You are on page 1of 8

UJI RESISTENSI

Mikroorganisme ditemukan di hampir setiap lingkungan di permukaan bumi,


termasuk lingkungan-lingkungan di mana tidak ada bentuk-bentuk hidup lain dapat
bertahan hidup. Mikroorganisme mampu bertahan hidup di berbagai kondisi lingkungan
yang berbeda-beda. Mereka juga mampu untuk mengadaptasi perubahan-perubahan
lingkungan yang sangat ekstrim. Jenis-jenis mikroba yang ditemukan di suatu lingkungan
mempunyai pertumbuhan yang berbeda-beda pula. Pertumbuhan mikroba sangat
dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimiawi. Selayaknya mahluk hidup mikroorganisme
juga membutuhkan zat-zat tertentu untuk tumbuh dan juga memberikan respon terhadap
zat-zat yang merusak mereka. Banyak bahan kimia baik organik maupun anorganik
bersifat racun terhadap mikroorganisme. Bahan-bahan racun ini banyak diteliti untuk
dibuat sebagai sarana menghambat dan mematikan mikroba yang bersifat patogen dan
merugikan manusia. Senyawa yang bisa mengahambat mikroba digolongakan menjadi
senyawa antiseptik dan yang bisa mematikan mikroba disebut bahan desinfektan.
Salah satu senyawa antiseptik yang dapat menghambat pertumbuhan salah satu
jenis mikroba misalnya bakteri adalah antibiotik. Antibiotika atau dikenal juga sebagai
obat anti bakteri adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Alexander Fleming pada tahun 1927 menemukan antibiotika
yang pertama yaitu penisilin. Setelah mulai digunakan secara umum pada tahun 1940,
maka antibiotika bisa dibilang merubah dunia pengobatan serta mengurangi angka
kesakitan & kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi secara dramatis.

Arti antibiotika sendiri pada awalnya merujuk pada senyawa yang dihasilkan oleh
jamur atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab penyakit pada
hewan & manusia. Saat ini beberapa jenis antibiotika merupakan senyawa sintetis (tidak
dihasilkan dari mikororganisme) tetapi juga dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri. Secara teknis, zat yang dapat membunuh bakteri baik berupa
senyawa sintetis atau alami disebut dengan zat antimikroba, akan tetapi banyak orang
yang menyebutnya dengan antibiotika. Meskipun antibiotika mempunyai manfaat yang
sangat banyak, penggunaan antibiotika secara berlebihan juga dapat memicu terjadinya
resistensi antibiotika.
Antibiotika sejak pertama digunakan pada tahun 1940 merupakan salah satu
kemajuan besar dalam dunia pengobatan. Akan tetapi peresepan yang berlebihan
terhadap antibiotika mempunyai dampak terhadap perkembangan bakteri yang menjadi
tidak responsif terhadap pemberian antibiotika, yang sebelumnya pernah berhasil
(resisten). Selain itu anak-anak yang mengkonsumsi antibiotika yang seharusnya tidak
diperlukan mempunyai resiko untuk mengalami efek samping lain, seperti gangguan
perut&diare.
Resistensi antibiotika sendiri adalah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme
lain untuk menahan efek antibiotika. Resistensi antibiotika terjadi ketika bakteri dapat
merubah diri sedemikian rupa hingga dapat mengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan
kimia ataupun zat lain yang sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau
encegah penyakit infeksi. Akibatnya bakeri tersebut tetap dapat bertahan hidup.
Bakteri tersebut dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis antibiotika
tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit tersebut. Kesalahpahaman
yang sering terjadi di masyarakat adanya anggapan bahwa yang resisten terhadap obat
tertentu adalah tubuh orang, padahal sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh
tersebutlah yang menjadi resisten terhadap pengobatan, bukan tubuhnya.

Bahaya resistensi antibiotika merupakan salah satu masalah yang dapat


mengancam kesehatan masyarakat. Hampir semua jenis bakteri saat ini menjadi lebih
kuat & kurang responsif terhadap pengobatan antibiotika. Bakteri yang telah mengalami
resistensi terhadap antibiotika ini dapat menyebar ke anggota keluarga, teman ataupun
tetangga lain sehingga mengancam masyarakat akan hadirnya jenis penyakit infeksi baru
yang lebih sulit untuk diobati & lebih mahal juga biaya pengobatannya.
Cara pengujian resistensi mikroba terhadap suatu jenis antibiotik maka dilakukan
uji resistensi. Teknik ini menggunakan zat kimia untuk mengurangi dan membunuh
mikroorganisme, terutama mikroba yang patogen. Pengendalian secara kimia umumnya
lebih efektif digunakan pada sel vegetatif mikroba. Tetapi kurang efektif untuk
menghancurkan bakteri dalam bentuk endospora. Oleh karena itu ada bahan kimia yang
ideal atau dapat digunakan untuk segala macam keperluan, maka diperlukan beberapa
ketentuan dalam memilih dan menggunakan senyawa kimia untuk tujuan tertentu, yaitu:
1. Aktivitas mikrobia yaitu memiliki kemampuan untuk mematikan
mikroba dalam konsentrasi rendah pada spektrum yang luas artinya
dapat membunuh berbagai macam mikroba.
2. Kelarutan artinya senyawa ini bisa larut dalam air atau pelarut lain
sampai pada taraf yang diperlukan secara efektif.
3. Stabilitas artinya memiliki stabilitas yang tinggi bila dibiarkan
dalam waktu yang relatif lama dan tidak boleh kehilangan sifat anti
mikrobianya.
4. Tidak bersifat toksik bagi manusia atau hewan lainnya.
5. Homogenitas, komposisinya selalu sama sehingga bahan aktifnya
teradapat pada setiap aplikasi.
6. Senyawa tersebut tersedia dalam jumlah yang besar dengan biaya
yang pantas.
7. Sifat bahan dasar harus serasi, yaitu zat kimia yang digunakan
untuk desinfeksi alat-alat yang terkontaminasi tidak baik bagi kulit
karena dapat merusak sel kulit.
8. Tipe mikroba artinya tidak semua mikroba rentan terhadap
antibiotik atau mikrobiobsida oleh karena itu harus dipilih tipe
mikroba yang akan dibasmi.
9. Keadaan lingkungan artinya bahan yang digunakan harus aman
bagi lingkungan sekitar dan tidak memiliki efek samping.
Pada pengujian resistensi untuk dapat mengamati keefektifan suatu zat anti biotik
dalam pertumbuhan mikrobia pada cawan petri akan nampak tidak terjadi pertumbuhan
disekeliling antibiotik yang mengakibatkan cincin hambatan dalam lapang pertumbuhan
bakteri padat. Dengan adanya zona hambatan menunjukkan bakteri sensitif terhadap
antibiotik bila tidak ada zona tersebut menunjukkan bahwa bakteri resisten terhadap
antibiotik.
HASIL

Gambar 1. uji resestensi untuk konsentrasi 5 ml

Gambar 1. uji resestensi untuk konsentrasi 10 ml


Gambar 1. uji resestensi untuk konsentrasi 15 ml
PEMBAHASAN
Uji resistensi yang kami lakukan dengan menggunakan antibiotik Cefradoxil 500
mg dengan konsentrasi cawan petri A dengan konsentrasi 5 ml, cawan petri B dengan
konsentrasi 10 ml, dan cawn petri C dengan konsentrasi 15 ml.
Hasil yang kita dapat bahwa bakteri yang kita uji resisten terhadap antibiotik
menggunakan Cefradoxil, hal ini dibuktikan dengan tidak adanya zona hambat pada
ketiga cawan petri tersebut. Berikut ini spesifikasi dari anti biotik Cefadroxil:
Cefadroxil 500 mg

Indikasi:
Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang sensitif seperti:
- Infeksi saluran pernafasan : tonsillitis, faringitis, pneumonia, otitis media.
- Infeksi kulit dan jaringan lunak.
- Infeksi saluran kemih dan kelamin.
- Infeksi lain: osteomielitis dan septisemia.

Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.

Komposisi:
Cefadroxil 500, tiap kapsul mengandung cefadroxil monohydrate setara dengan
cefadroxil 500 mg.

Cara Kerja:
Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian oral.
Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri.
Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus
(termasuk penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli,
Proteus mirabilis, Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis.

Dosis:
Dewasa:
Infeksi saluran kemih:
Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 – 2 g sehari dalam dosis tunggal
atau dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam dosis terbagi.

Infeksi kulit dan jaringan lunak: 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi.

Infeksi saluran pernafasan:


Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi.

Infeksi sedang sampai berat, 1 – 2 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Untuk faringitis
dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic : 1 g sehari dalam dosis
tunggal atau dua dosis terbagi, pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.

Anak-anak:
Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25 – 50 mg/kg BB sehari dalam
dua dosis terbagi.
Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25 – 50 mg/kg BB dalam dosis tunggal atau dua dosis
terbagi. Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic, pengobatan
diberikan minimal selama 10 hari.

Efek Samping:
Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan gejala kolitis
pseudomembran.
Reaksi hipersensitif, seperti ruam kulit, gatal-gatal dan reaksi anafilaksis.
Efek samping lain seperti vaginitis, neutropenia dan peningkatan transaminase.

Interaksi Obat:
Obat-obat yang bersifat nefrotoksik dapat meningkatkan toksisitas sefalosporin terhadap
ginjal.
Probenesid menghambat sekresi sefalosporin sehingga memperpanjang dan
meningkatkan konsentrasi obat dalam tubuh.
Alkohol dapat mengakibatkan Disulfiram-like reactions, jika diberikan 48 – 72 jam
setelah pemberian sefalosporin.

Cara Rekonstitusi Suspensi:


Tambahkan 45 ml air minum, kocok sampai suspensi homogen.
Setelah 7 hari suspensi yang sudah direkonstitusi tidak boleh digunakan lagi.

Cara Penyimpanan:
Simpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar (15 - 30ºC).

Kemasan: Kotak 5 strip @ 10 kapsul

Jenis: Kapsul

Produsen: PT Indofarma
Cefadroxil adalah termasuk golongan Sefalosporin yaitu antibiotik yang
menghambat sintesis dinding sel bakteri. Antibiotik yang merusak dinding sel mikroba
dengan menghambat sintesis ensim atau inaktivasi ensim, sehingga menyebabk hilangnya
viabilitas dan sering menyebabkan sel lisis. Antibiotik ini menghambat sintesis dinding
sel terutama dengan mengganggu sintesis peptidoglikan.
Dinding sel bakteri menentukan bentuk karakteristik dan berfungsi melindungi
bagian dalam sel terhadap perubahan tekanan osmotik dan kondisi lingkungan lainnya. Di
dalam sel terdapat sitoplasma ailapisi dengan membran sitoplasma yang merupakan
tempat berlangsungnya proses biokimia sel. Dinding sel bakteri terdiri dari beberapa
lapisan. Pada bakteri gram posi tip struktur dinding selnya relatip sederhana dan gram
negatip relatip lebih komplek. Dinding sel bakteri gram positip tersusun atas lapisan
peptidoglikan relatip tebal, dikelilingi lapisan teichoic acid dan pada beberapa species
mempunyai lapisan polisakarida.
Dinding sel bakteri gram negatip mempunyai lapisan peptidoglikan relatip tipis,
dikelilingi lapisan lipoprotein, lipopolisakarida, fosfolipid dan beberapa protein.
Peptidoglikan pada kedua jenis bakteri merupakan kompo-nen yang menentukan rigiditas
pada gram positip dan berperanan pada integritas gram negatip. Oleh karena itu gangguan
pada sintesis komponen ini dapat menyebabkan sel lisis dan dapat menyebabkan
kematian sel. Antibiotik yang menyebabkan gangguan sintesis lapisan ini aktivitasnya
akan lebih nyata pada bakteri gram positip. Aktivitas penghambatan atau membina-sakan
hanya dilakukan selama pertumbuhan sel dan aktivitasnya dapat ditiadakan dengan
menaikkan tekanan osmotik media untuk mencegah pecahnya sel. Bakteri tertentu seperti
miko-bakteriadan halobakteria mempunyai peptidoglikan relatip sedikit , sehingga
kurang terpengaruh oleh antibiotik grup ini. Sel selama mensintesis peptidoglikan
memerlukan ensim hidrolase dan sintetase. Untuk menjaga sintesis supaya normal,
kegiatan kedua ensim ini harus seimbang satu sama lain. Bio-sintesis peptidoglikan
berlangsung dalam beberapa stadium dan antibiotik pengganggu sintesis peptidoglikan
aktip pada stadium yang berlainan. Sikloserin terutama menghambat ensim racemase dan
sintetase yang berperan dalam pembentukan dipeptida. Vankomisin bekerja pada stadium
kedua diikuti oleh basitrasin, ristosetin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin yaitu
menghambat transpeptidase.
Perbedaan antara sel mamalia dan bakteri yaitu dinding selluar bakteri tebal
dengan membran sel menentukan bentuk sel dan memberi ketahanan terhadap tekanan
osmotik. Karena struktur dinding sel mamalia tidak sama dengan dinding gel bakteri,
maka antibiotik yang mempunyai aktivitas mengganggu sintesis dinding sel mempunyai
toksisitas selektip sangat tinggi. Oleh karena itu antibiotik tipe ini merupakan
antibiotik yang sangat berharga.
Namun bakteri yang kami uji tetap tumbuh, hal ini mungkin bakteri tersebut
benar-banar resisten dengan membentuk sistem kekebalan sehingga dia tetap bisa hidup
walau diberi antibiotik tersebut atau konsentrasi yang kita berikan kurang sehingga
bakteri bisa hidup.

http://www.dechacare.com/Cefadroxil-500-mg-P581.html
http://medicastore.com/artikel/302/Bahaya_Resistensi_Antibiotika.html

You might also like