Professional Documents
Culture Documents
3450 4382 1 SM PDF
3450 4382 1 SM PDF
192
Zubaidah T, dkk. Faktor penurunan angka kesembuhan TB
Jurnal Buski Vol. 4, No. 4, Desember 2013, Hal. 192 - 199 193
Zubaidah T, dkk. Faktor penurunan angka kesembuhan TB
Upaya penanggulangan TB Paru telah menjadi menjalani pengobatan di atas 9-12 bulan.
program nasional dengan memberikan pengobatan Pengumpulan data diperoleh dari variabel perilaku
gratis kepada penderita TB Paru. Tetapi program yang didapatkan melalui wawancara dengan
tersebut belum dapat terlaksana secara optimal menggunakan kuesioner kepada penderita BTA
dengan adanya insiden baru setiap tahunnya. Di positif dan petugas kesehatan program
Kabupaten Banjar penderita TB Paru baru selalu penanggulangan TB paru di puskesmas, dan
muncul setiap tahunnya meskipun program melakukan observasi untuk memperoleh data
pemerintah telah dijalankan secara optimal. kondisi rumah penderita.
Berdasarkan kondisi tersebut maka muncul suatu
Metode analisis data dalam penelitian ini mencakup
permasalahan yaitu bagaimana pengaruh
analisis univariat yaitu analisis setiap variabel
karakteristik individu, perilaku, faktor peran
dalam distribusi frekuensi dan analisis bivariat yaitu
pengawas minum obat (PMO), kondisi rumah
analisis hubungan atau korelasi antara faktor
penderita, tingkat kepatuhan terhadap
penyebab penyakit TB paru menggunakan uji chi
kesembuhan penderita TB paru dalam pengobatan
square dengan melihat besar Odd Ratio (OR).
di Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar.
Hasil
Metode
Analisis hasil penelitian dilakukan dengan
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat analitik
menggunakan uji statistik Odds Ratio (OR) untuk
dengan rancangan penelitian yang digunakan
melihat besaran risiko.
adalah cross sectional yang mempelajari hubungan
antara faktor independen dengan faktor Hasil tabulasi silang variabel karakteristik individu
independen. Penelitian ini dilaksanakan di berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat
Puskesmas Astambul Kabupaten Banjar. Waktu pendidikan dengan kesembuhan penyakit TB Paru
penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, dimulai merupakan faktor risiko kesembuhan penyakit TB
pada bulan September s/d Oktober 2013. Paru dengan nilai OR > 1. Tingkat pendidikan
menempati faktor risiko tertinggi yang berarti
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
kesembuhan penyakit TB Paru pada responden
penderita BTA positif di Puskesmas Astambul
dengan tingkat pendidikan yang rendah 8,333 kali
Kabupaten Banjar. Sampel penelitian ini adalah
untuk tidak sembuh dibandingkan dengan
seluruh penderita BTA positif yang mengikuti
kesembuhan TB Paru pada responden dengan
pengobatan di Puskesmas Astambul Kabupaten
tingkat pendidikan tinggi.
Banjar yang saat penelitian berlangsung sudah
Tabel 1. Hubungan karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status bekerja dengan kesembuhan
penyakit TB-Paru di Kabupaten Banjar Tahun 2013
Kesembuhan TB
Total
Karakteristik Tidak sembuh Sembuh OR
n % n % n %
Umur
Muda 16 88,9 2 11,1 18 100 1,600
Tua 10 83,3 2 16,7 12 100
Jenis kelamin
Laki-laki 14 87,5 2 12,5 16 100 1,167
Perempuan 12 85,7 2 14,3 14 100
Tingkatk pendidikan
Rendah 25 89,3 3 10,7 28 100 8,333
Tinggi 1 50,0 1 50,0 2 100
Status bekerja
Tidak bekerja 12 85,7 2 14,3 14 100 0,857
Bekerja 14 87,5 2 12,5 16 100
194 Jurnal Buski Vol. 4, No. 4, Desember 2013, Hal. 192 - 199
Zubaidah T, dkk. Faktor penurunan angka kesembuhan TB
Hasil tabulasi silang variabel karakteristik yang berarti kesembuhan penyakit TB Paru pada
individu berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat responden dengan tingkat pendidikan yang rendah
pendidikan dengan kesembuhan penyakit TB 8,333 kali untuk tidak sembuh dibandingkan dengan
Paru merupakan faktor risiko kesembuhan kesembuhan TB Paru pada responden dengan
penyakit TB Paru dengan nilai OR > 1. Tingkat tingkat pendidikan tinggi.
pendidikan menempati faktor risiko tertinggi
Tabel 2. Hubungan perilaku responden berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan dengan kesembuhan penyakit TB-Paru di
Kabupaten Banjar Tahun 2013
Kesembuhan TB
Total
Perilaku Tidak sembuh Sembuh OR
n % n % n %
Pengetahuan
Kurang 18 94,7 1 5,3 19 100 6,750
Baik 8 72,7 3 27,3 11 100
Sikap
Kurang 1 100 0 0 1 100 0,000
Baik 25 86,2 4 13,8 29 100
Tindakan
Kurang 13 100 0 0 13 100 0,000
Baik 13 76,5 4 23,5 17 100
Hasil tabulasi silang variabel perilaku dengan penyakit TB Paru pada responden dengan
kesembuhan penyakit TB Paru merupakan faktor pengetahuan rendah 6,750 kali untuk tidak sembuh
risiko kesembuhan penyakit TB Paru dengan dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru pada
nilai OR= 6,750 yang berarti kesembuhan responden dengan pengetahuan baik.
Tabel 3. Hubungan kondisi hunian dengan kesembuhan penyakit TB-Paru di Kabupaten Banjar Tahun 2013
Kesembuhan TB
Total
Kondisi hunian Tidak sembuh Sembuh OR
n % n % n %
Kepadatan hunian
Kurang 6 85,7 1 14,3 7 100 1,900
Baik 20 87 3 13,0 23 100
Lantai rumah
Kayu, tanah, semen 25 86,2 4 13,8 29 100 0,000
Keramik 1 100 0 0 1 100
Ventilasi
Tidak memenuhi 8 88,9 1 11,1 9 100 1,333
Memenuhi syarat 18 85,7 3 14,3 21 100
Pencahayaan
Tidak memenuhi 8 88,9 1 11,1 9 100 1,333
Memenuhi syarat 18 85,7 3 14,3 21 100
Hasil tabulasi silang variabel kondisi hunian pencahayaan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
berdasarkan ventilasi dan pencahayaan dengan 1,333 kali untuk tidak sembuh dibandingkan dengan
kesembuhan penyakit TB Paru merupakan faktor kesembuhan TB Paru pada responden dengan
risiko kesembuhan penyakit TB Paru dengan kondisi ventilasi dan pencahayaan yang sesuai
nilai OR > 1. Ini berarti kesembuhan penyakit TB persyaratan.
Paru pada responden dengan ventilasi dan
Jurnal Buski Vol. 4, No. 4, Desember 2013, Hal. 192 - 199 195
Zubaidah T, dkk. Faktor penurunan angka kesembuhan TB
Tabel 4. Hubungan kepatuhan minum obat dengan kesembuhan penyakit TB-Paru di Kabupaten Banjar Tahun 2013
Kesembuhan TB
Total
Kepatuhan Tidak sembuh Sembuh OR
n % n % n %
Kepatuhan
Kurang patuh 10 83,3 2 16,7 12 100 0,625
Patuh 16 88,9 2 11,1 18 100
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kepatuhan terhadap kesembuhan penyakit TB Paru. Hal ini
minum obat bukan merupakan faktor risiko disebabkan karena nilai OR (odds ratio)< 1.
Tabel 5. Hubungan pengawas minum obat (PMO) dengan kesembuhan penyakit TB-Paru di Kabupaten Bannjar Tahun 2013
Kesembuhan TB
Pengawasan Total
Tidak sembuh Sembuh OR
minum obat
n % n % n %
PMO
Kurang 22 88,0 3 12,0 25 100 1,833
Baik 4 80,0 1 20,0 5 100
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pengawas sebanyak 88,9%. Hasil tabulasi silang variabel umur
minum obat (PMO) merupakan faktor risiko merupakan faktor risiko kesembuhan penyakit TB
terhadap kesembuhan penyakit TB Paru. Ini Paru dengan nilai OR= 1,600 yang berarti
berarti kesembuhan penyakit TB Paru pada kesembuhan penyakit TB Paru pada responden
responden dengan kurang mendapat dengan umur muda 1,600 kali untuk tidak sembuh
pengawasan dari PMO 1,833 kali untuk tidak dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru pada
sembuh dibandingkan dengan kesembuhan TB responden dengan umur tua.
Paru pada responden dengan PMO yang baik. Menurut Bart,10 orang yang berusia lanjut cenderung
Pembahasan mengikuti anjuran dokter, lebih memiliki tanggung
jawab, lebih tertib, lebih teliti, lebih bermoral dan lebih
Karakteristik tertentu dari golongan penduduk
berbakti dari pada usia muda.
yang mempunyai resiko untuk terjangkitnya
penyakit TB lebih besar bila dibandingkan Prevalensi TB Paru tampaknya meningkat seiring
dengan golongan lain tersebut adalah umur yang dengan peningkatan usia pada jenis kelamin. Hasil
merupakan variabel yang selalu diperhatikan penelitian diperoleh bahwa variabel jenis kelamin
dalam penyelidikan epidemiologi. 4 Pada merupakan faktor risiko kesembuhan penyakit TB
umumnya umur sangat muda dan umur tua lebih Paru dengan nilai OR= 1,167 yang berarti
rentan atau kurang kebal terhadap penyakit kesembuhan penyakit TB Paru pada responden
tertentu karena kelompok tersebut memiliki daya dengan jenis kelamin laki-laki 1,167 kali untuk tidak
tahan tubuh yang lebih rendah.9 Pada kejadian sembuh dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru
TB Paru, hingga pada usia pubertas antara anak pada responden dengan jenis kelamin perempuan.
laki-laki dan perempuan tidak menunjukkan Hasil penelitian di RSUP Manado menemukan bahwa
adanya perbedaan kejadian TB Paru. Namun pada laki-laki mendapatkan TB Paru Pada kasus
setelah melewati usia pubertas hingga dewasa kontak 0,36 kali pada perempuan. Penelitian di
terdapat perbedaan yang beragam di berbagai negara maju didapatkan laki-laki memiliki risiko
negara. tertular akibat kontak lebih besar dari pada
Kejadian TB Paru di Provinsi Kalimantan Selatan perempuan. Begitu pula di negara berkembang
khususnya di Kabupaten Banjar banyak diperkirakan sama, bahkan perempuan sedikit lebih
menyerang pada usia muda (15-49 tahun) banyak karena berbagai alasan sosial budaya. Peran
196 Jurnal Buski Vol. 4, No. 4, Desember 2013, Hal. 192 - 199
Zubaidah T, dkk. Faktor penurunan angka kesembuhan TB
perempuan di sini cukup penting, karena selain Pengetahuan yang merupakan hasil tahu pada
merawat penderita TB Paru di rumah, suka obyek melalui indera yang dimilikinya merupakan
melakukan aktivitas rumah tangga untuk anak, faktor dominan dalam hal membentuk perilaku
suami dan anggota keluarga lain sehingga seseorang. 13 Selain itu, pengetahuan juga
penularan dapat dengan mudah dan cepat menular merupakan salah satu faktor untuk mempermudah
ke anggota keluarga lain. timbulnya perilaku pada seseorang.13
Pengobatan penyakit TB paru zaman sekarang ini Variabel pengetahuan merupakan faktor risiko
sudah semestinya tidak menjadi masalah lagi. kesembuhan penyakit TB Paru dengan masing-
Apabila dilihat dari penyebab penyakitnya sudah masing nilai OR = 6,750 yang berarti kesembuhan
dapat diketahui dengan pasti, sarana penunjang penyakit TB Paru pada responden dengan
diagnostiknya sudah ada, bahkan obatnya yang pengetahuan kurang 6,750 kali untuk tidak sembuh
ampuh pun sudah ada, apalagi mengenai dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru pada
dokternya kalau boleh dikatakan sudah berlebihan. responden dengan pengetahuan baik.
Akan tetapi kenyataan yang ada membuktikan Penelitian Luh Budhaning Suthari14 menyebutkan
bahwa pengobatan tuberkulosis tidaklah semudah bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
yang diperkirakan. Banyak faktor yang sangat pengetahuan individu tentang penularan TBC
memengaruhi keberhasilan pengobatan, seperti terhadap kesembuhan TBC di Poliklinik Paru
lamanya waktu pengobatan, kepatuhan serta Rumah Sakit Pasar Rebo Jakarta. Pengetahuan
keteraturan penderita untuk berobat, daya tahan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui
tubuh, juga faktor sosial ekonomi penderita yang oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara
tidak kalah pentingnya.11 kesehatan seperti pengetahuan tentang penyakit
Pendidikan menunjukkan kualitas sumber daya menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang
manusia yanga akan sangat berpengaruh terhadap terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
produktifitas manusia itu sendiri. Tingkat pengetahuan tentang fasilitas pelayanan
pendidikan seseorang mempengaruhi terhadap kesehatan dan pengetahuan untuk menghindari
pengetahuan seseorang mengenai rumah yang kecelakaan.
memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan Keluarga dapat dijadikan sebagai PMO, karena
tentang penyakit TB Paru sehingga dengan dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas
pengetahuan yang cukup, maka seseorang akan kesehatan maupun penderita, selain itu harus
mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. disegani, dihormati dan tinggal dekat dengan
Menurut Mukhsin, dkk (2006) dikutip dari Perdana1 penderita serta bersedia membantu penderita
pendidikan berkaitan dengan pengetahuan dengan sukarela. Sebagai PMO keluarga dapat
penderita, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan berpartisipasi langsung mengawasi penderita TB
mempengaruhi keuntasan atau kesuksesan Paru agar menelan obat secara teratur sampai
pengobatan penderita. Semakin tinggi tingkat selesai pengobatan, memotivasi penderita agar
pendidikan seseorang, maka semakin baik mau berobat teratur serta mengingatkan penderita
penerimaan informasi tentang pengobatan dan untuk periksa ulang dahak pada waktu-waktu yang
penyakitnya sehingga akan semakin tuntas proses telah ditentukan dan mewakili penderita
pengobatan dan penyembuhannya. mengambil obat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Pengawasan minum obat bagi penderita TB paru
tingkat pendidikan merupakan faktor risiko dengan DOTS di wilayah kerja Puskesmas dulu,
kesembuhan penyakit TB Paru dengan nilai OR = lebih banyak menjadi tanggung jawab pada
8,333 yang berarti kesembuhan penyakit TB Paru petugas kesehatan. Namun kali ini tidaklah efektif,
pada responden dengan tingkat pendidikan rendah dikarenakan penderita yang bersangkutan
8,333 kali untuk tidak sembuh dibandingkan umumnya tinggal di desa-desa yang jauh dari
dengan kesembuhan TB Paru pada responden jangkauan petugas (daerah kepulauan).
dengan tingkat pendidikan tinggi. Disamping itu tidak tersedia transportasi dan dana
Jurnal Buski Vol. 4, No. 4, Desember 2013, Hal. 192 - 199 197
Zubaidah T, dkk. Faktor penurunan angka kesembuhan TB
yang cukup untuk kegiatan pengawasan minum penyakit TB paru. Risiko untuk menderita TB paru 9
obat. Dan ada penilaian sebagian masyarakat kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal pada
yang hidup di desa tentang penyakit TB Paru rumah yang pencahayaanya tidak memenuhi
adalah penyakit keturunan yang sulit syarat kesehatan.
disembuhkan, sangat berpengaruh kepada proses Hasil penelitian juga menunjukkan variabel
pengobatan penderita. pencahayaan dengan nilai OR = 1,333 yang berarti
Hasil penelitian juga menjukkan variabel PMO kesembuhan penyakit TB Paru pada responden
dengan nilai OR = 1,833 yang berarti kesembuhan dengan pencahayaan tidak memenuhi syarat
penyakit TB Paru pada responden dengan PMO kesehatan 1,333 kali untuk tidak sembuh
kurang mengawasi 1,833 kali untuk tidak sembuh dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru pada
dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru pada responden dengan pencahayaan yang memenuhi
responden dengan PMO yang menjalankan syarat kesehatan.
tugasnya dengan baik. Sejalan dengan hasil Hal ini sesuai penelitian Pertiwi dalam Adnani dan
penelitian Firdaus, dkk16 bahwa orang yang tidak Mahastuti,18 yang menyatakan bahwa penghuni
mempunyai PMO akan mempunyai peluang 4,5 rumah yang pencahayaannya tidak memenuhi
kali lebih besar untuk mengalami ketidak syarat akan 9,5 kali terkena TB paru dibanding
sembuhan bila dibanding orang yang mempunyai penghuni rumah yang pencahayaan rumahnya
PMO. Keadaan ini tidak bertentangan dengan memenuhi persyaratam di Jakarta Timur. Rumah
pengalaman dunia tentang efektifnya program sehat memerlukan cahaya cukup, khususnya
DOTS (Directly Observe Treatment Shortcourse) cahaya matahari yang berisi antara lain sinar
dalam menunjang kesembuhan dalam proses ultraviolet.17-18
pengobatan TB.15
Kesimpulan
Ventilasi merupakan faktor risiko terjadinya
penyakit TBC paru. Risiko untuk menderita TBC Kesembuhan penyakit TB Paru pada responden
paru 5 kali lebih tinggi pada penduduk yang tinggal dengan umur muda 1,600 kali untuk tidak sembuh
pada rumah yang ventilasi rumahnya tidak dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru pada
memenuhi syarat kesehatan. Penyakit TB paru responden dengan umur tua. Kesembuhan
akan mudah menular pada kondisi rumah dengan penyakit TB Paru pada responden dengan jenis
tingkat kelembaban tinggi dan kondisi ventilasi kelamin laki-laki 1,167 kali untuk tidak sembuh
yang kurang memudahkan terjadinya pertukaran dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru pada
udara dalam rumah. responden dengan jenis kelamin perempuan.
Kesembuhan penyakit TB Paru pada responden
Variabel ventilasi dengan nilai OR = 1,333 yang
dengan tingkat pendidikan rendah 8,333 kali untuk
berarti kesembuhan penyakit TB Paru pada
tidak sembuh dibandingkan dengan kesembuhan
responden dengan ventilasi tidak memenuhi syarat
TB Paru pada responden dengan tingkat
kesehatan 1,333 kali untuk tidak sembuh
pendidikan tinggi. Kesembuhan penyakit TBParu
dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru pada
pada responden dengan pengetahuan kurang
responden dengan ventilasi rumahnya yang
6,750 kali untuk tidak sembuh dibandingkan
memenuhi syarat kesehatan. Hal ini sesuai dengan
dengan kesembuhan TB Paru pada responden
hasil penelitian Firdaus dkk yang menghitung risiko
dengan pengetahuan baik. Kesembuhan penyakit
untuk terkena TB Paru 5,2 kali pada penghuni yang
TB Paru pada responden dengan PMO kurang
memiliki ventilasi buruk dibanding penduduk
mengawasi 1,833 kali untuk tidak sembuh
berventilasi memenuhi syarat kesehatan 16 .
dibandingkan dengan kesembuhan TB Paru pada
Ventilasi dapat mengencerkan konsentrasi kuman
responden dengan PMO yang menjalankan
TB paru dan kuman lain, terbawa keluar dan mati
tugasnya dengan baik. Kesembuhan penyakit TB
terkena sinar ultraviolet. Ventilasi juga merupakan
Paru pada responden dengan ventilasi dan
tempat untuk memasukkan sinar ultraviolet.17-18
pencahayaan tidak memenuhi syarat kesehatan
Pencahayaan merupakan faktor risiko terjadinya 1,333 kali untuk tidak sembuh dibandingkan
198 Jurnal Buski Vol. 4, No. 4, Desember 2013, Hal. 192 - 199
Zubaidah T, dkk. Faktor penurunan angka kesembuhan TB
dengan kesembuhan TB Paru pada responden 14. Suthari LB. Hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan ventilasi rumahnya yang memenuhi syarat dengan perilaku pencegahan penularan TB paru di
kesehatan. poli paru Rumah Sakit Pasar Rebo Jakarta Timur.
Dinas Kesehatan perlu melakukan promosi [Skripsi]. Jakarta: Universitas Pembangunan
kesehatan guna meningkatkan pengetahuan, dan Nasional Veteran ; 2011.
tindakan dalam rangka penyembuhan penyakit TB
15. Chin J. Control of Communicable Diseases Manual.
Paru pada masyarakat, khususnya ditujukan
Washington DC: American Public Health
kepada masyarakat golongan usia muda,
Association; 2000.
mengingat responden dengan pengetahuan
16. Firdaus U, Rahardjo E, Roselinda. Faktor-faktor
kurang.
Penderita Tuberkulosis Paru Putus Berobat. Media
Daftar pustaka
Litbang Kesehatan. 2006; XVI(4).
1. Aditama TY. Tuberkulosis: Diagnosis, Terapi dan
17. Achmadi, Fahmi U. Manajemen Penyakit Berbasis
Masalahnya. Jakarta: Yayasan IDI ; 2002.
Wilayah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas; 2005.
2. Depkes RI dan WHO. Lembar Fakta Tuberkulosis.
18. Adnani H, Mahastuti A. Hubungan kondisi rumah
Jakarta; 2008.
dengan penyakit TBC Paru di wilayah kerja
3. Crofton J . Tuberkulosis Klinis. Edisi 2, Widya Medika. Puskesmas Karangmojo II Kabupaten Gunung Kidul
Jakarta; 2002. Tahun 2003-2006. Jurnal Kesehatan Surya Medika; .
4. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional 2007.
Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta; 2002
Jurnal Buski Vol. 4, No. 4, Desember 2013, Hal. 192 - 199 199