Professional Documents
Culture Documents
Teknik Kimia
PENDAHULUAN
1
KEGIATAN BELAJAR I Jurusan
Teknik Kimia
2
Tunggal/Telaga Said di Langkat Sumatera Utara. Penemuan minyak yang
pertama kali oleh Zijlker terjadi pada tahun 1885.
Semenjak itu hingga sekarang minyak dan gas bumi telah
menjadi suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan
perekonomian, baik untuk perusahaan minyak, untuk pemerintah Hindia
Belanda, kemudian untuk pemerintah dan rakyat Indonesia sendiri.
Sejarah lengkap perminyakan di Indonesia sampai dengan awal
kemerdekaan dapat dilihat pada Tabel 1.2.
o
1 1871 Pencarian minyak/pengeboran di Majalengka Jawa
Barat oleh Jan Reerink dan Van Hoevel.
2 1883 Eksplorasi dan penemuan minyak yang pertama kali
-1885 di Telaga tunggal/Telaga Said (Sumut) oleh A.J.
3 Zijlker.
1889 1.Penemuan minyak di daerah Jawa Timur
2.Pembangunan kilang Wonokkromo oleh De
4 Dordtsche Petroleum Maatschappij
3
1890 Konsesi Zijlker dialihkan ke perusahaan minyak De
5 Konink lijk Nederlandsche Maatschpij.
6 1891 Kilang Minyak Pangkalan Berandan mulai
1894 beroperasi.
1. Kilang minyak Balik Papan dibangun oleh Shell
Transport and Trading Company.
7 2. Kilang Cepu dibangun oleh De Dordtsche
1897 Petroleum Maat Schappij.
8 Pemasangan pipa minyak sepanjang 145 km dari
1889 Cepu ke Surabaya.
9 1. Penemuan lapangan minyak Tarakan oleh Shell.
1901 2. Undang-undang perminyakan Hindia Belanda.
10 Pemasangan pipa sepanjang 130 km dari Perlak ke
1904 Pangkalan Berandan.
11 1. Kilang minyak Plaju mulai beroperasi.
1907 2. Perubahan Undang-undang perminyakan.
Penggabungan De Koninklijke dan Shell menjadi
Royal Dutch Shell dengan 3 anak perusahaan yaitu :
1. BPM, untuk eksploitasi, produksi dan pengolahan.
12 2. Asiatic Petroleum, utnuk pemasaran.
1911 3. Anglo saxon Petroleum Co, untuk pegangkutan.
1. BPM mengambil alih konsesi De Dordtsche di
13 Jateng dan Jatim termasuk kilang Cepu dan
1912 Wonokromo.
14 2. Lapangan Samboja (Kaltim) ditemukan oleh BPM.
1921 1. Lapangan Bunyu (Kaltim) ditemukan oleh BPM
2. NKPM mendapat konsesi didaerah Sumbagsel.
15 1. Lapangan Talang akar Pendopo ditemukan oleh
16 1922 NKPM
1923 2. NIAM didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda
17 dan BPM untuk daerah konsesi Jambi.
1925 Kilang minyak Sungai Gerong didirikan.
18 Lapangan Jambi mulai berproduksi dan diolah oleh
1926 Kilang Plaju.
19 Standard Oil of New Jersey, induk perusahaan NKPM
1930 mendapat konsesi di Jawa, Madura dan TAP.
20 Kilang minyak Sungai Gerong mulai dioperasikan
1933 oleh NKPM.
21 NPPM didirikan oleh Standard Oil Company of
1935 California dengan Sumatera Tengah.
Operasi NKPM dan Standard oil of New Jersey di
Hindia belanda digabung menjadi SPVM (STANVAC).
22 1. NPPM mulai kontrak untuk blok Rokan Riau.
1936 2. BPM dan STANVAC bersama Far Fasific Invesment
yang mewakili CALTEX membentuk NNGPM untuk
23 eksplorasi daerah Sorong (Irja).
1939 1. NPPM dan Texas Oil Company (TEXACO)
bergabung menjadi CALTEX.
24 2. NNGPM menemukan lapangan minyak Klamono.
1940 1. Lapangan minyak Sebanga (Riau) ditemukan
25
4
1941 CALTEX
2. Lapangan minyak Wasian (Irja) ditemukan oleh
26 NNGPM.
1944 3. Shell dan CALTEX menggunakan proses Alkilasi
27 H2SO4
1945 1. Lapangan Sago dan Ukui ditemukan oleh
28 STANVAC.
1948 2. Shell mengembangkan proses Isomerisasi Butan
1. Lapangan Andan Sungai Pulai dan Sungai
Keruh ditemukan oleh STANVAC
29 2. Lapangan minyak Duri ditemukan oleh
30 1957 CALTEX.
31 1959 Jepang melakukan eksplorasi menggunakan
1961 peralatan eks CALTEX.
1. Didirikan PTMNRE-SU di Sumatera Utara.
2. Didirikan PERMIRI oleh para pejuang
kemerdekaan.
32 1. Karyawan minyak Cepu mendirikan PTMN,
33 1964 kemudian diubah menjadi PTMRI-Cepu.
1965 2. PERMIRI membubarkan diri karena wilayahnya
diduduki oleh Belanda.
Pembentukan PT.PERMINA
34 NV.NIAM berubah nama menjadi PT. PERMINDO
1968 1. PT. PERMINA berubah menjadi PN. PERMINA
dengan tugas utama bidang produksi.
2. Didirikan PT.PERTAMIN dengan tugas utama
35 bidang distribusi dan pemasaran.
1969 3. Berdirinya PN. PERMIGAN.
36 PN.PERMINA membeli saham NNGPM di Sorong.
1970
1. Seluruh kekayaan PT. Sheel diambil alih PN.
PERMINA.
2. PN. PERMIGAN diambil alih PN.PERMINA.
37
1971
3. Perubahan proses Isomerisasi Butan menjadi
Fluid Coking
1. Pengabungan PN.PERMINA dan PN. PERTAMIN
menjadi PN. PERTAMINA berdasarkan PP 27/1968.
2. Usaha eksplorasi/produksi dikembangkan dengan
sistim kontak bagi hasil dan kontrak bantuan
teknik.
Ditemukan minyak lepas pantai Arjuna di dekat
Pamanukan dan lapangan Jatibarang di Jawa Barat.
1. PN. PERTAMINA menerima asset kilang Sungai
Gerong dari PTSI.
2. Ditemukan lapangan minyak lepas pantai Cinta
dan ATAKA dilepai pantai Kaltim.
PN.PERTAMINA berubah nama menjadi PERTAMINA.
5
1. Masa perjuangan 1945 1950
2. Masa penyusunan kebijaksanaan Nasional 1950 1960.
3. Masa awal kebijaksanaan Nasional 1960 1966.
4. Masa pelaksanaan kebijaksanaan Nasional 1966 1976
5. Masa pemantapan kebijaksanaan Nasional 1976 1985
6. Masa depan minyak dan gas bumi Indonesia 1985 sekarang.
Dalam perjuangan pada awal kemerdekaan Indonesia, minyak
bumi mempunyai peranan yang cukup besar seperti :
1. Sebagai BBM untuk penerbangan bagi pesawat tempur Indonesia
dalam peperangan.
2. Sebagai komoditi ekspor untuk menghasilkan devisa dalam rangka
menembus blokade ekonomi oleh Belanda.
3. Sebagai alat untuk memperlancar hubungan pemerintah Republik
Indonesia dengan negara tetangga.
Dengan berlakunya Undang-Undang Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi Nomor 44 tahun 1960, maka sejak, itu kekuasaan negara atas
kekayaan alam minyak dan gas bumi memperoleh bentuk hukum yang
pasti, sehingga usaha untuk menerapkan kebijaksanaan Nasional dalam
bidang pertambangan minyak dan gas bumi dapat dilakukan
sepenuhnya oleh bangsa Indonesia.
Berdasarkan Undang-undang Pertambangan tersebut maka
kebijaksanaan nasional tentang perminyakan dan gas bumi meliputi :
1. Kegiatan eksplorasi dan produksi.
2. Kegiatan pemurnian dan pengolahan.
3. Pembekalan dalam negeri.
4. Pemasaran luar negeri.
5. Peningkatan usaha perkapalan dan telekomunikasi.
6. Usaha meningkatkan penelitian dan pengembangan.
7. Pengembangan jasa penunjang.
8. Keselamatan kerja dan lingkungan hidup.
6
Perjanjian ini menetapkan pembagian keuntungan 60 % untuk
pemerintah Indonesia dan sisanya 40 % untuk perusahaan asing. Kecuali
itu perusahaan minyak asing juga berkewajiban memenuhi kebutuhan
BBM didalam negeri menurut perbandingan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Disamping itu pula dalam rangka pengendalian ekspor
minyak ditetapkan pula bahwa harga ekspor minyak mentah dan hasil-
hasil pengolahannya harus mendapat persetujuan pemerintah.
Perusahaan asing yang menandatangani kontrak karya ini adalah Shell,
STANVAC dan CALTEX untuk jangka waktu selama 20 tahun.
1.2.2 Kontrak Bagi Hasil (Production Sharing)
Dalam sistim kontrak bagi hasil, pembagian keuntungan tidak
lagi didasarkan atas hasil penjualan minyak tetapi atas dasar produksi
minyak yang dihasilkan. Seluruh minyak mentah yang dihasilkan dibagi
antara pemerintah dan kontraktornya menurut perbandingan 65 % dan
35 %.
Dasar pemikiran kontrak bagi hasil adalah bahwa manajemen
minyak harus berada pada tangan bangsa Indonesia, dengan demikian
terjadi pengendalian operasi secara langsung yang memberikan
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan bagi perusahaan
negara (PERTAMINA) dalam operasi perminyakan yang melibatkan modal
besar dan penggunaan teknologi tinggi tanpa harus ikut menanggung
resiko investasi yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
7
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
8
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
9
5. Berikan contoh-contoh kilang minyak yang ada di Indonesia !
10
1. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan A. NKPM
minyak bumi
2. Yang pertama kali mengoperasikan Kilang B. CALTEX
Minyak Sungai Gerong
3 Yang mendirikan lapangan minyak Duri, Riau C. A.J. Zijlker
4. Eksplorasi dan penemuan minyak yang D.
pertama kali di Telaga Said/Telaga Tunggal Pertamina
5 Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas E. BPM
Bumi Negara
F. Crude Oil
G. Stanvac
1. Ali Fasya Ismail, Ir. MEng., 1998. Minyak dan Gas Bumi sebagai Sumber
Energi. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik Universitas Sriwjaya.
Palembang.
11
KEGIATAN BELAJAR II Jurusan
Teknik Kimia
12
KEGIATAN BELAJAR II Jurusan
Teknik Kimia
13
Suatu kilang minyak yang lengkap biasanya mempunyai
beberapa fasilitas pendukung berupa :
1. Instalasi tangki yang memadai untuk penyimpanan minyak mentah,
fraksi-fraksi dan produk akhir minyak
2. Pembangkit listrik
3. Peralatan angkutan material dan transportasi minyak
4. Unit perawatan dan pemeliharaan rutin selama 24 jam/hari dan untuk
7 hari/minggu
5. Instalasi pengolahan air dan buangan
6. Unit untuk pencampuran produk akhir.
Suatu kilang sederhana biasanya terdiri dari :
1. Unit distilasi
2. Unit reforming dan
3. Unit pemurnian (treating),
dan mempunyai produk antara lain seperti LPG, mogas (motor gasoline) ,
kerosin, gas oil dan fuel oil. Contoh diagram alir kilang sederhana dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Kilang yang lebih lengkap menghasilkan produk yang lebih
banyak dan beragam jenisnya, serta memerlukan proses-proses seperti :
distilasi hampa, perengkahan dengan katalis polimerisasi, alkilasi dan
oksidasi aspal. Kilang yang terintegrasi penuh menghasilkan produk BBM
yang lebih banyak lagi dengan proses yang lebih lengkap sebagai suatu
kilang modern. Contoh diagram alir kilang yang lengkap dan terintegrasi
penuh dapat dilihat pada Gambar 2.2.
14
a. Gas Alam (LNG), terdiri dari 95 % CH 4 dan lainnya hidrokarbon
ringan.
b. Gas ringan, utamanya mengandung C1 dan C2.
c. Gas buang (off gas), utamanya mengandung H 2, H2S, SO2, C1 dan
C2 .
d. LPG, tediri dari campuran C3 dan C4.
2. Fraksi-fraksi ringan.
Fraksi-fraksi ringan dapat diperoleh dari ujung atas kolom distilasi
merupakan minyak yang mempunyai berat molekul lebih kecil, terdiri
dari :
a. Gasoline, terdiri dari mogas (motor gasoline), dan avgas (aviation
gasoline).
b. Pelarut nafta dan kerosene.
c. Minyak jet (avtur = aviation turbin).
d. Minyak pemanas ringan (light heating oil),
3. Distilat-distilat.
a. Minyak diesel, teridiri dari ADO (Automotive Diesel Oil) dan IDO
(Industrial Diesel Oil).
b. Gas Oil LPG
Reforming Gasoline
D Treating
Kerosine
i
s
Minyak t
i Gas Oil
Mentah l
a
s
i
Fuel Oil
i
Gambar 2.1 Diagram Alir Kilang Sederhana
15
Gas
Fuel
Gas
C Reforming LPG
Nafta Gasolin
D
U
WWD
Kerosen Crude Dewaxing Lube/Wax
ADO ADO
IDO
C IDO
Lube/Wax C
H
V
LVGO
D
Poly/Alkyl
Plant
T
C
HVGO
Fuel Oil
Residu Tar Flux
16
Gambar 2.2 Diagram Alir Kilang Lengkap
17
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
18
5. Pengubahan hasil intermediate menjadi E. LPG
. kerosin
6. Merupakan hasil residu pada pengilangan F. Treating
. minyak bumi
G. Distilasi
H. LNG
I. H2
B. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang anda
anggap benar !
19
berdasarkan fraksinya dengan produk akhir BBM dan non BBM.
d. Sebagai fasilitas pendukung.
2. Salah satu produk kilang yang dihasilkan dari proses reforming
adalah
a. Gas oil c. Kerosene
b. LPG d. Fuel oil
3. Dari diagram alir kilang sederhana treating merupakan proses
untuk menghasilkan :
a. Kerosene c. LPG
b. Gasoline d. Pelumas
4. Gas alam LNG merupakan macam produk kilang yang mengandung
:
a. CH4 c. CH2
b. H2 d. NO2
5. Produk kilang yang terdiri dari produk-produk ringan yang
diperoleh dari kolom distilasi adalah :
a. Gas oil c. Fuel oil
b. Gasoline d. Paraffin
6. Produk kilang yang merupakan hasil distilat adalah :
a. Petroleum c. Minyak diesel
b. Kokas d. Fuel oil
7. Minyak diesel ADO yang dihasilkan dari produk kilang pada
diagram alir kilang diperoleh dari hasil :
a. Unit CDU c. Reforming
b. OCR d. Campuran C3 dan C4
8. Kandungan utama yang terdapat dalam LPG adalah :
a. CH4 c. N2 dan H2
b. C1 dan C2 d. Campuran C3 dan C4
20
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
21
KEGIATAN BELAJAR III Jurusan
Teknik Kimia
22
4. Mahasiswa mampu menjelaskan semua kemungkinan akibat yang
ditimbulkan oleh adanya senyawa pengotor didalam produk BBM dan
non BBM.
23
Oksigen : 0,1 1,0 %
Nitrogen : 0,01 0,3 %
Selain unsur-unsur di atas terdapat juga unsur-unsur logam seperti
vanadium, besi, nikel, khrom, posfor dan logam-logam lain yang
jumlahnya kurang dari 0,03 % berat.
Operasi-operasi pengilangan minyak secara fisis seperti
penguapan, fraksionasi dan pendinginan dilaksanakan oleh adanya
sejumlah besar penyusun minyak dan gas bumi, sedangkan operasi-
operasi kimiawi seperti pemurnian (treating) dan filtrasi dilaksanakan
oleh adanya senyawa-senyawa sulfur, oksigen dan nitrogen, juga
dilakukan oleh adanya sejumlah kecil senyawa hidrogen reaktif yang
mungkin terikat dalam minyak dan gas bumi.
Di dalam minyak mentah dan gas bumi terdapat beberapa
kelompok senyawa-senyawa hidrokarbon dan masih ada beberapa
kelompok senyawa hidrokarbon yang lain yang dihasilkan oleh proses-
proses pengolahan minyak seperti perengkahan dan hidrogenasi. Di
antara minyak dan gas bumi mempunyai rumus molekul seperti alkana
(CnH2n+2), alkena (CnH2n) dan alkuna (Cn H2n-2 ).
3.1.1 Kelompok Senyawa Hidrokarbon
Kelompok senyawa hidrokarbon yang terkenal ada di dalam
minyak dan gas bumi ada 6 kelompok yaitu :
1. Parafin yang merupakan senyawa alkana.
2. Olefin yang terdiri dari gugus alkena dan sikloparafin.
3. Naftalena yang terdiri dari hidrokarbon cincin jenuh
4. Aromatik yang terdiri dari hidrokarbon cincin tak jenuh
5. Diolefin terdiri dari dua ikatan rangkap yang tak jenuh dan
6. Asetilen
Kelompok senyawa parafin merupakan senyawa yang sangat
stabil dan mempunyai rantai lurus, seperti metan, etan, propan, butan,
pentan dan lain-lain. Kelompok senyawa olefin atau juga disebut etilen
terdiri dari senyawa rantai lurus yang tak jenuh yang mempunyai ikatan
rangkap menghubungkan dua atom karbon. Kelompok senyawa olefin
antara lain etena, propena, butena dan lain-lain.
24
Kelompok senyawa naftalen mempunyai rumus molekul yang
sama dengan kelompok senyawa olefin, tetapi sangat besar perbedaan
sifat-sifatnya. Sernyawa naftalen adalah senyawa-senyawa yang
mempunyai cincin atau rantai melingkar yang jenuh. Kelompok senyawa
ini antara lain siklo propan, siklo pentan, siklo heksan, siklo heptan dan
lain-lain.
Kelompok senyawa aromatik yang sering disebut sebagai
kelompok senyawa benzen, merupakan senyawa kimia yang aktif.
Senyawa ini merupakan senyawa tak jenuh yang berbentuk cincin atau
rantai melingkar. Kelompok senyawa ini antara lain benzen, naftalen,
fenol, anilin dan lain-lain. Kelompok senyawa diolefin hampir sama
dengan senyawa-senyawa olefin kecuali dua atom hidrogen yang hilang.,
atau dua ikatan rangkap tedapat pada setiap molekulnya. Dua ikatan
rangkap tersebut menyebabkan senyawa ini aktif sekali. Senyawa diolefin
cenderung membentuk polimer atau berkombinasi dengan molekul-
molekul tak jenuh lainnya membentuk senyawa yang mempunyai berat
molekul yang lebih besar seperti getah minyak (gum).
25
Minyak dasar parafin (paraffinic base) mengandung sangat sedikit
aspal, sehingga sangat baik sebagai sumber untuk memproduksi lilin
paraffin, minyak pelumas motor dan kerosin dengan kualitas tinggi.
Minyak dasar campuran (mixed base) mengandung sejumlah lilin dan
aspal secara bersamaan. Produk yang dihasilkan minyak dasar ini lebih
rendah kualitasnya dibandingkan dengan dua tipe minyak di atas.
Disebabkan karena bervariasinya produk dan fraksi minyak di dalam
berbagai minyak mentah yang berbeda-beda, maka terdapat perbedaan
yang menyolok dari sifat-sifat minyak tersebut. Sifat-sifat umum minyak
mentah dengan dasar yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Disamping penggolongan minyak berdasarkan senyawa
hidrokarbon dan ikatan molekul atom-atomnya, pengklasifikasian minyak
dapat juga didasarkan pada sifat penguapan, kadar sulfur, berat jenis dan
faktor karakteristik.
1. Klasifikasi menurut sifat penguapan
a. Minyak ringan (light oil), mengandung komponen fraksi ringan
lebih dari 50 % berat.
b. Minyak sedang (medium oil) mengandung komponen ringan 20 -
50 % berat.
c. Minyak berat (heavy oil) mengandung komponen ringan kurang dari
20 % berat.
2. Klasifikasi menurut kadar sulfur
a. Minyak bumi kadar sulfur tinggi (ligh sulfur oil) mengandung sulfur
lebih dari 2 % berat.
b. Minyak bumi kadar sulfur sedang (medium sulfur oil), mengandung
sekitar 0,1 sampai 2 % berat.
c. Minyak bumi kadar sulfur rendah (low sulfur oil), mengandung kadar
sulfur kurang dari 0,1 % berat.
3. Klasifikasi berdasarkan berat jenis
a. Minyak ringan : berat jenis < 0,835
b. Minyak sedang : berat jenis 0,835 s/d 0,865
c. Minyak berat : berat jenis > 0,86
4. Klasifikasi berdasarkan faktor karakteristik
a. Parafin : K = 12,1 13,0
26
b. Intermediate : K = 11,5 12,1
c. Naftenik : K = 10,5 11,5
d. Aromatik : K = 9,8 - 10,5
K adalah faktor karakteristik yang didefinisikan sebagai :
3
TB
K= ,
Sp.Gr
Dimana TB adalah titik didih molar rata-rata (oF) dan Spgr adalah
berat jenis pada 60 oF.
27
Gasolin 280 65 30 5 35 35 10 -
e 450 60 30 10 25 50 25 -
Kerosen 600 25 55 15 - 65 65 2
Gas Oil 750 20 65 15 - 55 55 2
Distilat
Berat
28
menjengkelkan terdapat pada senyawa-senyawa yang mempunyai titik
didih rendah atau senyawa-senyawa sulfur dalam bentuk gas seperti
hidrogen sulfida (H2S), sulfur dioksida (SO2) yang keluar melalui cerobong
asap, merkaptan yang mempunyai atom karbon sampai 6 buah (titik
o
didih sekitar 400 F), sulfide sampai dengan atom karbon (titik didih
sekitar 350 F) dan metal disulfide (titik didih sekitar 243 oF). Prosentase
o
sulfur di dalam minyak mentah bervariasi mulai dari nol untuk minyak
o
mentah yang mempunyai API tinggi sampai dengan 7,5 % dalam
minyak mentah berat. Berarti bahwa pada minyak yang mengandung
prosentase sulfur sedemikian tinggi maka separuh dari senyawa-senyawa
yang dihasilkan dari minyak mentah itu akan mengandung senyawa
sulfur.
Minyak mengandung oksigen dalam bentuk asam-asam naftenat,
fenol, asam karbonat, aspal dan resin. Kandungan oksigen dalam minyak
bumi tidak lebih dari 3 %. Dalam fraksi yang mempunyai titik didih
rendah akan dijumpai fenol dan asam karbolik dalam jumlah yang sangat
kecil. Minyak yang mengandung hidrokarbon naftenik tinggi biasanya
mengandung asam naftenat yang tinggi. Jumlah asam naftenat yang ada
dalam fraksi gas oil berat adalah maksimum dengan berat jenis 0,96
1,0. Asam-asam tersebut larut dalam alkohol dan produk-produk minyak
dan tidak larut dalam air. Asam ini adalah suatu cairan dengan bau yang
tak sedap dan menyebabkan korosi terhadap logam-logam, seng, timah
putih, tembaga dan besi.
Nitrogen yang ada dalam minyak adalah dalam bentuk senyawa-
senyawa basa seperti piridin, piridin yang terhidrogenasi, dan
sebagainya. Komposisi minyak yang mengandung senyawa nitrogen tidak
diketahui, tetapi mempunyai berat jenis sama dengan 1 dan mempunyai
bau yang sangat tidak sedap.
Senyawa lain yang terkandung dalam minyak adalah aspalten
dan resin yang terdiri dari resin netral, asam-asam aspalten dan
aspaltenat dan anhidridanya. Resin netral dapat berbentuk cairan,
setengah padat dan kadang-kadang berbentuk padatan. Resin-resin
tersebut membentuk komposisi kimia minyak yang mengandung resin
dan aspalten adalah hidrokarbon aromatik, naften dan parafin.
29
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
30
3. Sebutkan unsur-unsur dan senyawa pengotor apa saja yang
terkandung dalam minyak !
1. Unsur utama yang terdapat di dalam minyak dan gas bumi adalah :
a. Nitrogen c. Hidrogen-Karbon
b. Oksigen d. Sulfur
2. Komposisi senyawa oksigen yang terdapat dalam minyak mentah
dan gas bumi adalah :
a. 0,5 - 14,0 % c. 11,5 - 14,0 %
b. 0,01 - 0,3 % d. 0,1 - 1,0 %
3. Kelompok senyawa hidrokarbon yang mempunyai molekul yang
sama dengan kelompok senyawa olefin adalah :
a. Naftalen c. Parafin
b. Asetilen d. Propen
4. Kelompok senyawa aromatik yang berbentuk cincin dan merupakan
senyawa kimia yang aktif adalah :
a. Olefin c. Diolefin
b. Benzen d. Asetilen
5. Minyak dasar yang digunakan untuk memproduksi atau sebagai
sumber untuk memproduksi minyak pelumas motor adalah :
a. Aspal c. Parafin
b. Crude oil d. Campuran H2 dan N2
6. Minyak bumi dengan kadar sulfur sedang adalah :
a. < 0,1 % berat c. 0,1 - 0,2 % berat
b. 0,1 - 2 % berat d. > 0,2 % berat.
7. Senyawa pengotor yang tidak diingini dalam minyak dan gas bumi
adalah :
a. Karbon dan hidrogen c. Oksigen
b. Sulfur dan belerang d. Naftalen
8. Senyawa pengotor yang terkandung dalam minyak bumi
mempunyai sifat :
a. Mudah meledak c. Reaktan
31
b. Katalis d. Korosif
9. Pengklasifikasian minyak dengan berat jenis > 0,86 tergolong :
a. Minyak ringan c. Minyak berat
b. Minyak sedang d. Minyak parafin
10. Untuk menghilangkan kandungan sulfur, oksigen dan Nitrogen
yang terdapat dalam minyak maka dlalkukan :
a. Reforming c. Treating
b. Cracking d. Distilasi
32
3. Kelompokkan senyawa hidrokarbon yang ada didalam minyak dan
gas bumi !
4. Sebutkan klasifikasi minyak dan gas bumi berdasarkan komposisinya
!
5. Uraikan senyawa pengotor yang sering dijumpai dalam produk BBM
dan non BBM !
33
yang terkandung dalam minyak ()
34
1. Bland W.F. and Davidson, R.L., 1987. Petroleum Processing Handbook,
Mc-Graw Hill Book Co. New York.
35
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :
Mengetahui cara-cara melakukan pemeriksaan terhadap minyak dan
produknya untuk menentukan spesifikasinya.
36
4.1 Metoda dan Macam- Macam Pemeriksaan Lab.
a.
1. API Gravity dan Berat Jenis (specific gravity)
Berat jenis dan oAPI gravity menyatakan densitas atau berat
o
persatuan volume sesuatu zat. API dapat diukur dengan Hidrometer
(ASTM D 287), sedangkan berat jenis dapat ditentukan dengan
o
piknometer (ASTM D 941 dan D 1217). Pengukuran API gravity
o
dengan hydrometer dinyatakan dengan angka 0 s/d 100. Hubungan
API gravity dengan berat jenis adalah sebagai berikut :
141,5 141,5
o
API = 131,5 atau BJ =
BJ
o
API 131,5
satuan berat jenis dapat dinyatakan dengan lb/gal atau lb/barrel atau
ton/m3. Tujuan dilaksanakan pemeriksaan terhadap oAPI gravity dan berat
jenis adalah untuk indikasi mutu minyak dimana makin tinggi oAPI
atau makin rendah berat jenis maka minyak tersebut makin berharga
karena banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin rendah oAPI maka
mutu minyak makin rendah karena lebih banyak mengandung lilin.
Minyak yang mempunyai berat jenis tinggi berarti minyak tersebut
mempunyai kandungan panas (heating value ) yang rendah, dan
sebaliknya bila minyak mempunyai berat jenis rendah berarti memiliki
kandungan panas yang tinggi.
37
Pemeriksaan tekanan uap RPV dilakukan dengan metoda ASTM D
323 untuk produk-produk yang mudah menguap dan tidak pekat seperti
mogas (motor gasoline) dan bensin alam (natural gasoline). Pemeriksaan
dilakukan pada suhu 100 oF, dan satuan tekanan uap ASTM dilaporkan
sebagai lb/in2 atau psia. Tekanan uap minyak yang sesungguhnya
dilaporkan lebih tinggi sekitar 5 9 % dari RVP.
Tekanan uap memberikan indikasi tekanan pada minyak yang
akan mengembang di dalam tempat tertutup, dan tekanan ini sangat
berarti bagi minyak yang mempunyai suhu sedemikian rendah dan tidak
dapat didistilasi pada tekanan atmosfir. Pemeriksaan RVP sangat penting
terutama :
a. Untuk keselamatan dalam transportasi minyak,
b. Untuk menghindari penyumbatan uap pada sistem umpan gasoline,
c. Untuk perencanaan tangki penyimpanan minyak dan
d. Untuk menandai karakteristik mudah tidaknya start up pada bahan
bakar untuk motor yang menggunakan penyalaan dengan busi.
RVP menggambarkan adanya kandungan komponen ringan berupa etan
dan propan.
3. Distilasi ASTM
Pemeriksaan distilasi laboratorium yang dilakukan untuk gasoline,
nafta, dan kerosene adalah dengan metoda ASTM-D 86, untuk bensin
alam dengan ASTM-D 216, dan untuk gas oil dengan ASTM-D 158.
Distilasi laboratorium dilakukan pada volume 100 ml dengan kecepatan
tetesan yang keluar adalah 5 ml/menit. Suhu uap mula-mula
menetes (setelah mengembun) disebut IBP (Initial Boiling Point). Suhu
uap dicatat pada setiap 10 ml tetesan yang terkumpul. Maksimum suhu
yang dicapai pada hasil distilasi 95 % dicatat sebagai End Point atau FBP
(Final Boiling Point).
Distilasi ASTM merupakan informasi untuk operasi di kilang
bagaimana fraksi-fraksi seperti komponen gasolin, bahan bakar jet,
minyak diesel dapat diambil dari minyak mentah yang disajikan melalui
performance dan volatilitas dalam bentuk persen penguapannya.
38
4. Titik Nyala dan Titik Api
Titik nyala (Flash Point) adalah suhu dimana uap yang berada di
atas minyak dapat menyala sementara atau akan meledak seketika kalau
ada api, sedangkan titik api (Fire Point) adalah suhu dimana uap yang
ada di atas minyak akan cepat terbakar seluruhnya secara terus
menerus.
Titik nyala dan titik api menunjukkan indikasi jarak titik didih , dimana
pada suhu tersebut minyak akan aman untuk dibawa tanpa adanya
bahaya terhadap api (tidak terjadi kebakaran). Peralatan yang umum
dipakai untuk pemeriksaan titik nyala dan titik api adalah Open Cup
(ASTM-D92) dan Pensky-Marten (ASTM-D93) untuk pemeriksaan minyak-
minyak berat., sedangkan peralatan Tag-tester (ASTM-D56) dipakai untuk
pemeriksaan minyak-minyak ringan.
Minyak-minyak berat yang akan diperiksa dipanaskan pada
kecepatan 10 oF per menit, sedangkan untuk minyak-minyak ringan pada
kecepatan 1,8 oF/menit. Pada tiap pemeriksaan, nyala api dimasukkan ke
dalam uap selama interval waktu 30 detik, lalu suhu dicatat.
5. Warna (Color)
Warna minyak menunjukkan indikasi kesempurnaan pada proses
penyulingannya. Untuk minyak-minyak yang berbeda jarak didihnya dan
berbeda asal minyak mentahnya akan mempunyai warna yang berbeda
pula, akan tetapi hal-hal lain dapat pula dibandingkan dimana warna
menyatakan tingkat kesempurnaan penyulingan. Produk-produk
penyulingan yang berwarna akan menunjukkan indikasi a) terjadinya
peruraian termis, b) masuknya material yang berwarna gelap seperti ter.
Perubahan warna oleh peruraian disebabkan karena suhu terlalu tinggi,
dan perubahan warna karena masuknya material gelap biasanya
disebabkan karena melubernya material itu kedalam peralatan yang
kapasitasnya telah maksimum.
Pemeriksaan yang dipakai pada pemeriksaan warna gasoline dan
minyak-minyak bakar adalah Saybolt Chromometer (ASTM-D156) atau IP-
87. Untuk pemeriksaan warna minyak-minyak pelumas, minyak-minyak
sekunder dan Petrolatum digunakan Union Calorimeter(ASTM-D155).
39
Secara visual minyak dapat dibedakan seperti kuning untuk mogas,
merah untuk premium , hijau untuk avgas, biru untuk bensin 2 tak atau
BB2L (bensin biru 2 langkah) dan jernih untuk minyak premix.
6. Viskositas
Viskositas suatu minyak adalah merupakan ukuran ketahanan
terhadap pengalirannya sendiri dan merupakan indikasi adanya minyak
pada permukaan bidang pelumasan. Viskositas dapat didefinisikan
sebagai gaya hambatan dalam satuan dyne yang diperlukan untuk
menggerakkan suatu bidang datar yang luasnya 1 cm 2 sejauh 1 cm
dalam waktu 1 detik. Pengukuran viskositas dimaksudkan untuk
mengetahui kekentalan minyak pada suhu tertentu sehingga minyak
dapat dialirkan pada suhu tersebut, terutama pada sistim pemipaan dan
pemompaan minyak diesel dan minyak pelumas. Pada umumnya makin
ringan minyak bumi maka makin kecil viskositasnya dan sebaliknya.
Peralatan yang dipakai untuk pemeriksaan viskositas adalah
Saybolt Universal Viscosity (ASTM-D88). Viskositas yang dicatat adalah
lamanya waktu pengaliran minyak dalam suatu wadah dengan volume
tertentu melalui suatu lubang (orifice) tertentu pada suhu tertentu.
Apabila t adalah viskositas say bolt universal (dalam satuan detik), z
adalah viskositas dalam satuan centipoises dan s adalah berat jenis yang
diperoleh pada suhu yang sama, maka hubungannya adalah :
149, 7
Viskositas kinematik, z/s = 0,219 t -
t
Pemeriksaan viskositas kinematik dilakukan dengan ASTM-D445
atau IP-71 menggunakan viskometer kapiler, merupakan suatu ukuran
terhadap waktu pengaliran minyak yang melawan gaya gravitasi dengan
tekanan yang merata terhadap densitas cairan. Angka viskositas dipakai
sebagai dasar untuk menentukan angka indeks viskositas, yaitu secara
empiris menggambarkan perubahan viskositas akibat perubahan suhu.
Bila indeks viskositas tinggi maka viskositasnya relatif tidak berubah
terhadap suhu, jika rendah berarti viskositasnya sangat dipengaruhi oleh
perubahan suhu.
40
7. Titik Kabut dan Titik Tuang.
Titik kabut (Cloud Point) dan titik tuang (Pour Point) dimaksudkan
untuk memperkirakan jumlah lilin yang terdapat dalam minyak. Seperti
diketahui bahwa semua minyak akan membeku jika didinginkan sampai
suhu yang cukup rendah, dan oleh karena itu pemeriksaan ini tidak
menunjukkan adanya sejumlah lilin ataupun padatan lain di dalam
minyak. Hal ini berarti bahwa pada pemeriksaan tersebut terlihat bahwa
lilin akan meleleh di atas titik tuangnya sehingga dapat dipisahkan
dari minyak. Titik kabut ini sangat diperlukan untuk minyak diesel HSD
(High Speed Diesel) untuk indikasi adanya penyumbatan lilin pada
saringan minyak halus (finer filter) sehingga mesin akan sulit beroperasi.
Indikasi minyak ini adalah makin rendah titik kabut maka makin banyak
kandungan lilin.
Titik kabut adalah suhu dimana terjadinya asap pada dasar
tabung reaksi (jar test) ketika minyak yang diperiksa (sesudah
dipanaskan) didinginkan tanpa pengadukan. Pemeriksaan titik kabut ini
dilakukan dengan metoda ASTM-D250 atau IP-219, dimana minyak
didinginkan minimum pada suhu 25 oF di atas titik kabutnya.
Titik tuang adalah suhu dimana minyak tidak dapat bergerak
karena membeku selama 5 detik ketika dimiringkan atau dituangkan
setelah melalui pendinginan pada setiap interval 5 oF. Pemeriksaan titik
tuang dilakukan dengan metoda yang sama dengan metoda titik kabut
yaitu ASTM-D97 atau IP-15, dimana minyak mula-mula dipanaskan
sampai suhu 115 oF sehingga semua lilin sudah terlarut, lalu didinginkan
hingga suhu mula-mula minyak sebelum dipanaskan (sekitar 90 oF). Titik
o o
tuang biasanya dicatat lebih rendah 5 C (8 10 F) di bawah titik
kabutnya. Indikasi minyak ini adalah bahwa pada suhu yang rendah
minyak bakar (fuel oil) masih dapat dipompakan.
41
minyak selama pengujiannya. Pada mesin yang memakai busi,
karakteristik anti ketukan digunakan untuk menentukan gejala fisik,
gejala kimiawi, perancangan mesin dan kondisi operasi. Bila angka oktan
dari suatu gasoline terlalu rendah dari spesifikasi yang diperlukan mesin,
maka akan terjadi ketukan yang berakibat akan menurunkan
performance (daya guna) mesin tersebut sehingga akan menyebabkan
kehilangan tenaga dan kerusakan pada mesin. Standar angka oktan
untuk Indonesia adalah 88 untuk premium, 95 untuk premix dan 98 untuk
super.
Metoda-metoda yang dipakai untuk pengujian agka oktan antara
lain ASTM-D908 atau D-2699 (research method) dan ASTM-D357 (Motor
method) dipakai untuk mogas (motor gasoline), ASTM-D614 atau D-2885
(Aviation method) dipakai untuk minyak kapal terbang baling-baling
(avgas = aviation gasoline), dan ASTM-D909 (Supercharge Method)
dipakai untuk minyak kapal terbang turbo jet (avtur = avation turbine).
Angka Oktan Riset (RON = Research Octane Number) ditentukan
dengan suatu metoda yang mengukur tingkat anti ketuk mogas dalam
suatu mesin dengan silender tunggal pada kondisi operasi ringan (ppm
rendah).
Angka Oktan Motor (MON = Motor Octane Number) terdiri dari :
a. Angka oktan > 100 (ASTM-D909), disebut rich mixture performance.
b. Angka oktan <100 (ASTM-D2700), disebut weak micture performance.
Angka oktan dapat dinaikkan pada mulanya memakai TEL (Tetra
Ethyl Lead), sedangkan pada perkembangan sekarang TEL sudah tidak
diizinkan lagi karena mengganggu lingkungan, maka formulasi gasoline
menjadi :
a. Campuran-campuran komponen hidrokabon, eter alifatik, alkohol
alifatik, methanol maksimum 3% volume, dan aditif.
b. Mengandung oksigen tidak lebih dari 2 %.
c. Gasoline harus diolah dengan proses fisika dan kimia sehingga
menghasilkan bensin bebas timah hitam (timbal).
d. Komponen bahan aditif harus hanya mengandung karbon, hidrogen
dan salah satu dari elemen oksigen atau nitrogen. Aditif yang
dianjurkan oleh Shell pada tahun 1991 adalah etanol maksimum 70%
42
vol, MTBE (Metil Tersier Butil Eter), ETBE (Etil Tersier Butil Eter), TAME
(Tersier Amil Metil Eter), DIPE (Di-Iso Propil Eter).
9. Uji Belerang (Sulfur)
Pemeriksaan terhadap kandungan sulfur di dalam minyak dapat
dilakukan dengan berbagai metoda antara lain :
a. ASTM-D90 untuk gasoline dan minyak-
minyak bakar, caranya adalah 10 gram minyak dibakar pada
sebuah lampu kecil dan hasil pembakarannya ditarik melalui suatu
larutan penyerap natrium karbonat. Kandungan sulfur ditentukan
dengan cara titrasi larutan natrium karbonat tak terpakai.
b. ASTM-D129 untuk pemeriksaan sulfur di
dalam minyak bakar residu dan minyak mentah, dengan cara oxygen
bomb method.
c. ASTM-D130 untuk pemeriksaan sulfur bebas
dan senyawa-senyawa sulfur yang bersifat korosif.
43
11. Getah Minyak (Gum)
Penentuan getah minyak didalam gasoline telah menjadi suatu
test yang menyulitkan. Metoda test yang digunakan adalah ASTM-D381.
Pengujian ini menunjukkan jumlah getah minyak yang terdapat pada
waktu pengujian dan jumlah deposit yang mungkin terjadi pada
pemakaiannya jika gasoline dipakai dengan segera. Pemeriksaan untuk
stabilitas getah (gum stability) dilakukan dengan metoda ASTM-D525.
Pemeriksaan rutin laboratorium yang lain adalah :
a. Titik anilin (Aniline Point)
b. Bilangan setana (Cetane Number)
c. Indeks diesel
d. Titik asap (Smoke Point)
e. Bilangan cincin (Ring Number),
f. Indeks korelasi,
g. Nilai kalor,
h. Bilangan penetrasi,
i. Bilangan daya guna (Performance Number).
Titik anilin adalah suhu kesetimbangan yang minimum dimana sejumlah
volume anilin ditambahkan kedalam minyak sehingga bercampur
sempurna.
Bilangan Setana (cetane number) adalah % volume setana (C16H34) dan
metal naftalen yang equivalent dengan kualitas penyalaan bahan bakar
(minyak diesel) pada waktu pengujian.
Indeks Diesel (diesel index) didefisnisikan sebagai :
(titik anilin x oAPI gravity)/100
Bilangan setana atau indeks diesel menunjukkan mudah tidaknya
dilakukan start terhadap mesin pada suhu dan tekanan mesin yang
rendah pada operasi pembakaran sempurna. Bahan bakar (diesel) yang
mempunyai kualitas penyalaan yang jelek akan menyebabkan tidak
terjadi pembakaran (terjadi letupan), pelapisan piston oleh minyak,
pengotoran mesin oleh deposit dan operasi pembakaran tidak sempurna.
44
Titik asap (smoke point) adalah tinggi nyala yang dapat dihasilkan oleh
lampu standar tanpa terjadi langat (jelaga). Titik asap ini diperlukan
dalam spesifikasi kerosin dan minyak-minyak bakar.
Bilangan cincin (ring number) adalah menyatakan karakteristik
penyalaan minyak pada lampu, didefinisikan sebagai :
SayboltThermovis cos ity
RN = 10 46 o API
5
Indeks korelasi untuk minyak mentah menyatakan hubungan antara
titik didih dan berat jenis.
2. Bensin
Bensin sebagai bahan bakar pada motor bakar haruslah berfungsi
dengan memuaskan. Untuk maksud tersebut maka gasoline harus
mempunyai karakteristik sebagai berikut : a) dapat terbakar secara halus
dan pelan di dalam silinder tanpa terjadinya letupan, b) mudah menguap
sehingga cukup tersedia campuran uap bahan bakar dan udara dalam
silinder apabila mesin dihidupkan dalam keadaan dingin, c) tidak mudah
begitu menguap didalam pompa atau pipa ketika mesin dalam keadaan
panas yang akan menyebabkan penyumbatan saluran minyak ke
karburator, d) dalam kondisi normal dan mesin panas, minyak harus lebih
45
mudah menguap sehingga mengurangi pengaruh terbentuknya cairan
dalam manifold mesin.
Persyaratan teknis yang diperlukan oleh gasoline tergantung pada
bilangan oktan minyak yang dipasarkan. Secara umum persyaratan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
3. Kerosin
Persyaratan kerosin sebagai bahan bakar dengan kualitas
standard dan kualitas industri dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.1 Persyaratan Teknis Mogas
No Karakteristik Premium, ON = 85 Super, ON = 98
1. Warna Orange Merah
2. Korosi < No 1 < No 1
3. Kestabilan Oksidasi min 360 menit min 360 menit
4. Residu penguapan maks 4 mg/100 ml maks 4 mg/100 ml
5. Total sulfur maks 0,25 % berat maks 0,20 % berat
6. RVP, kg/cm2 maks 0,70 maks 0,70
7. Kandungan Timbal maks 0,56 mg/l maks 0,80 mg/l
46
Titik kabut, oF 5 D-97
4. Minyak Diesel
Karakteristik yang utama dari minyak diesel adalah
kebersihannya, kualitas penyalaan, fluiditas, volatilitas dan atomisasi.
Kebersihan minyak diesel meliputi residu karbon dan kandungan sulfur
yang terdapat dalam minyak. Kualitas penyalaan yang baik dinyatakan
dengan pengukuran bilangan setana (cetane number) atau indeks diesel
yang ditunjukkan dengan mudah tidaknya mesin di start pada suhu
rendah, tekanan mesin yang rendah dan operasi mesin yang halus.
Fluiditas dan atomisasi minyak diesel ditandai dengan titik tuang (pour
point) dan viskositas minyak yang rendah, namun tidak sedemikian
rendah sehingga menyebabkan kesulitan pelumasan pada injektor,
kebocoran dan efisiensi yang rendah. Volatilitas minyak ditandai dengan
titik nyala, residu karbon, dan distilasi.
Secara komersil minyak diesel yang dijual di Amerika Serikat
dibagi dalam 4 kelas yaitu :
a. Kelas 1, untuk mesin diesel bus kota dan sejenis.
47
b. Kelas 2, untuk mesin diesel truk, traktor dan mesin-mesin sejenis.
c. Kelas 3, untuk mesin diesel kereta api.
d. Kelas 4, untuk mesin diesel kapal laut.
Di Indonesia minyak diesel dijual dalam 2 kategori yaitu minyak
diesel untuk kendaraan bermotor (ADO= Automotive Diesel Oil), dan
minyak diesel untuk keperluan industri (IDO = Industrial Diesel Oil).
Persyaratan minyak diesel untuk berbagai keperluan dari 4 klas dapat
dilihat pada Tabel 4.4.
48
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik
Kimia
49
karena membeku F.Index Diesel
7. Metoda yang digunakan untuk pengujian
angka oktan pada minyak kapal terbang G. Angka Oktan
8. Pemeriksaan sulfur dalam minyak bakar H. ASTM-D86
residu dan minyak mentah
I. ASTM D-158
J. Titik Beku
50
a. Titik kabut c. Warna
b. Viskositas d. o API Gravity
3. Persen volume dari iso oktan yang harus dicampur dengan normal
heptan dalam rangka untuk memberikan intensitas ketukan yang
sama terhadap minyak selama pengujiannya dinamakan :
a. Titik kabut c. Uji belerang
b. Iso oktan d. Angka Oktan
4. Karakteristik minyak dengan angka oktan > 100 disebut :
a. Weak mixture performance c. Rich mixture performance
b. Angka oktan riset d. ASTM-D 614
5. Standar angka oktan untuk premium adalah :
a. 88 c. 90
b. 98 d. 95
6. Metoda yang dipakai untuk pengujian agka oktan pada mogas
adalah :
a. ASTM D 614 c. ASTM D-357
b. ASTM D-2885 d. ASTM-D269
7. Bilangan yang menunjukkan mudah tidaknya dilakukan start
terhadap mesin pada suhu dan tekanan mesin yang rendah pada
operasi pembakaran sempurna dinamakan :
a. Titik asap c. Titik anilin
b. Indeks diesel d. Indeks korelasi
8. Salah satu karakterisasi yang harus dimiliki oleh minyak gasolin
adalah:
a. Dapat terbakar secara halus c. Indeks korelasi > 0,1
b. Titik anilin tinggi d. Angka oktan 98
51
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
52
KEGIATAN BELAJAR V Jurusan
Teknik Kimia
53
KEGIATAN BELAJAR V Jurusan
Teknik Kimia
54
perhitungan dari data primer, bagaimana interpretasi data serta
bagaimana cara menggunakannya.
Informasi yang diperlukan oleh kilang minyak antara lain :
1. Sifat-sifat dasar dan umum suatu minyak mentah.
Informasi yang diperlukan adalah oAPI, kandungan sulfur, viskositas,
titik tuang, warna dan kandungan nitrogen.
2. Prosentase senyawa sulfur (impurities) seperti sulfur, garam dan
emulsi yang menyebabkan kesulitan pada proses pengolahan
nantinya.
3. Data operasi dan perencanaan.
Data yang diperlukan berupa kurva hubungan antara suhu dan gravity
versus persen distilasi seperti :
a. Kurva fraksionasi atau TBP (true boiling point)
b. Kurva kesetimbangan atau flash vaporization
c. Kurva oAPI atau berat jenis tiap fraksi hasil distilasi
4. Kurva sifat-sifat fraksi versus persen distilasi (mid percent) sifat rata-
rata beberapa fraksi versus persen hasil yang akan dicapai.
Beberapa kurva sifat umum tersebut adalah :
a. Kurva viskositas fraksi minyak pelumas
b. Kurva bilangan oktan fraksi gasolin
c. Kurva titik anilin dari fraksi minyak pelarut, kerosin, atau minyak
d. Kurva penetrasi residu aspal
e. Kurva viskositas residu distilasi
5. Data produk-produk akhir.
Informasi produk akhir diperoleh dari Pilot Plant baik berupa batch still
maupun semi batch still. Informasi yang diperoleh meliputi sifat-sifat
umum dan yield yang dihasilkan melalui proses distilasi seperti kurva
distilasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari informasi-informasi
tersebut di atas dapat diperkirakan jenis minyak yang akan diolah.
Untuk mengklasifikasikan minyak mentah dan produk-produknya
dapat dilakukan dengan mengetahui faktor karakteristik, indeks
viskositas, dll.
a. Faktor Karakteristik
55
Faktor karakteristik minyak dapat dihitung berdasarkan definisi
sebagai berikut :
3 Tb
K=
S
Dimana Tb adalah titik didih molal rata-rata, dan S adalah berat jenis
o
pada 60 F. Faktor karakteristik sangat erat hubungannya dengan
viskositas, titik anilin, berat molekul, suhu kritis, persen hidrokarbon, dll.
Oleh karena itu hampir semua data lab dapat dipakai memperkirakan
faktor karakteristik.
b. Indeks Viskositas
Indeks viskositas mempunyai skala 0 s/d 100 yang menunjukkan
kecepatan perubahan viskositas terhadap suhu. Index viskositas 100
berarti minyak cenderung menjadi tidak pekat pada suhu rendah atau
menjadi encer pada kenaikan suhu. Minyak-minyak dengan dasar parafin
mempunyai indeks viskositas hampir 100, sedangkan minyak-minyak
dasar naften mempunyai indeks viskositas sekitar 200, dimana proses
pemisahannya dapat menurunkan indeks viskositas minyak asalnya.
Indeks viskositas dapat ditentukan dengan mengetahui viskositas say
bolt pada 100 dan 210 oF.
d. Indeks Korelasi
Indeks korelasi sebagaimana juga faktor karakteristik
mempunyai hubungan dengan titik didih dan berat jenis, seperti terlihat
pada korelasi berikut ini :
56
48.640
IK = 473, 7G 456,8
TB
Dimana TB adalah titik didih mutlak skala Kelvin ( oK), G adalah berat jenis
o
pada 60/60 F. Berdasarkan faktor karakteristik dan index viskositas
maka minyak mentah dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Group Faktor Karakteristik Indeks Viskositas
I 12,1 12,6 80 100
II 11,9 12,2 60 80
III 11,7 12,0 40 60
IV 11,5 11,8 20 40
V 11,3 11,6 0 - 20
57
dan cara perhitungan analsis minyak mentah dapat dilihat pada Tabel
5.1 dan Tabel 5.2.
58
fraksi, volume, gravity,
indeks bias.
3. Distilasi pada tek 40 mm Hg 1. Cut 5 fraksi distilat yang
diperoleh dari residu
distilasi atm pada interval
25 oC dari 200 300 oC
2. Penentuan untuk tiap fraksi,
volume, gravity, indeks
bias, viskositas dan titik
kabut.
4. Analisis residu Berat, gravity, residu karbon
3. Tekanan Uap
Tekanan uap untuk gasoline pada jarak 8 14 RVP kira-kira sama
dengan persen butan di dalam gasoline dengan tekanan 8 psi
mengandung kira-kira 6,6 % butan, dan 12 14 psi tekanan uap
gasoline mengandung kira-kira 14 % butan.
Tabel 5.2. Prosedur Pengujian dan Analisis Minyak dan Fraksinya
Material Sifat-sifat yang
yang Ditentukan Prosedur Pengujian dan Kondisi
Dianalisis
Berat Jenis Piknometer botol pada 60/60
o
F.
Warna ASTM D1500
Kandungan Sulfur ASTM-D129
Kandungan Nitrogen Kjeldahl
Viskositas ASTM-D88 (Saybolt)
Minyak ASTM-D445 (Fenske)
mentah Jika vis ssu < 50 detik tidak
ada vis lain yang ditentukan.
Jika vis ssu 50-99 detik pada
o
100 F maka vis juga
ditentukan pada 77 oF. Jika vis
ssu > 100 detik pada 100 oF
maka vis juga ditentukan pada
130 oF.
Titik Tuang ASTM-D97
Fraksi Berat Jenis Neraca Westphal pada 60/60
o
distilat pada F.
59
tek Atm Indeks Bias ASTM-D1218 pada 20 oC
Fraksi Berat Jenis Piknometer pipet pada 100/60
o
distilat pada F.
tek Indeks Bias ASTM-D1218 pada 20 oC
40 mm Hg Viskositas ASTM-D445
Titik Kabut ASTM-D97
Residu Berat Jenis Piknometer botol pada 60/60
o
C
Residu Karbon ASTM-D524 (ramsbottom)
4. Gravity
o
API gravity atau berat jenis biasanya dilaporkan sebagai bagian
dari analisis minyak mentah atau produk-produknya, dan karena itu
tidak ada metoda perkiraan secara cepat yang dapat digunakan. Bila
faktor karakteristik diketahui maka berat jenis atau oAPI gravity dapat
dihitung dengan persamaan :
3
TB
bj =
K
6. Viskositas
Jarak harga viskositas yang umum beberapa produk kilang
minyak ditentukan berdasarkan suhu minyak yang diukur. Viskositas
bukanlah sifat aditif. Apabila campuran 1% vol minyak dengan viskositas
500 dan 1% vol minyak dengan viskositas 100 pada suhu yang sama,
secara resultan viskositas campuran minyak tersebut bukanlah 300
tetapi mendekati harga rata-rata sekitar 200 pada masing-masing 50 %
campuran.
60
Peralatan untuk mengevaluasi minyak mentah, fraksi dan
produk-produknya yang dilakukan dalam laboratorium adalah distilasi
TBP, distilasi ASTM, dan distilasi EFP. Evaluasi minyak mentah dalam lab
yang dilakukan dalam suatu operasi yang mirip dengan kilang yang
sesungguhnya disebut Pilot Plant, sedangkan analisis minyak yang
menyeluruh dan definitif disebut dengan Crude Essay.
Pilot Plant pada prinsipnya adalah peralatan distilasi yang
disebut true boiling point distillation (distilasi TBP). Menara distilasinya
menggunakan 15 s/d 60 tray dengan ratio refluk 5/1. Distilasi TBP
beroperasi secara batch pada tekanan atmosfir atau pada tekanan
hampa.
Distilasi ASTM dilakukan untuk produk minyak maupun fraksinya
secara batch tanpa tray dan refluks, serta beroperasi pada tekanan
atmosfir ataupun hampa, sedangkan distilasi EFV (equilibrium flash
vaporization) jarang dilakukan karena mahal dan memakan waktu yang
lama serta beroperasi pada tekanan di atas atmosfir.
Macam-macam distilasi di Laboratorium :
61
d. Angka hasil bukan angka pasti karena termometer tidak sepenuhnya
kena panas yang merata sehingga perlu dikoreksi dengan stem
thermometer.
62
A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jelas
dan singkat !
63
b. Distilasi biner d. Distilasi multi komponen
7. Pada percobaan distilasi, suhu uap yang dicatat pada tetesan
pertama disebut :
a. FBP c. ASTM D-86
b. IBP d. TBP
8. Salah satu persyaratan yang diperlukan untuk mengklasfikasikan
minyak mentah dan produk-produknya adalah :
a. Indeks viskositas c. Titik tuang
b. Titik didih d. Titik nyala
64
1. Besaran fisik apa saja yang diperlukan untuk mengevaluasi produk
kilang ?
2. Informasi apa saja yang diperlukan untuk mengolah minyak
mentah ?
65
1. Bland W.F. and Davidson, R.l., 1987. Petroleum Processing Handbook.
Mc-Graw Hill Book Co. New York.
66
SIFAT FISIK MINYAK DAN PRODUKNYA
67
Lembar Informasi VI : Sifat Fisik Minyak dan Produknya
6.1.2 E n t a l p i
Kandungan panas atau entalpi cairan dan gas-gas minyak dapat
diperoleh secara memuaskan dari Grafik 5-3 Nelson. Untuk hidrokarbon
ringan (parafin dengan titik didih rendah, olefin dan aromatik) dapat
diperoleh dari Section 7 Maxwell halaman 98 113 berdasarkan entalpi
o
sama dengan nol untuk cairan pada 200 F. Untuk fraksi minyak berat
o
dimana komposisi hidrokarbon tidak diketahui, tetapi API dan data
distilasi tersedia, maka entalpinya dapat diperoleh dari Section 7
Maxwell halaman 114 - 127 berdasarkan entalpi sama dengan nol
dengan MnABP 200 o F - 800 oF.
Total panas pada tekanan atmosfir dapat dihitung dengan
menentukan panas yang dibutuhkan untuk pemanasan 1 lb minyak cair
sampai mencapai titik didih atmosfirnya, penguapan cairan pada titik
didih tersebut, dan pemanasan uap sampai suhu tertinggi terakhir
68
menggunakan panas jenis uap, tetapi cara ini tidak dapat digunakan
untuk tekanan hampa atau kelewat tinggi (super atm).
69
halaman 138 142. Densitas untuk gas dapat diperoleh dari sifat-sifat
gas ideal atau gas sejati melalui hubungan P-V-T.
6.2.2 V i s k o s i t a s
Hubungan antara viskositas dengan titik didih, oAPI gravity dan
faktor karakteristik dapat dilihat pada Grafik 510 dan 511 Nelson.
Perubahan viskositas karena tekanan dan suhu dapat dilihat pada Grafik
4-43 dan 4-45 Nelson. Penggunaan grafik-grafik tersebut dimaksudkan
untuk mengetahui viskositas pada dua buah suhu, atau untuk
mengetahui satu viskositas dan satu indeks viskositas.
Viskositas kinematik atau dalam satuan centipoise dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan-persamaan sebagai berikut :
149, 7
v = / = 0,219 t -
t
dimana t adalah viskositas Saybolt Universal dalam satuan detik,
adalah viskositas dalam satuan centipoise dan adalah berat jenis,
dimana semua besaran tersebut berada dalam suhu yang sama.
Untuk viskositas uap kritis dan hidrokarbon ringan dapat diperoleh dari
Grafik 5-16 Nelson atau melalui persamaan sebagai berikut :
M Pc
1/ 2 2/3
c = 7,7
Tc
1/ 6
o
dimana M adalah berat molekul, Tc adalah suhu kritis dalam K, dan Pc
tekanan kritis dalam satuan atm.
Viskositas untuk fraksi-fraksi minyak tertentu dapat dilihat pada Grafik
517 s/d 520 Nelson.
70
hasil penguapan yang dialurkan dengan suhu penguapan. Hubungan
titik didih rata-rata dapat dilihat pada Grafik 5-4 dan 5-5 Nelson.
Titik didih rata-rata volumetrik (VABP = Volume Average Boiling
Point) langsung dapat dihitung dari data distilasi dalam bentuk persen
volume distilasi terhadap suhu penguapan, baik pada distilasi TBP
maupun distilasi ASTM seperti terlihat pada Tabel 6.2.
71
Faktor karakteristik yang ditentukan dari titik didih rata-rata
(mean average boiling point) dan oAPI gravity merupakan petunjuk yang
dapat dihubungkan dengan sifat-sifat lain minyak bumi.
Harga K untuk bermacam-macam minyak adalah sebagai berikut:
1. Minyak Mentah
a. Minyak dasar parafin : 12,6 - 13,2
b. Minyak dasar olefin : 12,3 - 12,8
c. Minyak dasar diolefin : 11,6 - 12,1
d. Minyak dasar naften : 11,0 - 11,7
e. Minyak dasar aromatik : 9,8 - 11,0
2. Fraksi-Fraksi
a. Gasolin rengkahan : 11,5 11,8
b. Umpan perengkahan : 10,5 11,5
c. Stock recycle : 10,0 11,0
d. Residu rengkahan : 9,8 11,0
72
Koreksi tersebut mempunyai hubungan sebagai berikut :
dt = - 2,5 (k-12) log P2/P1
dimana dt adalah koreksi suhu penguapan dalam oF, K adalah faktor
karakteristik dan P2/P1 adalah tekanan uap tertinggi dan terendah dalam
satuan mmHg.
73
Sifat BM Minyak Grafik Absis Parameter
Kritis Maxwell Grafik
True, Tc > 100 6-72 WABP Gravity
< 100 6-71 WABP Gravity
Pseudo, > 100 6-72 MABP Gravity
Tc < 100 6-70 MABP Gravity
< 80 6-71 BM Kurva dasar
Pseudo, > 100 6-73 MnABP Gravity
Pc semua 6-69 - -
True, Tc
Pendekatan terhadap tekanan kritis nyata (TCP = True Critikal Presure)
merupakan ukuran yang baik terhadap dapat tidaknya suatu menara
distilasi melakukan fungsinya. Apabila kondisi dasar (bagian bawah)
suatu menara distilasi berada pada titik kritisnya, maka tidak akan
diperoleh fraksi-fraksi minyak yang dapat ditarik dari menara distilasi
tersebut.
Kondisi bawah menara distilasi harus ditahan sekurang-
kurangnya 50 oF di bawah titik kritisnya dan entalpi dalam reboiler harus
lebih besar dari 60 Btu/Lb. Data titik didih dapat dicari dengan
menggunakan Section 2 Maxwell halaman 14 - 15. Untuk campuran
hidrokarbon ringan yang diketahui komposisinya maka titik didih rata-
rata dihitung secara aritmatik dari tabel sifat-sifat fisik, yaitu melalui
Section 1 Maxwell halaman 2 - 5.
74
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
75
C3 H 6 0,25
76
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
77
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik Kimia
78
KEGIATAN BELAJAR VII Jurusan
Teknik Kimia
79
KEGIATAN BELAJAR VII Jurusan
Teknik Kimia
7.1 Pendahuluan
Proses pengolahan minyak bumi sangat berbeda antara satu
kilang dengan kilang yang lain disebabkan karena perbedaan jenis dan
sumber minyak mentahnya. Walaupun cara pengolahannya tersebut
prosesnya sama namun metodanya tergantung pada :
1. Jenis minyak yang diolah
2. Permintaan produk dan daerah pemasaran
3. Peralatan yang tersedia
4. Faktor-faktor pertimbangan ekonomis lainnya.
Produk-produk yang diharapkan dari suatu kilang dapat berupa
bahan bakar minyak (BBM) dan non BBM yang menunjukkan perbedaan
pemakaian metoda untuk memprosesnya.
Produk-produk tersebut antara lain :
1. Gas Kilang dan LPG, untuk bahan bakar industri dan rumah tangga
2. Bensin atau gasolin (mogas), untuk bahan bakar motor.
3. Nafta dan Benzen, untuk pelarut/pembersih, pengencer cat, dan
untuk pencampur bahan bakar motor.
4. Minyak Jet, untuk bahan bakar pesawat jet atau mesin turbin gas,
dan untuk bahan bakar roket.
5. Kerosin, untuk minyak lampu, dan untuk keperluan rumah tangga.
6. Distilat, minyak diesel, dan gas-oil, untuk bahan bakar furnace
(dapur industri), sebagai penyerap gas hidrokarbon, dan untuk
bahan bakar mesin/motor diesel.
80
7. Minyak pelumas (neutral oil, bright stock, cylinder oil), untuk
pelumas mesin-mesin.
8. Lilin (paraffin wax) untuk pembuatan kertas lilin, isolasi, pak anti
kebocoran, dan lain-lain.
9. Petrolatum, bahan dasar untuk pembuatan minyak gemuk.
10. Minyak bakar (Fuel oil), untuk bahan bakar industri.
11. Tar dan Aspal, untuk pembuatan jalan, pelapisan bahan-bahan anti
rayap.
12. Kokas, sebagai bahan bakar padat untuk keperluan industri.
81
Proses distilasi dalam kilang minyak merupakan proses
pengolahan secara fisik yang primer yang mengawali semua proses-
proses yang diperlukan untuk memproduksi BBM dan non BBM.
Proses distilasi/fraksionasi adalah proses untuk memisahkan campuran
yang terdapat dalam minyak mentah (crude oil) menjadi komponen-
komponennya atas dasar fraksi atau pemotongan (cut) yang dibatasi
oleh jarak titik didih tertentu, bukan atas dasar titik didih masing-masing
komponen. Proses distilasi ini dapat menggunakan satu kolom atau lebih
menara fraksinya, misalnya residu dari menara distilasi atmosferik
dialirkan ke menara distilasi hampa, atau salah satu fraksi dari menara
distilasi atmosferik dialirkan ke menara distilasi bertekanan. Fraksi-fraksi
yang dapat ditarik dari kolom distilasi/menara fraksionasi antara lain
adalah sebagai berikut :
Fraksi Jarak Didih, oF
Gas < 80
Nafta ringan 80 220
Nafta berat 180 520
Gas oil ringan 420 650
Gas oil berat 610 800
Residu > 800
Secara fundamental semua proses-proses distilasi dalam kilang
minyak bumi adalah sama. Semua proses distilasi memerlukan beberapa
unit peralatan penting seperti :
1. Pipe Still
2. Menara Fraksionasi
3. Kolom Stream Stripping
4. Penukar Panas (Heat Exchanger)
5. Pengembunan dan Pendinginan (Condenser dan Cooler)
6. Pompa dan Jaringan Pipa
7. Tangki Penampung dan Pengumpul
8. Instrumentasi
Untuk menghasilkan stok yang khusus diperlukan beberapa
pertimbangan seperti :
82
1. Jarak didih stok minyak yang
diinginkan.
Beberapa stok minyak mendidih pada suhu yang tinggi dimana
minyak tersebut tidak dapat diuapkan pada tekanan atmosfir tanpa
menguraikannya, sementara ada minyak yang ditahan pada tekanan
di atas atmosfir atau minyak tersebut diuapkan pada suhu kamar.
2. Stabilitas minyak terhadap panas.
Meskipun jarak didih merupakan faktor yang sangat penting, namun
kepekaan terhadap panas atau suhu tinggi harus dipertimbangkan.
3. Spesifikasi produk yang dihasilkan.
Contoh proses distilasi/fraksionasi di PERTAMINA UP III
Distilasi Atmosferik : 1. Crude Batterry (CB)
2. Crude Distiller (CD)
Distilasi Hampa : 1. High Vacuum Unit (HVU)
2. Vacuum Distillation Unit (VDU)
Distilasi Bertekanan : Stabilizer
83
dekomposisi molekul minyak berat atau minyak yang mempunyai titik
didih tinggi menjadi komponen yang lebih ringan yang mempunyai titik
didih rendah. Pada suhu sekitar 680 oF, bahan-bahan umpan seperti gas
oil, fuel oil, dan ter apabila direngkah akan terurai menjadi gas, bahan-
bahan yang mudah menguap yang mempunyai jarak didih seperti
bensin (gasoline), dan residu atau kokas.
Perengkahan termis terdiri dari 2 macam proses yaitu :
a. Proses pembentukan kokas ((coking)
b. Proses pemecahan viskositas (visbreaking)
Perengkahan katalis dibedakan dari perengkahan termis terutama
pada pemakaian katalisnya yang dapat menahan produk-produk aspal
atau ter pada permukaan katalis dalam bentuk kokas. Katalis yang
digunakan adalah campuran silika (SiO2) dan alumina (Al2O3).
Perengkahan katalis terdiri dari proses :
a. Fluidisasi
b. Termofor
c. Houdry
d. Houdry Flow
e. Sikloversi, yang tergantung pada cara penanganan katalisnya.
Di antara proses-proses tersebut yang paling banyak digunakan
adalah proses FCCU (Fluidized Catalytic Cracking Unit). Pada proses
fluidisasi ini, umpan minyak dan katalis saling terfluidisasi dan
bersirkulasi antara reaktor dan regenerator dimana katalis diregenerasi
secara terus-menerus.
Perengkahan hidro merupakan proses gabungan antara perengkahan
o
dan hidrogenasi. Suhu reaksi lebih dari 350 C dan tekanan tinggi
sampai dengan 200 atm. Katalis yang digunakan untuk proses ini
adalah nikel, platina, palladium, kobal dan besi.
2. Reforming
Tujuan proses reforming adalah untuk merubah senyawa
hidrokarbon menjadi aromatik sehingga diperoleh bensin dengan
bilangan oktan yang lebih tinggi.
Contoh reaksi reforming adalah dehidrogenasi naftena sebagai berikut :
84
CH3 (CH2)4 CH3 C6 H6 + 4 H2
Proses reforming terdiri dari Thermal Reforming dan Catalytic
Reforming.
Pada Catalytic Reforming, gasoline dan nafta umpan dipanaskan sampai
500 oF dan dialirkan kedalam reaktor yang berisi katalis secara seri.
Karena reaksi adalah endotermis, maka diperlukan penambahan panas
melalui Heater di antara reaktor untuk memenuhi suhu reaksi. Katalis
yang digunakan adalah logam platina yang dibalut dengan alumina
(Al2O3).
3. Isomerisasi
Tujuan proses isomerisasi adalah untuk membentuk hidrokarbon
rantai cabang dengan bilangan oktan yang lebih tinggi.
4. Polimerisasi
Tujuan proses polimerisasi adalah untuk membuat bensin mobil
(mogas) dengan katalis asam sulfat atau asam fosfat.
Polimerisasi dapat dilakukan dengan satu macam umpan (Polimerisasi
Selektif) yaitu isobutan (iC4) atau butan (C4) saja. Polimerisasi dengan
umpan campuran disebut dengan Polimerisasi tidak Selektif.
5. A l k i l a s i
Tujuan proses alkilasi adalah untuk memasukkan gugus radikal
alkil ke dalam suatu molekul, yaitu antara olefin dengan iso parafin,
menghasilkan bensin pesawat terbang (avgas).
Reaksi yang terjadi adalah :
CH3
CH3 CH = CH -- CH3 + CH3 CH CH3 CH3 C -- CH2 CH --
CH3
85
Reaksi tersebut di atas dapat berlangsung dengan bantuan katalis asam
sulfat (H2SO4) atau asam flourida (HF) pada suhu rendah (< 40 oC) dan
tekanan rendah (1 - 10 atm).
Kebanyakan kilang-kilang minyak yang besar memiliki proses-
proses yang lengkap yang dikelompokkan dalam urutan proses sebagai
berikut :
1. Proses fraksionasi minyak mentah dalam proses topping (Unit
Distilasi Atmosfir) lalu diikuti dengan proses pelepasan material yang
mudah menguap dari produk-produk berupa gas, kerosin, diesel, gas
oil, dan residu (reduced crude).
2. Proses-proses dekomposisi dalam unit-unit perengkahan termis,
perengkahan katalis dan catalytic reforming.
3. Proses fraksionasi lanjutan dari produk-produk perengkahan untuk
menghasilkan gas, gasoline, LCGO (light cycle gas oil), HCGO (heavy
cycle gas oil), distilat perengkahan, dan minyak bakar (fuel oil).
4. Proses stabilisasi produk-produk dari ketiga proses di atas untuk
menghasilkan gas, propan/butan/pentan, nafta ringan, buten/butilen,
alkilat, bensin rengkahan, poli gasolin, gas oil dan ter.
5. Proses alkilasi dan polimerisasi dari produk-produk yang sudah
distabilkan seperti alkilat dan poli gasolin.
6. Proses absorpsi terhadap produk-produk gas hasil proses stabilisasi
untuk mendapatkan produk gas kilang, dan minyak yang lebih bersih.
7. Proses blending atau pencampuran untuk mendapatkan produk-
produk akhir yang memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan oleh pasar
atau konsumen.
86
1. Pengolahan dengan asam sulfat merupakan proses yang paling
banyak digunakan untuk memisahkan sulfur, mengendapkan aspal
dan getah minyak (gum), memperbaiki warna dan stabilitas, dan
untuk menghilangkan bau
2. Pengolahan sweetening, dimaksudkan untuk memisahkan merkaptan
dalam distilat-distilat yang masam (sour)
3. Proses desulfurisasi, dimaksudkan untuk menghilangkan sulfur
menjadi gas hidrogen sulfida (H2S)
87
dengan asam akan menaikkan titik tuang (pour point). Senyawa-
senyawa oksigen seperti asam naftenik dan keton, dan senyawa-
senyawa lain seperti alkohol dan aldehid yang terbentuk pada proses
oksidasi suhu tinggi dapat dilarutkan oleh asam sulfat, tetapi apabila
senyawa-senyawa tersebut diencerkan dengan minyak maka
pemisahannya tidak akan sempurna. Senyawa-senyawa dengan basis
nitrogen seperti quinon atau piridin yang dihasilkan dalam jumlah sedikit
pada proses distilasi, mudah larut dalam asam sulfat encer.
Asam kuat (H2SO4 93 % atau lebih) diperlukan untuk memisahkan
merkaptan, demikian pula senyawa-senyawa alkil sulfida, disulfida,
dan senyawa-senyawa sulfat larut dalam asam kuat. Alkil asam sulfat
dapat larut dalam sejumlah minyak tertentu.
Kecepatan pelarutan oleh asam sulfat terhadap berbagai
senyawa-senyawa pengotor dalam minyak bumi mempunyai tingkatan
sebagai berikut :
1. Senyawa-senyawa nitrogen seperti amina, amida dan asam-asam
amino,
2. Senyawa-senyawa alifatik,
3. Olefin,
4. Aromatik,
5. asam-asam naftenik.
Persyaratan atau kualitas asam sulfat yang dipakai untuk melarutkan
senyawa-senyawa pengotor dalam minyak bumi adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi asam
Untuk pengolahan yang umum dipakai 60 oBe atau asam 93 %,
sedangkan pengolahan-pengolahan warna minyak ringan lebih
disukai konsentrasi asam yang encer. Untuk pengolahan minyak
pelumas digunakan asam sulfat 98 %. Asam kuat (93 100 %)
o
dipakai pada suhu rendah (25 50 F) untuk memisahkan sulfur
dalam gasolin dan senyawa hidrokarbon aromatik dari minyak-
minyak bakar. Untuk memperbaiki warna sebaiknya digunakan asam
dengan konsentrasi 93 %, tetapi bila kandungan sulfurnya rendah
akan lebih menguntungkan bila menggunakan asam dengan
konsentrasi 85 %. Asam lemah juga berguna untuk memisahkan
88
senyawa-senyawa dengan basis nitrogen, dan untuk memperbaiki
tanpa memisahkan senyawa-senyawa tak jenuh.
2. Jumlah dosis asam
Jumlah (dosis) asam yang banyak akan menghasilkan warna yang
tidak baik dan akan menghilangkan senyawa-senyawa aromatik dan
hidrokarbon tak jenuh. Apabila asam dipakai dalam jumlah atau dosis
yang demikian besar pada minyak pelumas akan menyebabkan
kehilangan warna karena terbakar.
Dosis asam yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :
a. Untuk gasolin alam, 2 lb/bbl
b. Untuk memisahkan sulfur dalam straight gasoline, 5 lb/bbl
c. Untuk distilat hasil distilasi bertekanan yang mengandung sulfur
yang tinggi dan minyak-minyak hasil dari minyak mentah basis
naftenik, 8 lb/bbl.
d. Untuk memisahkan kandungan sulfur yang tinggi dalam minyak-
minyak pelarut (solvent) , 0 5 lb/bbl.
e. Untuk pengolahan kerosin yang berasal dari minyak mentah basis
naftenik, 75 lb/bbl.
f. Untuk pengolahan minyak pelumas, 0 60 lb/bbl.
3. Suhu pengolahan
Suhu yang biasa dipakai pada berbagai operasi pengolahan adalah
sebagai berikut :
a. Untuk bensin ringan , 70 90 oF. Apabila dosis asam digunakan
dalam jumlah besar maka lebih baik dilakukan pada suhu yang
lebih rendah lagi.
b. Untuk bensin rengkahan (cracked gasoline) , 60 90 oF. Apabila
dilakukan pengolahan minyak berat maka suhu yang diizinkan
adalah 25 30 oF, meskipun suhu 40 - 50 oF lebih ekonomis.
c. Untuk minyak-minyak pelumas (lube oil), 110 180 oF.
d. Untuk minyak-minyak silinder (cylinder oil), 130 170 oF dan 150
180 oF, apabila pengolahannya dilakukan sebelum pengambilan
lilin (dewaxing process).
4. Waktu kontak
89
Faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan waktu kontak
adalah :
a. Kontak yang lama antara asam dan minyak akan menghasilkan
warna yang tidak baik dan kurang stabil.
b. Kontak yang sangat singkat dapat mencegah pendayagunaan
asam yang tidak sempurna.
Untuk pengolahan bensin straight run gasoline maupun cracked
gasoline maka waktu kontak dengan asam tidak lebih dari satu menit
dalam sistem yang sinambung. Untuk distilat ringan maka waktu
kontak dengan asam yang memakai pengadukan udara adalah 15 -
40 menit. Kerosin memerlukan waktu kontak dengan asam adalah
30 40 menit, sedangkan minyak pelumas memerlukan waktu
kontak 90 menit.
1. Proses Oksidasi
Proses oksidasi adalah proses untuk merubah merkaptan
menjadi senyawa-senyawa disulfida yang berbau besi sedikit. Prosesnya
meliputi proses tembaga khlorida, proses hipokhlorit, dan proses timbal
sulfida. Sejak diketahui senyawa disulfida merusak kerentanan timbal
dalam gasolin (TEL), dan keperluan untuk menurunkan merkaptan
90
dengan proses sweetening dipertanyakan, maka proses tersebut lambat
laun ditinggalkan.
Adanya katalis atau inhibitor tipe para-penilen-diamin yang
terdapat di udara dapat merubah merkaptan dalam gasolin yang dicuci
dengan larutan kaustik selama beberapa hari menjadi disulfida maka
proses ini dipakai terus karena lebih murah, dan disebut sebagai proses
Inhibitor Sweetening. Sejumlah kecil logam seperti timbal, bismut,
talium, dan sebagainya terdapat dalam larutan kaustik yang dipakai
dalam proses inhibitor akan mempercepat reaksi sweetening dan
membantu dalam mereduksi peroksida atau mengurangi pembentukan
getah minyak (gum).
91
B. Pilihlah salah satu jawaban dari soal-soal di bawah ini
menurut anda paling benar !
92
8. Senyawa kimia yang sering digunakan untuk melarutkan senyawa
pengotor dalam minyak bumi adalah :
a. H2SO4 c. Merkaptan
b. Sulfur oksida d. A i r
9. Proses untuk merubah merkaptan yang ada di dalam mogas
menjadi senyawa disulfida dinamakan :
a. Treating c. Transforming
b. Dewaxing d. Sweetening
10. Jenis produk BBM yang dipergunakan untuk bahan bakar motor
adalah :
a. Kerosin c. L N G
b. Gasolin d. Nafta
93
bahan bakar motor adalah kerosin
4. Proses distilasi dalam kilang minyak berfungsi
memisahkan campuran yang terdapat dalam minyak
mentah menjadi komponen-komponen atau
fraksinya
5. Terjadinya suatu perubahan susunan molekul
hidrokarbon disebabkan adanya proses Cracking .
6. Untuk mengubah suatu senyawa hidrokarbon lain
menjadi aromatik sehingga bensin yang diperoleh .
memiliki angka oktan tinggi diperlukan proses
Reforming
7. Pengolahan sweetening dimaksudkan untuk
memisahkan merkaptan dalam distilat .
8. Penggabungan beberapa molekul kecil menjadi
suatu molekul yang lebih besar dinamakan .
Isomerisasi
9. Pemotongan rantai lurus dan panjang menjadi rantai
pendek dengan bantuan katalis dinamakan Thermal .
Cracking
10. Proses alkilasi dan polimerisasi menggunakan
produk-produk yang sudah distabilkan seperti alkilat .
dan poli gasolin.
94
3. Nelson, W.L., 1985. Petroleum Refinery Engineering. 4th ed. Mc Graw
Hill Book Co. Singapore.
PROSES PERENGKAHAN
95
minyak bumi.
96
menggunakan panas pada suhu 450 550 oF. Proses perengkahan termis
merupakan suatu proses pemecahan molekul-molekul hidrokarbon besar
atau hidrokarbon rantai lurus dan panjang menjadi molekul-molekul kecil
yang mempunyai titik didih rendah. Proses perengkahan termis
dirancang untuk menaikkan yield gasoline yang diperoleh dari minyak,
baik secara langsung melalui produksi komponen termis gasoline yang
berasal dari minyak berat, atau secara tidak langsung melalui produksi
olefin ringan yang cocok untuk umpan polimerisasi. Proses perengkahan
termis dapat diklasifikasikan dalam keadaan fisik yaitu fasa campuran,
fasa cairan dan fasa uap, dimana mekanisme perengkahan berlansung
dalam fasa tersebut.
Reaksi perengkahan termis dapat berlangsung dalam fasa uap
atau campuran tergantung pada sifat dasar campuran minyak dan
kondisi operasinya yaitu suhu dan tekanan.
Keuntungan proses perengkahan dengan fasa uap adalah :
1. Minyak motor mempunyai kualitas anti ketukan tinggi karena banyak
mengandung olefin
2. Ongkos instalasi relatif lebih murah
3. Dapat mengurangi tekanan sehingga menjamin keselamatan
4. Cocok untuk distilat yang mempunyai jarak didih rendah yang tak
dapat direngkah secara ekonomis melalui fasa cairan
Keuntungan proses perengkahan dalam fasa cairan adalah :
1. Produksi gas lebih sedikit
2. Pengolahan lanjutan produk gasolin lebih mudah karena banyak
mengandung parafin
3. Pemakaian bahan bakar relatif lebih rendah
Perengkahan temis pada masa sekarang tidak lazim lagi dipakai
karena memerlukan energi yang tinggi, dimana pada awalnya proses ini
dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan mogas (motor gasoline)
dan fuel oil.
97
titik didih rendah. Pada waktu yang bersamaan beberapa dari molekul-
molekul tersebut yang bersifat reaktif bergabung satu sama lain
membentuk molekul yang jauh lebih besar dari molekul asalnya.
Molekul-molekul yang lebih stabil keluar dari sistem sebagai bensin
rengkahan, dan reaktif berpolimerisasi membentuk minyak bakar
rengkahan (cracked fuel oil) dan juga kokas. Meskipun gasoline adalah
produk akhir yang utama dari unit rengkahan, namun diproduksi juga
minyak-minyak yang mempunyai jarak didih antara minyak bakar dan
gasoline yang disebut Recycle Stock. Recycle stock ini dapat ditahan
dalam sistem perengkahan sampai mereka dipecah dengan cara
mendaur-ulangnya secara terus menerus atau dengan sistem operasi
batch pada tekanan tinggi.
Apabila tekanan operasi relatif rendah dimana uap murni
dihasilkan pada suhu perengkahannya maka proses digolongkan sebagai
proses fasa uap. Proses fasa uap tidak akan berhasil kecuali kalau sudah
terbentuk uap yang bebas dari cairannya, sebab kokas banyak
menempel/menumpuk dalam pipa (tube heater). Fasa campuran dapat
berlangsung pada tekanan tinggi dan suhu perengkahan yang rendah.
Secara umum ada 2 tipe reaksi yang terjadi yaitu :
1. Reaksi primer, dimana terjadi peruraian molekul besar menjadi
molekul kecil
2. Reaksi sekunder, dimana produk-produk reaktif berpolimerisasi
membentuk senyawa-senyawa dengan molekul yang perlahan-lahan
membesar. Selanjutnya pada waktu yang bersamaan hasil
polimerisasi tersebut terurai lagi menjadi molekul-molekul kecil.
Langkah-langkah reaksi dan produk yang dihasilkan adalah :
Umpan ..........C7H15C15H30C7H15
Heavy Gas Oil
98
(Heavy gas oil)
gas gasolin
CH 2:CH.CHCH:CH.CH3 +
C2 H 4
Gas Gasoline
CH2 :CH.CH:CH.CH3 + C2H4
Material Pembentuk Gum Gas
99
Visbreaking merupakan proses perengkahan termis yang
sekaligus untuk menurunkan viskositas jarak didih dan titik tuang dari
pada umpan residu berat (heavy straight run residu). Proses ini dapat
juga memakai distilat ringan sebagai umpan. Yield gasoline yang
diproduksi dipengaruhi sekali oleh gravity umpan, jumlah dan
karakteristik fuel oil yang dapat dipisahkan serta gravity dan FBP produk
gasoline. Kondisi operasi untuk pengolahan reduced crude sebagai
umpan adalah pada suhu 925 975 oF dan tekanan 50 100 psig pada
furnace. Suhu keluar kolom reaktor (reaction chamber) adalah 830 850
o
F dengan menginjeksikan LGO (light gas oil). Secara garis besar Proses
Visbreaking tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.1.
Flash Chamber
Umpan LGO
HGO
Heater
LGO
Ter
100
Vacuum Fractionator
Gas
dan
Reaction Chamber Flash Chamber
Gasoline
ke
Stabilizer
Heater
Umpan
Fractionator
Recycle
Residu
101
perengkahan yang singkat sekitar 1 detik. Pada kondisi tersebut reaksi
dehidrogenasi meningkat dengan menghasilkan olefin dan aromatik
yang lebih banyak sebagai bahan baku industri-industri petrokimia.
Umpan yang dapat direngkah bervariasi mulai dari gas-gas hidrokarbon
sampai ke gas oil.
Gas
Flash Drum
Gas dan
Gasoline
102
ke
Stabilisator
Umpan
Recycle Fractionator
Reaction Chamber
Umpan minyak dapat bervariasi dari naphta cut dan gas oil
termasuk umpan berat dalam keadaan normal yang akan diperbaiki
kualitasnya sampai ke reduced crude dari berbagai jenis minyak seperti
parafin, naftalen dan aromatik. Namun pada tahun 1970-an terdapat
kecenderungan untuk dapat memanfaatkan residu minyak berat yang
mengandung sulfur dan logam tinggi yang selama ini tidak dilakukan
dengan menggunakan katalis zeolit aktif melalui perbaikan teknik
fluidisasi. Biasanya umpan tersebut disiapkan terlebih dahulu untuk
memisahkan garam-garam dan aspal berat dengan beberapa cara
seperti proses kokas, propane deasphalting, ekstraksi furfural, distilasi
hampa, visbreaking, perengkahan termis, hidrodesulfurisasi.
Variabel-variabel utama dalam proses perengkahan katalis
adalah suhu, tekanan, nisbah katalis-minyak (rasio antara berat katalis
masuk reaktor per jam dengan berat minyak yang diumpankan per jam),
dan space velocity (yaitu berat atau volume minyak yang diumpankan
per jam per berat atau volume katalis dalam zone reaksi).
Kenaikan konversi reaksi dapat dicapai dengan cara :
1. Suhu tinggi
2. Tekanan tinggi
3. Space velocity rendah
4. Nisbah katalis-minyak tinggi
103
Reaksi pada proses perengkahan katalis diperkirakan
berlangsung dipermukaan katalis dengan pertimbangan sebagai
berikut :
1. Parafin direngkah secara istimewa pada ikatannya dimana pecahan-
pecahan yang diproduksi mengandung 3 atau 4 atom karbon. Normal
parafin cenderung direngkah pada ikatan gamma C-C atau tetap
dekat pusat molekul yang menghasilkan metana dan gas-gas dengan
2 atom karbon atau lebih kecil. Rantai panjang cenderung direngkah
serentak pada beberapa tempat.
2. Naftena juga cenderung menghasilkan pecahan-pecahan yang terdiri
dari 3 atau 4 atom karbon dan pecah baik pada cincin maupun
pada rantai, khusus apabila rantai mengandung lebih dari 3 atom
karbon.
3. Pada aromatik yang disubstitusi, ikatan pada cincin secara selektif
diserang, tinggal cincin aromatik yang kosong. Reaksi seperti ini
diperluas jika gugus yang disubstitusi tersebut mengandung lebih
dari 3 atom karbon.
4. Olefin bereaksi seperti parafin, terbentuk reaksi sekunder dan reaksi
samping. Reaksi perengkahan ini sangat cepat sekitar 1000 kali lebih
cepat dari perengkahan termis, jika naftene direngkah pada suhu 500
o
C.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mekanisme reaksi
secara keseluruhan sedikitnya mempunjyai 4 tipe reaksi yaitu :
1. Dekomposisi termis
2. Reaksi katalis primer yang berlangsung pada permukaan katalis
3. Reaksi katalis sekunder berlangsung di antara produk-produknya
4. Pemisahan produk hasil polimerisasi dari reaksi terdahulu seperti
kokas dengan cara penyerapan pada permukaan katalis (adsorpsi).
104
2. Unggun bergerak (moving bed) terdiri dari :
a. Proses Airlift Thermofor Catalytic Cracking (TCC)
b. Proses Houdryflow Catalytic Cracking
c. Proses Houdresid catalytic Cracking
3. Unggun terfluidisasi (fludized bed) terdiri dari :
Proses Fluidized catalytic Cracking
4. Proses Sekali Jalan (Once Through), terdiri dari satu proses yaitu
Suspensoid Catalytic Cracking.
105
dipakai kadang-kadang dicampur dengan katalis buatan, karena katalis
buatan proses regenerasinya terlalu cepat sehingga akan menutupi pori-
porinya dan menangkap deposit karbon di dalamnya. Setelah proses
perengkahan berlangsung maka katalis lama-kelamaan akan kehilangan
aktifitasnya karena diselimuti oleh sulfur. Oleh karena itu diperlukan
proses pengolahan lebih lanjut di dalam generator bagi katalis tersebut
untuk dapat digunakan kembali. Tabel 8.1 memperlihatkan katalis
perengkahan yang umum dipakai dan faktor-faktor kinerjanya.
106
Silika Menghasilkan 43 4,2 95,8 1,0 1,2
Alumina gasolin ON >>>
Silika Menghasilkan 49 4,1 92,8 1,6 2,0
Magnesia gasolin lebih
banyak
Alam :
Tanah Stabilitas tinggi 46,5 4,4 94,7 1,7 2,2
Bentonit
Tanah Kaolin Sama dengan --- --- --- ---
silika alumina,
kecuali stabilitas
tinggi
a. FCCU Model IV
Proses ini dilisensi oleh ESSO Research And Engineering Co
sebagai modifikasi dari proses sebelumnya. Katalis ditransfer di antara
reaktor dan generator dalam saluran berbentuk U dengan bantuan
udara dan steam. Unit komersil model IV ini pertama dipasang pada
kilang Pan-AM Southern Co pada tahun 1952. Model IV dirancang dengan
elevasi rendah, sedangkan model III yang dirancang pda tahun 1947
dengan tekanan berimbang. Model II pada tahun 1944 dirancang dengan
aliran ke bawah (downflow), dan model I dirancang dengan aliran ke
atas (upflow) pada tahun 1941.
b. Proses Orthoflow
Proses ini dilisensi oleh M.W. Kellogg Co, dirancang
menggunakan satu vessel (reactor-regenerator) yang memberi
kemungkinan aliran katalis lurus sehingga mengurangi erosi karena
aliran dalam pipa bengkok. Proses orthoflow yang komersil dirancang
dalam tiga tipe ; Model A dan C dengan regenerator di bawah reactor,
dan model B dengan regenerator di atas reaktor. Pada semua tipe seksi
stripping katalis terletak antara reaktor dan generator. Kondisi operasi
pada umumnya adalah sebagai berikut : pada reaktor 885 950 oF, 8
20 psig dan pada regenerator 1050 1200 oF, 15 30 psig. Ratio
katalisminyak adalah 6 20 berbanding 1. Kecepatan aliran (space
velocity) (1 16) : 1,0.
c. Proses UOP
107
Proses ini dilisensi oleh Universal Oil Product Co, dirancang
dengan satu vessel dimana reaktor berada di atas regenerator.
Keistimewaan proses ini adalah:
Menghapuskan tempat udara naik (air-riser) dengan adanya
expansion joint
Menghapuskan penopang baja struktur terhadap vessel
Mengurangi ukuran saluran udara dalam regenerator karena
memakai tekanan operasi 15 18 psig.
Unit pertama dipasang pada kilang Aurora Gasoline Co di Detroit pada
tahun 1947.
Steam
Udara
Umpan Regenerator
2nd Stage 2nd Stage
Reactor Fractionator
108
Pada proses-proses unggun bergerak, katalis mengalir pada zona
minyak sehingga terjadi reaksi, dan kemudian terus ke zona regenerasi
dimana udara secara terus-menerus membakar kokas yang menempel
pada katalis. Katalis dalam bentuk butir ataupun pelet diangkat oleh
udara ke posisi yang lebih tinggi lalu mengalir ke bawah secara gravitasi
melalui zona-zona reaksi dan regenerasi.
b. Proses Houdresid
Proses ini menggunakan variasi unggun katalis bergerak yang
kontinyu dirancang untuk mendapatkan produk yang banyak dari
gasoline beroktan tinggi dan distilat ringan berasal dari umpan reduced
crude. Proses ini asalnya dilisensi oleh Houdry Process and Chemical Co,
tetapi tidak lama dilisensikan. Diagram alir proses dapat dilihat pada
Gambar 8.5. Instalasi komersil pertama dipasang pada kilang Sun Oil Co
di Ontario pada tahun 1954.
a. Proses Houdry
109
Proses ini adalah proses siklus katalis pada unggun tetap yang
dapat diregenerasi untuk mengubah umpan distilat menjadi gasolin,
distilat-distilat ringan dan berat, kokas, butan-butilen, dan fuel gas.
Kondisi operasi pada reaktor adalah suhu 840 875 oF, tekanan 7 30
psig, dan space velocity 1,0 2,0 v/hr/v.
Siklus pada proses ini terdiri dari :
On stream 10 menit
Purging 5 menit
Regenerasi 10 menit
Steam purging 5 menit
Pada awalnya proses ini adalah yang pertama dari perengkahan katalis
yang ada sekarang. Instalasi komersil pertama dipasang pada kilang
Socony Vacuum Oil Co (sekarang Mobil Oil Co) di New Jersey pada tahun
1936. Diagram alir dapat dilihat pada Gambar 8.6.
Umpan
b. Proses Suspensoid
Proses ini adalah proses katalis sekali jalan (once through) non
regeneratif, dimana katalis mengalir melalui dapur perengkahan
bersama-sama dengan minyak lalu dipisahkan dari produk fuel oil
dengan filler. Kondisi operasi pada keluaran dapur adalah 450 psia dan
110
1050 oF pada kondisi regular, sedangkan pada kondisi super adalah 250
o
psi dan 1090 F. Instalasi komersil pertama dipasang pada kilang
Imperial Oil Co di Ontario pada tahun 1960, yang diagram alirnya dapat
dilihat pada Gambar 8.7.
Produk
ke Fraksionator Flue Gas
Umpan dari
Heater Udara
Hopper Katalis
Produk
Furnace
Fractionator
Umpan
111
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik Kimia
112
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
113
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik
Kimia
5. Lambrix, J.R., Morris, C.S, and Rosenfeld, H.J., Nopember 1979. The
Implications of Heavy Oil Cracking. Chem. Eng. Prog.
114
KEGIATAN BELAJAR IX Jurusan
Teknik Kimia
115
KEGIATAN BELAJAR IX Jurusan
Teknik Kimia
9.1 Pendahuluan
Terminologi alkilasi, apabila dipakai dalam pengertian yang tepat
pada kimia organik, akan berhubungan dengan penambahan suatu
gugus radikal alkil ke dalam suatu molekul. Kebanyakan reaksi-reaksi
alkilasi dalam kimia organik mencakup reaksi antara hidrokarbon olefin
dengan hidrokarbon aromatik. Senyawa olefin-olefin tersebut akan
membentuk gugus alkil di dalam molekul aromatik.
Di dalam industri minyak bumi sejumlah reaksi-reaksi alkilasi ini
berlangsung secara komersil. Salah satu operasi dalam skala besar
selama perang dunia adalah pembuatan kumen atau isopropil benzena
dengan katalis pada reaksi antara benzena dan propilena. Produk ini
merupakan komponen blending yang berharga untuk pembuatan bensin
pesawat terbang. Sejumlah reaksi alkilasi yang lain juga dilakukan lebih
banyak untuk membuat produk-produk dalam skala kecil seperti
gasoline inhibitor, aditif minyak pelumas dan deterjen sintetis. Referensi
terhadap alkilasi di dalam industri minyak bumi secara umum
menyinggung tentang proses khusus dimana isobutana direaksikan
dengan olefin-olefin. Produk reaksi ini adalah suatu campuran yang
terutama terdiri dari isomer oktan yang disebut sebagai Alkilat. Produk
alkilat ini adalah komponen pencampuran (blending) penting yang
mempunyai angka oktan tinggi, yang dipakai dalam pembuatan bensin
pesawat terbang. Tanpa menggunakan proses ini, maka pembuatan
avgas dalam skala besar selama Perang Dunia II sangat sulit dilakukan.
Jadi tugas unit alkilasi adalah memproduksi alkilat, yang dipakai sebagai
116
komponen dasar untuk proses pencampuran dalam pembuatan bensin
pesawat terbang. Meskipun demikian alkilasi isobutana dengan olefin
secara teoritis lebih baik daripada polimerisasi, dalam arti mendaya-
gunakan gas-gas hasil perengkahan, karena alkilasi hanya
mengkonsumsi satu molekul olefin yang berharga untuk memproduksi
suatu molekul gasoline. Butilena adalah olefin yang lebih disukai, tetapi
isobutilena dan propilena lebih baik karena dapat bereaksi semuanya
membentuk alkilat dari isobutana yang tersedia dalam kilang. Proses ini
kadang-kadang dilengkapi dengan polimerisasi pada suhu rendah dan
space velocity yang tinggi untuk mengkonsumsi lebih banyak propilena
dan isobutilena. Hal ini juga akan menyebabkan isomerisasi butena-1
menjadi butena-2..
Secara kimia reaksi alkilasi dapat dilakukan, baik secara termis
maupun dengan bantuan katalis. Reaksi termis memerlukan tekanan
yang sangat tinggi (sekitar 200 300 kg/cm 2) dan suhu relatif tinggi
untuk konversi kebutuhan komersil. Proses alkilasi termis yang komersil
telah dibangun oleh Phillips Petroleum Co. Proses alkilasi termis ini tidak
diterima secara luas oleh industri minyak bumi karena :
etilena adalah olefin yang paling sedikit tersedia dan
prosesnya memerlukan tekanan yang lebih tinggi,
karena alasan tersebut proses alkilasi termis sudah ditinggalkan atau
jarang dilakukan di dalam industri minyak bumi modern.
Sebaliknya alkilasi katalis menawarkan kemungkinan-kemungkinan
pelaksanaan reaksi pada kondisi sedang dan dengan variasi olefin yang
luas dibandingkan dengan alkilasi termis. Suhu reaksi berkisar antara 30
105 oF dan tekanan 1 atm - 150 psig. Katalis yang banyak digunakan
secara komersil untuk proses alkilasi ini adalah aluminium khlorida
(AlCl3), asam sulfat (H2SO4) dan asam flluorida (HF). Keunggulan proses
dengan katalis HF dibandingkan dengan katalis-katalis yang lain adalah
karena asam bekas dapat diregenerasi secara ekonomis dan suhu reaksi
dapat lebih tinggi dari pada proses asam sulfat.
117
Proses alkilasi katalis asam sulfat telah dimulai di Amerika Serikat
pada tahun 1938 oleh Shell Oil Company. Proses alkilasi asam fluorida
diperkenalkan oleh Phillips Petroleum Company pada tahun 1942,
sedangkan proses alkilasi aluminium khlorida dioperasikan oleh Phillip
selama Perang Dunia.
Reactor C3 C4 Alkilat
118
Refrigerasi
Soda
Umpan BB Pencuci
Chiller
Secara garis besar unit alkilasi tersebut terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Bagian Reaktor dan Treating
2. Bagian Pendinginan
3. Bagian Fraksionasi
Umpan masuk reaktor adalah fraksi isobutana yang
konsentrasinya tinggi dengan kemurnian 85 90 % (berat), dan stok
olefin yang biasanya campuran fraksi BB dari berbagai hasil operasi
perengkahan dan reforming. Kedua jenis umpan tersebut bila diperlukan
dipanaskan dengan larutan soda untuk memisahkan H 2S dan merkaptan
yang terdapat dalam umpan. Kadar soda dalam larutan dicuci.
Pencucian soda (soda settler) dijaga 5 6 oBe atau 2 % NaOH. Untuk
menekan terjadinya reaksi samping, terutama reaksi polimerisasi, maka
dipakai umpan isobutana dalam jumlah yang besar, sekitar 4 5 kali
jumlah olefin. Di dalam reaktor terjadi daur-ulang antara isobutana dan
asam sulfat jenuh dengan isobutana yang akan menaikkan nisbah
isobutana/olefin di dalam reaktor menjadi 400 500.
Jika menggunakan asam sulfat sebagai katalis, maka reaksi harus terjadi
pada suhu rendah untuk menekan reaksi berkelanjutan atau
o o
polimerisasi. Suhu reaktor biasanya dijaga sekitar 7 C atau 45 F,
dimana suhu operasi beragam antara 0 20 oC atau 32 68 oF. Operasi
o
pada suhu di bawah 0 C tidak menarik karena dapat menaikkan
viskositas emulsi campuran asam/hidrokarbon dan memberi
119
kemungkinan terjadinya pembekuan asam sehingga menyulitkan dalam
operasinya. Sebaliknya suhu di atas 20 oC juga tidak menarik karena
sangat cenderung mempercepat reaksi polimerisasi yang akan
menyebabkan kenaikan konsumsi asam dan menurunkan yield alkilat.
Tekanan operasi tidak begitu berpengaruh terhadap efisiensi alkilasi.
Tekanan sistem harus tinggi untuk menjaga hidrokarbon berada dalam
fasa cairan dan perbedaan hidraulik cukup untuk mengatur fluida
mengalir dalam sistem reaktor. Untuk maksud tersebut biasanya reaktor
beroperasi pada tekanan sekitar 7 kg/cm 2.
Katalis asam sulfat dengan konsentrasi 98 % (berat) dimasukkan
secara terus menerus atau dengan cara injeksi asam dari belakang.
Nisbah asam dan hidrokarbon di dalam reaktor adalah 1 : 1.
Penambahan asam segar ke dalam reaktor dilakukan apabila
konsentrasinya kurang dari 88 % (berat). Kualitas alkilat, yield alkilat dan
umur katalis asam merupakan fungsi daripada komposisi umpan masuk
dan kondisi operasi dalam reaktor.
Tabel 9.1 memperlihatkan beberapa data yield yang diperoleh apabila
alkilasi isobutana dilaksanakan dengan berbagai olefin yang berbeda.
Yield tersebut secara luas dipengaruhi oleh kondisi operasi, tetapi
mudah terlihat bahwa perbedaan yang sangat besar dalam yield alkilat
terjadi karena menggunakan umpan olefin yang berbeda. Umur katalis
dipertimbangkan dipengaruhi oleh umpan olefin. Berbagai umur katalis
yang dapat diharapkan terlihat pada Tabel 9.1. Pengaruh umpan
olefin terhadap kualitas alkilat dapat dilihat pada Tabel 9.2. Harga-harga
hanya diberikan untuk propilena, butilena dan amilena saja, karena
produk yang diperoleh dari alkilasi polimer butilena adalah sama dengan
yang diperoleh langsung dari butilena.
120
Tabel 9.2 Kualitas Berbagai Alkilat
Umpan Kinerja Alkilat F-3 Kinerja Alkilat F-4
Olefin Renda Tinggi Tipikal Renda Tinggi Tipikal
h h
Propilen 110,5 120,2 113,3 128,8 142,8 135,2
a 115,8 128,8 122,2 136,3 158,4 146,6
Butilena 113,3 122,2 118,5 132,9 145,1 138,4
Amilena
121
Regenerasi asam bekas ini dipengaruhi oleh cara distilasi yang
sederhana, dimana asam dapat dipisahkan dari campuran azeotrop H 2O-
HF dan polimer yang terbentuk dalam proses alkilasi. Titik didih HF pada
tekanan 1 atm adalah 19,4 oC dan berat jenisnya 0,988. Tanpa proses
regenerasi, baik air maupun polimer akan terakumulasi di dalam asam
dan akan berpengaruh buruk terhadap yield dan kualitas produk. Asam
yang sudah diregenerasi didaur ulang ke dalam reaktor.
Pada alkilasi isobutana dengan butilena, proses alkilasi HF
memproduksi suatu alkilat yang mengandung 2,2,4 trimetil pentana
yang prosentasenya lebih besar daripada proses alkilasi asam sulfat.
Angka oktan alkilat yang dihasilkan sangat tergatung pada jenis olefin
sebagai berikut :
i-C4H10 + i-C4H8 Iso oktana (ON = 92 94)
i-C4H10 + i-C5H10 Iso nonana (ON = 90 92)
i-C4H10 + i-C3H6 Iso heptana (ON = 89 91)
122
isobutana untuk dimasukkan ke unit alkilasi. Dapur alkilasi mengolah
aliran daur ulang isobutana dan cairan yang terdiri dari campuran
etilena dan isobutana yang dimasukkan ke dalam dapur melalui zona
perendaman. Sedikit ter atau material yang mempunyai titik didih di
atas gasolin dapat dihasilkan karena konsentrasi etilennya rendah dalam
zona reaksi. Diperlukan waktu 2 7 detik untuk mencapai suhu 950 oF,
tergantung pada jumlah hidrokarbon yang diolah dan jumlah isobutilena
yang didaur ulang. Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 9.2.
Alkilasi khusus untuk membuat neoheksana telah dikembangkan
oleh Phillips petrleum Co. Alkilasi ini menggunakan etilena dan
isobutana sebagai reaktan untuk membuat neoheksana. Namun proses
ini sudah tidak dipakai lagi semenjak Perang Dunia II. Proses ini tidak
terbatas hanya untuk membuat neoheksana saja.
Campuran etana dan propana direngkah pada suhu sekitar 1400
o
F dan tekanan 6 8 psig untuk pembentukan propilena yang optimum.
Gas-gas yang terbentuk dibebaskan dari material yang lebih besar dari
C2 melalui scrubber, lalu diikuti dengan kompresi dan pendinginan.
o
Etilena kemudian diserap oleh cairan isobutana pada suhu -30 F,
sedangkan gas hidrogen dan metana dipisahkan dari sistem. Campuran
etilena dan isobutana dikompresi sampai menjadi 4000 5000 psig
dan ditambahkan isobutana pada dapur alkilasi melalui preheater pada
suhu 950 oF. Nisbah isobutana dan etilena dijaga pada 9/1 atau lebih
pada zona reaksi. Yield dikirim ke menara depropanizer berupa cairan
pada bagian bawah yang menghabiskan 70 % (berat) etana, propana
dan isobutana yang mengandung kira-kira 30 40 % neoheksana.
Neoheksana dikarakterisasi sebagai bahan campuran avgas dengan
sifat-sifat yang sempurna dan sangat mudah menerima TEL. Senyawa ini
mempunyai RVP 9,5 psi ; titik didih 121 oF dan angka oktan 95.
H2 & CH4
Umpan i C4 Segar
i C4
123
Compressor Gasoline
Etana/Propana Pompa
Campuran Umpan
etana
propana
butana
Dimana :
K2 = tetapan kecepatan reaksi
t = waktu, menit
P = tekanan, psi
x = fraksi olefin yang bereaksi selama waktu t menit
a = fraksi olefin yang terkandung dalam umpan
124
Polimerisasi termis mengubah C4 dan gas-gas kilang yang lebih ringan
menjadi produk-produk cair hasil kondensasi. Proses ini dapat dipakai
terutama untuk mengolah bensin alam (natural gasoline) yang
mengandung propena dan butena yang berlimpah ruah. Olefin-olefin
tersebut diperoleh dengan cara dekomposisi termis dan polimerisasi
dengan panas dan bertekanan. Umpan cair dengan tekanan 1200 2000
psig dipompakan ke dalam dapur dan dipanaskan menjadi 975 1100 oF.
Keluaran dari dapur didinginkan dan distabilisasi, polimer gasolin
dipisahkan dengan cara fraksionasi. Gas yang keluar dari stabilizer
dikembalikan ke pemisah uap untuk dipisahkan C 3 dan C4 sebagai daur
ulang. Diagram alir proses ini secara sederhana dapat dilihat pada
Gambar 9.3.
Umpan
Olefin Fractionator
Dapur Polimerisasi
Quench
Stabilizer
Polimer Berat
125
Polimerisasi ini adalah proses sinambung dimana gas-gas olefin
dikonversi dengan katalis menjadi produk-produk cair hasil kondensasi.
Proses polmerisasi katalis dapat dibagi menjadi :
1 Polimerisasi tak selektif.
2. Polimerisasi selektif.
Polimerisasi tak Selektif adalah polimerisasi campuran propilena-
propilena dan butilena-butilena, sedangkan polimerisasi antara
propilena-propilena saja atau antara butilena-butilena saja disebut
Polimerisasi Selektif.
Gasolin yang dihasilkan sebagai hasil reaksi adalah 2,2,4 trimetil
pentana atau kodimer yang mempunyai angka oktan tinggi. Kodimer bila
dihidrogenasi dapat menjadi isooktan.
Katalis yang digunakan pada polimerisasi katalis adalah asam
sulfat dan asam posfat dalam berbagai bentuk. Demikian juga silika
alumina, aluminium khlorida, boron trifluorida dan bauksit aktif telah
banyak digunakan sebagai katalis polimerisasi.
1. Polimerisasi UOP
126
Polimerisasi katalis proses UOP adalah proses polimerisasi tak
selektif menggunakan katalis asam posfat yang dijenuhkan di dalam
kieselguhr dan berbentuk pelet. Katalis ditempatkan di dalam tube,
sedangkan air pendingin berada di dalam shell. Diagram alir sederhana
dari proses UOP ini dapat dilihat pada Gambar 9.4.
Proses polimerisasi UOP terdiri dari 3 seksi pengolahan yaitu :
a. Seksi pembersihan/pemurnian umpan.
Pada seksi ini kotoran yang terdapat dalam umpan dipisahkan
dengan larutan soda dan air karena merupakan racun bagi katalis.
Kotoran utama yang harus dipisahkan adalah senyawa-senyawa
nitrogen asam ataupun basa, lalu senyawa-senyawa belerang dalam
bentuk gas/larutan H2S maupun merkaptan. Senyawa nitrogen yang
bersifat asam (HCN, HOCN dan sebagainya) bila dibiarkan dalam
sistem akan berubah menjadi amoniak dan kemudian amonium
posfat yang akan merusak daya rangsang katalisator (menurunkan
aktifitas katalis) menurut reaksi berikut :
RCN + 2 H2O RCOOH + NH3
3 NH3 + H3PO4 (NH4)3PO4
Senyawa nitrogen asam ini dapat dihilangkan dengan larutan soda,
sedangkan senyawa nitrogen basa (NH3 dan amina-amina) dapat
dihilangkan dengan mencucinya menggunakan air.
Senyawa-senyawa sulfur (H2S dan merkaptan-merkaptan) bila tidak
dibuang akan berubah menjadi senyawa-senyawa yang sulit
dihilangkan dari polimer gasolin dan akan menyebabkan turunnya
angka oktan. Senyawa-senyawa sulfur ini bersifat asam dan dapat
dihilangkan dengan larutan soda.
b. Seksi reaktor.
Umpan hidrokarbon (campuran propilena/butilena) yang sudah
dibersihkan dan dipanaskan secukupnya direaksikan dalam reaktor.
Tipe reaktor UOP ada 2 macam, yaitu tipe shell & tube heat
exchanger dan chamber. Reaksi polimerisasi adalah reaksi
eksotermis sehingga diperlukan air untuk menyerap panas yang
terjadi dan juga berfungsi sebagai pengatur suhu reaktor yang
dikendalikan oleh tekanan kukus (steam) dari steam drum.
127
Variabel proses yang mempengaruhi reaksi di dalam reaktor adalah
suhu sekitar 430 oF, tekanan operasi 1000 1100 psig, kadar olefin di
dalam umpan 35 45 % dan kecepatan aliran olefin pada permukaan
katalis (space velocity) dirancang 0,28 galon umpan/jam per lb
katalis.
Propana
Buta
na
Pencucian Air
Pencucian Soda
Umpan
C3/C4
Polim
er
Reactor Depropanizer
Debutanizer
Gambar 9.4 Diagram Alir Polimerisasi tak Selektif Proses UOP
Polimerisasi Selektif
128
Polimerisasi selektif adalah proses polimerisasi yang
menggunakan umpan hanya fraksi C4 saja atau fraksi C3 saja yang
berlangsung pada suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan
polimerisasi tak selektif.
129
b. Berada dalam butiran alumina atau bauksit.
c. Dilarutkan dalam PbCl3 cair.
Katalis aluminium khlorida adalah katalis yang tidak dapat diregenerasi,
tetapi dapat diperoleh kembali dalam sistem cairan. Salah satu proses
isomerisasi dengan katalis aluminium khlorida dapat dilihat pada
Gambar 9.5.
Make-up
HCl
Make-up H2
Recycle Gas
Vent
Acid Stripper
Kondisi operasi 240 250 oF, tekanan 200 300 psig dan space
velocity adalah 1 2 /jam. Waktu tinggal di dalam reaktor adalah 10 40
menit, sehingga dicapai konversi 50 % untuk butana, 55 60 % untuk
pentana.
130
Produk
Isoparafin
Recycle H2 H2 Segar
C4 <
Umpan Vent
Segar
Degasser
Heater
Separator
Reactor
Recycle Product
131
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik
Kimia
132
K. Philips
133
hasil kondensasi.
9. Pada proses polimerisasi UOP senyawa nitrogen
yang dihasilkan dapat diproses menghasilkan
asam.
10. Sebelum dipergunakan sebagai katalis Aluminium
Khlorida dilarutkan terlebih dahulu dalam PbCl 3
cair.
134
KEGIATAN BELAJAR X Jurusan
Teknik Kimia
PROSES REFORMING
135
KEGIATAN BELAJAR X Jurusan
Teknik Kimia
10.1 Pendahuluan
Reforming adalah suatu proses untuk merubah struktur senyawa
hidrokarbon dalam fraksi minyak menjadi komponen blending gasolin
yang mempunyai oktan tinggi. Perubahan susunan struktur molekul
yang terjadi paling dominan dalam reaksi tersebut adalah dehidrogenasi
naftena membentuk aromatik menurut reaksi berikut :
CH
/ \\
HC CH
H3C (CH2)4 CH3 + 4 H2
HC CH
\ //
CH
Macam-macam proses reforming :
1. Reforming Termis, terdiri dari :
Proses polyforming
2. Reforming Katalis, terdiri dari :
a. Katalis Unggun Diam
reaktor tanpa swing, terdiri dari :
Proses Catforming
Proses Houdriforming
Proses Platforming
136
Proses Sinclair-Baker
Proses Platinum
reaktor dengan swing, terdiri dari :
Proses Hydroforming
Proses Powerforming
Proses Ultraforming
b. Katalis Unggun Bergerak, terdiri dari :
Proses hyperforming
Proses thermofor (TCR)
c. Katalis Unggun Terfluidisasi, terdiri dari :
Proses Fluid Hydroforming
d. Reforming dengan daur ulang, terdiri dari :
Proses Iso-Plus Houdriforming
Proses Reforming
137
10.2.1 Proses Polyforming
Proses ini merupakan proses termis yang sinambung merubah
nafta ringan (straight run) dan/atau gas oil bersama-sama dengan gas-
gas hidrokarbon sangat ringan (dominan C 3 dan C4) menjadi mogas yang
mempunyai oktan tinggi dan fuel oil. Diagram alir proses ini dapat dilihat
pada Gambar 10.2.
Heater
Umpan Nafta
Stabilizer Gas
Evaporator & Bubble Tower
Gas Umpan
Nafta
Flash Absorber
Tower
Heater
Umpan
Quench Gas Cair
Fuel Oil
Gasoline
138
1500 psig. Aliran quench di bagian bawah evaporator adalah 1020
1120 oF turun menjadi 650 700 oF. Tekanan evaporator sekitar 400 psig.
Bagian lain dari bawah evaporator di-flash untuk mendapatkan fuel oil
dan gas, sedangkan overhead evaporator dikirim ke stabilizer dimana
gas-gas yang dapat dikondensasi dipisahkan dari produk gasolin untuk
dipakai kembali di absorber bersama dengan umpan gas cair. Proses
polyforming ini dikembangkan oleh Gulf Oil Corp pada tahun 1940.
Proses ini sudah tidak digunakan lagi dan diganti oleh reforming katalis.
139
Sikloheksana Benzena
2. Dehidrosiklisasi parafin
H3C - (CH2)4 - CH3 ===== C6H6 + 4 H2
Heksana Benzena
3. Isomerisasi parafin
H3C (CH2)5 CH3 ===== H3C CH (CH2)3 CH3
Heptana
CH3
2-Metil Heksana
4. Dehidro-isomerisasi naftena
H3C C5H8 CH3 ===== H11C6 CH3 ===== H5C6 CH3 + 3 H2
1,2-Dimetil Siklopentana Metil Sikloheksana Toluena
5. Hydrocracking parafin
CH3
C10H22 + H2 ==== H3C (CH2)3 CH3 + H3C CH2 CH CH3
n-Dekana Pentana Isopentana
6. Desulfurisasi
H4C4S + 4 H2 ===== C4H10 + H2S
Tiofen Butana
140
hydrocracking secara besar-besaran. Tekanan yang rendah dapat
mendorong reaksi-reaksi dehidrogenasi dan siklisasi, tetapi pada kondisi
yang sedang dapat menekan terjadinya reaksi hydrocracking. Operasi
pada 900 psi akan menyebabkan sekitar dua kali lebih banyak terjadi
hydrocracking seperti terjadi pada tekanan 500 psi.
Meskipun hidrogen lebih banyak dihasilkan pada tekanan rendah
(200 psig), tekanan parsiel hidrogen relatif lebih rendah yang memberi
kemungkinan kecenderungan terjadinya reaksi hydrocracking yang
menghasilkan kokas. Ditinjau dari cara meregenerasi katalis maka
reforming katalis diklasifikasikan menjadi proses sinambung, semi
regeneratif dan siklus. Pertumbuhan yang cepat terhadap pemakaian
reforming katalis dalam industri minyak bumi terjadi pada kurun waktu
1953 - 1959. Namun mulai tahun 1970-an seiring dengan perbaikan
terhadap angka oktan bensin menjadi RON 98, maka katalispun
mengalami perubahan tidak lagi hanya berbasis platina tetapi juga
mengandung renium (katalis UOP R-16 dan R-20). Pada saat ini
kenaikan yang pesat dari produksi reforming katalis disebabkan karena
adanya pemakaian umpan baru selain daripada virgin naphta, yaitu light
naphta dari Timur Tengah.
Reactor
141
Kiln Produk
Udara
Recy
cle
Gas
Umpan
Nafta
Elevator Katalis
Produk
Regenerator Reactor
142
Recycle Gas
Udara
Umpan
Nafta
143
3. Pengubahan Nafta ringan atau gas oil bersama-sama dengan gas
hidrokarbon sangat ringan (dominant C4 ) menjadi mogas yang
mempunyai angka oktan tinggi dan fuel oil dinamakan :
a. Reforming Katalis c. Hydroforming
b. Reforming d. Polyforming.
4. C5H10 + H2 adalah :
a. C5H12 c. C6H14
b. C7H16 d. C7H14
5. Salah satu keunggulan proses reforming adalah :
a. Diperolehnya senyawa hidrokarbon dengan RON tinggi.
b. Diperolehnya nafta dengan angka oktan tinggi.
c. Diperolehnya hasil reformat antara 70 - 80 % (v) dengan RON
93 - 98.
d. Diperolehnya nafta ringan 100 %
144
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik
Kimia
145
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik
Kimia
146
KEGIATAN BELAJAR XI Jurusan
Teknik Kimia
147
KEGIATAN BELAJAR XI Jurusan
Teknik Kimia
11.1 Pendahuluan
Proses-proses penyulingan dengan pelarut merupakan
pengolahan fisik saja, baik untuk menghilangkan senyawa-senyawa
pengotor yang ada maupun yang tidak diingini ada dalam minyak yang
akan dipulihkan (recovery). Umpan untuk proses-proses ini dapat berupa
minyak yang mempunyai titik didih tinggi maupun rendah. Umpan yang
mempunyai titik didih tinggi untuk proses ini terdiri dari minyak dan gas-
oil atau minyak-minyak rengkahan katalis. Secara umum dasar proses
yang dipakai sekarang untuk umpan minyak berat dan distilat
menengah diklasifikasikan sebagai :
1. Pengolahan (treating) atau deasphalting, dipakai pada minyak
dengan titik didih penuh seperti gas-oil, dimana pemotongan minyak
pelumas dilakukan. Pelarut adalah pengendap yang membagi umpan
minyak menjadi konstituen- konstituen berdasarkan ukuran molekul.
2. Operasi dewaxing, dipakai pada komponen minyak-minyak pelumas
atau material dengan titik didih penuh, lalu diolah dengan lempung
(clay). Operasi dewaxing sering berkombinasi dengan pembuatan
lilin.
3. Pengolahan (treating) atau penyulingan (refining), dipakai pada
minyak-minyak dengan jarak didih yang sesuai dengan minyak
148
pelumas sebagai umpan untuk memisahkan aromatik, naftenik dan
material lain dengan ekstraksi selektif yang berpengaruh terbalik
terhadap indeks viskositas.
Dasar-dasar proses ekstraksi menggunakan pelarut dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Proses penarikan aspal (deasphalting & treating).
2. Proses penarikan lilin (dewaxing).
3. Proses penyulingan minyak pelumas (lube refining) dan ekstraksi
aromatik.
149
2. Propane Deasphalting.
3. Propane Decarbonizing.
4. Fraksionasi Propana.
5. Ekstraksi HF.
6. Ekstraksi SO2.
150
Gambar 11.1 Diagram Alir Ekstraksi Furfural untuk Gas-Oil
151
Umumnya yang dipakai sebagai umpan adalah minyak mentah
yang telah direduksi dari distilasi hampa (Vacuum Reduced Crude)
dengan berbagai jarak didih untuk di-finishing menjadi aspal dan minyak-
minyak pelumas. Kelarutan minyak dalam propan menurun dengan
naiknya suhu dan sangat dipengaruhi oleh tekanan. Diagram alir proses
ini dapat dilihat pada Gambar 11.2.
Kondisi operasi di menara kontaktor tergantung pada jarak didih
umpan dan sifat-sifat produk yang diingini. Suhu puncak menara
biasanya 130 - 180 oF dan tekanan 400 - 550 psig. Rasio propan-umpan
minyak adalah 6 : 1 sampai 10 : 1. Proses ini dilisensi oleh M.W Kellogg
Co. Unit komersil pertama dibangun pada tahun 1934.
152
minyak pelumas. Suhu ekstraksi biasanya 150 250 oF dengan tekanan
400 - 600 psi. Yield minyak yang didekarbonasi mencapai 40 75 %
berasal dari umpan reduced crude. Umpan yang mengandung karbon
(conradson) 12 22 % berat diubah menjadi 2 - 5,5 % berat. Proses ini
dilisensi oleh M.W. Kellog.
11.2.4 Fraksionasi Propan
Proses ini adalah proses ekstraksi kontinyu untuk pemisahan
residu hasil dari distilasi hampa menjadi 2 macam atau lebih minyak
pelumas. Proses ini menggunakan propan sebagai pelarut dan
merupakan pengembangan dari proses propane deasphalting. Produk
dari proses ini adalah minyak-minyak yang bersesuaian dengan distilat
netral yang berat, dan pelumas jernih (bright stock) yang mempunyai
warna lebih baik, residu karbon dan indeks viskositas lebih baik dari
fraksi-fraksi distilasi hampa. Pada proses ini dihasilkan juga aspal.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 11.3.
Umpan
Aspal Lube
Low
Dapur Oil Vis
Oil
11.2.5 Ekstraksi HF
153
Ekstraksi ini adalah proses ekstrasi cair-cair untuk memisahkan
sulfur dan kokas yang terbentuk dari nafta rengkahan, nafta murni (virgin
naphtha), distilat menengah, dan gas oil. Umpan minyak setelah melalui
suatu absorber seperti terlihat pada Gambar 11.4 dikontakkan secara
berlawanan arah dengan cairan HF di dalam menara ekstraksi. Produk
atas berupa rafinat dikirm ke menara stripper untuk pemisahan HF.
Pelarut HF diambil kembali (recovery) dari ekstrak dengan penguapan
dan stripping.
Proses ini relatif tidak sensitif terhadap suhu dan tekanan.
Biasanya suhu yang dipakai adalah 100 125 oF dan tekanan di bawah
100 psi. Nisbah pelarut terhadap minyak adalah rendah berkisar antara
0,15 - 0,3 berbanding 1. Pengolahan kerosin, gas-oil dan recycle-oil
dengan HF akan menghasilkan produk rafinat dengan yield 85 95 %
pada pengambilan sulfur 60 90 %.
154
katalis, dan minyak pelumas berat dan menengah. Aplikasi-aplikasi lain
dari proses ini dapat dilihat pada seksi penyulingan minyak pelumas
seperti proses Edeleanu SO2..
Apabila proses digunakan untuk mengolah kerosin maka suhu
operasi dipakai pada 60oF. Yield 65 90 % diperoleh pada reduksi sulfur
10 70 % dan perbaikan diesel index pada rasio berat solven-minyak
antara 0,25 - 1,0 berbanding 1,0. Pengolahan cycle-oil dari proses
menggunakan katalis dapat menurunkan kokas hasil perengkahan
sebesar 50 % atau lebih.
155
mempunyai panas laten dan panas jenis karkteristik yang
menyebabkan refrigerasi secara ekonomis
Semua proses dewaxing mempunyai langkah-langkah umum sebagai
berikut :
1. Umpan dikontakkan dengan pelarut
2. Campuran umpan-pelarut didinginkan dan endapan lilin dipisahkan
3. Pelarut dipulihkan dari lilin dan minyak yang sudah ditarik lilinnya,
dapat dipakai kembali
4. Menggunakan refrigerasi dari luar atau dari dalam tergantung pada
tipe proses.
5. Pemisahan lilin dilakukan secara filtrasi atau sentrifugasi.
Proses penarikan lilin (dewaxing) dengan pelarut sering
dilakukan bersama dengan proses penarikan minyak dari dalam lilin
(deoiling). Proses pelarut modern telah menggantikan metoda lama
yang dimulai dengan pengolahan secara komersil pada pertengahan
tahun 1930. Proses ini meliputi pengendapan (settling) dalam suasana
dingin, saringan tekan (filter press) dan pemusingan (sentrifugasi)
menggunakan nafta.
Macam-macam proses penarikan lilin (dewaxing) adalah :
1. Solvent Dewaxing.
2. Propane Dewaxing.
3. Liquid SO2-Benzene Dewaxing.
4. Separator- Nobel Dewaxing
5. Proses Bari-Sol.
6. Urea Dewaxing.
7. Benzene-Acetone Dewaxing
156
yang banyak digunakan adalah metal isobutil keton dan metil butil
normal keton. Komposisi campuran pelarut tergantung pada tipe umpan
yang akan ditarik lilinnya.
Untuk umpan yang lebuh banyak mengandung parafin dapat
ditarik lilinnya dengan pelarut yang mengandung sedikit keton yang
biasanya dipakai untuk penarikan lilin dari umpan yang berasal dari
minyak dasar naftenik dan aspaltik. Penggunaan campuran pelarut ini
adalah suatu contoh dari dua teori yang berlawanan pada solven
dewaxing baik minyak maupun lilin relatif tidak larut dalam satu pelarut
(MEK), sementara itu baik minyak maupun lilin dapat larut dalam semua
perbandingan pelarut lain (benzol dan toluol). Jadi dengan perbandingan
yang tepat dari dua pelarut yang mempunyai aksi berlawanan dapat
memberi kemungkinan pengaturan terhadap kelarutan lilin. Diagram alir
proses ini dapat dapat dilihat pada Gambar 11.5.
Proses ini dilisensi oleh Texaco Development Corp. Unit pertama telah
dibangun pada tahun 1927.
157
Gambar 11.5 Diagram Alir Solvent Dewaxing.
158
dengan sentrifugal (tidak dengan filtrasi). Pada prakteknya nisbah
pelarut-minyak bervariasi 0,67 - 1,5 berbanding 1. Umpan minyak dan
pelarut dikontakkan pada suhu 110 120 oF, kemudian campuran ini
didinginkan (chilling) menjadi 5 20 oF di bawah titik tuang produk yang
diinginkan. Kecepatan pendinginan bervariasi 8 - 15 oF/jam. Pelarut tri
khloro etilen dipisahkan dari minyak dan lilin dengan distilasi pada suhu
230 oF lalu diikuti dengan steam stripping.
159
Proses ini adalah salah satu pelopor dari proses-proses tipe
benzol-keton seperti MEK-benzol, MEK-toluol yang banyak dipakai dalam
industri pengilangan minyak. Aliran proses umumnya sama dengan
diagram alir pada Gambar 11.5. Uraian proses sama dengan proses
solven dewaxing menggunakan MEK. Proses ini biasanya menggunakan
campuran pelarut aseton dan MEK yang mudah diganti-ganti jika
digunakan dengan benzen. Jumlah aseton yang dibutuhkan untuk
menekan kelarutan lilin di dalam campuran pelarut pada proses
dewaxing dan untuk mendapatkan kecepatan penyaringan yang
memuaskan adalah lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan MEK,
tetapi MEK kurang mampu memisahkan minyak dibandingkan aseton.
Demikian juga titik didih MEK lebih tinggi dari aseton yang cenderung
bertambah besar, sehingga penguapan akan menyebabkan kehilangan
pelarut aseton.
Lingkungan yang mendukung penggunaan benzen-asetat
sebagai proses komersial pada penarikan lilin dari minyak pelumas (lube
dewaxing) adalah :
1. Langkanya kebutuhan untuk minyak pelumas dengan titik tuang yang
rendah. Konsekuensinya iklim sedang tidak memerlukan titik tuang
pelumas lebih rendah dari 0 oF.
2. Pengolahan yang ekonomis pada operasi pengilangan di daerah iklim
sedang. Unit pabrik seperti itu dapat merecover dalam jumlah besar.
3. Persediaan dan tersedianya benzen dan aseton.
Proses ini telah beroperasi secara komersial pada kilang Elbyn di
Moshaton Yunani pada tahun 1950.
160
umpan yang mengandung lilin pekat untuk mendapatkan produk dengan
spesifikasi yang diinginkan. Operasi penarikan minyak dari dalam lilin
kadang-kadang digabungkan dengan operasi penarikan lilin dari dalam
minyak. Slack wax dapat mengandung minyak sekitar 10 50 % yang
akan dipisahkan dengan sweating atau penyulingan dengan pelarut.
Penarikan lilin dari umpan residu menghasilkan konsentrat lilin
yang mengandung lilin dengan kristal halus (petrolatum). Penarikan
minyaknya disempurnakan hanya dengan proses yang menggunakan
o
pelarut, akan menghasilkan produk dengan titik leleh 140 200 F.
Pelarut yang digunakan pada pengkristalan dan produksi lilin sama
dengan proses oil dewaxing, yaitu nafta, benzena-aseton, metil butil
keton, SO2 cair dan kerosin, propana cair, heksana dan butil asetat. Nafta
biasanya tidak digunakan pada penarikan minyak dari lilin yang
mempunyai kristal halus.
Prosedur produksi lilin dan penarikan minyak dari dalam lilin, terdiri
dari :
1. Wax Fractionation.
2. Wax Manufacturing.
3. Continuous Wax Moulding.
Filtrat solven
Filtrat
Chiller Chiller
lilin lunak
161
umpan solven
Tanki
konsentrat lilin
Solven
Gambar 11.6 Diagram Alir Proses Wax Fractionation & Manufacturing
162
11. 5 Proses Ekstraksi Minyak Pelumas
Pengolahan dengan pelarut adalah metoda yang banyak dipakai
untuk distilasi minyak-minyak pelumas. Proses-proses ini menghasilkan
produk yang diperlukan pada pelumasan modern dengan cara
pemisahan komponen-komponen yang tidak diinginkan ada dalam
material umpan seperti senyawa-senyawa aromatik, naftena dan
senyawa-senyawa tak jenuh. Minyak-minyak pelumas yang diolah
dengan pelarut mempunyai indeks viskositas tinggi, Ketahanan yang
tinggi terhadap pembentuk getah minyak (gum) dan lumpur (sludge)
karena oksidasi dan menaikkan kerentanan terhadap perbaikan lanjutan
karena penambahan aditif yang selektif. Kebanyakan proses-proses
komersil dari operasi penarikan minyak pelumas ini adalah proses yang
menggunakan pelarut tunggal, seperti terlihat pada Gambar 11.7.
Beberapa proses campuran atau pelarut ganda dapat juga dipakai.
Langkah-langkah umum pada proses ekstraksi menggunakan
pelarut :
1. Pengeringan ataupun deaerasi umpan.
Air menghalangi aksi penyerapan oleh fenol dan udara menyebabkan
kesulitan menggunakan pelarut gas, seperti SO 2.
2. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut.
Metoda kontak berlawanan arah dipakai secara umum kecuali untuk
kasus khusus, digunakan kontak tunggal.
3. Pemisahan pelarut dari minyak.
Proses ini disempurnakan dengan panas dan fraksionasi atau
penguapan. Proses ini adalah operasi sederhana karena minyak dan
pelarut mempunyai titik didih yang jauh berbeda, kecuali pemisahan
gasolin dengan SO2. Untuk pelarut dengan titik didih tinggi digunakan
tekanan hampa.
4. Pemurnian minyak.
Minyak dibebaskan dari pelarut dengan steam stripping atau jika ada
air yang menyebabkan kesulitan, maka pemisahan dilakukan dengan
vacuum flashing.
5. Pemurnian pelarut.
163
Proses ini meliputi pemisahan air seperti dijumpai dalam pelarut
furfural, ataupun pemisahan ter (blankin) dan sebagainya dalam
proses Duo-Sol.
Distillation
Rafinat
Ekstrak
Distillation
164
ataupun pengadukan) dengan aliran yang berlawanan arah pada suhu
100 - 250 0F . Beda suhu yang tinggi pada seksi treating dimungkinkan
untuk memperoleh yield yang tinggi dengan kualitas minyak rafinat pada
dosis pelarut tertentu. Pelarut furfural mempunyai stabilitas yang tinggi
dan dapat dipulihkan kembali menggunakan distilasi pada suhu 400 - 550
0
F. Kehilangan pelarut hanya 0,03 - 0,06 % vol dari pelarut yang
bersirkulasi. Proses ini dilisensi dan dikembangkan oleh Texaco
Development Corp. Unit komersial utama dipakai pada tahun 1933.
165
11.5.3 Proses SO2 Edeleanu
Proses ini adalah untuk mengekstraksi aromatik dari umpan
minyak kerosene dan gas oil. Proses ini meskipun masih banyak dipakai,
tetapi dapat juga dipakai untuk pengolahan minyak-minyak pelumas.
Proses ini digunakan untuk memperbaiki kestabilan karena oksidasi
daripada minyak-minyak pelumas seperti oli turbin dan oli yang sangat
encer. Disebabkan karena daya pelarutan SO 2 sangat rendah tanpa
adanya pelarut pembantu, maka proses ini sedikit berguna dalam
pengolahan pendahuluan oli motor yang mempunyai indeks viskositas
tinggi. Suhu operasi berjarak dari -20 0F untuk nafta dan kerosene sampai
+60 0F untuk minyakminyak yang mempunyai titik tuang (pour point)
tinggi. Nisbah pelarut terhadap minyak adalah 0,5 3,0 berbanding 1,0
sedangkan untuk minyak-minyak berat memerlukan nisbah pelarut-
minyak yang lebih besar.
166
kecepatan korosi yang rendah pada kondisi pengolahannya. Ekstraktor
banyak tingkat (4 - 7 tingkat) dengan aliran berlawanan arah dipakai
pada proses ini. Fasa rafinat mengandung 15 - 25 % pelarut. Chlorex
diperoleh kembali pada suhu 300 - 325 oF pada tekanan hampa 26 - 28
inHg menggunakan steam.
Proses ini dikembangkan oleh Standard Oil Co pada tahun 1930
dan dipakai secara luas sampai tahun 1940 - 1950 untuk memproduksi
minyak pelumas berkualitas tinggi. Sekarang proses ini telah dimodifikasi
dengan proses yang lebih modern lagi.
167
Proses ini adalah proses pengolahan menggunakan pelarut ganda
untuk menarik aspal secara simultan dari minyak-minyak pelumas atau
suatu residu atau minyakminyak distilat. Propana digunakan sebagai
pelarut parafinik untuk operasi penarikan aspal (yaitu melarutkan minyak
sebagai rafinat dan mengendapkan aspal).
Asam kresilat (biasanya mengandung 20 40 % fenol) adalah
pelarut naftenik, melarutkan endapan aspal dan senyawasenyawa yang
tidak diinginkan seperti aromatik, naftena, pembentuk warna dan
senyawa yang indeks viskositasnya rendah. Dapat juga dipakai fenol
murni sebagai pelarut. Campuran asam kresilat-fenol dirujuk sebagai
pelarut terbaik disebut sebagai selecto, karena pengenceran minyak
oleh propan maka viskositas fasa rafinat menjadi rendah, sehingga relatif
lebih mudah dipisahkan dari fasa ekstrak. Pada suhu pengolahan yang
normal, kelarutan lilin dalam propan cukup tinggi sehingga
memungkinkan ekstraksi menggunakan pelarut terhadap minyakminyak
dapat dilakukan tanpa menarik lilin. Unit komersil proses ini
menggunakan 7 9 buah kontraktor yang berlawanan arah seperti
terlihat pada Gambar 11.8.
168
propana dan selecto dimasukkan masing-masing ke dalam outlet rafinat
dan outlet ekstrak.
Kondisi operasi pada suhu ekstrasi 120 150 oF meskipun ada
o
beberapa umpan yang dapat diolah pada suhu 90 F. Nisbah pelarut-
minyak adalah 4 : 1 atau lebih besar (% berat untuk propana dan % vol
untuk selecto). Kandungan fenol dalam selecto adalah 35 40 % vol atau
lebih besar. Kandungan air dalam selecto dijaga lebih kecil dari 0,15 %.
Variabel-variabel di dalam ekstraksi Duo-Sol yang umum dipakai adalah
sebagai berikut : a) pada nisbah propana-selecto yang konstan, kenaikan
rasio total solven-minyak akan memperbaiki indeks viskositas dan karbon
residu rafinat, b) pada nisbah selecto-minyak yang konstan, kenaikan
propana akan menurunkan indeks viskositas dan juga dapat menurunkan
atau menaikkan karbon residu, c) pada nisbah propana-minyak yang
konstan, kenaikan selecto akan memperbaiki indeks viskositas dan
karbon residu.
169
pelumas dari pantai teluk (20o API ; viskositas 66 SSU pada 210 oF ;
indeks viskositas 23 ; 0,24 % berat karbon residu) dengan pelarut 25 %
vol bexena dan 75 % vol SO2 menghasilkan produk rafinat 74 % (25,3 oAPI
; viskositas 60,5 SSU pada 210 oC ; indeks viskositas 63 ; dan 0,66 %
berat karbon residu).
170
Proses ini adalah proses sinambung fasa uap-cair untuk
mengambil aromatik basis nitrogen (benzena, toluena atau silena)
masing-masing dari fraksi minyak (biasanya reformat katalis). Pelarut
yang digunakan untuk menaikkan beda tekanan uap di antara
komponen-komponennya.
Apabila terdapat olefin di dalam umpan, maka dilakukan
pengolahan pendahuluan secara kimia dengan asam sulfat, asam fosfat
atau tanah liat. Pelarut-pelarut yang digunakan adalah fenol untuk
benzena dan toluena, campuran asam kresilat untuk silena. Proses ini
dilisensi oleh Shell Development Co. Unit komersil pertama beroperasi
pada tahun 1940.
171
11.6.3 Ekstraksi Modifikasi SO2
Proses ini adalah proses fasa cair-cair untuk ekstraksi selektif
aromatik dari campuran hidrokarbon dalam nafta murni, reformat katalis
atau distilat-distilat berat. Campuran ekstrak pelarut dengan SO 2 cair
dan aromatik dipekatkan dalam fasa ekstrak yang turun kontak dengan
minyak pencuci (suatu fraksi kerosin yang ada dalam reformat katalis)
untuk pemisahan non-aromatik yang mempunyai titik didih rendah dari
ekstrak menjadi fasa rafinat.
Sejarahnya, proses ini merupakan modifikasi yang diusulkan oleh
Edeleanu pada tahun 1907 untuk memisahkan aromatik dari kerosin
dengan ekstraksi SO2. Instalasi komersil pertama dari proses ini dibuat
oleh Baytown Ordinance and Works (sekarang milik Humble Oil and
Refining Co) selama Perang Dunia II di Baytown-Texas.
172
beroperasi pada kilang Petrocarbon Chemicals Inc di Irving-Texas pada
tahun 1951.
173
3. Menaikkan kapasitas unit sekitar 50 %.
Proses sulfolan dikembangkan oleh Shell Development Co
pertama kali untuk membuat benzena murni, toluena dan silena dari
reformat katalis. Proses ini dilisensi oleh UOP, sedangkan katalis sulfolan
dibuat secara komersil oleh Shell.
174
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik
Kimia
175
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik
Kimia
176
KEGIATAN BELAJAR XII Jurusan
Teknik Kimia
PROSES-PROSES PEMURNIAN
177
2. Mahasiswa mampu menguraikan pokok-pokok diagram
alir proses pengolahan soda secara umum.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan uraian proses
pengolahan dengan asam sulfat.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme
penyerapan kotoran minyak dengan adsorben lempung.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan proses oksidasi pada
pengolahan sweetening untuk membersihkan minyak.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan uraian proses
pemurnian minyak dengan copper sweetening.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan salah satu mekanisme
reaksi untuk penyisihan hidrogen sulfida dari dalam minyak.
12.1 Pendahuluan
Zat-zat pengotor yang terdapat dalam minyak mentah bervariasi
dalam jumlah dan jenisnya. Zat-zat tersebut terdiri dari senyawa-
senyawa organik yang mengandung sulfur, nitrogen, dan oksigen; logam-
logam terlarut dan garam-garam anorganik; garam-garam yang terlarut
yang larut dalam air yang terbawa minyak membentuk emulsi. Zat-zat
pengotor yang tidak diingini, biasanya dipisahkan atau dirubah ke dalam
bentuk yang tidak berbahaya.
178
Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk menjaga : a) korosi
peralatan, b) kerusakan katalis, c) menurunkan mutu produk akhir
seperti warna yang jelek, ketidak stabilan terhadap cahaya, korosif, bau
yang tidak enak, dan lain-lain.
Beberapa pengolahan secara kimiawi dan gabungan beberapa
cara dapat dipakai, dan kebanyakan memilih satu atau lebih dari
klasifikasi pengolahan sebagai berikut: 1) dengan asam, 2) dengan alkali
(soda), 3) dengan pelarut, 4) dengan oksidasi, 5) dengan adsorpsi
lempung.
Pemilihan proses pengolahan untuk situasi kilang tertentu
tergantung pada keadaan alam fraksi minyak yang diolah dan spesifikasi
yang diingini untuk produk akhir atau produk menengah. Pada
pengolahan produk-produk rigan (straight-run), metoda pengolahan
kimiawi telah menjadi hal yang tidak menarik semenjak perkembangan
proses hidrogen yang menjadi praktis sebagai suatu hasil dari produk
samping dari reforming katalis. Seiring dengan hal tersebut adalah
meningkatnya kebutuhan dan perkembangan lebih lanjut tentang proses
pemisahan gas-gas asam (H2S) untuk pembuatan sulfur. Sebaliknya
fraksi-fraksi perengkahan katalis tetap memakai pengolahan kimiawi,
umumnya dengan variasi pencucian soda.
179
Gambar 12.1 Diagram Alir Pemurnian dengan Soda
180
g. Regenaratif udara-Solutizer
h. Regenaratif Tanin-Solutizer
i. Ekstraksi Merkaptan Unisol
Penggunaan soda kaustik dapat juga dipakai untuk pemurnian
gas yang mengandung senyawa-senyawa belerang dioksida (SO 2) dan
partikulat-partikulat yang dilakukan dengan scrubber. Proses ini
diaplikasikan pada unit pembakaran bahan bakar cair (fuel oil) dan padat
(batubara) pada ketel (boiler) untuk pembuatan steam, seperti terlihat
pada Gambar 12.2.
181
memisahkan fenol dan merkaptan di dalam sistem dua atau tiga tingkat
dengan penyerap soda.
182
Gambar 12.3 Diagram Alir Pengolahan Soda Regeneratif
183
Proses ini memperbaiki stabilitas, warna, dan kerentanan TEL dari
bahan bakar yang diolah. Reagensia disiapkan di dalam settler di bawah
kondisi yang dikontrol untuk dapat dipisah menjadi dua fasa yaitu
campuran soda dan garam asam kresilat. Fasa/lapisan atas adalah kalium
atau natrium kresilat yang digunakan sebagai pengolah gasolin. Gasolin
yang bebas H2S dikontakkan dengan larutan dua lapis (4 6 %) pada
suhu 120 oF pada pengolahan dua tingkat. Proses ini memerlukan 10 lb
steam untuk setiap barel gasolin.
184
Gambar 12.5 Diagram Alir Proses Gasolin Dua Lapis
c. Elektrolisa Merkaptan
Proses ini dikembangkan oleh American Development Corp
memakai larutan soda (biasanya NaOH atau KOH) untuk mengekstrak
merkaptan dari produk-produk kilang. Suatu proses elektrolisa digunakan
untuk meregenarasi larutan. Pada pengolahan ini persoalan limbah
diminimalkan dan penggunaan reagensia dimaksimalkan.
Umpan minyak dicuci dengan soda untuk memisahkan H 2S dan
mengkontakkannya secara berlawanan arah dengan larutan yang sudah
diolah di dalam Menara Ekstraksi Merkaptan. Gasolin olahan keluar dari
puncak menara. Regensia bekas dari bawah menara dicampur dengan
sedikit larutan yang telah diregenerasi bersama dengan produk samping
oksigen dari sel ADC. Campuran ini disaring dan dipompakan ke dalam
sel ADC untuk dielektrolisa. Aliran masuk sel ADC dibagi dua, sebagian
besar masuk ke anoda untuk memecah merkaptan menjadi oksigen dan
disulfida, dan sebagian lagi masuk ke katoda yang menghasilkan
hidrogen.
d. Proses Ferosianida
Proses ini adalah pengolahan kimiawi yang regeneratif untuk
memisahkan merkaptan dari nafta ringan (straight-run), LPG, dan gasolin
memakai reagensia soda-natrium ferosianida. Natrium ferosianida
185
ditambahkan ke dalam larutan soda konsentrasi rendah, yang apabila
dikonversi menjadi ferisianida dapat berfungsi sebagai oksidator baik
dalam operasi ekstraksi maupun dalam regenerasi. Operasi diatur
sedemikian rupa sehingga gasolin bertemu dengan soda dan ferosianida
selama estraksi dan soda dengan ferisianida selama sweetening. Larutan
bekas (mengandung merkaptan dan ferosianida) dicampur dengan
larutan segar (mengandung ferisianida) dalam tanki pencampur. Larutan
bebas sulfur keluar dari menara dibagi menjadi dua aliran dimana salah
satunya dikembalikan ke dalam menara ekstraksi. Aliran lainnya
dimasukkan kedalam elektrolizer untuk merubah ferosianida menjadi
ferisianida. Efluen dari elektrolizer sebagian dikirim ke sweetening pada
menara ekstraksi dan sebagian lagi bergabung dengan larutan bekas.
e. Proses Mercapsol
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Purse Oil Co adalah
suatu proses pengolahan kimiawi yang regeneratif untuk mengekstrak
merkaptan sulfur (93 95 %) menggunakan larutan NaOH yang
mengandung campuran kresol, asam-asam, dan fenol sebagai promotor
stabilisasi. Melalui pengolahan ini maka minyak akan diperbaiki
stabilitasnya, bau, dan kerentanannya terhadap TEL.
f. Regeneratif SteamSolutizer
Proses pengolahan kimia ini dikembangkan oleh Shell
Development Co untuk ekstraksi merkaptan dari gasolin atau nafta dalam
rangka spesifikasi bau yang sedap (sweet) menggunakan solutizer
(kalium isobutirat, kalium alkil penolat, dsb.) dalam larutan basa kuat
o
KOH. Suhu pengolahan adalah 100 F. Regenerasi dilakukan dengan
steam pada suhu 270 oF pada kolom stripping. Steam dan merkaptan
dikondensasi dan dipisahkan, sedangkan laurtan solutizer yang telah
diregenerasi dikembalikan kedalam ekstraktor. Konsumsi larutan ini
adalah 10 - 30 lb per barel gasolin yang diolah. Proses ini mula-mula
dikembangkan pada tahun 1939, unit pertama beroperasi di kilang Shell
Oil Co di Wood River-Illinois pada 1940.
186
g. Regeneratif Udara Solutizer
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Shell Development
Co, digunakan untuk pemisahan merkaptan dari gasolin berat. Proses ini
identik dengan Regeneratif Steam-Solutizer kecuali pada langkah
regenerasi yang menggunakan udara bebas CO 2. Larutan solutizer bekas
yang bebas gasolin dikontakkan dengan udara dalam kolom aerator pada
suhu 160 oF dan tekanan 40 - 100 psig selama 10 - 20 menit. Disulfida
yang terbentuk karena oksidasi merkaptan diekstraksi dengan nafta
pencuci. Larutan solutizer yang telah diregenerasi ini dilewatkan melalui
filter untuk memisahkan sisa produk oksidasi (trace) sebelum di-recycle
ke menara ekstraktor.
h. Regeneratif SolutizerTannin
Proses ini merupakan variasi dari regeneratif udarasolutizer
untuk mengekstrak merkaptan dari gasolin menggunakan tanin sebagai
katalis oksidasi pada langkah regenerasinya. Langkah ekstraksi dilakukan
pada suhu 110 - 130 oF dan dimasukkan ke dalam kolom regenerasi.
Melalui hembusan udara maka merkaptan dioksidasi menjadi disulfida
karena adanya tanin sebagai katalis. Adanya tannin dalam larutan
solutizer juga akan membantu konversi merkaptan di dalam gasolin
menjadi disulfida. Proses ini dikembangkan oleh Mobil Oil Corp bekerja
sama dengan Shell Development Co. Larutan solutizer dbuat oleh Shell,
sedangkan teknik regenerasi udara dengan katalis tanin dikembangkan
oleh Socony.
187
perbaikan kerentanan TEL dan stabilitas produk. Distilat-distilat (minyak
pemanas, dsb) diperbaiki bau dan stabilitasnya dengan pemisahan
merkaptan 95 %+.
Langkah ekstraksi pada suhu 100 oF dimana soda masuk dari atas
menara dan metanol dari tengah-tengah menara. Soda bekas
o
diregenerasi dalam menara stripping pada suhu 290 - 300 F dimana
metanol, air, dan merkaptan dipisahkan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 12.6.
188
tetapi yang lebih umum digunakan adalah asam sulfat (H 2SO4) karena
mempunyai kelebihan yaitu dapat menyerap sulfur, mengendapkan aspal
dan menghilangkan bau yang tidak enak.
Pemurnian dengan asam sulfat merupakan pemurnian secara
kimia, baik secara kontinyu maupun secara batch. Reaksi antara asam
dengan hidrokarbon sangat kompleks, umumnya membentuk ester dan
polimer, sebagai berikut :
Ester-ester yang terbentuk larut dalam asam, tetapi ia hanya sedikit larut
dan sulit dihidrolisis dengan air, dan pada akhirnya produk yang
dihasilkan masih mengandung sulfur.
Macam-macam proses pengolahan dengan asam adalah :
1. Pengolahan dengan Asam Sulfat
2. Proses Nalfining
189
Konsentrasi asam bervariasi antara 80 100 %, dan yang
umumnya dipakai adalah 93 %. Asam-asam lemah dipakai untuk
pengolahan masing-masing situasi untuk menurunkan sludge yang
terbentuk karena reaksi kimia dengan aromatik, dan/atau hidrokarbon
olefin. Suhu dijaga rendah pada 25 - 50 oF untuk asam kuat, tetapi suhu
o
tinggi 70 130 F dapat dipakai secara ekonomis. Metoda standar
pengolahan distilat bertekanan yang digunakan bertahun-tahun yang lalu
adalah pengolahan dengan asam, lalu diikuti oleh distilasi dengan steam
dan diikuti lagi pengolahan dengan doctor sweetening.
Pengolahan dari proses ini memerlukan biaya mahal, kehilangan
hasil proses tinggi, dan membutuhkan penyulingan ulang (redistillation)
pada beberapa hasil pengolahan. Pemakaian sekarang adalah pada
pengolahan kerosin dan pelarut-pelarut khusus. Proses pengolahan
dengan asam sulfat ini telah lama dilakukan semenjak awal industri
minyak tetapi proses ini telah diganti dengan proses pencucian dengan
soda secara regeneratif, dan pada akhir-akhir ini diganti lagi dengan cara
hidrogenasi.
b. Proses Nalfining
Proses ini adalah suatu pengolahan kimiawi yang kontinyu
menggunakan asam asetat anhidrid diikuti dengan pembilasan dengan
soda pekat, untuk mengolah nafta ringan dan distilat-distilat. Diagram alir
proses ini dapat dilihat pada Gambar 12.7.
Pada proses ini dapat diperbaiki warna, stabilitas, dan bau.
Langkah pencucian dengan soda akan menetralisir pembentukan asam
asetat yang korosif, dan pada keseluruhan proses tidak terjadi kehilangan
produk yang lebih banyak.
190
Gambar 12.7 Diagram Alir Proses Nalfining
12.3.2 Pengolahan dengan Lempung
Pada pengolahan ini dipakai lempung alam dan sintesis sebagai
adsorben untuk mengolah produk-produk kilang dalam rangka : a) untuk
memperbaiki warna dan bau, b) untuk mengurangi kandungan air,
kotoran yang terendap, bahan-bahan yang mengandung aspal dan resin,
senyawa-senyawa nitrogen, senyawa-senyawa teroksidasi, dan beberapa
senyawa sulfur; dan c) untuk menyerap secara khusus senyawa
hidrokarbon olefin.
Secara umum terdapat 3 pendekatan metoda yang dilakukan dalam
pengolahan dengan lempung, yaitu : 1) perkolasi melalui lempung kasar
(khusus untuk minyak-minyak pelumas, dan lilin), 2) kontak dengan
lempung berbentuk bubuk (untuk distilat-distiliat ringan dan berat), dan
3) kontak fasa uap melalui unggun onggokan yang longgar (untuk gasolin
dan distilat-distilat ringan).
Saringan perkolasi tingginya 15 - 30 ft dan dapat memuat 100 ton
lempung. Minyak mengalir baik secara gravitasi maupun dengan
dipompakan ke dalam unggun tersebut. Lempung bekas dicuci dengan
pelarut dan di-steam secara in-situ, kemudian dipisahkan dan
diregenerasi dengan pembakaran.
191
Pengolahan dengan lempung dipakai secara luas pada awal tahun
1940-an. Semenjak itu karena perkembangan proses-proses treating,
penemuan inhibitor getah minyak (gum), dan kemajuan teknologi
perengkahan, maka pengolahan dengan lempung untuk gasolin dan
distilat-distilat pemakaiannya menurun. Adsorpsi dengan lempung masih
dipakai untuk memperbaiki warna minyak pelumas, tetapi dalam
prakteknya proses ekstraksi menggunakan pelarut merupakan standar
pengolahan. Pengolahan dengan lempung sering kali dipakai sebagai
proses akhir setelah ekstraksi menggunakan pelarut.
Macam-macam proses pengolahan dengan lempung :
a. Filtrasi Kontak Kontinyu
b. Perkolasi Thermofor Kontinyu
c. Filtrasi Perkolasi
d. Pengolahan Efluen Alkilasi
e. Pengolahan Lempung Gray
192
regeneratif, untuk menstabilkan dan memperbaiki warna pelumas-
pelumas atau lilin yang telah didistilasi, disuling menggunakan pelarut,
o
atau diolah dengan asam. Umpan dipanaskan pada 125 - 350 F
dimasukkan ke dalam menara perkolator melalui distributor banyak
lubang (multi nozzle) pada dasar menara. Setelah perkolasi secara
berlawanan arah melalui unggun lempung maka umpan ditarik dari atas
menara dan dilewatkan ke dalam blotter-press, kemudian dimasukkan ke
dalam tanki penyimpanan. Unit pertama proses ini telah diinstalasi pada
tahun 1953 pada kilang Mobil Oil Co di Coryton-Inggris.
c. Filtrasi Perkolasi
Proses ini dikembangkan oleh Mineral & Chemicals Phillips Corp,
adalah suatu proses pengolahan dengan lempung secara kontinyu,
regeneratif siklik, fasa uap, untuk memperbaiki warna, bau, dan stabilitas
minyak-minyak pelumas dan lilin. Minyak disaring melalui unggun yang
mengandung 10 - 50 ton tanah pemucat atau bauksit aktif. Dua atau
lebih unggun dipakai secara bergantian dalam operasi dan regenerasi.
Lempung bekas dicuci sehingga bebas minyak dengan nafta kemudian di-
steam untuk memisahkan nafta. Setelah di-steaming, lempung dibawa ke
kiln dan bahan-bahan karbon dipisahkan dengan pembakaran.
d. Pengolahan Efluen Alkilasi
Proses ini dikembangkan secara bersama oleh D.X. Sunray Oil Co
dan M.W. Kellog Co, merupakan suatu proses perkolasi cair secara
kontinyu dan regeneratif untuk memisahkan 90 % asam-asam dan ester
netral, dan memindahkan asam dari efluen alkilasi katalis asam sulfat.
Umpan yang berupa efluen dari alkilasi katalis di-koalesi di dalam vesel
yang berisi glass-wool dan steel mesh, kemudian dimasukkan secara
bergantian ke dalam dua menara berisi bauksit dimana yang diserap
mula-mula adalah kotoran-kotoran. Setelah kontak mencapai sekitar
bbd/lb adsorben, lalu perkolasi dijalankan, kemudian diregenerasi dimana
regenerasinya dipengaruhi oleh campuran steam dan gas. Umur katalis
diperkirakan sekitar 150 bbl/lb. Proses ini dituntut lebih efektif dari proses
kaustik yang konvensional, dan dari proses pencucian dengan air.
193
e. Pengolahan Lempung Gray
Proses ini dilisensi oleh Pure Oil Co yang semula dikembangkan
dan dilisensi oleh Gray Processes Corp, merupakan suatu proses
pengolahan lempung fasa uap secara kontinyu yang dapat diregenerasi
maupun non-regeneratif, dipakai untuk polimerisasi selektif diolefin dan
untuk memisahkan bahan-bahan pembentuk gum yang terdapat dalam
gasolin-gasolin termis. Untuk operasi yang kontinyu dipakai dua atau
lebih menara perkolator Gray secara paralel (diameter 10 ft, tinggi 30 ft).
tanah pemucat bekas (30/60 mesh) dapat dibuang atau diregenerasi di
dalam kiln. Uap-uap hidrokarbon dilewatkan melalui unggun pada suhu
250 - 475 oF sedikit di atas titik kondensasinya. Waktu kontak 20 - 400
detik. Uap hidrokarbon masuk langsung ke menara Gray dari unit
perengkahan setelah pemisahan gas-gas yang tidak dapat
dikondensasikan. Polimer diolefin bersama larutan yang lain dikeluarkan
(di-drain) dari dasar menara dan ditampung dalam akumulator polimer.
Polimer yang tertinggal dalam menara perkolator Gray dipisahkan dari
gasolin dengan cara fraksionasi sebelum produk tersebut dikondensasi
dan dikirim ke tanki penyimpanan.
Pengolahan lempung Gray (menara 8 ton) pertama kali diinstalasi
secara komersil pada tahun 1924 untuk mengolah motor fuel pada kilang
Barnsdall Refining Co di Oklahoma. Proses ini secara luas diterima pada
tahun 1930 s/d 1940-an. Sejak proses ini erat kaitannya dengan proses-
proses termal maka proses ini lambat laun ditinggallkan.
194
3. Desulfurisasi, yaitu penghancuran dan pemisahan senyawa sulfur lain
yang terikut dengan merkaptan, hidrogen sulfida, dan sulfur.
195
(RS)2Pb + S RSSR + PbS
Reagensia disiapkan dengan melarutkan timbal oksida dalam larutan 5
20 % (berat) NaOH. Jumlah timbal oksida yang dilarutkan (1 3 %)
tergantung pada suhu dan konsentrasi soda. Pada pengolahan kontinyu,
umpan masam dicuci pendahuluan dengan soda kaustik untuk
memisahkan H2S dan komponen-komponen asam lainnya. Sebagian
aliran mengambil sejumlah sulfur, lalu bergabung kembali dengan aliran
utama, yang kemudian secara intim bercampur dengan larutan doktor
yang telah diregenerasi pada suhu 85 - 120 oF. Campuran diendapkan dan
dipisahkan di dalam settler, dimana gasolinnya lalu disimpan. Reagensia
bekas dipanaskan dan di-skim didalam settler dan dihembusi udara pada
suhu 150 - 175 oF untuk menyempurnakan regenerasinya, sedangkan
reagensia segar secara periodik ditambahkan ke dalam sistem. Proses
pemurnian doctor sweetening masih tetap dipakai meskipun proses ini
sudah tua di dalam industri minyak. Perkembangan akhir-akhr ini di
dalam hydrogen treating telah mengurangi peranan doctor treating
dalam mengolah distilat-distilat. Kecenderungan pengolahan gasolin
sekarang menghindari pemakaian doctor treating disebabkan karena
pengaruh yang merusak oleh disulfida terhadap angka oktan bensin yang
mengandung timbal.
196
mesin-mesin menjadi kotor. Inhibitor tipe penilen-diamin dipasarkan oleh
UOP Co, Tennes see Eastman Co, E.I.du Pont de Nomours & Co, Ethyl
Corp, dan lain-lain.
197
d. Proses Bender
Proses ini dikembangkan oleh Sinclair Refining Co pada tahun
1940 dan dilisensi oleh Petreco Division of Petrolite Corp, adalah suatu
proses pengolahan dengan katalis unggun tetap yang kontinyu untuk
memurnikan (sweetening) kerosin, minyak-minyak jet menggunakan
katalis timbal sulfida. Proses sweetening dipengaruhi oleh perubahan
merkaptan menjadi disulfida. Sejumlah sulfur, alkali, dan udara yang
dikontrol ditambahkan ke dalam aliran umpan dan dilewatkan ke dalam
unggun katalis timbal disulfida. Pengaturan yang tepat terhadap timbal
akan menghasilkan produk-produk yang tidak korosif. Unggun katalis
diregenerasi secara kontinyu. Diagram Alir proses dapat dilihat pada
Gambar 12.9.
e. Proses Merox
Proses ini dilisensi dan dikembangkan oleh UOP Co adalah suatu
proses gabungan untuk ekstraksi merkaptan dan memurnikan
(sweetening) gasolin dan minyak-minyak yang mempunyai jarak didih
rendah. Proses Merox dapat juga beroperasi secara terpisah yaitu sebagai
ekstraktor merkaptan atau sebagai pemurni (sweetener) merkaptan,
tergantung pada keperluannya dan ekonomis produk. Apabila dipakai
untuk sweetening saja maka proses lebih cocok untuk minyak-minyak jet,
kerosin, dan distilat-distilat menengah. Katalis merox pada dasarnya
adalah suatu garam kobal yang tidak larut dalam minyak, tidak korosif,
dan dapat dilarutkan dalam larutan soda, atau dalam support zat padat
tertentu. Ongkos katalis lebih murah jika dipakai katalis dengan support
zat padat. Pada langkah regenerasi, soda kaustik dipompakan dari bawah
ekstraktor dan dicampur dengan udara di dalam oxidizer (regenerator).
Disulfida dan udara berlebih dipisahkan dari reagensia di dalam
separator. Kaustik yang sudah diregenerasi disirkulasikan kembali ke
puncak ekstraktor. Diagram alir tipe proses gabungan yang komersil
dapat dilihat pada Gambar 12.10.
198
Gambar 12.9 Diagram Alir Proses
199
2. Sweetening dengan Tembaga
Pemurnian menggunakan tembaga terhadap hidrokarbon terdiri
dari perubahan merkaptan menjadi disulfida secara kontak dengan
oksigen oleh adanya tembaga khlorida (CuCl). Selama proses konversi
merkaptan terjadi perubahan kupri khlorida menjadi kupro khlorida.
Kupro khlorida diregenerasi dengan oksigen menjadi kupri khlorida. Kupro
khlorida diregenerasi dengan oksigen menjadi kupri khlorida kembali.
Reaksi yang terjadi adalah :
4 RSH + 4 CuCl2 2 RSSR + 4 CuCl + 4 HCl
4 CuCl + 4 HCl + O2 4 CuCl2 + H2O
Sweetening dengan tembaga dipakai secara komersil sebagai operasi
pengolahan kontinyu yang terdiri dari tiga variasi, yaitu padat, slurry, dan
larutan. Diagram alir proses kombinasi ini dapat dilihat pada Gambar
12.11.
Pada umumnya proses padatan dipakai untuk gasolin ringan
(straight-run), sedangkan proses basah dipakai untuk berbagai minyak
termasuk distilat-distilat rengkahan. Produk-produk kilang diolah untuk
memisahkan senyawa-senyawa nitrogen yang reaktif dan senyawa-
senyawa sulfur (H2S dan S) yang terkandung di dalamnya. Oksigen atau
udara diinjeksikan ke dalam aliran minyak dan dikontakkan dengan
katalis tembaga khlorida pada suhu 80 - 120 oF.
Pada proses larutan (solution), katalis diregenerasi dengan
hembusan udara di dalam tanki pemisah. Proses sweetening tembaga
adalah sederhana tetapi katalisnya korosif, dan tidak ada pengurangan
sulfur total. Proses sweetening tembaga ini masih tetap dipakai tetapi
telah diganti dengan proses yang dapat memisahkan sulfur. Instalasi
pertama dibangun pada awal tahun 1931 yang menawarkan alternatif
lain dari pemurnian dengan larutan doktor.
200
Gambar 12.11 Diagram Alir Proses Oksidasi Cooper Sweetening
201
dengan seng sulfida atau batu apung. Reagensia terdiri dari senyawa
amonium khlorida dan tembaga sulfat.
202
Gambar 12.12 Diagram Alir Pemisahan H2S
203
4. Proses Alkazid
5. Proses Kalium Karbonat Panas
6. Proses Giammarco-Vetrocoke
1. Proses Girbotol
Proses ini dilisensi oleh Girdler Corp, merupakan suatu proses
kontinyu yang regeneratif untuk memisahkan H 2S, CO2, kotoran-kotoran
asam lainnya dari gas alam dan gas-gas kilang. Proses ini menggunakan
reagensia amina organik seperti MEA, DEA, dan TEA. Etanol amin adalah
basa kuat yang larut dalam air mempunyai afinitas terhadap H 2S pada
suhu 160 - 180 oF. Gas yang akan dibersihkan dikontakkan dengan larutan
amin secara berlawanan arah dalam absorber berupa menara onggok
o
(packed tower) yang berisi raschig-ring pada suhu 100 - 150 F.
Regenerasi berlangsung pada suhu 200 oF. Unit pertama pada pemisahan
H2S dari gas alam dipakai pada pabrik gas alam Shell Oil di North
Maryland. Sampai dengan tahun 1938, dimulai pemisahan H 2S dari gas
kilang menggunakan proses Girbotol pada kilang minyak Atlantic Refining
Co di Port Arthur-Texas.
2. Proses Glikol-Amin
Proses ini dikembangkan dan dilisensi oleh Fluor Corp.
merupakan proses kontinyu yang regeneratif untuk menarik air dan
memisahkan gas-gas asam secara simultan dari gas alam atau gas-gas
kilang. Campuran larutan amin dengan di- atau tri-etilen-glikol dipakai
sebagai reagensia pengolahan. Tipe larutan ini mengandung 20 % amin,
70 % glikol, dan 10 % air. Gas yang akan dibersihkan dikontakkan secara
berlawanan arah dengan reagensia di dalam menara dulang gelembung
(bubble tray) pada suhu sekitar 100 oF. Regenerasi berlangsung pada
suhu 300 oF.
204
Tipe larutan reagensia mengandung 30 % K3PO4 dalam air, yang selektif
menyerap H2S dalam gas yang mengandung CO2. Gas yang akan
dibersihkan dikontakkan berlawanan arah dengan reagensia di dalam
o
ekstraktor pelat gelembung (bubble plate) pada suhu sekitar 100 F.
Regenerasi berlangsung pada suhu 240 oF. Untuk mengekstrak H2S dari
dalam hidrokarbon cair dipakai menara onggok (packed tower).
4. Proses Alkazid
Proses ini untuk memisahkan H 2S dan CO2 dari gas alam atau
gas-gas kilang menggunakan larutan pekat asam-asam amina. Proses ini
diperkenalkan dalam industri di Eropa oleh Badische Anilin & Soda Fabrik
AG of Ludwigshafen am Rhein pada tahun 1959. Operasinya terdiri dari
proses recycle kontinyu, dan absorpsi gas-gas dengan pemanasan dan
dikembalikan ke dalam absorber melalui penukar panas dan pendingin.
Garam-garam alkazid (alkazid-M dan alkazid-DIK) tidak mudah menguap
dan larutannya adalah cairan-cairan alkali yang reaktif dan stabil.
Kapasitas penyerapan untuk H2S dan CO2 sangat tinggi, tetapi sangat
rendah untuk hidrokarbon. Alkazid-DIK memberikan hasil yang sangat
memuaskan untuk pemisahan selektif H 2S mengandung CO2 dan untuk
pemurnian hidrokarbon cair. Larutan alkazid-M dipakai untuk memisahkan
H2S dan CO2 dari gas disertai dengan efisiensi penyerapan yang sangat
tinggi (98,6 %+).
205
Keuntungan yangs sangat besar dari proses karbonat adalah
biaya operasi yang sangat rendah. Unitnya fleksibel mudah dirubah
menjadi sistem amina.
6. Proses Giammarco-Vetrocoke
Proses ini dikembangkan oleh G. Giammarco of SPA Vetrocoke
Italia, untuk memisahkan H2S dan CO2.
Macam-macam prosesnya adalah : 1) Proses pemisahan CO 2 dari gas-gas
yang bebas H2S dengan regenerasi menggunakan steam; 2) Proses
pemisahan selektif H2S dan merubahnya menjadi sulfur bebas dengan
regenerasi menggunakan udara; 3) Proses kombinasi dari kedua proses di
atas untuk pemisahan HsS dan CO2.
Kedua proses pemisahan tersebut adalah berdasarkan pada absorpsi gas-
gas asam dengan larutan alkali yang mengandung aditif untuk
mempercepat absorpsi dan desorpsi. Larutan pengolahan tidak korosif,
dan suhu operasi berkisar 75 - 300 oF. Pada proses pemisahan H 2S larutan
reagensia terdiri dari natrium atau kalium karbonat yang mengandung
campuran arsenit dan arsenat. Gas-gas yang diolah berasal dari sumur
dirancang dapat membersihkan H2S kurang dari 1 ppm. H2S mula-mula
diserap dengan mereaksikannya dengan arsenit, senyawa hasil reaksi
kemudian dirubah menjadi monotioarsenat melalui reaksi dengan
arsenat. Dekomposisi menjadi sulfur elementer dan konversi arsen
bervalensi 3 menjadi valensi 5 dapat dilakukan dengan hembusan udara
atau suatu kombinasi asidifikasi dengan CO2 dan hembusan udara.
Pemilihannya tergantung pada persyaratan-persyaratan proses. Sulfur
dapat dipisahkan dengan filtrasi atau flotasi. Diagram alir proses
kombinasi dapat dilihat pada Gambar 12.13.
206
Gambar 12.13 Diagram Alir Proses Kombinasi Giammarco-Vetrocoke
Pada tahun 1971 telah dikemukakan suatu proses baru dengan
efisiensi pemisahan sulfur sampai dengan 98 % yang dikenal sebagai
proses Claus dengan dua tingkat pemisahan. Setelah itu proses Claus
dikembangkan lagi oleh Beavon dan Vaeli untuk pemisahan sulfur sampai
99,9 % yang dikenal sebagai proses Beavon. Reaksi yang terjadi pada
suhu 2000 3000 oF adalah :
2 H2S + 3 O2 2 SO2 + 2 H2O
2 H2S + SO2 3 S + 2 H2O
Diagram alir proses Claus dan proses Beavon dapat dilihat pada Gambar
12.14 dan Gambar 12.15.
207
Gambar 12.14 Diagram Alir Proses Claus
208
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik
Kimia
209
?????
?????
?????
?????
210
Regenerasi
Minyak
Umpan
2. Brady, J.D., June 1982. Particulate and SO2 Removal with Wet
Scrubbers. Chem. Eng. Progress. Hal. 73 77.
211
KEGIATAN BELAJAR XIII Jurusan
Teknik Kimia
GAS-GAS KILANG
212
KEGIATAN BELAJAR XIII Jurusan
Teknik Kimia
13.1 Pendahuluan
Metoda pemisahan ataupun pemekatan gas dari produk-produk
kilang yang umum dilakukan adalah : 1) absorpsi gas menjadi cairan
bertekanan rendah, 2) adsorpsi dalam lempung atau karbon aktif,
dan 3) fraksionasi tekanan tinggi suhu rendah.
Dalam prakteknya, gabungan beberapa operasi tersebut dilakukan untuk
efisiensi dan pertimbangan ekonomi seperti absorpsi dan fraksionasi.
Gas-gas yang dihasilkan dari proses pengilangan terdiri dari :
1. Gas ringan yang mengandung C1 dan C2 yang dikelompokkan menjadi
gas bakar kilang (refinery fuel gas),
2. Propan dan butan yang dapat dicairkan menjadi elpiji (LPG),
3. Gas-gas non-hidrokarbon seperti H2S, CO2, H2, SO2, S2 dan sedikit C1/C2
yang dikelompokkan menjadi gas-gas buang (off-gas atau tail-gas).
Unit-unit penghasil gas di dalam kilang adalah :
1. Gas Bertekanan Rendah yang berasal dari :
a. Unit-Unit Distilasi, baik distilasi atmosfir maupun distilasi hampa.
b. Unit-Unit Perengkahan Katalis
2. Gas Bertekanan Tinggi berasal dari :
a. Unit-Unit Perengkahan Termis
213
b. Polimerisasi
Gas-gas yang bertekanan rendah dimasukkan ke dalam
kompresor sehingga tekanannya menjadi tinggi dan selanjutnya diolah
dalam unit stabilizer dan absorber. Proses-proses tersebut dimaksudkan
untuk memisahkan gas ringan C1 C2 sebagai bahan bakar gas kilang
(refinery fuel gas), dan komponen-komponen propan dan butan sebagai
bahan pembuatan gas cair elpiji (LPG).
214
Penggunaan yang utama elpiji adalah untuk pemanasan baik di rumah
tangga maupun di industri dan pertanian, untuk pembuatan zat-zat kimia
dan bahan baku petrokimia, dan untuk bahan bakar kendaraan bermotor.
Secara terperinci keperluan elpiji untuk masing-masing kelompok
adalah sebagai berikut :
1. Untuk keperluan domestik dan pertanian, yaitu untuk :
a. Pemanasan / pendiangan rumah h. Sterilisasi
b. Memasak i. Pasteurisasi
c. Pemanasan j. Penyejuk hawa (AC)
d. Refrigerasi k. Pemanasan kolam renang
e. Insinerator l. Pengeringan hasil panen
f. Pengeringan pakaian m. Pengawetan
tembakau
g. Pembakaran rumput liar n. Bahan bakar truk/traktor
2. Untuk keperluan komersil, yaitu untuk :
a. Pemanggang roti e. Belanga timbal
b. Tungku meja (Hot plate) f. Pemanas kertas dinding
c. Ketel uap g. Pemanas ruangan
d. Penggorengan lemak-lemak gemuk.
3. Untuk keperluan industri, yaitu untuk :
a. Tungku batubara d. Pembangkit steam
b. Tungku porselen/keramik e. Pengecoran logam
c. Memproses tekstil f. Pabrik gelas
4. Untuk keperluan bahan baku Petrokimia, yaitu untuk pembuatan :
a. Alkohol g. Komponen karet tiruan
b. Aldehida h. Asetat
c. Etilen dan etilen oksida i. Nitroparafin
d. Asam-asam organik j. Plastik
e. Deterjen k. Keton
f. Etilen glikol
5. Untuk pemakaian langsung sebagai zat kimia, yaitu :
a. Penarikan aspal dan lilin dalam industri minyak bumi
b. Menghilangkan lemak/gemuk dari produk makanan
c. Ekstraksi pelarut pada minyak tumbuh-tumbuhan
215
d. Pengontrol warna sabun
6. Untuk keperluan transportasi sebagai bahan bakar gas, untuk mobil
sedan, bus, truk, traktor, mobil boks.
7. Untuk keperluan utilitas, yaitu :
a. Pengkayaan kandungan panas (menaikkan Btu)
b. Standby gas
c. Distributor gas
13.3.1 Spesifikasi
Kebanyakan elpiji dipasarkan di bawah definisi dan spesifikasi dari
NGPA (Natural Gas Processors Association).
Menurut NGPA elpiji dipasarkan dalam 4 macam LPG komersil, yaitu : 1)
Propan Komersil, 2) Butan Komersil, 3) Campuran Propan-Butan, 4)
Propan HD-5.
Spesifikasi dan persyaratan elpiji tersebut dapat dilihat pada Tabel 13.1,
sedangkan menurut NGAA (Natural Gas Association of America)
persyaratan yang diperlukan/ spesifikasi untuk propan komersil (elpiji C 3)
dan butan komersil (elpiji C4) adalah :
1. Mengandung propan/propilen atau butan/butilen minimum 95 %.
2. Tidak mengandung H2S,
3. Mempunyai hasil test negatif terhadap korosi (copper
strip) selama 3 jam pada suhu 122 oF,
4. Tidak mengandung air, dan
5. Diperkenankan mengandung total sulfur maksimum
15 grain/100 cuft.
216
5. Senyawa korosif, tidak menimbulkan warna yang terpoles pada test
copper strip.
217
dirancang untuk dapat menahan tekanan maksimum yang menyertai gas
elpiji.
Beberapa gas elpiji diangkut dalam pipa dari tempat
pembuatannya sebagai produk akhir, atau sebagai bahan baku, atau
sebagai campuran dengan minyak mentah atau gas alam. Gas elpiji juga
ditransportasikan dengan kapal tanker, kapal tongkang, mobil tanki, tanki
kontainer portabel, dalam silinder kecil dengan berat 20 lb yang disebut
kontainer swalayan.
1. Proses Kompresi
Proses kompresi jarang digunakan karena kurang efektif dan
merupakan proses tersederhana dibanding dengan proses-proses
lainnya. Proses ini dipergunakan untuk me-recovery senyawa hidrokarbon
cair dari gasnya. Pada proses ini gas dari sumbernya didinginkan melalui
cooler dan HE sehingga terbentuk cairan.
Kondensat yang terbentuk dipisahkan dari gas yang tak
terkondensasi, lalu dikirim ke tank flash, sedangkan gasnya diekspansi
untuk digunakan sebagai pendingin pada HE. Kondensat dari tanki flash
dialirkan ke depropanizer dan debutanizer untuk memisahkan C 3 dan C4
dengan cara distilasi. Dari puncak depropanizer keluar LPG-propan dan
dari puncak debutanizer keluar LPG-butan, sedangkan gasolin sebagai
hasil samping dikeluarkan dari bawah menara.
2. Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi dipakai untuk me-recovery senyawa hidrokarbon
yang lebih berat dari etan dari gas-gas kilang atau gas alam. Proses
terdiri dari tiga step yaitu regenerasi, pendinginan, dan adsorpsi. Pada
proses ini, gas dari sumbernya dibagi menjadi dua aliran, sebagian
218
dialirkan ke adsorpsion cycle dimana gas diadsorpsi dengan karbon aktif
(dapat juga dipakai silika gel, atau alumina gel) dan gas yang tidak
terserap digunakan sebagai media pendingin HE. Sebagian lagi gas dari
sumbernya dialirkan ke dalam cooling cycle untuk seterusnya masuk ke
dapur regenerasi dan ke tangki siklus regenerasi. Kemudian gas
didinginkan kembali dalam cooler dan HE. Kondensat yang terbentuk
dipisahkan dari gasnya di separator bertekanan tinggi dan rendah. Gas
yang berat dari etana di-recovery dan bergabung dengan umpan segar
gas. Kondensat yang terdiri dari hidrokarbon cair, LPG gas, gasolin
didistilasi di deproponizer dan debutanizer sehingga didapatkan LPG
propan dan LPG butan.
3. Proses Absorpsi
Proses ini adalah proses penyerapan hidrokarbon yang lebih berat
dari etan dengan penyerap minyak. Gas yang terserap dipisahkan dari
minyak di menara stripper untuk selanjutnya didistilasi di menara
depropanizer dengan produk atas LPG propan dan di debutanizer dengan
produk atas LPG butan. Sebagai hasil samping proses ini adalah gasolin.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 13.1.
219
Gasolin
Stripper Depropanizer Drbutanizer
Lean Oil
LPG C3 LPGC4
220
Development Co. Pertumbuhan yang pesat pemurnian hidrogen ini
dimulai pada pertengahan tahun 1950-an dan telah menyebar ke seluruh
industri pengilangan minyak bumi.
Reaktor
Umpan Stripper
Minyak
Heater Steam
1. Proses Unifining
Proses ini dilisensi bersama-sama oleh Union Oil of California dan
UOP Co adalah suatu proses katalis unggun tetap yang regeneratif untuk
221
menarik sulfur dan hidrogenat dari minyak-minyak distilat dengan jarak
didih tertentu. Kontaminasi logam-logam, senyawa-senyawa nitrogen,
dan senyawa-senyawa oksigen dihilangkan bersama dengan sulfur.
Katalis yang digunakan adalah kobal-molibdat-alumina yang dapat
diregenerasi secara in-situ dengan steam dan udara. Kondisi operasi 500
- 800 oF dan 300 - 800 psig. Unit pertama telah dipasang pada kilang
United Refining Co di Pennsylvania (Lisensi Union) dan pada kilang
Standard Oil Co di Ohio (lisensi UOP) pada tahun 1954.
2. Proses Hydrofining
Proses ini dilisensi oleh Esso Research and Engineering Co
merupakan suatu proses katalis unggun tetap yang regeneratif, untuk
menarik sulfur dan hidrogenat, serta memperbaiki katalis umum produk-
produk kilang dari gas sampai lilin. Katalis yang dipakai adalah kobal dan
molidenum oksida dalam alumina sebagai support yang dapat
diregenerasi in-situ dengan campuran udara dan steam atau flue-gas
pada 650 - 750 oF. Regenerasi memerlukan waktu sekitar 1 - 4 hari. Umur
katalis sekitar 2 tahun. Kondisi operasi 400 - 800 oF dan 50 - 800 psig.
Konsentrasi hidrogen dijaga di atas 50 % dan bebas CO untuk menjaga
aktifitas katalis. Unit pertama hydrofiner dioperasikan pada kilang Esso
Standard Oil Co di New Jersey pada tahun 1950 untuk mengolah lilin.
3. Proses Ultrafining
Proses ini dilisensi oleh Standard Oil Co merupakan suatu proses
katalis unggun tetap yang regeneratif untuk menarik sulfur dan
hidrogenat dalam produk kilang dari nafta sampai ke minyak pelumas.
Katalis yang digunakan adalah kobal-molibdat dalam alumina yang dapat
diregenerasi in-situ menggunakan campuran udara dan steam.
Regenerasi memerlukan waktu 10 - 20 hari dan dapat diulangi lagi
sebanyak 50 - 100 kali untuk satu batch katalis. Umur katalis 2 - 5 tahun
tergantung dengan umpan minyak. Kondisi operasi sekitar 600 - 800 oF
dan 200 - 1500 psig. Proses ini menggunakan umpan gas buang reformer
mengandung 70 % mol H2 pada kecepatan 500 - 4000 scf/bbl. Proses ini
pertama kali dilisensi untuk perusahaan Great Northern Oil Co untuk
222
dipakai pada kilangnya yaitu Pine Bend Refinery di St. PaulMinnesota
pada tahun 1955.
223
Kecepatan minimum untuk recycle hidrogen adalah 500 - 5000 scf per
barel umpan. Proses ini menggunakan gas buang dari reformer yang
mengandung hidrogen 65 %. Unit pertama beroperasi pada kilang
Sinclair Refining Co di Marcus Hook-Pennsylvania pada tahun 1955.
7. Proses Diesulforming
Proses ini adalah proses katalis unggun tetap yang regeneratif
untuk menarik sulfur dan meningkatkan kualitas produk kilang nafta,
distilat menengah dan gas-oil. Katalis yang digunakan adalah
molibdenum berbentuk pelet yang dapat diregenrasi in-situ dengan
campuran udara dan steam. Aktifitas dipulihkan kembali dalam waktu 2 -
3 hari. Kondisi operasinya 650 800 oF dan tekanan 450 - 550 psig.
Kecepatan minimum daur ulang hidrogen adalah 5000 scf per barel
umpan. Untuk proses yang efektif maka konsentrasi hidrogen dalam
aliran gas adalah 50 % mol, apabila lebih rendah akan menyebabkan
turunnya aktifitas desulfurisasi. Proses ini pertama kali dipakai dalam
operasi pada kilang Husky Oil Co di Wyoming pada tahun 1953.
8. Proses Hydropreating
Proses ini dilisensi oleh Houdry Process and Chemical Co dimana
proses ini disebut juga sebagai proses Houdry Guard Case (biasanya
bergabung dengan unit Houdriformer). Proses ini adalah proses katalis
unggun tetap yang tidak regeneratif untuk menarik sulfur dan hidrogenat
dari stok minyak yang berasal dari reforming katalis. Katalis yang dipakai
semuanya buatan Houdry, apakah katalis Houdriforming yang
mengandung platina atau kobal molibdenum dalam alumina. Kondisi
operasinya 700 755 oF dengan space velocity tinggi 5 - 10 v/hr/v.
Hidrogen yang diproduksi dalam Houdriforming (600 - 1000 cuft/bbl)
cukup memuaskan untuk proses ini. Unit pertama Hydropretreating untuk
membersihkan umpan Hydroformer telah diinstalasi pada kilang The
Crown Central Petroleum Corp di HoustonTexas pada tahun 1955.
9. Proses Autofining
224
Proses ini dilisensi oleh British Petroleum Co Ltd merupakan suatu
proses desulfurisasi katalis unggun tetap untuk mengolah stok minyak
yang mengandung sulfur tinggi dari gasolin sampai gas-oil. Katalis yang
digunakan adalah kobal-oksida molibdat dalam alumina yang dapat
diregenerasi in-situ pada 800 oF dengan steam-udara atau campuran gas
inert dan udara. Lamanya katalis beroperasi tergantung pada jenis
umpan yaitu bervariasi dari 200 sampai 1000 jam. Umur katalis
diperkirakan sampai 4 tahun. Suhu operasi 700 800 oF dan tekanan 50 -
200 psig dikontrol untuk memberikan hidrogen yang cukup dengan cara
dehidrogenasi umpan naften untuk meng-konversi sulfur menjadi H 2S.
Proses ini tidak memerlukan hidrogen dari luar. Hidrogen berlebih dalam
gas (mengandung H2 80 %) didaur ulang ke dalam zona desulfurisasi.
Unit Autofining komersil yang pertama diinstalasi pada kilang Llandarcy
Refinery of National Oil Refineries Ltd di Wales-Inggris pada tahun 1952
dan pada kilang BP yang lain di Aden (Jazirah Arab) pada tahun 1954.
225
aktifitas katallis menjadi sempurna kembali. Kondisi operasinya 480 660
o
F pada 15 - 150 psig menggunakan nisbah hidrogen-minyak 1 : 1 dan
space velocity 2 - 8 v/hr/v. Gas buang dari reformer merupakan sumber
gas hidrogen. Proses ini dilisensi oleh Shell Development Co tetapi belum
diaktifkan. Unit pertama beroperasi pada kilang Shell Refining &
Marketing Co di Stanlaw-Inggris pada tahun 1949.
226
15. Proses Hydrobon
Nama hydrobon diberikan kepada proses hidrogenasi katalis UOP
sebelum pengaturan proses ini dibuat bersama dengan Union Oil Co of
California untuk dilisensi di bawah nama Unifining. Unit yang dilisensi
oleh UOP di bawah nama Hydrobon adalah untuk kilang Standard Oil Co
of Ohio di Lima-Ohio yang beroperasi pada tahun 1954.
227
menaikkan sedikit oAPI. Proses ini meliputi reaksi antara hidrogen dengan
distilat minyak bakar (fuel-oil) pada 600 800 oF pada 600 psig karena
adanya suatu katalis yang tidak diidentifikasi. Dua unit pertama dibangun
oleh Gulf Oil Co beroperasi pada kilangnya di Port Arthur Texas pada
tahun 1957.
228
penyerapan CO2. Proses purifikasi yang mutakhir meliputi penyerapan
(scrubbling) dengan larutan amin, amoniak cair, atau larutan kaustik.
Demikian juga purifikasi dan absorpsi fraksi-fraksi minyak pada suhu
rendah dan dipelajari secara intensif untuk dipakai pada pembersihan
gas hidrogen.
Macam-macam proses pembuatan hidrogen :
1. Proses Reforming Steam-Metan.
2. Proses Reforming Steam-Nafta.
3. Proses Gas Sintesa Texaco.
4. Proses Gasifikasi Shell.
5. Proses Hypro.
229
Gambar 13.3. Diagram Alir Pembuatan H2 Proses Steam-Metan
Dapur
Desulfurisasi H2 Reforming
Fasa Cair
ke Unit
Converter dan
Vaporizer Steam Absorber
Umpan Desulfurisasi
Nafta Fasa Uap
230
berat sekitar 45 %. Kandungan hidrogen didalam gas sintesa dinaikkan
menjadi 92 98 % dengan shift converter.
Saturator/
Preheater Air Scrubber
Gas Alam/
Fuel-Oil
te Shift
te
xt xt
Converter
Oksigen
Ke Unit
text
Pemurnian
Steam Steam
Generator
Steam
Penangkap
te
231 xt
Steam Karbon Gas Sintesis
Umpan
WHB
Gas Cooler
Scrubber
Udara
atau O2 Reaktor Karbon
Air Slurry
Air
Separator Karbon
5. Proses Hypro
Proses ini merupakan proses kontinyu menggunakan katalis untuk
memproduksi hidrogen dari gas buang kilang atau gas alam. Proses ini
dilisensi oleh UOP Co. Proses ini dirancang baik untuk me-recovery
hidrogen dalam gas buang kilang maupun untuk meng-konversi gas alam
menjadi hidrogen mengikuti reaksi dekomposisi sebagai berikut :
CH4 C + 2H2
Hidrogen dilepaskan dari karbon padat dengan pemisahan fasa pada
kemurnian sekitar 93 % vol atau lebih. Diagram alir proses ini secara
sederhana dapat dilihat pada Gambar 13.7. Kebutuhan panas pada
proses ini sangat rendah hanya untuk konversi, karena karbon yang
terbakar hasil dari reaksi akan memasok energi masuk yang diperlukan,
sehingga steam tidak diperlukan untuk mengontrol reaksi.
Hidrogen
Udara
232
Katalis Regenerator
1. Proses Catadiene
Proses ini dilisensi oleh Houdry Process Corp, merupakan suatu
proses katalis yang kontinyu untuk dehidrogenasi hidrokarbon ringan
233
menjadi mono olefin atau di-olefin. Untuk memproduksi mono-olefin
digunakan suhu operasi sekitar 1050 1100 oF pada tekanan 1 atm,
sedangkan untuk membuat di-olefin digunakan suhu yang lebih tinggi
dan tekanan yang lebih rendah dari atmosfir. Katalis yang digunakan tipe
khrom oksidaalumina (Cr2O3 - Al2O3). Proses bersifat endotermis dan
perpindahan panas dihapuskan dalam reaktor. Kapasitas panas pada
unggun katalis dikontrol dengan menggunakan material inert berbentuk
granular yang menyertai katalis aktif. Apabila proses beroperasi untuk
memproduksi butadien maka butadien diekstrak dari efluen reaktor,
sedangkan yang tinggal dalam potongan butan-butadien di-recycle.
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 13.8. Pabrik komersil
pertama dioperasikan selama perang dunia kedua oleh Sun Oil Co pada
kilang Toledo & Standard Oil Co of California di El Segundo.
234
hati-hati. Dua buah atau lebih rekator dipakai untuk siklus reaksi dan
regenerasi. Efluen dari reaktor didinginkan dan dikompresi sebelum gas-
gas ringan (C1 - C3 & H2) dipisahkan dari butan-butadien. Fraksionasi
digunakan untuk memisahkan recycle butan. Diagram alir proses ini
dapat dilihat pada Gambar 13.9.
Siklus operasi proses ini singkat sekitar 1 jam. Kontaminan katalis
utamanya adalah kokas (coke). Senyawa-senyawa sulfur dan CO secara
material tidak mempengaruhi katalis. Katalis dapat diregenerasi
sebanyak 2000 kali.
Gas Regenerator
C1-C3
& H2
Reaktor &
Regenerator
Umpan Separator
Cooler Produk
Gas Regenerator
Kompresor
235
LEMBAR EVALUASI Jurusan
PRE-TEST Teknik
Kimia
236
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik
Kimia
237
Kondisi Operasi (p,T)
Tipe Katalis
Fasa Raksi
???
???
1. Anonim, April 1970. 90 lbs Gas Compression Plant. PTSI Flow Plant.
Sei Gerong. Sumatera Selatan.
238
KEGIATAN BELAJAR XIV Jurusan
Teknik Kimia
GAS ALAM
239
KEGIATAN BELAJAR XIV Jurusan
Teknik Kimia
14.1 PENDAHULUAN
Tujuan pokok dari perusahaan penambangan minyak adalah
mencari dan memproduksi minyak bumi, sedangkan gas alam yang
didapat bersama dengan minyak ataupun yang terdapat sendiri-sendiri
pada awalnya belum mendapatkan perhatian. Kemajuan teknologi dan
meningkatnya kebutuhan akan penggunaan gas untuk keperluan yang
beragam, maka gas alam menjadi barang tambang yang diminati untuk
diolah, apalagi setelah makin menipisnya persediaan minyak bumi dan
harganya yang makin tinggi. Karena semakin pesatnya kebutuhan dan
usaha untuk mengatasi krisis energi maka pengadaan gas alam tidak
hanya melalui hasil tambang, tetapi juga pemanfaatan gas gas kilang
maupun fraksi-fraksi nafta dan minyak mentah yang diolah menjadi gas-
gas yang menyerupai gas alam disebut sebagai SNG (Substitute Natural
Gas atau Synthetic Natural Gas)
Pemanfaatan gas alam dapat dikelompokkan berdasarkan produk
akhirnya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan energi
2. Sebagai bahan baku, bagi keperluan industri petrokimia
3. Sebagai bahan pembantu, pada industri semen dan baja
240
4. sebagai sarana produksi pada lapangan penambangan minyak dan
gas bumi, untuk gas pengangkat (Gas Lift) dan untuk pembangkit
tenaga listrik.
241
Kompone Minyak Bumi, Gas Kondensat, Gas Kering,
n % mol % mol % mol
C1 48,83 87,07 95,85
C2 2,75 4,39 2,67
C3 1,93 2,29 0,34
C4 1,60 1,74 0,52
C5 1,15 0,83 0,08
C6 1,59 0,60 0,12
C7 42,15 3,80 0,42
+
C6 34,30 60,80 54,70
Sumber : Makalah Konvensi ke-2 BKK-PII, 1991
Gas alam yang biasa disebut LNG adalah gas alam yang berasal
dari reservoir gas yang tidak mengandung minyak (non-associated gas)
setelah dipisahkan dari fraksi berat dan kotorannya dicairkan pada suhu
di bawah titik cair gas metan. Fraksi berat yang dipisahkan dari gas,
setelah dimantapkan/distabilkan (sesuai dengan persyaratan fasilitas
penampungan dan pengangkutan) dapat ditampung sebagai kondensat
atau dicampur ke dalam minyak bumi. Instalasi LNG di Indonesia antara
lain adalah LNG Bontang (Kaltim) dan LNG Arun (Aceh). Gas
alam yang lazim disebut NGL adalah gas alam ikutan (associated gas)
yang berasal dari reservoir minyak lalu dicairkan. Cairan gas alam ini
(NGL) banyak mengandung C3+, setelah diolah akan menghasilkan :
242
1. Pentan dan fraksi berat
2. Propan, butan (campuran atau sendirisendiri) dan
3. Gas buang (tail gas)
Instalasi NGL di Indonesia adalah NGL Arjuna di Laut Jawa dan NGL Lex di
Tanjung Santan (Kaltim).
243
C6H14 - 40,13
Gas akan mengalir dari reservoir pada tekanan 499 kg/cm2 dan
suhu 177 oC ke kepala sumur melalui chrismast tree pada tekanan turun
menjadi 254 kg/cm2 suhu 150 oC. Setelah melalui Xmast tree tekanan
turun menjadi 240 kg/cm2 dan 143 oC, lalu turun lagi setelah melalui
keran pengatur menjadi 141 kg/cm 2 dan 132 oC. Selanjutnya setelah
o
melalui pendinginan suhu 54 C terjadi pemisahan antara gas dan
kondensat.
Mekanisme pemisahan gas alam dan kondensat dapat dilihat pada
Gambar 14.1.
Umpan berupa gas yang belum stabil dialirkan dari stasiun
pengumpul ke unit pemrosesan sepanjang 30 km yang dilengkapi dengan
scraper laucher dan scraper receiver untuk menghindari penumpukan
cairan dalam pipa gas. Sebagian dari gas tersebut dialirkan ke unit
pengolah LPG, sedangkan umpan berupa kondensat yang belum stabil
berbentuk cair dialirkan dari stasiun pengumpul melalui pipa sepanjang
30 km ke unit pemrosesan. Untuk menghindari penumpukan air dan
lumpur maka dipasang scraper laucher dan scraper receiver pada awal
aliran bersama dengan strainer (saringan) untuk menghindari benda-
benda padat yang agak besar.
244
Selanjutnya aliran gas dan kondensat disatukan kembali dalam
satu pipa untuk seterusnya masuk ke puncak drum pemisah (flash drum),
dimana gas keluar dari puncak drum untuk selanjutnya diolah di dalam
unit pencairan gas, sedangkan kondensat dialirkan ke flash drum kedua
pada tekanan 29 kg/cm2 untuk memisahkan kandungan gas yang masih
terikut. Kondensat selanjutnya dikirim ke menara stabilizer untuk
memisahkan propan dan menstabilkannya sehingga memenuhi
spesifikasi yaitu RPV maksimum 8 psi pada 100 oF, lalu dijual/dikapalkan.
Gas-gas yang keluar dari flash drum kedua dan menara stabilizer
lalu dikompresi dan digabungkan dengan gas yang keluar flash drum
pertama untuk selanjutnya dipisahkan dari senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki dalam proses pencairan gas. Setelah pembersihan senyawa-
senyawa yang tidak dikehendaki seperti minyak berat, merkuri, CO 2 dan
H2S, air dan gas-gas berat maka gas siap dicairkan.
Pada unit pencairan, gas mula-mula dikeringkan dan didinginkan
sampai 20 oC. Selanjutnya gas dimasukkan ke dalam menara scrubbing
untuk memisahkan fraksi ringan dan fraksi berat secara distilasi. Produk
atas yang sebagian besar berupa metan dimasukkan ke dalam separator
untuk memisahkan cairannya. Gas keluar dari puncak separator
selanjutnya dibagi menjadi a) aliran untuk LNG (LNG mode), dan b) aliran
untuk LPG (LPG mode). Gas ini bersama-sama dengan gas residu dari LPG
plant dimasukkan ke dalam main HE (cryogenic exchanger) untuk
o
didinginkan menjadi 145 C dimana pada suhu tersebut gas mulai
mencair.
Setelah keluar dari main exchanger pada suhu 145 oC, gas ini
dimasukkan ke dalam drum-drum produk yang tekanannya diatur sedikit
di atas 1 atm. Akibat penurunan tekanan maka terjadi juga penurunan
suhu sehingga gas alam tersebut mempunyai suhu 160 oC lalu dialirkan
ke tanki penyimpanan. Komposisi LNG yang dihasilkan dapat dilihat pada
Tabel 14.5, sedangkan diagram alir keseluruhan proses dapat dilihat pada
Gambar 14.2.
245
CH4 86,0 (min)
C2 H 6 8,1
C3 H 8 3,6
C4 + 1,7
Nilai kalor 1157 Btu/scf
246
1 C + O2 CO2 - 94,045
2 C + CO2 2 CO + 41,203
3 C + H 2O H2 +CO + 31,356
4 CO + H2O H2 + CO2 - 9,847
5 CO + 3 H2 CH4 + H2O - 49,243
6 C + 2 H2 CH4 - 17,889
7 CO2 + 4 H2 CH4 + 2 H2O - 39,410
8 C + 2 H 2O 2 H2 + CO2 + 21,510
9 CH4 + CO2 2 CO + 2 H2 + 59,093
10 2 C + H2 C2H2 + 54,163
11 2 CH4 C2H2 + 3 H2 + 89,918
12 2 CH4 C2H4 + 2 H2 + 48,246
13 C2 H 6 C2H4 + H2 + 32,710
14 CH4 + H2O CO + 3 H2 + 49,242
247
reforming pada suhu rendah dengan katalis nikel yang sangat aktif untuk
merubah sulfur bebas. Proses pemurnian SNG dengan sistem desulfurasi
adalah merubah senyawa sulfur organik menjadi H 2S yang kemudian
dihilangkan dari aliran gas dengan absorpsi kimia melalui katalis NIMOX
(nikel molibdat) atau COMOX (kobal molibdat).
Diagram alir proses CRG dapat dilihat pada Gambar 14.3.
Umpan nafta bercampur dengan recycle H2 dipanaskan sampai
0
350 C, lalu campuran dilewatkan ke dalam katalis hydrofining yang
dipecah menjadi uap nafta dan H2S. Analisis gas hasil dapat dilihat pada
Tabel 14.7.
248
2. Proses Gasynthan Lurgi
Proses ini dikembangkan untuk mereduksi gas 4500 kcal/m 3
menggantikan gas dari batubara dan gas kota yang dipakai di Jerman,
sebagian Eropa, Jepang dan beberapa daerah lainnya. Proses ini
dimaksudkan untuk merubah hidrokarbon ringan yang mengandung nafta
menajadi gas SNG yang serupa dengan proses CRG menggunakan katalis
dengan daya aktif tinggi. Katalis sangant sensitive terhadap kontaminasi
oleh senyawa sulfur, halogen, oksigen, timbal (dari TEL dalam gasoline)
dan lain-lain. Oleh karena aktivitas yang tinggi dari katalis maka
campuran steam dan nafta masuk diatur pada suhu 400 oC, sehingga
menuntut penggunaan nisbah steam/nafta yang minimum yaitu 2 : 1.
Langkah desulfurisasi proses Gasynthan identik dengan proses CRG yang
dipertahankan pada suhu 330 - 360 oC.
Diagram alir proses Gasynthan Lurgi dapat dilihat pada Gbr 14.4. Analisis
gas SNG proses Gasynthan Lurgi dapat dilihat pada Tabel 14.8.
Steam
SNG
Metanator
MEA
Reaktor Reaktor
Absorber O2
V V V
Air
249
CO2 22,5 1,10
3
Nilai kalor, kcal/m 780,9 998,2
Berat jenis 0,771 0,56
3. Proses MRG
Proses ini dikembangkan oleh Japan gasoline Co melalui empat
tahapan proses yaitu hidrodesulfurisasi, gasifikasi, pengkayaan
(enrichment), dan penyerapan CO2. Katalis yang digunakan tipe N-185
merupakan campuran nikel, tembaga, dan khrom yang sensitif terhadap
sulfur.
Diagram alir proses dapat dilihat pada Gambar 14.5. Analisis produk SNG
hasil proses MRG dapat dilihat pada Tabel 14.9.
fuel gas H2
Metanator
H2
sulfur
steam
Reaktor
clasifier
nafta
CO2
SNG
kondensat
250
14.3.2 Gasifikasi Minyak Bumi
Proses gasifikasi minyak mentah (minyak berat) memerlukan
hidrogen dan oksigen sebagai perantara proses. Tujuan utama proses ini
adalah untuk merubah keseluruhan minyak mentah cair menjadi SNG
dengan produk samping berupa kokas atau aspal.
Langkah-langkah gasifikasi umumnya diikuti juga dengan proses-proses
pengolahan yang lain seperti :
perengkahan hidro (hydrocracking )
oksidasi parsial
pembentukan kokas (coking )
Untuk merubah seluruh minyak mentah menjadi gas SNG maka
gabungan proses proses hydrocracking dan oksida parsial akan membuat
pabrik menjadi lebih efisien, karena hydrocracking sendiri merupakan
proses yang sulit dikendalikan karena katalis cepat menjadi tidak aktif
yang disebabkan karena dekomposisi metal pada permukaannya. Katalis
yang digunakan biasanya tipe platina dan paladium dengan zeolit
sebagai support. Katalis tersebut harus tahan terhadap sulfur, nitrogen
dan kontaminan-kontaminan lain dalam minyak. Selain itu dapat juga
digunakan wolfram, kobal dan molibdenum oksida sebagai katalis.
Perencanaan yang kompleks dari pengolahan ini meliputi daur
ulang internal dan eksternal, selain masalah perpindahan panas yang
intensif antara aliran masuk dan aliran keluar dari reaktor hydrocracking.
Kemurnian hasil gas SNG dan sifat-sifatnya tergantung pada kondisi
operasi pengolahan. Proses gasifikasi yang lengkap berdasarkan proses
hydrocracking dan oksidasi parsial dapat dilihat pada Gambar 14.6 dan
Gambar 14.7. Kedua proses tersebut melalui proses oksidasi parsial yang
membutuhkan oksigen, sehingga menyebabkan proses-proses tersebut
menjadi mahal.
Proses gasifikasi yang lain adalah flexicoking yang dikembangkan
oleh Exxon Research and Engineering. Proses ini mengolah minyak berat
(residu) tanpa menggunakan oksigen. Diagram alir proses ini dapat
dilihat pada Gambar 14.8.
251
SNG
Hidrode-
sulfurisa Reforming Metanator
Nafta
si
Vac. Dist
H2 Plant
Sulfur
Oksidas
Residu i Syngas
Parsial
Gambar 14.6 Diagram Alir Proses SNG melalui Distilasi
Fraksionasi Hidrogasifikasi
Di Distilat
Hydrocracking
Crude Pemisah
Residu Minyak & H2S
H2 Plant
Oksidasi
Parsial Metanasi
SNG
Sulfur
252
Gambar 14.8 Diagram Alir Gasifikasi Proses Exxon
253
LEMBAR EVALUASI Jurusan
POST-TEST Teknik Kimia
254
DAFTAR PUSTAKA Jurusan
Teknik
Kimia
255
256