Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Appendicitis is one of acute abdominal disease where there is inflammation of the appendix
vermiformis. A surgical treatment of appendicitis, called appendectomy, then was needed in this
case. Appendectomy surgery is categorized as clean contaminated, required the administration
of prophylactic antibiotics to prevent pre-operative surgical wound infection and when
perforation found at surgery then antibiotic will be extended as therapy. The antibiotics usage
has to be rational. This study was conducted to determine the pattern of antibiotic usage,
conformance with standard antibiotic therapy and the rational use of antibiotics that includes the
proper indications, the right medication, right dose, right patient, drug side effects and drug
interactions alert. The method used was total sampling method and retrospective approach.
The sample was all patients who use antibiotics for the diagnosis of appendicitis in RSD dr.
Soebandi Jember starting from 1 January to 31 December 2013. The results showed that the
most widely used type of antibiotic for therapy and prophylaxis was ceftriaxone, 52.87% and
65.28%, suitability between antibiotic used against standardized protocol was 75%, rationality
usage of antibiotic was 100%, 100% were right drugs, appropriate dose was 75%, appropriate
patients were 99%e, side effects alert were 100%, whereas drug interactions alert were 99%.
Abstrak
Apendisitis merupakan salah satu penyakit akut abdomen dimana terjadi inflamasi pada
apendiks vermiformis. Dalam hal ini perlu dilakukan tindakan bedah sebagai terapi apendisitis,
yang disebut juga apendektomi. Apendektomi termasuk dalam klasifikasi pembedahan bersih
terkontaminasi, diperlukan pemberian antibiotik profilaksis pre-operasi untuk mencegah infeksi
luka operasi dan bila saat operasi ditemukan perforasi maka pemberian antibiotik akan
diperpanjang sebagai terapi, dalam pemberian antibiotik harus rasional. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik, kesesuaian terapi antibiotik dengan standar dan
kerasionalan penggunaan antibiotik yang meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat
penderita, waspada efek samping obat, waspada interaksi obat. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode total sampling dan menggunakan pendekatan retrospektif. Sampel
penelitian ini adalah seluruh pasien yang menggunakan antibiotik untuk diagnosis apendisitis di
RSD dr. Soebandi Jember mulai dari tanggal 1 Januari31 Desember 2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jenis antibiotik terapi dan profilaksis paling banyak digunakan adalah
seftriakson 52,87% dan 65,28%, kesesuaian antibiotik terhadap standar 75%, berdasarkan
kerasionalan antibiotik adalah tepat indikasi 100%, tepat obat 100%, tepat dosis 75%, tepat
penderita 99%, waspada ESO 100%, dan waspada interaksi obat 99%.
Pengumpulan data melalui data rekam Tabel 1. Jumlah dan persentase ketepatan parameter tepat
medik RSD dr. Soebandi Jember yang indikasi
memenuhi kriteria inklusi, diobservasi dengan Parameter Jumlah Persentase
cara mencatat parameter-parameter yang akan Tepat 109 100
dianalisis, antara lain: identitas pasien, antibiotik
Tidak Tepat 0 0
yang dipakai, jenis antibiotik, dosis, rute
penggunaan, lama pemberian, riwayat penyakit
Tabel 2. Jumlah dan persentase ketepatan parameter tepat
dan pengobatan, efek samping obat,
obat
penggunaan obat lain. Parameter-parameter
Parameter Jumlah Persentase
tersebut kemudian dimasukkan dalam tabel
pengumpulan data. Tepat 109 100
Data diperoleh dibuat rekapitulasi dalam Tidak Tepat 0 0
sebuah tabel yang memuat identitas pasien,
antibiotik yang dipakai, jenis antibiotik, dosis, Tabel 3. Jumlah dan persentase ketepatan parameter tepat
rute penggunaan, lama pemberian, riwayat dosis
penyakit dan pengobatan, efek samping obat, Parameter Jumlah Persentase
penggunaan obat lain, kemudian dilakukan
Tepat 82 75
analisis lebih lanjut untuk mengidentifikasinya
dan disajikan dalam bentuk tabel. Standart Tidak Tepat 27 25
penggunaan antibiotik ditetapkan berdasarkan
ASHP Clinical Practice guidelines For Tabel 4. Jumlah dan persentase ketepatan parameter tepat
Antimicrobial Prophylaxis In Surgery 2013 [12], penderita
Diagnosis and Management of Complicated Parameter Jumlah Persentase
Intra-abdominal Infection in Adults and Children: Tepat 108 99
Guidelines by the Surgical Infection Society and
the Infectious Diseases Society of America 2010 Tidak Tepat 1 1
[13], standar terapi yang berlaku dan literatur-
literatur ilmiah lainnya. Tabel 5. Jumlah dan persentase parameter waspada efek
samping obat
Hasil Penelitian Parameter Jumlah Persentase
[16]. Sedangkan jenis antibiotik profilaksis yang kesesuaian penggunaan antibiotik dengan
paling banyak digunakan adalah golongan standar adalah 75% sedangkan 25% tidak
sefalosporin, yaitu seftriakson 65,28%. Alasan sesuai. Dari 25% yang tidak sesuai tersebut
seftriakson paling banyak digunakan disebabkan karena dalam standar tidak memuat
dimungkinkan karena selain keuntungan keterangan tentang antibiotik tersebut atau dosis
penggunaan golongan sefalosporin secara dan pemberiannya.
umum juga karena seftriakson mempunyai Rasionalitas penggunaan antibiotik dapat
waktu paruh yang panjang sehingga jika operasi dinilai dari parameter penggunaan antibiotik
berlangsung lama maka tidak dibutuhkan yang rasional yaitu 4T (tepat indikasi, tepat obat,
penambahan dosis seftriakson saat operasi. tepat dosis, tepat penderita) dan 1W (waspada
Selain itu waktu paruh yang panjang efek samping dan interaksi obat). Hasil
memberikan cost effective bagi pasien [17]. penelitian berdasarkan parameter tepat indikasi
Penggunaan antibiotika profilaksis diketahui bahwa ketepatan antibiotik adalah
kombinasi antara sefalosporin dengan 100%. Berdasarkan parameter tepat obat
metronidazol kemungkinan dengan alasan diketahui bahwa ketepatan antibiotik adalah
ditemukannya leukositosis yang tinggi pada 100%.
pasien sehingga dikhawatirkan sudah terjadi Sedangkan Hasil penelitian berdasarkan
perforasi. Pada apendisitis dengan perforasi parameter tepat dosis diketahui bahwa
biasanya ditemukan kuman anaerob seperti ketepatan antibiotik adalah 75% untuk 25%
Bakterioides fragillis sehingga diperlukan adalah tidak tepat dosis. Hal ini disebabkan
antibiotika yang bisa mencakup kuman tersebut, dosis antibiotika yang diberikan terlalu besar
dan metronidazol adalah agen first line yang atau terlalu kecil. Dosis yang terlalu besar dapat
dapat digunakan. meningkatkan risiko toksisitas, terutama pada
Berdasarkan rute penggunaan, antibiotik pasien dengan gangguan metabolisme dan
lebih banyak diberikan secara intra vena ekskresi. Penggunaan antibiotika dengan dosis
dibandingkan secara per oral. Pemberian obat yang terlalu kecil atau sub terapetik dapat
per oral relatif mudah diterima, namun harus menyebabkan infeksi yang diobati tidak akan
diperhatikan mengenai sifat fisikokimia obat, sembuh dan timbulnya resistensi bakteri [21].
keadaan saluran cerna penderita dan interaksi Kendala selanjutnya adalah tidak tercantumnya
saat obat diabsorbsi dalam saluran cerna yang berat badan pada beberapa pasien anak-anak,
dapat mempengaruhi bioavailabilitas obat [18]. sehingga tidak dapat diketahui apakah dosis
Pemberian secara intravena menjamin yang diberikan per hari sudah sesuai atau tidak
ketersediaan obat yang besar karena tidak dengan kondisi pasien. Kedua, interval
melewati proses absorpsi terlebih dahulu. penggunaan yang tidak tepat.
Sehingga pemakaian secara intravena memberi Hasil penelitian berdasarkan parameter
mula kerja paling cepat dibandingkan rute yang tepat penderita diketahui bahwa ketepatan
lain [19]. antibiotik adalah 99%, sedangkan 1% tidak tepat
Berdasarkan dari jenis kelamin pasien penderita. Penggunaan antibiotik yang tidak
bedah apendiks dilihat dari rasio insiden tepat penderita dikarenakan adanya
terjadinya dimana jumlah pasien perempuan ketidaksesuaian pemberian antibiotik kepada
lebih banyak dibandingkan pasien laki-laki pasien, disebutkan bahwa pasien mempunyai
dengan perbedaan jumlah pasien, 64 (58,72%) riwayat alergi pada beberapa jenis antibiotik
untuk pasien perempuan dan 45 (41,28%) untuk termasuk di dalamnya adalah golongan
pasien laki-laki. Hal ini kemungkinan disebabkan sefalosporin, tetapi pasien diresepkan antibiotik
adanya hubungan endometriosis dan IUD golongan sefalosporin (sefuroksim) hal ini jelas
dengan terjadinya apendisitis pada pasien kontraindikasi dengan kondisi pasien karena
wanita. Endometriosis merupakan salah satu sefuroksim kontraindikasinya adalah
dari hal yang dapat menyebabkan obstruksi hipersensitifitas golongan sefalosporin [22].
pada apendiks dan IUD juga dapat menjadi Efek samping obat merupakan salah satu
salah satu penyebab terjadinya obstruksi drug related problem yang kemunculannya tidak
apendiks yang menyebabkan apendisitis [20]. dikehendaki. Terdapat dua macam efek
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh samping obat (ESO), yaitu ESO potensial dan
bahwa penggunaan antibiotika baik sebagai ESO aktual. Berdasarkan hasil penelitian 100 %
profilaksis maupun terapi pada kasus bedah penggunaan antibiotik adalah waspada efek
apendiks secara umum telah sesuai dengan samping obat. Hal ini tidak berarti sama sekali
standar yang digunakan, yaitu dengan tingkat tidak ada ESO aktual, akan tetapi ESO aktual
[14] Ganiswarna SG, Setiabudy R, dan [20] Eylin. Karakteristik pasien dan diagnosis
Suyatna. Farmakologi dan terapi, Edisi histologi pada kasus apendisitis
keempat. Bagian Farmakologi Fakultas berdasarkan data registrasi di Departemen
Kedokteran, Universitas Indonesia, Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Jakarta; 1995. Universitas Indonesia Rumah Sakit Umum
[15] Noviana. Pola kepekaan antibiotika Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
Escherichia coli yang diisolasi dari pada Tahun 2003-2007. Jakarta:
berbagai spesimen klinis. Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas
Universitas Katolik Adma Jaya; 2004. Kedokteran; 2009.
[16] Naher HS. Bacterial profile associated with [21] Chambers HF. Antimicrobial agents:
appendicitis. Iraq: Int. Res. J. Medical Sci; general considerations. Goodman &
2013. Gilmans The Pharmacological Basis of
[17] Reese RE dan Betts RF. Handbook of Therapeutics 10th Edition. New York:
antibiotics. 3rd Ed. USA: Little Brown and McGraw-Hill Medical Publishing Division;
Company; 2000. 2001.
[18] Widodo D dan Pohan HT. Prinsip [22] BNF Org. British National Formulary.
penggunaan antibiotika. Bunga rampai London: BMJ Group; 2009.
penyakit infeksi. Jakarta: Pusat Informasi [23] Soetens FM, Smolders J, Meeuwis CH,
dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Van Der donck AG, Vanhoof MJ.
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Intradermal skin testing in the investigation
Indonesia; 2004. of suspected anaphylactic reactions during
[19] Shargel L. dan Andrew BC. Applied anaesthesia a retrospective survey.
biopharmaceutics and pharmacokinetics. Belgia: Acta Anaesth; 2003.
Appleton Century-Coofts; 2005. [24] Harkness R. Interaksi obat. Bandung:
Penerbit ITB Bandung; 1989.