You are on page 1of 10

MASTERPLAN PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI DI KAWASAN

BUKIT SEMARANG BARU

RR. Sasi Kirana Sari, Syafrudin, Sudarno

Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP, Jl. Prof. Sudharto, SH Tembalang Semarang
Email: sasi.sudibyo@gmail.com

ABSTRACT
Bukit Semarang Baru (BSB) is a residential area with the concept of an independent
city located in the western part of Semarang. As an independent region, BSBs developer
shall provide waste management facilities. To increase its purpose and economic value of
waste, treatment is necessary, Material Recovery Facility can be an alternative. Thus, the
design of waste management and the concept of MRF needed.
To design a waste management master plan, evaluating existing systems, sampling to
determine waste generation and composition with SNI 19-3964-1994 are needed, then
subsequently designing the independent solid waste treatment with MRF system and
calculates the required budget plan.
Evaluation result shows that the management of solid waste in BSB is quite well but
not in accordance with SNI 3242:2008 of Residential Waste Management and SNI 19-2454-
2002 of Operational Techniques of Municipal Solid Waste Management. Sampling results
show that people in Bukit Semarang Baru produce average waste by weight of 0.64 kg /
person / day with a volume of 3.65 L / person / day, thus having density of 175.51 kg/m3. BSB
waste composition comprising 53.95% of organic waste, paper (9.26%), HDPE (8.45%)
Other (7.64%), PP (4.02%) and PET (2.30% ) glass by 2.94%, 1.54% metal, wood and
1.36%, PS (1.08%), LDPE (0.09%), and PVC (0.00%), and other junk (7.37%). Solid waste
management that will be applied in BSB consist of separation from the source, individual
indirect collecting system with transfer station in BSB Jatisari, while BSB Mijen implement
curbside collection system. Treatment of solid waste include composting or organics,
briquettes processing, plastic rope spinning, size reduction and baling of plastics, cans and
paper. This system requires an investment of Rp 4.661.599,00 with profit to Rp 9.419.793,00
per year by 2025.

Key words: Master plan, independent residential waste management, Material Recovery
Facility

PENDAHULUAN daur ulang yang terpadu, sampah dapat


dimanfaatkan kembali menjadi bahan baku bagi
Paradigma sebagian besar masyarakat industri. Apabila sampah telah mulai dipandang
Indonesia selama ini menganggap sampah sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan,
sebagai bahan yang sudah tidak memilki nilai maka timbulan sampah yang cukup besar ini
guna maupun nilai ekonomi. Padahal di negara- berpotensi untuk ditingkatkan nilai ekonominya
negara berkembang sampah merupakan sumber melalui proses daur ulang.
daya yang masih dapat dimanfaatkan dan Bukit Semarang Baru merupakan suatu
ditingkatkan nilai ekonominya. Melalui proses kawasan perumahan dengan konsep kota
RR. Sasi Kirana Sari, Syafrudin, Sudarno
Masterplan Pengelolaan Sampah
di Kawasan Bukit Semarang Baru

mandiri yang terletak di Semarang bagian barat. Recovery Facility. Selanjutnya akan
Dengan lahan seluas 300 Ha, Bukit Semarang dihitung biaya dari seluruh komponen dalam
Baru memiliki berbagai fasilitas pendukung sistem pengelolaan sampah mandiri ini.
yang lengkap. Selain perumahan, terdapat pula Diagram alir metodolgi perencanaan
kawasan industri dan komersial yang terpadu, dapat dilihat pada Gambar 1.
sehingga menjadikan Bukit Semarang Baru
sebagai hunian berskala kota yang ideal untuk HASIL ANALISIS DAN PERENCANAAN
menerapkan pengelolaan sampah modern
dengan sistem Material Recovery Facility. Kondisi Eksisting Pengelolaan Sampah
MRF atau Material Recovery Facility
merupakan fasilitas pemrosesan dimana material Pengelolaan Sampah Eksisting
dipilah dan dipersiapkan untuk dipasarkan baik Pengelolaan sampah di Kawasan Bukit
kepada pengguna akhir atau sistem pengolahan Semarang Baru, Kecamatan Mijen, Semarang,
lain. Fasilitas ini dapat menjadi alternatif solusi cukup baik, namun belum sesuai dengan SNI
untuk mengatasi masalah persampahan 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di
khususnya di wilayah perumahan padat Pemukiman dan tentang Tata cara teknik
penduduk. Dengan adanya sistem Material operasional pengelolaan sampah perkotaan. Dari
Recovery Facility, diharapkan pengelolaan sistem pewadahan masih menggunakan 1 wadah
sampah di Bukit Semarang Baru menjadi yang tercampur antara sampah organik dan non
mandiri dan tidak lagi tergantung kepada Dinas organik. Dalam hal pengumpulan di perumahan
Kebersihan wilayah Semarang. kecil (tipe 21-45) kawasan BSB Jatisari, masih
Perencanaan pengelolaan sampah diterapkan sistem pengumpulan individual
dengan konsep MRF ini dipilih sebagai salah langsung yang tidak sesuai dengan kondisi jalan
satu upaya mengelola sampah tanpa yang sempit (SNI 19-2454-2002). Pengolahan
mengesampingkan faktor ekonomi. Pengelolaan yang telah dilakukan oleh BSB adalah
sampah ini bahkan dapat menjadi sumber memanfaatkan sampah organik menjadi kompos.
pendapatan bagi masyarakat sekitar kawasan Namun demikian, residu yang dibuang masih
Bukit Semarang Baru. dalam jumlah banyak dengan sistem open
dumping, belum ada pembuangan sampah yang
METODOLOGI PERENCANAAN dirancang khusus agar sampah dapat
dikembalikan ke alam tanpa menimbulkan
Tujuan operasional perencanaan gangguan bagi lingkungan.
pengelolaan sampah mandiri dengan system Pada aspek kelembagaan tidak ada
Material Recovery Facility ini diantaranya masalah yang berarti, namun pada aspek regulasi
adalah sebagai berikut: belum ditemukan adanya peraturan resmi yang
1. Menganalisis kondisi eksisting pengelolaan tertulis. Aspek pembiayaan terutama retribusi
persampahan yang telah diterapkan di mendapatkan respon yang kurang baik dari
kawasan Bukit Semarang Baru. masyarakat, karena jumlah retribusi didasarkan
2. Menganalisis besarnya timbulan sampah di pada luas tanah bukan pada pelayanan terhadap
Kawasan Bukit Semarang Baru. timbulan sampah. Peran serta masyarakat di
3. Dari kondisi eksisting ini kemudian akan BSB masih rendah, namun mereka memiliki
dirancang pengembangan pengolahan antusisme untuk melakukan pemilahan dari
sampah dengan menggunakan Material sumber dan daur ulang.
RR. Sasi Kirana Sari, Syafrudin, Sudarno
Masterplan Pengelolaan Sampah
di Kawasan Bukit Semarang Baru

Gambar 1. Diagram Alir Perencanaan


RR. Sasi Kirana Sari, Syafrudin, Sudarno
Masterplan Pengelolaan Sampah
di Kawasan Bukit Semarang Baru

Penduduk, PDRB dan Timbulan Sampah dari 5 aspek yang saling terkait dalam
Setiap tahunnya, penduduk BSB pengelolaan sampah terpadu:
mengalami peningkatan. Proyeksi penduduk dan Kayu Lain-lain
PDRB di Kawasan Bukit Semarang Baru dapat Logam Kertas 1% 7%
dilihat pada Tabel 1. 2% 9%
Kaca
3% O
Tabel 1. Proyeksi PDRB dan penduduk di (7) Organik
Kawasan Bukit Semarang Baru PS (6) 54%
8%
1%
PP
(5) LDPE (4)
4% 0%
HDPE (2) PVC (3) PET (1)
9% 0% 2%
Gambar 2. Komposisi Sampah Kawasan BSB
Sumber: Data Primer, 2012

1. Aspek Teknik Operasional


Memulai sistem pewadahan terpisah
antara sampah organik dan anorganik.
Mengubah sistem pengangkutan individual
langsung di kawasan BSB Jatisari dengan sistem
Individual Tidak Langsung. Merancang sistem
pengolahan yang menghasilkan seminimal
mungkin residu dan dapat meningkatkan
setinggi mungkin nilai ekonomi sampah, yaitu
dengan Material Recovery Facility.
Sumber: Data Primer, 2012 Merencanakan pembuangan akhir yang aman
bagi lingkungan. Pada Gambar 3. Dapat dilihat
Timbulan Sampah di Kawasan Bukit sistem pengumpulan dan pengangkutan di
Semarang Baru didapatkan dari hasil sampling Kawasan BSB
sesuai dengan SNI-19-3964-1994 tentang
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh
Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.
Hasilnya, di Kawasan Bukit Semarang Baru,
penduduknya menghasilkan sampah rata-rata
0,64 kg/orang/hari dalam satuan berat dengan
3,65 L/ orang/ hari dalam satuan volume,
sehingga memiliki kepadatan 175.51 kg/m3.
Timbulan ini akan terus meningkat seiring
dengan meningkatnya PDRB. Komposisi
Sampahnya dapat dilihat pada Gambar 2.

Perencanaan Pengelolaan Sampah Mandiri di


Kawasan Bukit Semarang Baru
Untuk mengelola sampah yang
dihasilkan setiap harinya di kawasan Bukit
Semarang baru, diperlukan sistem yang terpadu.
Berikut adalah perbaikan yang perlu dilakukan
RR. Sasi Kirana Sari, Syafrudin, Sudarno
Masterplan Pengelolaan Sampah
di Kawasan Bukit Semarang Baru

3. Aspek Regulasi
Membentuk regulasi resmi tertulis
terkait pewadahan, jadwal pengumpulan, dan
retribusi sebagai berikut:

a. Pewadahan dan Pemilahan Pada Sumber


1) Pewadahan minimal terdiri dari dua bin,
yaitu bin organik dan anorganik.
2) Bin tambahan untuk penghuni lama
disediakan oleh pengelola, untuk
penghuni baru, satu paket bin berisi dua
buah tempat sampah diserahkan saat
pembelian rumah. Bila wadah telah
rusak, penghuni wajib menggantinya dan
bin pengganti dapat dibeli melalui
pengelola.
3) Warga wajib memilah sampah organik
dan anorganik lalu menempatkannya
pada tempat sampah yang berbeda.
Gambar 3. Skema Pengumpulan dan 4) Rumah-rumah di Cluster Puri Arga Golf
Pengangkutan Sampah BSB wajib memiliki minimal 1 buah
komposter ukuran 60 liter untuk
2. Aspek Kelembagaan mengompos sampah halaman/taman
Menghitung kembali jumlah tenaga rumah.
pengumpul, pengangkut, penyapu dan pekerja 5) Akan dilakukan sidak setiap bulan untuk
plant pengolahan. Tabel 2 memuat mengetahui perkembangan pola
rekapitulasinya pewadahan yang telah ditentukan. RT
atau RW yang pola pewadahan yang
Tabel 2. Rekapitulasi Jumlah Pekerja tidak sesuai akan diberikan peringatan.

b. Pengumpulan Sampah
1) Sampah organik dikumpulkan setiap hari
Senin, Rabu Jumat dan Minggu.
2) Sampah anorganik dikumpulkan pada
hari Selasa, Kamis dan Sabtu.
3) Sampah khusus seperti sisa bangunan
atau sampah dalam ukuran besar yang
lain dapat diambil diluar jadwal dengan
menghubungi pihak pengelola terlebih
dahulu.

c. Penentuan Jumlah Retribusi


1) Jumlah retribusi didasarkan pada jumlah
sampah yang dihasilkan. Tarif standar
ditentukan dengan asumsi wadah
sampah penuh atau sebesar 220 Liter.
RR. Sasi Kirana Sari, Syafrudin, Sudarno
Masterplan Pengelolaan Sampah
di Kawasan Bukit Semarang Baru

2) Sampah yang berada di luar wadah seperti daur ulang sampah yang dapat
dihitung sebagai tambahan dengan tarif memberikan tambahan pendapatan bagi ibu
2 Liter/ wadah. rumah tangga yang tidak bekerja.
3) Tarif sampah khusus seperti sampah d. Memberikan transparansi dan kejelasan
bangunan dihitung per kapasitas alat investasi masyarakat dalam bentuk laporan
pengangkut (becak motor). keuangan yang jelas.

4. Aspek Pembiayaan Perencanaan Pengolahan Sampah dengan


Memperbaiki sistem pembiayaan Sistem MRF
teutama retribusi agar jumlahnya disesuaikan Untuk dapat meningkatkan nilai manfaat
dengan tingkat pelayanan per m3 sampah bukan dan ekonomi sampah, perlu dilakukan
berdasarkan luasan tanah. Tabel 3 memuat pengolahan khusus, salah satu cara yang dapat
jumlah retribusi per KK per bulan. ditempuh adalah dengan merancang sistem
pengolahan sampah dengan Material Recovery
Tabel 3. Perhitungan Retribusi Facility.
Di dalam plant Material Recovery
Facility yang akan dibangun ini, pengolahan
yang dilakukan bertujuan agar sampah dapat
memiliki nilai jual dan siap untuk digunakan
sebagai bahan baku produksi suatu industri
ataupun dipasarkan langsung kepada
masyarakat. Pengolahan sampah yang dilakukan
di Plant MRF terdiri dari recovery dan daur
ulang dengan pemrosesan sebagai berikut:

1. Ruang Penerimaan
Di ruang penerimaan ini muatan sampah
dari alat pengangkut dibongkar untuk
kemudian disalurkan ke conveyor
pemilahan.
*Asumsi jumlah sampah 1,2 m3/KK/bulan
2. Pemilahan
5. Aspek Peran Serta Masyarakat Pemilahan dilakukan secara manual
Meningkatkan peran serta masyarakat dengan bantuan conveyor belt sepanjang
untuk secara aktif ikut serta dalam upaya 10 meter. Sampah yang dipilah ada 8
pengelolaan sampah yang mandiri melalui jenis yaitu plastik HDPE lembaran,
berbagai kampanye dan sosialisasi dengan plastik HDPE keras, plastik PET, PP,
mempertimbangkan sisi psikologis mereka dan Other, gelas/ kaca, kaleng/logam,
seperti: dan kertas. Sampah yang terpilah
a. Melakukan sosialisasi, penyuluhan dan dimasukkan ke dalam bin sampah
pendidikan mengenai pentingnya beroda untuk ditransfer ke area-area
pengurangan, pemilahan dan daur ulang pemilahan yang sesuai.
sampah di sekolah-sekolah maupun forum-
forum pertemuan warga. 3. Pencacahan
b. Melibatkan masyarakat dalam membuat Untuk plastik HDPE keras dan
kesepakatan tentang aspek-aspek lembaran, PET, dan PP dilakukan proses
pengelolaan sampah baik pewadahan, pencacahan untuk memeperkecil ukuran
pengumpulan hingga pembuangan akhir. plastik menggunakan mesin pencacah
c. Memberdayakan masyarakat dengan plastik dengan kapasitas 300 kg/ jam
memberikan pelatihan yang bermanfaat
RR. Sasi Kirana Sari, Syafrudin, Sudarno
Masterplan Pengelolaan Sampah
di Kawasan Bukit Semarang Baru

dengan output mengarah pada bak


pencucian. 10. Penyimpanan
Material-material yang belum terjual
disimpan pada area penyimpanan seluas
28-40 m2.
4. Pencucian
Setelah melalui proses pencacahan, Produk recovery dan daur ulang ini siap
plastik2 yang dicacah masuk ke dalam dipasarkan dalam jumlah tertentu kepada
bak pencucian dan dicuci menggunakan produsen plastik, atau distributor briket dan tali
larutan deterjen dengan cara direndam. tambang, serta industri lain yang membutuhkan
Bak pencucian terbuat dari pasangan hasil recovery sebagai bahan baku maupun
batu bata plester dengan dimensi pendukung. Skema Kerja Plant Material
32,111 meter. Recovery Facility dapat dilihat pada Gambar 3.

5. Pengeringan Rencana Anggaran Biaya


Setelah melalui proses pencucian, Untuk dapat menjalankan sistem
plastik cacahan dikeringkan pengelolaan sampah mandiri mulai dari
menggunakan dryer box. Dengan pewadahan hingga pembuangan akhir lengkap
kapasitas hingga 3,2 ton. dengan plant kompos dan MRF, biaya yang
harus diinvestasikan adalah sebesar Rp
6. Daur Ulang 5.033.015,00 selama 13 tahun. Namun investasi
Plastik jenis Others didaur ulang ini bertahap dari tahun ke tahun disesuaikan
menjadi tali tambang plastik dengan dengan tahapan pembangunan sistem
menggunakan mesin pemintal tali pengelolaan sampah serta kebutuhan pada tiap-
dengan kapasitas 50 kg/ jam. tiap tahunnya.
Keuntungan didapat dari penjualan hasil
7. Pembuatan Briket recovery dan daur ulang yang berkisar mulai Rp
Plastik HDPE lembaran dimanfaatkan 743.906.865,00 setiap tahunnya dan terus
menjadi briket dengan meningkat nilainya hingga Rp
mencampurkannya bersama sisa kompos 11.720.566.335,00 per tahun pada tahun 2025.
yang tidak lolos pengayakan dengan
cara pirolisa. Kemudian karbon hasil
pirolisa HDPE dan kompos sisa KESIMPULAN DAN SARAN
dipadatkan menggunakan alat pemadat
briket. Kesimpulan

8. Pemadatan Kesimpulan yang dapat diambil dari


Pemadatan pada MRF dilakukan untuk Perencanaan Masterplan Pengelolaan Sampah
sampah kertas, plasik others jenis mandiri di Kawasan Bukit Semarang Baru
kemasan refill, dan kaleng. Pemadatan adalah sebagai berikut:
menggunaka vertical baler.
1. Pengelolaan sampah di Kawasan Bukit
9. Pengemasan Semarang Baru, Kecamatan Mijen,
Plastik hasil cacahan, briket, botol Semarang, cukup baik, namun belum sesuai
kaca/gelas harus dikemas untuk dengan SNI 3242:2008 tentang Pengelolaan
memudahkan penjualan dan Sampah di Pemukiman dan SNI 19-2454-
penyimpanan. Pengemasan 2002 tentang Tata cara teknik operasional
menggunakan karung plastik yang pengelolaan sampah perkotaan, dari teknis
kemudian dijahit menggunakan mesin operasional diantaranya sistem pewadahan,
penjahit karung. pengumpulan dan pengangkutan serta
RR. Sasi Kirana Sari, Syafrudin, Sudarno
Masterplan Pengelolaan Sampah
di Kawasan Bukit Semarang Baru

pembuangan akhir. Selain itu, aspek regulasi


juga belum sesuai. 3. Pengelolaan sampah mandiri yang sesuai
dengan kondisi Bukit Semarang Baru adalah
2. Timbulan sampah di Kawasan Bukit yang mengikuti standar dari SNI 3242:2008
Semarang Baru rata-rata 0,64 kg/orang/hari tentang Pengelolaan Sampah di Pemukiman
dalam satuan berat dengan 3,65 L/ orang/ dan SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara
hari dalam satuan volume, sehingga teknik operasional pengelolaan sampah
memiliki kepadatan 175.51 kg/m3. Sampah perkotaan Pengolahan terdiri dari
di kawasan Bukit Semarang Baru terdiri dari pengolahan sampah organik menjadi
sampah organik sebanyak 53,95%, kompos dengan potensi sebesar 3-6 ton per
terbanyak kedua adalah kertas (9,26%) , hari atau setara dengan 300 juta-1 miliar
beberapa jenis plastik yang signifikan rupiah per tahun dan recovery untuk
berturut-turut adalah HDPE (8,45%), Other sampah anorganik dengan potensi 3 hingga
(7,64%), PP (4,02%) dan PET (2,30%), 12 miliar rupiah per tahun. Pengolahan
kaca sebanyak 2,94%, logam 1,54%, dan sampah anorganik terdiri dari pengolahan
kayu 1,36%. Selebihnya adalah beberapa briket, tali tambang dan cacahan plastik
jenis plastik dengan jumlah yang tidak serta bale.
signifikan seperti PS (1,08%), LDPE
(0,09%), dan PVC (0,00%) ,dan sampah
lain-lain yang dianggap residu.
RR. Sasi Kirana Sari, Syafrudin, Sudarno
Masterplan Pengelolaan Sampah
di Kawasan Bukit Semarang Baru

Pengangkut sampah
Entry Point anorganik masuk

Sampah dibongkar dari kontainer pengangkut dan


ditimbang di floorscale, bulky items disisihkan
Area Bongkar Muatan secara manual , sampah yang akan dipilah didorong
ke arah input conveyor

Sampah dipilah secara manual oleh Residu


petugas sesuai dengan pembagian
Conveyor Belt tugas yang telah diberikan. Sampah
yang dipilah langsung dimasukkan ke Container
dalam kontainer 120 L. residu

Material Botol Kaca


Material HDPE
HDPE keras, langsung
lembaran
PET, PP, dikemas
dicacah
dicacah

Area Pencacahan Dicuci Lalu


dikeringkan

Ditimbang
dan dikemas

Dimasukkan
dalam Alat
Pirolisa

Dicetak dalam
Alat Pencetak
Area Pembuatan Briket
Briket
Briket Dijemur di
terik matahari

Briket
ditimbang dan
dikemas

Logam, Kertas,
plastik Other
Area Baling (refill)
dipadatkan

Plastik Other alumunium


Area Daur Ulang dibawa ke pemintal tali,
hasilnya digulung

Bale Tali disimpan


Briket disimpan dan siap
Area Penyimpanan dan siap
dipasarkan
Disimpan dan
siap
disimpan dan
siap dipasarkan
dipasarkan
dipasarkan

Gambar 3. Skema Kerja Plant Material Recovery Facility

4. Biaya yang diperlukan untuk investasi


pengelolaan sampah mandiri dengan sistem Saran
MRF selama 13 tahun adalah sebesar Rp Beberapa saran untuk pengelolaan
5.033.015,00 dengan keuntungan mulai Rp sampah mandiri di kawasan Bukit Semarang
743.906.865,00 setiap tahunnya dan terus Baru adalah sebagai berikut:
meningkat nilainya hingga Rp
11.720.566.335,00 per tahun pada tahun 1. Dalam melakukan sosialisasi yang kepada
2025. warga tentang pentingnya pengelolaan
sampah dan pemilahannya, perlu dipikirkan
RR. Sasi Kirana Sari, Syafrudin, Sudarno
Masterplan Pengelolaan Sampah
di Kawasan Bukit Semarang Baru

tentang sisi psikologis warga dan hal-hal sistem pengelolaan sampah mandiri dengan
yang mempengaruhi mereka dalam berperan MRF sebagai upaya peningkatan kinerja.
serta mengelola sampah.
3. Dana investasi dalam jumlah besar bisa
2. Perlu dilakukan evaluasi berkala baik didapatkan dengan pinjaman kepada bank
kepada masyarakat maupun petugas dengan bunga rendah.
pelaksana untuk mengetahui efektifitas

Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan


DAFTAR PUSTAKA Tata Pedesaan.
Kessling Consultant Inc. 2009. Materials
Anonim. SNI 19-2454-2002 Recovery Facility Technology Review.
_______.SNI 19-3964-1994 Florida.
_______.SNI 3242-2008
Lund, Herbert E. 2001. The McGraw Hill
_______. Undang-undang No. 18 Tahun 2008
Clark County Health District. 2004. Solid Waste Recycling Handbook. United States:
Management Authority Regulations McGraw-Hill Inc.
Governing: Material Recovery Radita, Deqi Rizkivia. 2010. Eco-Briket Dari
Facilities (MRF). Nevada: Clark Komposit Sampah Plastik High Density
County Health District. Polyethylene (HDPE) Dan Arang Sampah
Dekimpraswil. 2003. Pedoman Pengelolaan Organik Kota. Jurusan Teknik
Persampahan Perkotaan Bagi Pelaksana. Lingkungan ITS- Surabaya.

You might also like