You are on page 1of 6

Zulfikar, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Kasus Bedah Apendiks...

Studi Penggunaan Antibiotik pada Kasus Bedah Apendiks di


Instalasi Rawat Inap RSD dr. Soebandi Jember
Tahun 2013

(The Use of Antibiotics in Case Studies Appendix Surgery in


Inpatient Installation RSD dr. Soebandi Jember in 2013)
Fandy Zulfikar1, Prihwanto Budi S 2, Wiratmo.1
1
Fakultas Farmasi Universitas Jember
2
Instalasi Farmasi RSD dr. Soebandi Jember
e-mail: zulfikar_fandy@yahoo.com

Abstract
Appendicitis is one of acute abdominal disease where there is inflammation of the appendix
vermiformis. A surgical treatment of appendicitis, called appendectomy, then was needed in this
case. Appendectomy surgery is categorized as clean contaminated, required the administration
of prophylactic antibiotics to prevent pre-operative surgical wound infection and when
perforation found at surgery then antibiotic will be extended as therapy. The antibiotics usage
has to be rational. This study was conducted to determine the pattern of antibiotic usage,
conformance with standard antibiotic therapy and the rational use of antibiotics that includes the
proper indications, the right medication, right dose, right patient, drug side effects and drug
interactions alert. The method used was total sampling method and retrospective approach.
The sample was all patients who use antibiotics for the diagnosis of appendicitis in RSD dr.
Soebandi Jember starting from 1 January to 31 December 2013. The results showed that the
most widely used type of antibiotic for therapy and prophylaxis was ceftriaxone, 52.87% and
65.28%, suitability between antibiotic used against standardized protocol was 75%, rationality
usage of antibiotic was 100%, 100% were right drugs, appropriate dose was 75%, appropriate
patients were 99%e, side effects alert were 100%, whereas drug interactions alert were 99%.

Keywords: appendicitis, antibiotics, appendectomy

Abstrak
Apendisitis merupakan salah satu penyakit akut abdomen dimana terjadi inflamasi pada
apendiks vermiformis. Dalam hal ini perlu dilakukan tindakan bedah sebagai terapi apendisitis,
yang disebut juga apendektomi. Apendektomi termasuk dalam klasifikasi pembedahan bersih
terkontaminasi, diperlukan pemberian antibiotik profilaksis pre-operasi untuk mencegah infeksi
luka operasi dan bila saat operasi ditemukan perforasi maka pemberian antibiotik akan
diperpanjang sebagai terapi, dalam pemberian antibiotik harus rasional. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik, kesesuaian terapi antibiotik dengan standar dan
kerasionalan penggunaan antibiotik yang meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat
penderita, waspada efek samping obat, waspada interaksi obat. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode total sampling dan menggunakan pendekatan retrospektif. Sampel
penelitian ini adalah seluruh pasien yang menggunakan antibiotik untuk diagnosis apendisitis di
RSD dr. Soebandi Jember mulai dari tanggal 1 Januari31 Desember 2013. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jenis antibiotik terapi dan profilaksis paling banyak digunakan adalah
seftriakson 52,87% dan 65,28%, kesesuaian antibiotik terhadap standar 75%, berdasarkan
kerasionalan antibiotik adalah tepat indikasi 100%, tepat obat 100%, tepat dosis 75%, tepat
penderita 99%, waspada ESO 100%, dan waspada interaksi obat 99%.

Kata kunci: apendisitis, antibiotik, apendektomi

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1), Januari 2015 44


Zulfikar, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Kasus Bedah Apendiks...

Pendahuluan pembedahan bersih terkontaminasi, diperlukan


pemberian antibiotika profilaksis antimikroba
Apendisitis merupakan salah satu pre-operasi untuk mencegah infeksi luka operasi
penyakit akut abdomen dimana terjadi inflamasi yang merupakan komplikasi utama dari
pada apendiks vermiformis [1]. Insidensi apendektomi [9]. Kemudiaan, bila saat operasi
apendisitis di negara maju lebih tinggi ditemukan perforasi maka pemberian antibiotik
dibandingkan di negara berkembabg. Di akan diperpanjang sebagai terapi, pemberian
Amerika Serikat, bedasarkan data survei dari antibiotik harus rasional sesuai dengan indikasi
National Hospital Discharge sekitar 250.000 kemudian jenis, dosis, waktu, jalur dan lama
kasus apendiktomi terjadi setiap tahunnya [2]. pemberian harus memenuhi kaidah ilmu
Apendisitis sering terjadi baik pada anak- farmakologi dan disiplin ilmu lain yang
anak maupun pada orang dewasa. Insiden bersangkutan sehingga tidak menimbulkan efek
tertinggi apendisitis pada laki-laki adalah pada negatif misalnya resistensi kuman [10].
umur 10-14 tahun dengan angka kejadian Mengingat eratnya kaitan penggunaan
27,6% kasus per 10.000 populasi.sedangkan antibiotika dengan bedah apendiks maka perlu
insiden tertinggi untuk perempuan yaitu pada dilakukan penelitian tentang studi penggunaan
usia 15-19 tahun dengan angka kejadian 20,5% antibiotika pada kasus bedah apendiks di
kasus per 10.000 populasi, dan insiden terendah instalasi rawat inap bedah RSD dr. Soebandi
terjadi pada bayi [3]. Berdasarkan World Health Jember.
Organization (2004) [4], angka mortalitas akibat
apendisitis adalah 22.000 jiwa, di mana populasi
Metode Penelitian
laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.
Angka mortalitas apendisitis sekitar 12.000 jiwa Jenis penelitian ini adalah penelitian non-
pada laki-laki dan pada perempuan sekitar experimental dengan rancangan deskriptif.
10.000 jiwa. Metode penelitian yang digunakan adalah
Penyakit apendisitis umumnya metode total sampling dan menggunakan
disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pendekatan retrospektif [11].
pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang Populasi penelitian adalah semua pasien
sampai sekarang belum dapat diketahui secara rawat inap penderita apendisitis di RSD dr.
pasti, diantaranya faktor penyumbatan Soebandi periode 1 Januari31 Desember 2013.
(obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien
appendiks oleh timbunan tinja/feses yang keras yang menggunakan antibiotik untuk diagnosis
(fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan apendisitis di RSD dr. Soebandi Jember mulai
limfoid, erosi mukosa oleh cacing askaris dan dari tanggal 1 Januari31 Desember 2013. yang
E.histolytica, parasit, benda asing dalam tubuh, memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel
kanker primer dan striktur [5]. Penelitian dilakukan dengan metode total sampling, yaitu
epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan dengan cara mengambil data setiap pasien yang
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi memenuhi kriteria penelitian secara keseluruhan
terhadap timbulnya apendisitis [3]. berurutan dimasukkan ke dalam penelitian
Apendisitis dapat diklasifikasikan menjadi sampai kurun waktu tertentu.
apendisitis akut dan kronik. Dimana apendisitis Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
akut jauh lebih sering dijumpai daripada 1) Data rekam medik yang digunakan adalah
apendisitis kronik [6]. data pasien rawat inap dengan diagnosis
Apendisitis memiliki potensi untuk apendisitis yang disertai pembedahan. 2) Data
terjadinya komplikasi parah jika tidak segera rekam medik yang digunakan adalah data yang
diobati, seperti perforasi atau sepsis, dan terbaca dan dapat diidentifikasi atau data yang
bahkan dapat menyebabkan kematian [7]. tidak terbaca tetapi dapat diidentifikasi. 3) Data
Dalam hal ini perlu dilakukan tindakan bedah rekam medik yang digunakan adalah data
sebagai terapi apendisitis, yang disebut juga pasien yang menggunakan antibiotik profilaksis
apendektomi, merupakan satu-satunya terapi dan terapi untuk diagnosis apendisitis. Kriteria
kuratif apendisitis. Apendektomi merupakan eksklusi pada penelitian ini adalah 1) Data
tindakan bedah abdomen akut yang paling rekam medik di luar periode yang di tentukan. 2)
banyak dilakukan di dunia [8]. Data rekam medik pasien dengan diagnosis
Menurut The National Research Council awal apendisitis, tetapi diagnosis akhir bukan
(NRC) apendiktomi yang melibatkan pembukaan apendisitis. 3) Data rekam medik yang tidak
usus bagian bawah termasuk dalam klasifikasi dapat dibaca dan tidak dapat diidentifikasi.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1), Januari 2015 45


Zulfikar, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Kasus Bedah Apendiks...

Pengumpulan data melalui data rekam Tabel 1. Jumlah dan persentase ketepatan parameter tepat
medik RSD dr. Soebandi Jember yang indikasi
memenuhi kriteria inklusi, diobservasi dengan Parameter Jumlah Persentase
cara mencatat parameter-parameter yang akan Tepat 109 100
dianalisis, antara lain: identitas pasien, antibiotik
Tidak Tepat 0 0
yang dipakai, jenis antibiotik, dosis, rute
penggunaan, lama pemberian, riwayat penyakit
Tabel 2. Jumlah dan persentase ketepatan parameter tepat
dan pengobatan, efek samping obat,
obat
penggunaan obat lain. Parameter-parameter
Parameter Jumlah Persentase
tersebut kemudian dimasukkan dalam tabel
pengumpulan data. Tepat 109 100
Data diperoleh dibuat rekapitulasi dalam Tidak Tepat 0 0
sebuah tabel yang memuat identitas pasien,
antibiotik yang dipakai, jenis antibiotik, dosis, Tabel 3. Jumlah dan persentase ketepatan parameter tepat
rute penggunaan, lama pemberian, riwayat dosis
penyakit dan pengobatan, efek samping obat, Parameter Jumlah Persentase
penggunaan obat lain, kemudian dilakukan
Tepat 82 75
analisis lebih lanjut untuk mengidentifikasinya
dan disajikan dalam bentuk tabel. Standart Tidak Tepat 27 25
penggunaan antibiotik ditetapkan berdasarkan
ASHP Clinical Practice guidelines For Tabel 4. Jumlah dan persentase ketepatan parameter tepat
Antimicrobial Prophylaxis In Surgery 2013 [12], penderita
Diagnosis and Management of Complicated Parameter Jumlah Persentase
Intra-abdominal Infection in Adults and Children: Tepat 108 99
Guidelines by the Surgical Infection Society and
the Infectious Diseases Society of America 2010 Tidak Tepat 1 1
[13], standar terapi yang berlaku dan literatur-
literatur ilmiah lainnya. Tabel 5. Jumlah dan persentase parameter waspada efek
samping obat
Hasil Penelitian Parameter Jumlah Persentase

Pola Penggunaan Antibiotik Waspada 109 100


Berdasarkan 109 sampel yang berhasil Tidak Waspada 0 0
dikumpulkan, jenis antibiotik baik sebagai terapi
maupun profilaksis yang paling banyak Tabel 6. Jumlah dan persentase parameter waspada interaksi obat
digunakan adalah seftriakson sebesar 52,87% Parameter Jumlah Persentase
dan 65,28%. Untuk total rute penggunaan
Waspada 108 99
secara intra vena sebesar 90,23% dan secara
per oral sebesar 9,77%. Tidak Waspada 1 1
Kesesuaian Antibiotik Yang Digunakan
Terhadap Standar
Berdasarkan 109 sampel yang berhasil Pembahasan
dikumpulkan, tingkat kesesuaian pola Berdasarkan hasil penelitian di atas, jenis
penggunaan antibiotik dengan standar adalah antibiotik yang paling banyak digunakan pada
75% dan ketidaksesuaian sebesar 25%. penderita apendisitis adalah seftriakson dengan
Rasionalitas Penggunaan Antibiotik jumlah persentase 52,87%. Pemilihan
Rasionalitas penggunaan antibiotik dinilai seftriakson didasarkan pada efektivitasnya
dari ketepatan semua parameter penggunaan terhadap bakteri gram positif maupun gram
antibiotik yang rasional, yaitu tepat indikasi, negatif, serta dosis obat tidak perlu disesuaikan
tepat obat, tepat dosis, tepat penderita dan pada gagal ginjal atau adanya gangguan faal
waspada efek samping serta interaksi obat. hati [14]. Berdasarkan penelitian Hera (2004)
Hasilnya dapat dilihat dari Tabel 1-6 . [15] menunjukkan bahwa dari beberapa
antibiotik yang digunakan untuk bakteri E.coli
yang sesuai adalah seftriakson, E.coli sendiri
merupakan bakteri yang paling banyak
ditemukan dalam kasus infeksi pada apendisitis

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1), Januari 2015 46


Zulfikar, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Kasus Bedah Apendiks...

[16]. Sedangkan jenis antibiotik profilaksis yang kesesuaian penggunaan antibiotik dengan
paling banyak digunakan adalah golongan standar adalah 75% sedangkan 25% tidak
sefalosporin, yaitu seftriakson 65,28%. Alasan sesuai. Dari 25% yang tidak sesuai tersebut
seftriakson paling banyak digunakan disebabkan karena dalam standar tidak memuat
dimungkinkan karena selain keuntungan keterangan tentang antibiotik tersebut atau dosis
penggunaan golongan sefalosporin secara dan pemberiannya.
umum juga karena seftriakson mempunyai Rasionalitas penggunaan antibiotik dapat
waktu paruh yang panjang sehingga jika operasi dinilai dari parameter penggunaan antibiotik
berlangsung lama maka tidak dibutuhkan yang rasional yaitu 4T (tepat indikasi, tepat obat,
penambahan dosis seftriakson saat operasi. tepat dosis, tepat penderita) dan 1W (waspada
Selain itu waktu paruh yang panjang efek samping dan interaksi obat). Hasil
memberikan cost effective bagi pasien [17]. penelitian berdasarkan parameter tepat indikasi
Penggunaan antibiotika profilaksis diketahui bahwa ketepatan antibiotik adalah
kombinasi antara sefalosporin dengan 100%. Berdasarkan parameter tepat obat
metronidazol kemungkinan dengan alasan diketahui bahwa ketepatan antibiotik adalah
ditemukannya leukositosis yang tinggi pada 100%.
pasien sehingga dikhawatirkan sudah terjadi Sedangkan Hasil penelitian berdasarkan
perforasi. Pada apendisitis dengan perforasi parameter tepat dosis diketahui bahwa
biasanya ditemukan kuman anaerob seperti ketepatan antibiotik adalah 75% untuk 25%
Bakterioides fragillis sehingga diperlukan adalah tidak tepat dosis. Hal ini disebabkan
antibiotika yang bisa mencakup kuman tersebut, dosis antibiotika yang diberikan terlalu besar
dan metronidazol adalah agen first line yang atau terlalu kecil. Dosis yang terlalu besar dapat
dapat digunakan. meningkatkan risiko toksisitas, terutama pada
Berdasarkan rute penggunaan, antibiotik pasien dengan gangguan metabolisme dan
lebih banyak diberikan secara intra vena ekskresi. Penggunaan antibiotika dengan dosis
dibandingkan secara per oral. Pemberian obat yang terlalu kecil atau sub terapetik dapat
per oral relatif mudah diterima, namun harus menyebabkan infeksi yang diobati tidak akan
diperhatikan mengenai sifat fisikokimia obat, sembuh dan timbulnya resistensi bakteri [21].
keadaan saluran cerna penderita dan interaksi Kendala selanjutnya adalah tidak tercantumnya
saat obat diabsorbsi dalam saluran cerna yang berat badan pada beberapa pasien anak-anak,
dapat mempengaruhi bioavailabilitas obat [18]. sehingga tidak dapat diketahui apakah dosis
Pemberian secara intravena menjamin yang diberikan per hari sudah sesuai atau tidak
ketersediaan obat yang besar karena tidak dengan kondisi pasien. Kedua, interval
melewati proses absorpsi terlebih dahulu. penggunaan yang tidak tepat.
Sehingga pemakaian secara intravena memberi Hasil penelitian berdasarkan parameter
mula kerja paling cepat dibandingkan rute yang tepat penderita diketahui bahwa ketepatan
lain [19]. antibiotik adalah 99%, sedangkan 1% tidak tepat
Berdasarkan dari jenis kelamin pasien penderita. Penggunaan antibiotik yang tidak
bedah apendiks dilihat dari rasio insiden tepat penderita dikarenakan adanya
terjadinya dimana jumlah pasien perempuan ketidaksesuaian pemberian antibiotik kepada
lebih banyak dibandingkan pasien laki-laki pasien, disebutkan bahwa pasien mempunyai
dengan perbedaan jumlah pasien, 64 (58,72%) riwayat alergi pada beberapa jenis antibiotik
untuk pasien perempuan dan 45 (41,28%) untuk termasuk di dalamnya adalah golongan
pasien laki-laki. Hal ini kemungkinan disebabkan sefalosporin, tetapi pasien diresepkan antibiotik
adanya hubungan endometriosis dan IUD golongan sefalosporin (sefuroksim) hal ini jelas
dengan terjadinya apendisitis pada pasien kontraindikasi dengan kondisi pasien karena
wanita. Endometriosis merupakan salah satu sefuroksim kontraindikasinya adalah
dari hal yang dapat menyebabkan obstruksi hipersensitifitas golongan sefalosporin [22].
pada apendiks dan IUD juga dapat menjadi Efek samping obat merupakan salah satu
salah satu penyebab terjadinya obstruksi drug related problem yang kemunculannya tidak
apendiks yang menyebabkan apendisitis [20]. dikehendaki. Terdapat dua macam efek
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh samping obat (ESO), yaitu ESO potensial dan
bahwa penggunaan antibiotika baik sebagai ESO aktual. Berdasarkan hasil penelitian 100 %
profilaksis maupun terapi pada kasus bedah penggunaan antibiotik adalah waspada efek
apendiks secara umum telah sesuai dengan samping obat. Hal ini tidak berarti sama sekali
standar yang digunakan, yaitu dengan tingkat tidak ada ESO aktual, akan tetapi ESO aktual

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1), Januari 2015 47


Zulfikar, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Kasus Bedah Apendiks...

yang muncul telah diberikan penanganan. Daftar Pustaka


Sebagai contoh pada penderita yang diberi
antibiotik metronidazol kemudian terjadi reaksi [1] Mc Cance KL dan Huether SE.
hipersensitivitas/alergi kemudian pemberian Phatophysiology: the biologic basis for
metronidazol dihentikan, pemberian antibiotika disease in adults and children. 5th Edition.
seftriakson ternyata terjadi reaksi Philadelphia: Elsevier; 2006.
hipersensitivitas/alergi pada pasien, terapi [2] Addiss DG, Shaffer N, Fowler BS, dan
seftriakson diganti dengan terapi antibiotik Tauxe RV. The epidemiology of
lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan skin appendicitis and appendectomy in the
test/tes kulit untuk menentukan jenis antibiotik United States. USA: Am J Epidemiology.
yang menimbulkan reaksi alergi sehingga 1999, 132
antibiotik tersebut dapat dihindari atau diganti [3] Zinner MJ, dan Ashley SW. Maingots
dengan antibiotik lain [23]. abdominal operation. 11th Edition. New
Berdasarkan hasil penelitian 99% York: McGraw-Hill; 2007.
penggunaan antibiotik adalah waspada interaksi [4] WHO. Globlal burden disease. [diakses 3
obat sedangkan 1% tidak waspada interaksi Januari 2013]. Tersedia pada: http:
obat. Ketidakwaspadaan interaksi obat yang //www.who.int/healthinfo/global_burden_dis
terjadi adalah kombinasi antara seftriakson ease/BD_report_2004update_AnnexA.pdf.;
dengan gentamisin. Ditinjau dari segi interaksi 2004.
farmakodinamik, penggunaan kombinasi ini [5] Sjamsuhidajat R, dan Wim De Jong. Buku
tidak rasional karena terjadi peningkatan efek ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC; 1996.
samping dari masing-masing antibiotik tersebut [6] Haubrich S, dan Berk. Bockus
yaitu interaksi antibiotik sefalosporin dengan gastroenterology. 5th Edition, 1995, 2:
antibiotik aminoglikosida yang mampu 1790-1804.
meningkatkan kerusakan atau kegagalan fungsi
[7] Craig S, Insescu L, dan Taylor CR.
ginjal pasien [24].
Appendecitis. Dalam Medscape Reference:
drug, diseases, and procedure.
Simpulan dan Saran www.medscape.com [10 November 2012];
Berdasarkan pola penggunaan antibiotik 2012.
pada penderita apendisitis menunjukkan bahwa [8] Flum DR, dan Koepsell T. The clinical And
jenis antibiotik terapi dan profilaksis paling economic correlates of misdiagnosed
banyak digunakan adalah seftriakson 52,87% appendicitis: Nationwide Analysis. Arch
dan 65,28%, untuk rute penggunaan secara surg, 2002: 137:799
intra vena sebesar 90,23% dan secara per oral [9] Katzung BG. Dasar dan klinik farmakologi.
sebesar 9,77%. Sedangkan tingkat kesesuaian Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika; 2004.
pola penggunaan antibiotik dengan standar [10] Edgar W, dan Andrew TR. Immunology.
adalah 75% dan ketidaksesuaian sebesar 25%. Applied Basic Science for Basic Surgycal
Berdasarkan kerasionalan antibiotik adalah Training. USA: Churcill Livingstone 2000:
tepat indikasi 100%, tepat obat 100%, tepat 106-200
dosis 75% dan 25% tidak sesuai, tepat [11] Notoatmodjo, S. Metodologi penelitian
penderita 99% dan 1% tidak sesuai, waspada kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005.
ESO 100%, waspada interaksi obat 99% dan !% [12] ASHP Commission on Therapeutics.
tidak sesuai. ASHP clinical practice guidelines for
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut antimicrobial prophylaxis in surgery. Clin
dengan data prospektif untuk dapat mengamati Pharm; 2013.
secara langsung perkembangan terapi pasien. [13] Solomkin JS, Mazuski JE, Bradley JS,
Selain itu, perlu dilakukan pembaharuan Rodvold KA, dan Ellie JC. Diagnosis and
Pedoman Diagnosis dan Terapi (PDT) SMF Ilmu management of complicated intra-
Bedah RSD dr. Soebandi Jember sesuai abdominal infection in adults and children:
dengan perkembangan penyakit dan guidelines by the surgical infection society
and the infectious diseases society of
pengobatan yang terbaru, sehingga dapat America. Department of Surgery,
digunakan sebagai acuan dalam pemberian University of Cincinnati; 2010.
terapi kepada pasien.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1), Januari 2015 48


Zulfikar, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Kasus Bedah Apendiks...

[14] Ganiswarna SG, Setiabudy R, dan [20] Eylin. Karakteristik pasien dan diagnosis
Suyatna. Farmakologi dan terapi, Edisi histologi pada kasus apendisitis
keempat. Bagian Farmakologi Fakultas berdasarkan data registrasi di Departemen
Kedokteran, Universitas Indonesia, Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
Jakarta; 1995. Universitas Indonesia Rumah Sakit Umum
[15] Noviana. Pola kepekaan antibiotika Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
Escherichia coli yang diisolasi dari pada Tahun 2003-2007. Jakarta:
berbagai spesimen klinis. Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas
Universitas Katolik Adma Jaya; 2004. Kedokteran; 2009.
[16] Naher HS. Bacterial profile associated with [21] Chambers HF. Antimicrobial agents:
appendicitis. Iraq: Int. Res. J. Medical Sci; general considerations. Goodman &
2013. Gilmans The Pharmacological Basis of
[17] Reese RE dan Betts RF. Handbook of Therapeutics 10th Edition. New York:
antibiotics. 3rd Ed. USA: Little Brown and McGraw-Hill Medical Publishing Division;
Company; 2000. 2001.
[18] Widodo D dan Pohan HT. Prinsip [22] BNF Org. British National Formulary.
penggunaan antibiotika. Bunga rampai London: BMJ Group; 2009.
penyakit infeksi. Jakarta: Pusat Informasi [23] Soetens FM, Smolders J, Meeuwis CH,
dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Van Der donck AG, Vanhoof MJ.
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Intradermal skin testing in the investigation
Indonesia; 2004. of suspected anaphylactic reactions during
[19] Shargel L. dan Andrew BC. Applied anaesthesia a retrospective survey.
biopharmaceutics and pharmacokinetics. Belgia: Acta Anaesth; 2003.
Appleton Century-Coofts; 2005. [24] Harkness R. Interaksi obat. Bandung:
Penerbit ITB Bandung; 1989.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 1), Januari 2015 49

You might also like