Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ilmu sosial dan budaya dasar ini dapat
tersusun dengan baik. Makalah ini di buat sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah ilmu budaya dasar (IBD).
Kami sampaikan terimakasih kepada dosen dan semua pihak yang senantiasa membantu
demi kelancaran makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat sederhana dan
belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pihak manapun senantiasa akan
kami terima untuk menjadikan makalah ini sesuai dengan harapan. Semoga makalah ini
mendapat perhatian dan bermanfaat bagi mahasiswa dan pembaca pada umunya.
2.1 Manusia
Terdapat beberapa definisi manusia antara lain:
1. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan
supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
2. Manusia adalah kemauan bebas.
3. Manusia adalah makhluk yg sadar.Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi
yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg
tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan
peristiwa.
4. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk
hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ia mampu mempelajari,
manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
5. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan
dirinya secara keseluruhan dari alam.
6. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah
puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya.
Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia.
7. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai
nilai.Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan
atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul.
8. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri,
dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia
memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk
memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami.
2.2 Hakekat manusia
Hakekat Manusia antara lain:
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah
selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk
ditempati.
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas.
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik
dan jahat.
8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan
ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.
1. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal
berusaha memahami: Alam sekitar, Alam flora di daerah tempat tinggal, Alam fauna
didaerah tempat tinggal, Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkunganya,
Tubuh manusia, Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia, Ruang dan waktu.
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga cara, yaitu :
a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial
b) Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal/resmi
(disekolah) maupun dari pendidikan non formal (tidak resmi)
c) Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbiolis yang sering disebut sebagai
komunikasi simboliks.
2. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap
penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, sesuatu
dikatakan nilai apabila memiliki unsur :
a. nilai kebenaran (berguna dan berharga)
b. nilai estetika (indah)
c. nilai moral atau etis (baik)
d. nilai agama (religius)
3. Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam
menjawab atau mengatasi masalah yang dihadapinya. Pandangan hidup disebut juga
nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dengan dipilih secara selektif oleh individu,
kelompok atau bangsa karena pandangan hidup mengandung nilai kehidupan yang dicita-
citakan oleh suatu masyarakat.
4. Kepercayaan
Kepercayaan adalah dimensi lain diluar diri dan lingkunganya yang dianggap mampu
mengendalikan hidup manusia`
5. Persepsi
Persepsi atau sudut pandang adalah suatu titik tolak pemikiran yang digunakan untuk
memahami suatu gejala atau kejadian dalam kehidupan.
Persepsi terdiri atas :
a) Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang tidak menggunakan salah satu indra manusia.
b) Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain
c) Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat suatu kejadian jauh dari tempat
orang yang bersangkutan`
6. Etos Kebudayaan
Etos berasal dari bahasa Inggris yang berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya
perilaku masyarakat, misalnya kegemaran-kegemaran masyarakat, serta benda hasil cipta
karya dilihat dari luar oleh orang asing. Contohnya, kebudayaan Batak yang dilihat oleh
orang jawa, sebagai orang yang kasar, agresif, kurang sopan, tegas, konsekuen, dan
berbicara apa adanya, dan sebaliknya, kebudayaan orang jawa yang dilihat dari orang
batak, bahwa orang jawa memancarkan keselarasan, kesuraman, ketenangan yang
berlebihan, lamban, tingkah laku yang sukar ditebak, gagasan yang berbelit-belit, feodal,
serta diskriminasi terhadap tingkatan sosial.
2.6 Sifat-sifat budaya
Sifat-sifat budaya pada dasarnya memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayaan
manusia tanpa membedakanfaktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu sifat
hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya dimanapun.
Sifat hakiki dari kebudayaan diantaranya adalah :
1. Budaya terwujud dan disalurkan dari perilaku manusia
2. Budaya ada sebelu lahirnya generasi dan tidak akan mati sampai habisnya generasi
yang bersangkutan
3. Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
4. Budaya mencakup aturan-atura yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-
tindakan yang diterima atau ditolak, dilarang dan yang diizinkan
Selain yang tersebut diatas, ada beberapa sifat-sifat kebudayaan yang terjadi karena :
a. Kebudayaan beraneka ragam, hal ini terjadi karena :
1. Manusia tidak memiliki struktur anatomi khusus pada tubuhnya
2. Lingkungan geografis
3. Induk bangsa
4. Kontak budaya
5. Lingkungan sosialnya
b. Kebudayaan dapat diteruskan secara sosial dengan pelajaran, yaitu :
1. Secara horisontal : kebudayaan diteruskan melalui generasi kesatu dangan generasi
selanjutnya secara lisan
2. Secara vertikal : kebudayaan diteruskan melalui generasi yang berbeda dengan cara
tulisan atau literarur
c. Kebudayaan dijabarkan dalam komponen-komponen : biologi, psikologi dan
sosiologi.
Tiga komponen pembentuk pribadi, yaitu hereditas diperoleh dari sifat orangtua, primary
nature yaitu kodrat pertama sejak dalam kandungan, secondary nature yaitu terbentuknya
pribadi oleh lingkungan
d. Kebudayaan mempunyai struktur, ada tujuh unsur :
1. Sistem religi dan upacara keagamaan
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Sistem pengetahuan
4. Sistem mata pencarahian
5. Bahasa
6. Kesenian
7. Sistem teknologi dan peralatan
e. Kebudayaan mempunyai nilai (Cultural Value)
Kebudayaan ini bersifat relatif karena penafsiran antara budaya yang berbeda-beda,
misalnya budaya timur berdasarkan kerohanian, perasaan, instuisi, pasif (diam)
sedangkan budaya barat berdasarkan akal, materi, bebas, kreatif, aktif.
f. Kebudayaan mempunyai sifat statis dan dinamis
g. Kebudayaan dapat dibagi dalam bermacam-macam aspek, yaitu :
1. Kebudayaan rohani (spiritual)
2. Kebudayaan kebendaan (material cultural)
3. Kebudayaan darat (terra)
4. Kebudayaan maritim (aqua culture)
5. Kebudayaan daerah (kebudayaan suatu suku)
2 MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA KEBUDAYAAN
Kemampuan manusia dalam mengatasi kompleksitas kebutuhan hidupnya karena
manusia mempunyai :
1. Akal, intelgensia dan instuisi
2. Perasaan dan emosi
3. Kemauan
4. Fantasi
5. Perilaku
6. Eksternalisasi
7. Objektivasi
8. Internalisasi
3. Wujud sebagai benda Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari
berbagai penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai
tujuannya.Aktivitas karya manusia tersebut menghasilkan benda untuk berbagai
keperluan hidupnya.kebudayaan dalam bentuk fisik yang kongkret bisa juga disebut
kebudayaan fisik, mulai dari benda yang diam sampai pada benda yang bergerak.
2.8 Orientasi Nilai Budaya
Menggunakan 5 masalah pokok kehidupan manusia dalam sisitem nilai budaya :
Kebudayaan sebagai karya manusia memiliki sistem nilai. Menurut C.Kluckhohn dalam
karyanya Variations in Value Orientation (1961) sistem nilai budaya dalam semua
kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan
manusia yaitu :
1. Hakekat Hidup Manusia (MH)
2. Hakekat Karya Manusia (MK)
3. Hakekat Waktu Manusia (WM)
4. Hakekat Alam manusia (MA)
5. Hakekat Hubungan Manusia (MN)
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai
perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia.
Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya
bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan
mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya
merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan
antara manusia dengan peraturan peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya
peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang
membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena
kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup
dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang
membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia
akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991;
hal : xv)
Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai
hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat
lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa
terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar
penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
2.11 Pengertian Dialektis
Dialektika disini berasal dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke
hadapan publik. Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi
yang saling bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap.
Dari fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis. Tesis
disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis yakni lawan atau
oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari keduanya baik tesis dan
antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan pembatalan baik itu tesis dan antitesis.
Keduanya menjadi tidak berlaku lagi. Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan
dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis
masih dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik dari dialektika Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis berangkat dari pemikir-
pemikir sebelum Hegel. Antinomi Kantian akan numena dan fenomena menimbulkan
oposisi yang tidak terselesaikan[1]. Kemudian Fichte dengan metode Teori
Pengetahuan-nya tetap memunculkan pertentangan walaupun sudah melampaui sedikit
apa yang dijabarkan oleh Kant.
Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia
adalah sama dengan isi kesadaran. Seluruh dunia itu diturunkan dari suatu asas yang
tertinggi dengan cara sebagai berikut: Aku meng-ia-kan dirinya (tesis), yang
mengakibatkan adanya non-Aku yang menghadapi Aku. non Aku inilah antitesis.
Kemudian sintesisnya adalah keduanya tidak lagi saling mengucilkan, artinya: kebenaran
keduanya itu dibatasi, atau berlakunya keduanya itu dibatasi. Aku menempatkan non-
Aku yang dapat dibagi-bagi berhadapan dengan Aku yang dapat dibagi-bagi.
Dalam sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam
pengertian sintesis. Di dalam sintesis baik tesis maupun antitesis bukan dibatasi (seperti
pandangan Fichte), melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu:
a) mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat
dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang
lebih tinggi, dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan
yang saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam dirinya unsur positif dan negatif.
Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini lebih besar. Sebaliknya, antitesis memiliki
unsur negatif yang lebih besar. Dalam sintesislah kedua unsur yang dimiliki tesis dan
antitesis disatukan menjadi sebuah kesatuan yang lebih tinggi.
Dialektika juga dimaksudkan sebagai cara berpikir untuk memperoleh penyatuan
(sintesis) dari dua hal yang saling bertentangan (tesis versus antitesis). Dengan term
aufgehoben, konsep ada (tesis) dan konsep tidak ada (antitesis) mendapatkan bentuk
penyatuannya dalam konsep menjadi (sintesis). Di dalam konsep menjadi, terdapat
konsep ada dan tidak ada sehingga konsep ada atau tidak ada dinyatakan batal
atau ditiadakan.
Dialektika menjadi sebuah perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan dirinya
sendiri. Ide yang Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep dan ide-ide
bukanlah bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika menjadi sebuah
gerak untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga tahap yakni tesis,
antitesis dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah menjadi lawannya
(antitesis). Pertentangan ini diangkat dalam satu tingkat yang lebih tinggi dan
menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian menjadi tesis yang menimbulkan
antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak yang dinamis ini sampai akhirnya melahirkan
suatu universalitas dari gejala-gejala. Itulah Yang Absolut yang disebut Roh dalam
filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur pertentangan (antitesis) tidak muncul setelah kita merefleksikannya
tetapi pertentangan tersebut sudah ada dalam perkara itu sendiri. Tiap tesis sudah memuat
antitesis di dalamnya. Antitesis terdapat di dalam tesis itu sendiri karena keduanya
merupakan ide yang berhubungan dengan hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat dan
ditiadakan (aufgehoben) dalam sintesis.
Kenyataan menjadi dua unsur bertentangan namun muncul serentak. Hal ini tidak dapat
diterima oleh Verstandyang bekerja berdasakan skema-skema yang ada dalam menangani
hal-hal yang khusus. Vernunft-lah yang dapat memahami hal ini. Vernunft melihat
realitas dalam totalitasnya dan sanggup membuat sintesis dari hal-hal yang bertentangan.
Identifikasi sebagai realitas total menjadi cara kerja Vernunft yang mengikuti prinsip
dialektika.
Secara umum dapat kita lihat bahwa dialektika Hegel memiliki tiga aspek yang perlu
diperhatikan. Pertama, sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau triadik. Kedua,
dialektika ini bersifat ontologis sebagai sebuah konsep. Aplikasinya adalah terhadap
benda dan benduk dari ada dan tidak sebatas pada konsep. Ketiga, dialektika Hegel
memiliki tujuan akhir (telos) di dalam konsep abstrak yang disebut Hegel sebagai Idea
atau Idea Absolut dan konkretnya pada Roh Absolut atau Roh (Spirit, Geist).
Terdapat tiga elemen esensial akan dialektika Hegel. Pertama, berpikir itu memikirkan
dalam dirinya untuk dan oleh dirinya sendiri. Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir
terus menerus akan kontradiksi. Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi tersublimasi
di dalam kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu sendiri.
Daftar Pustaka
http://budayabasic.blogspot.com/2013/03/kepribadian-bangsa-timur_20.html
http://tonyhernandi10.blogspot.com/2012/10/ilmu-budaya-dasar-hakikat-manusia-
dan.html
http://adityo93.blogspot.com/2012/06/kaitan-manusia-dan-kebudayaan.html