanda panah ). Dengan
hingga selesai dan hasilnya positif P. knowlesi. mengabaikan penampilan eritrosit yang terinfeksi
Kasus ketiga ini pun digolongkan sebagai kasus tidak membesar, morfologi seperti itu menyerupai
indigenous. morfologi P. vivax. Juga ditemukan trofozoit
Morfologi Plasmodium knowlesi: dewasa yang sitoplasmanya besar dan tebal (pada
68
Penemuan baru Plasmodium Knowlesi pada Manusia ... (Sahat Ompusunggu1*, Rita Marleta Dewi2, et al.)
A B C D E F G
69
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 2, Juni 2015 : 63-76
amuboidnya dengan sitoplasma yang melebar adalah stadium trofozoit muda (bentuk cincin)
tetapi tipis. Pada trofozoit dewasa (pada Gambar dengan jumlah yang banyak dalam satu lapangan
8.A, dan Gambar 8.C 8.E, ditunjuk oleh tanda pandang (menyerupai bintang di langit pada
panah ), sifat amuboidnya lebih menonjol P. falciparum), ukuran parasit hampir seragam
dengan sitoplasma yang makin melebar tidak dengan inti dan sitoplasma yang bulat dan
beraturan dengan ketebalan sitoplasma yang tidak kompak, yang semuanya menunjukkan morfologi
sama, tetapi inti hampir selalu berada di pinggir yang menyerupai morfologi P. falciparum; tetapi
sitoplasma serta pigmen yang semakin tebal, beberapa penampilan yang sedikit berbeda masih
yang berarti menyerupai morfologi P. vivax. Pada kelihatan, misalnya: ukuran inti yang sangat kecil
Gambar 8.F (ditunjuk oleh tanda panah ), (ditunjuk oleh tanda panah ), atau inti yang
terlihat trofozoit dewasa dengan sitoplasma yang melebar atau tidak bulat (ditunjuk oleh tanda
biru tetapi kurang tebal, dan memanjang seperti panah ). Beberapa stadium trofozoit dewasa
pita yang mencapai kedua tepi eritrosit; inti juga (pada Gambar 9.B 9.E ditunjuk oleh tanda panah
mulai melebar sehingga menjadi kurang kompak ) juga ditemukan trofozoit yang sitoplasmanya
dan pigmennya kecoklatan. Morfologi trofozoit amuboid dengan ketebalan yang tidak sama serta
seperti itu, dimana sitoplasmanya memanjang pigmen yang kekuningan, kecoklatan hingga
seperti pita dan ukuran eritrosit yang terinfeksi kemerahan yang tersebar juga tidak merata, yang
tetap normal, merupakan karakteristik P. malariae. berarti menyerupai morfologi P. vivax. Skizon
(pada Gambar 9.B 9.D ditunjuk oleh tanda panah
) dengan jumlah inti merozoit yang beragam
(tiga hingga 10 inti) memperlihatkan sitoplasma
yang sebagian belum memisah dan pigmen
tebal kemerahan atau kekuningan yang hampir
menutupi inti merozoit, tetapi pada skizon yang
berinti sepuluh, sitoplasma merozoitnya sudah
memisah, yang tersusun teratur hampir setengah
B E
lingkaran serta pigmen kekuningan di ruang yang
terpisah dengan inti-inti merozoitnya (Gambar
9.F), yang semuanya juga memperlihatkan
morfologi yang menyerupai morfologi P. vivax.
A C D F Adapun stadium gametosit tidak ditemukan pada
. penderita tersebut.
Gambar 8. Morfologi P. knowlesi pada sediaan apus Selanjutnya penampilan morfologi
darah tipis dengan pewarnaan Giemsa Plasmodium knowlesi pada sediaan apus darah
pada kasus kedua (1.000 x) tipis kasus ketiga ini (Gambar 10) memperlihatkan
bahwa ukuran eritrosit yang terinfeksi tidak
Keterangan: stadium yang ditunjuk tanda panah:
membesar atau ukurannya relatif tetap normal.
trofozoit muda (bentuk cincin); trofozoit dewasa
dengan sitoplasma amuboid; trofozoit dewasa Stadium yang diperlihatkan pada gambar-gambar
dengan sitoplasma seperti pita. tersebut relatif seragam, yaitu stadium trofozoit
dewasa. Sifat amuboid sitoplasma pada trofozoit
masih tetap terlihat, yang melebar dengan
Kasus ketiga: sebelum pemeriksaan
kepadatan yang tidak sama dan pigmen yang
dengan PCR, secara mikroskopis penderita
padat kemerahan hingga kehitaman. Beberapa
ini didiagnosis sebagai dicurigai P. knowlesi.
inti parasit terlihat memanjang dan melengkung
Gambaran morfologi P. knowlesi pada sediaan
menyerupai sifat amuboid sitoplasma. Pada
apus darah tebal diperlihatkan pada Gambar 9.
Gambar 10.A terlihat adanya stadium cincin yang
Pada Gambar 9.A (ditunjuk oleh tanda panah )
meskipun intinya masih kecil, tetapi sifat amuboid
terlihat bahwa semua stadium yang ditemukan
sitoplasmanya sudah kelihatan jelas.
70
Penemuan baru Plasmodium Knowlesi pada Manusia ... (Sahat Ompusunggu1*, Rita Marleta Dewi2, et al.)
71
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 2, Juni 2015 : 63-76
selama ini. Hingga saat ini vektor P. knowlesi di tekanan darah di bawah normal (< 70 mm Hg) dan
Indonesia belum diketahui tetapi di Kalimantan kollaps,32 bahkan kematian, bisa terjadi, seperti
An. balabacensis sudah diketahui sebagai vektor yang dilaporkan dari Malaysia.2-3,31,33 Dalam suatu
malaria bukan P. knowlesi di daerah pegunungan publikasi kajian dikemukakan bahwa kurang lebih
dan tepi hutan.27 Sebenarnya jenis nyamuk ini 19 kasus kematian akibat infeksi P. knowlesi telah
termasuk nyamuk yang suseptibel terhadap P. dilaporkan dari berbagai negara.31 Kasus impor
knowlesi di negara lain Asia Tenggara,28 tetapi di yang ditemukan di Australia tetapi terinfeksi di
Kalimantan An. balabacensis kemungkinan tidak Kalimantan Selatan, juga termasuk kasus berat dan
cocok sebagai vektor P. malariae karena kasus dirawat di rumah sakit.22 Dibandingkan dengan
malaria P. malariae sangat jarang di wilayah itu empat spesies parasit malaria yang dikenal selama
dan didominasi oleh P. falciparum dan P. vivax. ini yang siklus eritrositiknya sekitar 48 jam, pada
Lamanya masa inkubasi ekstrinsik P. knowlesi P. knowlesi siklus eritrositik terjadi dalam 24 jam
pada vektor sekitar 10 hari,29 yang berarti atau paling pendek28 sehingga kerusakan eritrosit
membutuhkan vektor yang berumur panjang atau berlangsung lebih cepat dan hal itu bisa sebagai
sama dengan vektor P. malariae. Dari penjelasan pendorong terjadinya kematian.
itu dapat diperkirakan bahwa An. balabacensis Morfologi P. knowlesi yang ditunjukkan
di Kalimantan Indonesia kurang cocok sebagai ketiga kasus dalam penelitian ini tidak berbeda
vektor P. knowlesi. Untuk membuktikan hal itu jauh dengan yang dilaporkan di negara lain.
diperlukan penelitian tersendiri. Dalam penelitian ini penampilan trofozoit P.
Dua kasus malaria P. knowlesi (kasus knowlesi pada sediaan apus darah tebal mirip
pertama dan kasus kedua) yang ditemukan dengan P. vivax, sedangkan pada sediaan apus
pada tahun 2013 dalam penelitian ini tidak darah tipis penampilan morfologi stadium
menunjukkan gejala yang berat, hanya berupa trofozoit muda (bentuk cincin) mirip dengan P.
demam dan disertai dengan kondisi badan yang falciparum dan penampilan stadium trofozoit
ngilu-ngilu (myalgia). Kedua kasus mencari dewasa mirip dengan P. malariae. Beberapa
pengobatan ke Puskesmas yang berbeda dalam penelitian telah melaporkan kemiripan morfologi
selang waktu hampir satu bulan. Pemeriksaan P. knowlesi dengan P. falciparum, terutama dalam
darah rutin hanya dilakukan pada kasus pertama hal morfologi bentuk cincin.16,22,34 Morfologi
dengan hasilnya adalah bahwa kasus tersebut keempat spesies Plasmodium yang sudah dikenal
disertai gejala trombositopenia, leukositosis dan selama ini (P. falciparum, P. vivax, P. malariae
kadar hemoglobin normal. Gejala yang agak berat dan P. ovale) memang pada awalnya (bentuk
adalah gejala yang ditunjukkan oleh kasus ketiga cincin) banyak kemiripan satu dengan lainnya dan
yang ditemukan pada tahun 2014 dan terpaksa biasanya perbedaan karakteristik morfologi tiap
dirawat di rumah sakit. Pada kasus ketiga ini spesies akan kelihatan setelah terbentuk stadium
disamping gejala umum yang hampir sama dengan trofozoit, lalu lebih jelas lagi bila dikombinasikan
dua kasus pertama, juga disertai dengan tekanan dengan morfologi skizon dan gametosit. Ternyata
darah di atas normal, gangguan pernafasan, ulu kemiripan stadium awal (stadium cincin) ini
hati nyeri tekan dan abdomen sedikit distensi. juga terjadi pada morfologi P. knowlesi dalam
Beberapa gejala klinis yang ditunjukkan dalam penelitian ini sehingga mirip dengan ketiga spesies
penelitian ini tidak berbeda jauh dengan yang Plasmodium yang sudah disebutkan sebelumnya.
dikemukakan oleh peneliti lain, dimana demam, Kemiripan morfologi trofozoit P. knowlesi dengan
ngilu-ngilu dan trombositopenia merupakan gejala P. vivax juga telah dilaporkan peneliti lain yang
umum pada malaria, termasuk yang disebabkan didasarkan atas karakteristik tertentu, tetapi
oleh P. knowlesi.30 Laporan lain menyebutkan semuanya menyatakan bahwa ukuran eritrosit
bahwa semua (100 %) kasus malaria P. knowlesi yang terinfeksi tidak membesar.13,15-16 Ketiga
mengalami demam dan 83,2 % mengalami ngilu- spesimen sediaan darah yang diperoleh dalam
ngilu.31 Meskipun demikian, komplikasi yang penelitian ini juga menunjukkan morfologi parasit
lebih berat pada kasus malaria P. knowlesi seperti yang sitoplasmanya amuboid, yang berarti mirip
72
Penemuan baru Plasmodium Knowlesi pada Manusia ... (Sahat Ompusunggu1*, Rita Marleta Dewi2, et al.)
dengan P. vivax tetapi eritrosit tidak membesar. dan keragaman bentuk tiap stadium P. knowlesi
Dalam penelitian ini pun, pada kasus pertama juga bisa ditemukan. Dengan demikian, morfologi
ditemukan bintik-bintik mirip bintik Schuffner, jadi P. knowlesi memiliki ciri tersendiri meskipun ada
sesuai dengan yang dikemukakan peneliti tertentu kemiripan dengan ketiga spesies parasit malaria
yang menyebutnya sebagai bintik Schuffner,14 manusia yang dikenal selama ini (P. falciparum,
namun peneliti lain menyebutnya sebagai bintik- P. vivax dan P. malariae). Untuk memperjelas
bintik Sinton and Mulligan.22,29 Kebanyakan morfologi P. knowlesi yang lebih rinci masih
peneliti melaporkan bahwa morfologi P. knowlesi diperlukan jumlah kasus yang lebih banyak.
sangat mirip dengan P. malariae yang salah satu Ketiga kasus ini sembuh dengan ACT
karakteristiknya adalah melebarnya sitoplasma dan primakuin dan tidak pernah kembali mencari
trofozoit menjadi berbentuk seperti pita selebar pengobatan ke Puskesmas (kasus pertama dan
diameter eritrosit yang diinfeksi.2,14,22,30,35 Hal kedua) atau ke rumah sakit (kasus ketiga). Ini
inilah yang menyebabkan banyak kasus malaria menunjukkan bahwa malaria P. knowlesi dapat
P. knowlesi yang didiagnosis sebagai P. malariae sembuh dengan obat program malaria yang
pada pemeriksaan mikroskopis. Penampilan digunakan di Indonesia dan tidak menunjukkan
trofozoit dengan sitoplasma berbentuk pita juga adanya kambuh. Meskipun secara filogenetik P.
ditemukan pada salah satu kasus (kasus kedua) knowlesi lebih berkerabat dengan P. vivax, tetapi
dalam penelitian yang dilaporkan ini. Skizon P. P. knowlesi tidak memiliki stadium dorman di hati
knowlesi yang ditemukan pada kasus ketiga dengan dan siklusnya hanya 24 jam.29,38 Beberapa laporan
jumlah inti merozoitnya relatif sedikit (3-10 inti), menyebutkan bahwa penderita malaria P. knowlesi
juga sesuai dengan yang dilaporkan peneliti sembuh dengan obat-obat lain yang beberapa di
lain.34,36-37 Pada ketiga kasus yang dilaporkan antaranya tidak dipakai lagi di Indonesia seperti
ini tidak ditemukan adanya gametosit. Hal itu klorokuin, meflokuin, kombinasi pirimetamin/
kemungkinan karena penderita cepat mencari sulfadoksin serta kina.38-39 Dengan demikian
pengobatan ke Puskesmas (termasuk kasus ketiga, obat untuk penderita malaria P. knowlesi bisa
tetapi kemudian mencari pengobatan ke rumah menggunakan obat program di Indonesia.
sakit) sehingga belum sempat terbentuk gametosit. Dengan ditemukannya tambahan tiga
Dalam siklus hidup Plasmodium, pembentukan kasus malaria P. knowlesi dalam penelitian
gametosit terjadi belakangan dan akan terbentuk ini, ditambah dengan empat kasus yang sudah
setelah terjadi beberapa kali siklus aseksual ditemukan sebelumnya,23-25 berarti jumlah seluruh
(biasanya 3-5 kali). Bila penderita terlambat diobati, kasus malaria P. knowlesi yang sudah ditemukan
barulah gametosit terbentuk dan dapat ditemukan di Kalimantan menjadi tujuh kasus. Jumlah kasus-
di dalam darahnya. Bertambah lama penderita kasus malaria yang disebabkan P. knowlesi di
tidak mendapat pengobatan (dengan primakuin), Malaysia, baik di Semenanjung maupun Malaysia
bertambah banyak pula kesempatan dan jumlah Kalimantan, jauh lebih banyak dibandingkan
gametosit yang terbentuk. Sifat P. knowlesi agak dengan yang ditemukan di Indonesia, khususnya
berbeda dengan empat spesies malaria manusia, di Kalimantan. Dua di antara tiga kasus yang
bahkan termasuk unik di antara Plasmodium ditemukan dalam penelitian ini berlokasi di
primata. Perkembangan gametosit P. knowlesi Kalimantan Tengah (satu kasus di Kabupaten
mulai dari gametosit muda hingga menjadi Gunung Mas dan satu kasus di Kabupaten Barito
gametosit dewasa membutuhkan waktu 48 jam Utara), yang selama ini diketahui belum pernah
dan tidak membentuk hipnozoit di sel-sel hati.29,38 dilaporkan adanya kasus malaria P. knowlesi. Ini
Perkembangan gametosit yang relatif lambat berarti bahwa di Kalimantan ditemukan tambahan
seperti itu menyebabkan gametosit terlambat daerah baru penyebaran P. knowlesi. Bila kegiatan
terbentuk dan tidak ditemukan pada tiga kasus yang penemuan kasus lebih intensif atau diperluas ke
dilaporkan ini. Bila jumlah kasus dengan beragam daerah/provinsi lain, tidak tertutup kemungkinan
sejarah penularan dapat ditemukan, kemungkinan ditemukan kasus-kasus malaria P. knowlesi di
keragaman stadium, termasuk stadium gametosit, provinsi lain selain di kedua provinsi tersebut.
73
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 2, Juni 2015 : 63-76
KESIMPULAN 2008;1(1):26-35;doi:10.1186/1756-3305-1-26.
4. Goh XT, Lim YAL, Vythilingam I, Chew CH,
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Lee PC, Ngui R, et al. Increased detection of
bahwa dengan pemeriksaan Polymerase Chain Plasmodium knowlesi in Sandakan division,
Reaction, proporsi malaria P. knowlesi di antara Sabah as revealed by PlasmoNex. Mal J,
kasus malaria positif mikroskopis di daerah 2013;12: 264-277;doi:10.1186/1475-12-264.
berisiko tinggi di Kalimantan Tengah dan 5. Singh B, Lee KS, Matusop A, Radhakrish-
Kalimantan Selatan relatif rendah yaitu 1,05 % (3 nan A, Shamsul SSG, Cox-Singh J, et al. A
kasus di antara 287 yang diperiksa). Kalimantan large focus of naturally acquired Plasmodium
Tengah merupakan daerah baru penemuan kasus knowlesi infections in human beings. Lancet,
malaria P. knowlesi di Kalimantan. Gejala klinis 2004;63(9414):1017-1024.
pada dua kasus malaria P. knowlesi termasuk 6. Lau TY, Joveen-Neoh WF and Chong KL.
ringan tetapi pada kasus ketiga agak berat. High Incidence of Plasmodium knowlesi In-
Morfologi P. knowlesi memiliki ciri tersendiri fection in the Interior Division of Sabah, Ma-
meskipun ada kemiripan dengan morfologi P. laysian Borneo. Intern J Biosci Biochem Bio-
inform, 2011;1(2):163-167.
falciparum, P. vivax dan P. malariae. Disarankan
7. Wilairatana P, Krudsood S and Tangpukdee N.
agar dilakukan surveilans atau penelitian untuk
Management of Plasmodium knowlesi malaria
menemukan kasus malaria P. knowlesi di provinsi
without PCR confirmation. SE Asian J Trop
lain di Indonesia.
Med Pub Hlth, 2010;41(1):19-21.
8. Sermwittayawong N, Singh B, Nishibuchi M,
UCAPAN TERIMA KASIH Sawangjaroen N and Vuddhakul V. Human
Plasmodium knowlesi infection in Ranong
Pada kesempatan ini terima kasih province, southwestern border of Thailand.
disampaikan kepada Kepala Pusat Teknologi Mal J, 2012;11:36-42.
Terapan dan Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian 9. Ng OT, Ooi EE, Lee CC, Lee PJ, Ng LC, Pei
dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian SW, et al. Naturally acquired human Plasmo-
Kesehatan RI atas ijin yang diberikan. Terima dium knowlesi infection, Singapore. Emerg In-
kasih juga disampaikan kepada para kepala dinas fect Dis, 2008;14(5):814-816.
kesehatan provinsi di Kalimantan Tengah dan 10. Lunchavez J, Espino F, Curameng P, Espina
Kalimantan Selatan, para kepala dinas kabupaten R, Bell D, Chiodini P, et al. Human Infections
dan direktur RSUD serta jajarannya di semua with Plasmodium knowlesi, the Philippines.
kabupaten lokasi penelitian atas kerjasama dan Emerg Infect Dis, 2008;14(5):811-813.
bantuan yang diberikan. 11. Ninan T, Nalees K, Newin M, Sultan Q, Than
MM, Shinde S, et al. Plasmodium knowlesi
DAFTAR RUJUKAN malaria infection in human. Brunei Int Med J,
2012;8(6):358-361.
1. Sabbatani S, Fiorino S, Manfredi R. The emerg- 12. Bronner U, Divis PCS, Frnert A and Singh B.
ing of the fifth malaria parasite (Plasmodium Case report Swedish traveller with Plasmodi-
knowlesi). A public health concern? Braz J In- um knowlesi malaria after visiting Malaysian
fect Dis, 2010;14(3):299-309. Borneo. Mal J, 2009;8:15-19.
2. Cox-Singh J, Davis TME, Lee KS, Shamsul 13. Ennis JG, Teal AE, Habura A, Madison-Ante-
SSG, Matusop A, Ratnam S, et al. Plasmodium nucci S, Keithly JS, Arguin PM, et al. Simian
knowlesi Malaria in Humans Is Widely Dis- Malaria in a U.S. Traveler - New York, 2008.
tributed and Potentially Life Threatening. Clin MMWR, 2009;58(09):229-232.
Infect Dis, 2007;46(2):165-171. 14. Van Hellemond JJ, Rutten M, Koelewijn R,
3. Vythilingan I, Noorazian YM, Huat TC, Jiram Zeeman AM, Verweij JJ, Wismans PJ, et al.
AI, Yusri YM, Azahari AH, et al. Plasmodium Human Plasmodium knowlesi Infection De-
knowlesi in humans, macaques and mosqui- tected by Rapid Diagnostic Tests for Malaria.
toes in peninsular Malaysia. Parasites Vect, Emerg Infect Dis, 2009;15(9):1478-1480.
74
Penemuan baru Plasmodium Knowlesi pada Manusia ... (Sahat Ompusunggu1*, Rita Marleta Dewi2, et al.)
15. Link L, Bart A, Verhaar N, Van Gool T, Pronk Knowlesi Malaria Following an Atypical
M, and Scharnhorst V. Molecular Detection Clinical Presentation and Delayed Diagno-
of Plasmodium knowlesi in a Dutch Traveler sis. Med J Malay, 2013;68(1):71-72.
by Real-Time PCR. J Clin Microbiol, 2012; 26. Kantele A and Jokiranta TS. Review of Cas-
50(7):2523-2524. es With the Emerging Fifth Human Malaria
16. Tang THT, Salas A, Ali-Tammam M, Martnez Parasite, Plasmodium knowlesi. Clin Infect
MC, Lanza M, Arroyo E, et al. First case of Dis, 2011;52(11):1356-1362.
detection of Plasmodium knowlesi in Spain by 27. Heriyanto B, Boewono DT, Widiarti, Boesri
Real Time PCR in a traveller from Southeast H, Widiastuti U, Blondine CP, et al. Atlas
Asia. Mal J, 2010;9:219-224. Vektor Penyakit. Salatiga: Kementerian Ke-
17. Berry A, Iriart X, Wilhelm N, Valentin A, sehatan RI, Badan Penelitian dan Pengem-
Cassaing S, Witkowski B, et al. Case Report: bangan Kesehatan, Balai Besar Penelitian
Imported Plasmodium knowlesi Malaria in a dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
French Tourist Returning from Thailand. Am J Penyakit, 2011.
Trop Med Hyg, 2011;84(4):535-538. 28. Antinori S, Galimberti L, Milazzo L, Corbel-
18. Orth H, Jensen BO, Holtfreter MC, Kocheril lino M. Plasmodium knowlesi: The emerg-
SJ, Mallach S, MacKenzie C, et al. Plasmo- ing zoonotic malaria parasite. Acta Trop,
dium knowlesi infection imported to Germany, 2013;125:191-201.
January 2013. Euro Surveill, 2013;18(40):1-3. 29. Jiram AI, Vythilingam I, NoorAzian YM,
19. Tanizaki R, Ujiie M, Kato Y, Iwagami M, Yusof YM, Azahari AH and Fong MY. En-
Hashimoto A, Kutsuna S, et al. First case of tomologic investigation of Plasmodium
Plasmodium knowlesi infection in a Japa- knowlesi vectors in Kuala Lipis, Pahang,
nese traveller returning from Malaysia. Mal J, Malaysia. Mal J, 2012;11:213-222.
2013;12:128-132. 30. Singh B dan Daneshvar C. Plasmodium
20. Barber B, William T, Jelip J, Rahman H, Ibra- knowlesi Malaria in Malaysia. Med J Malay,
him Y, Menon J, et al. Increasing incidence of 2010;65(3):224-230.
Plasmodium knowlesi malaria following con- 31. Daneshvar C, Davis TME, Cox-Singh J,
trol of P. falciparum malaria in Sabah, Malay- Rafaee MZ, Zakaria SK, Divis PCS, et al.
sia. Sabah: Jabatan Kesihatan Negeri; Menzies Clinical and Laboratory Features of Human
School of Hlth Res,2012. Plasmodium knowlesi Infection. Clin Infect
21. Sabbatani S, Fiorino S, Manfred S. Malaria Dis, 2009;49(6):852-860.
due to Plasmodium knowlesi in South-Eastern 32. Willmann M, Ahmed A, Siner A, Wong
Asia and America. May imported cases repre- IT, Woon LC, Singh B, et al. Laboratory
sent a health care alert? Plasmodium knowlesi markers of disease severity in Plasmodium
as the fifth malaria parasite. Archiv Venezol knowlesi infection: a case control study. Mal
Farmacol Teraput, 2009;28(2):48-50. J, 2012;11:363-372.
22. Figtree M, Lee R, Bain L, Kennedy T, Macker- 33. Rajahram GS, Barber BE, William T, Me-
tich S, Cheng Q, et al. Plasmodium knowlesi in non J, Anstey NM and Yeo TW. Deaths due
Human, Indonesian Borneo. Emerg Infect Dis, to Plasmodium knowlesi malaria in Sabah,
2010;16(4):672-674. Malaysia: association with reporting as Plas-
23. Sulistyaningsih E, Fitri LE, Lscher T, Berens- modium malariae and delayed parenteral
Riha N. Diagnostic difficulties with Plasmo- artesunate. Mal J, 2012;11:284-290.
dium knowlesi infection in humans. Emerg 34. Antinori S, Galimberti L, Milazzo L, Corbel-
Infect Dis, 2010;16(6):1033-1034. lino M. Plasmodium knowlesi: The emerg-
24. Tuti S, Kusriastuti R, Triastuti R, Dewi RM. ing zoonotic malaria parasite. Acta Trop,
Handayani S, Aryani E, et al. Plasmodium 2013;125:191-201.
knowlesi cases in South Kalimantan, Indonesia 35. Vythilingam I and Hii J. Simian Malaria
(in press). Parasites: Special Emphasis on Plasmodium
25. Rajahram GS, Barber BE, Yeo TW, Tan WW, knowlesi and Their Anopheles Vectors in
William T. Case Report: Fatal Plasmodium Southeast Asia. In Anopheles mosquitoes -
75
Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 43, No. 2, Juni 2015 : 63-76
76