You are on page 1of 13
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDBRAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-81/PJ/2015 ‘TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK 'NOMOR PER-57/PJ/2010 TENTANG TATA CARA DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG: DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN ‘Menimbang: Mengingat: DIREKTUR JENDERAL PAJAK, ‘a.bahwa sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri KKeuangan Nomor 107/PMK.010/2015 tentang Perubahan Keempat latas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.09/2010 tentang Pemungutan Pajak Penehasilan Pasal 22 Schubungan dengan Pembavaran atas Penverahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor ata Kegiatan Usaha di Bidang Lain, perl melakuken penyesuaian terhadap ketentuan pelaksanaan mengenai tata cara dan prosedur pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 schubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan Kegiatan di bidang impor ‘tau kegiatan usaha di bidang lain; b.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Jnuruf @ serta dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Schubungan dengan Pembeyaran atas Penyeraban Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain sebagaimana telah beberapa Kali iubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan | Nomor 107/PMK.010/2015, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak tentang Perubshan Ketiga atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-S7/PJ/2010 tentang Tata Cara dan Prosedur Pesmungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor ‘tau Kegiatan Usaha di Bidang Lain; 1, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia. ‘Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4893); ‘Menetapkan: 2.Peraturan Menteri Kevangan Nomor 154/PMK.03/2010_ tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain sebagaimana telah beberap Kal Giubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.010/2015; 9. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-S7/PJ/2010 tentang ‘Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ‘Schubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan KKegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajake Nomor PER-06/PJ/2013; -MEMUTUSKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG PERUBAHAN KBTIGA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 57/PJ/2010 TENTANG TATA CARA DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI BIDANG LAIN, Pagal t Beberapa ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER‘57/PJ/2010 tentang Tata Cara dan Prosedur Pemungutan Pajake Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Tain sebagaimana telah beberapa kali dubah dengan: «9. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-15/PJ/2011; dan », Peraturan Direietur Jenderal Pajak Nomor PER-06/PJ/2018, ddiubah sebagai beritut: 1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berut: Pasal 1 (0) Pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah teralir dengan Undang- ‘Undang Nomor 36 Talun 2008, adalah 14, Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas: 1. impor barang; dan 2, ekapor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan, mineral bukan logam yang dilakukan oleh eksportir, keecuali yang dilalukan oleh Wajib Pajak yang terikat dalam perjanjian Kerjasama pengusahaan pertambangan ddan Konteak Karya: bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajake pada Pemerintah Pusat, Pemerintah, Dacrah, instansi atau lembaga Pemerintah dan lembaga- Jembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang: bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP); ‘Kuasa Pengguna Angenran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh Kuasa Pengguna ‘Anggaran (KPA), berkenaan dengan pembayaran alas ‘pembelian barang kepada pibak ketiga yang dilakukan dengan mekanisme pembayaran langsung (LS); Badan usaha tertentu metiput 1) Badan Usaha Miike Negara, yaitu badan usaha yang. seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh negara ‘melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan; 2) Badan Usaha Milk Negara yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah setelah berlakunya Peraturan Menter ini, fan restrukcurisasi tersebut dilakukan melalui pengalihan saham milk negara kepada Badan Usaha Milik Negara fadnaya, dan 3) badan usaha tertentu yang dimilki secara langsung oleh Badan Usaha Milik Negara, meliputi PT Pupuk Srividjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT Pupule Kelimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT ‘Telekomunilcasi Selular, PT Indonesia Power, | PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen ‘Tonass, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau Wejetama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PP Kimia| Farma Apotek, PT Kimia Farma Trading & Distribution, P| Badak Natural Gas Liquefaction, PT Tambang Timah, PT Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets Plus, PT Bank Syariah Mandir, PT Bank BRI Syariah, dan PT Bank BNI Syariah, berkenaan dengan pembayaran alas pembelian berang ‘dan/atau bahan-bahan untok keperiuan kegiatan usahanya; Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan Industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri; ‘Agen Tunggal Pemegang Merck (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan keadaraan bermotor di dalam negeri; Produsen atau importir bahan bakar minyak, behan balcar ‘gts, dan pelumas, atas penjualan bahan bakar minyak, baban Dakar gas, dan pelumas; . Industei atau eksportr yang bergerak dalam sektor kehutana perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan, atas embelian baban-bahan untuk keperluan industrinya atau ‘ekspornya; jy Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral Dbukan logam, dati badan atau orang pribadi pemegang izin ‘usaha pertambangan; , Badan usaha yang memproduksi emas batangan, alas penjualan emas batangan di dalam neger. (1a) Dalam hal badan usaha tertentu sebagaimana dimaksud pada yat (1) huruf e angka 3) melalcukan perubahan nama badan ‘ustha, badan usaha tertentu tersebut tetap ditunjuke sebagai ‘pemungut pajale sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008. (1b) Dalam hal badan usaha tertentu sebagaimana dimaksud pada fyat (1) huruf e angka 3) tidak lagi dimilki secara langsung oleh bbadan usalia mili negara, badan usaha tertenty dimaksud tidak lagi ditunjuk sebagai pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasian sebagaimana telah beberapa kali diubull terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (2) Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja sebagaimana dimalksud pada ayat (1) hurufe, adalah industri baja yang merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan industri hil. (9) cin usaha pertambangan sebagaimans dimaksud pada ayat (1) hhurufj adalah sebagaimana dimelesud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan mineral dan batt bara. 2. Diantara Pasal 1 dan Pasal 2 disisipkan Pasal 1A, yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 1A (0) Besamnya pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ditetapkan sebagai berikut: fa. Atas pemungutan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 1. impor: fa) berang tertentu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.010/2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain, sebesar 10% (eepuluh persen) ari nilai impor; 1) barang tertentu lainnya sebagaimana tereantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.010/2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Schubungan dengan Pembayaran tas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang [mpor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain, sebesar 7,5% (tujuh koma. lima, persen) dari nila impor; 6) selain barang tertenta dan barang tertentu lainnya sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan huruf b), yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API), sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari nila impor, ecuali atas impor kedelai, gandum, dan tepung teriga sebesas 0,5% (no! koma lima persen} dar lal impor; 4d) selain barang tertentu dan barang tertentu lainnya sebagaimana dimaksud pada huruf a) dan huruf b), yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API, ‘sebesar 7.5% (tujuh koma lima persen} dari nflai impor; dan/stau )_barang yang tidak dikuasai, sebesar 7,5% (tujub koma Tima persen) dari harga jual lelang: 2. ckspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan ‘mineral bukan logam, sesuai uraian barang dan pos tariff Harmonized System (HS) sebagaimana tercantum dalam Lampiran Il Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.010/2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Schubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang ddan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain, oleh cksportir kecuall yang dilakukan oleh Wajid Pajak yang terikat dalam perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya sebesar 41.59% (satu koma lima persen) dari nilai ckspor sebagaimana tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barong. ». Atas pembelian barang sebagaimana dimalsud dalam Pasal 1 fayat (1) buruf b, buruf c, huruf d, dan pembelian barang dan/atau bahan-bahan untuk keperluan kegiatan usaha ‘sebagaimana dimaksid dalam Pasal 1 ayat (1) hurufe, sebesar 1,59 (satu koma lima persen} dari harga pembelian tidale ‘ermasuk Pajak Pertambahan Nil ‘Atas penjualan bahan bakar minyak, balan bakar gas, dan pelumas olch produsen atau importir bahan bakar minyak, ‘bahan bakar gas, dan pelumas adalah sebagai berieut: 1. bahan bakar minyak sebesar: 4) 0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambehan Nilai untuk penjuslan kepada stasiun pengisian bahan balar ‘umum Pertamina; ) 0.3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambaban Nilai untuk penjualan ‘kepada stasiun pengisian bahan bakar umum bukan Pertamina; ©) 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjuslan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai untuk penjualan kepada pihale selain sebagaimana dimalesud pada huruf a) dan huraf bj; 2, bahan bakcar gas schesar 0,3% (nol koma tiga persen) dari ‘penjualan tidak termasuk Pajak Pertambahan Nila; 8, pelumas sebesar 0,3% (nol koma tiga persen) dari penjualan tidak termasuk Pajak Pertambaban Nila ‘Atas penjualan hasil produksi kepada distributor di dalam rnegeri oleh badan usaha yang bergerake dalam bidang usaha industri semen, industri Kertas, industri baja, industri otometif, dan industri farmasi 1. penjualan semua jenis semen sebesar 0,25% (nol koma dua lub lima persen}; 2. penjualan kertas sebesar 0,1% (nol koma satu persen}; 3, penjualan baja sebesar 0,3% (nol koma tiga persen}; 4, penjualan semua jenis Kendaraan bermotor beroda dua atau lebih sebesar 0,45% (nol koma empat puluh lima persen}; ‘5. penjualan semua jens obat sebesar 0,3% (nol koma tiga persen}, ‘dari dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nila ‘Atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri oleh Agen ‘Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendaraan bermotor scbesar 0,45% {nol koma empat puluh lima persen) dari dasar pengensan aja Pertambahan Nil ‘Atas pembelian bahan-bahan Untuk keperluan industri atau ‘ekspor oleh badan usaha industri atau eksportir yang bergeralc dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, petermakan, ddan perikanan, sebesar’0,25% (nol koma dua puluh lima persen) dari harga pembelian tidak termasuk Pajake Pertambahan Nia fg Atas pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha ppertambangan oleh industri atau badan usaha sebesar 1,5% {satu setengan persen) dari harga pembelian tidak termasulk Pak Pertambahan Nia hh. Atas penjualan emas batangan olch produsen emas batangan, sebesar 0,45% (nol koma empat puluh lima persen) dari hargs juual emas batangan. (2) Nila impor sebagaimans dimaksud pada ayat (1) hurufa angka 1 fadalah nilat berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuak yaitu Cost insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan kketentuan peraturan perundang-undangan kepabeanan di bidang impor. (@) Nilai ekspor sebagaimana tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang sebageimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ‘angka 2 adalah nilai Free on Board (FOB), (4) Besarnya tarif pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) vyang diteraplean terhadap Wajib Pajake yang tidak memiliki Nomor Pook Wajib Pajak lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjulkkan Nomor Pokok Wafib Pajal (©) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaiw untuk ‘pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 yang bersifat tidak final, (6) Besarnya pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian ‘bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor oleh Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) hhuruf # yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan adalah sesuai ketentuan Ssebagaimana dimalesud pada ayat (I) huruf 8. Ketentuan Pasal 3B diubah, sehingga Pasal 3B berbunyi sebagai Deri Pasal 3B (0) Dikecuatikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22: a. impor barang dan/atau penyerahan barang yang berdasarkan keetentuan peraturan perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan >. Impor barang yang dibebaskan dasi pungutan Bea Masule ddan atau Pajake Portambahan Nila: 1, barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya, ‘yang bertugus di Indonesia berdasarkan asas timbal baliky 2. barang untuk keperiuan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak emegang pasper Indonesia yang diakeul dan terdaftar alam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur 10, nL. 12, 13. 14, mengenai tata cara pemberian pembebasan bea masule ddan cukat alas impor barang untuk keperiuan badan internasional beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia; Darang kiriman hadiah/hibah untuk keperiuan ibadab ‘umum, amal, osial, kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana; Darang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum; Darang untuk keperiuan penelitian dan pengembangan ‘imu pengetahuan; Darang untuk keperhuan khusus kaum tunanetra dan ‘penyandang cacat lainnya; peti atau kemasan lain yang berist jenazah atau abu Jenazaby; Darang pindahan; barang pribadi penumpang, awa sarana penganekut, polintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertenta sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepabeanan; bbarang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Deerah yang ditujukan untuk kepentingan persenjataan, amunisi, dan perlengkapan milter, fermasuk sul cadang yang diperuntukkan bagi ‘eperluan pertahanan dan keamanan negara; arang dan bahan yang dipergunakan untuk ‘menghasilkan barang bagi keperluan pertabanan dan -keamanan negara; vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN), Dbuku ilmu pengetahuan dan teknologi, buku pelajaran jumum, Kitab suei, buku pelajaran agama, dan buku ima pengetahuan Iainnyas ‘kapal laut, kapal angkutan sung, kapal angkutan dana ddan kapal englutan penyeberangan, kapal pandu, kapal funda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadangnya, serta alat Keselamatan pelayaran dan slat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara asa Kepelabuban Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan uusahanya; 16, pesawat udara dan suk cadangnya seria alat kkeselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia, peraiatan untule perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Nigga Nasional, dan suku cadangnya, serta peralatan ‘untule perbaikan atatt pemeliharaan pesawat udara yang iimpor olen pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan ‘Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakean dalam rangka pemberian jasa perawatan dan reparasi pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional; 17, Kereta api dan suis cadangnya serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan seria prasarana perkerctaapian yang diimpor dan digunakan oleh badan tsaha penyelenggara sarana perkeretaapian mum dan/atau badan usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian umum, dan komponen atau Dahan yang impor oleh pibak yang ditunjuk oleh badan usaha penyelengeara sarana perkeretagpian umum dan/atau badan usaha penyclenggara prasarana perkeretagpian lummum yang digunakan untule pembuatan kereta api, suk cadang, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan, serta prasarana perkeretaapian yang akan Gigunakan oleh badan usaha penyelenggara sarana perkerctaspian mum dan/atau bedanusaha penyelenegara prasarana perkerctaapian umum; 18, peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh ‘Kementerian Pertahanan atau Tentara Nasional Indonesia ‘untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendulsung pertahanan Nasional, yang diimpor oleh Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional. Indonesia fatau pihak yang ditunjuk oleh Kementerian Pertahanan ‘tau Tentara Nasional Indonesia; 19, barang untuk kegiatan hulu minyak dan gas bumi yang. importasinya dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama; dan/atau 20, barang untule kegiatan usaha’panas bum | Impor sementara, jika pada wakta impornya nysta-nyata dimalesudkan untulk diekspor kembal Impor Kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk. Ikeperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenubi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cul, Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut _pajake sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf oc, huruf d, hurufe, huruf i dan hurufj berkenaan dengen: 1. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak. ‘sebagaimana dimalesud dalam Pasal 1 ayat (1} huruf by hhuruf c, dan uraf ¢ yang jumlahnya paling banyale Rp2,000,000,00 (dua juta rupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah; 2. pembayaran yang dilakukan oleh pemungut psjak Sebageimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf € yang jumlahnya paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh jutarupiah) dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah; 3. pembayaran untuk ‘3} pembelian behan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda pos: dan/atau by pemakeaian air dan listrik 4. pembayaran untuk pembelian minyale bumi, gas bumi, an/atau produle sampingan dari kegiatan usaha hulu di Didang minyak dan gas bumi yang dihasilkan di Indonesia ari 9) kontraktor yang melaleukain eksplorasi dan eksploitast Derdasarkan kontrak kerja sama; atau ) Kantor pusat kontrakior yang melakukan elsplorasi dan eksploitast berdasarkan kontrale kerja sama; 5, pembayaran untuk pembelian panas bumi atau listrik hhasil pengusahaan panas bumi dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang usaha panes bumi berdasarkan kontrale kerja sama pengusabaan sumber aya panas bums 6 pembayaran tas pemmbelian bahan-bahen untul kkeperluan industri atau ekspor oleh badan usaha industri ‘atau cksportir yang bergerake dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, petemnakan, dan perikanan Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf i yang jumlahnya paling banyak Rp 20.000.000,00 (dua ppulu juta rupiah) tidale termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan tidak merupakan pembayaran yang terpocah- pecal 7. pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan Jogam dari badan atau orang pribadi pemegang iz usaha pertambangan sebagaimana dimakesud dalam Pasal 1 ayat (0) burut j yang telah dipungut Pajak Penghasilan Pasal 22 atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan untule ieeperluan kegiatan usaha oleh Badan Usaha Mili Negara {impor emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan Darang perhiasan dari emas untuk tujuan ckspor. & Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). ‘h, Penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri yang dilakukan, oleh industri otomotf, Agen Tunggal Pemegang Merek (TPM), {Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum kendarsan bbermotor, yang telah dikenai pemungutan Pajak Penghasilan berdasarkan Ketentuan Pasal 22 ayat (1) huruf © Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomer 36 Tahun 2008 dan peraturan pelaiceanaannya, i, Penjuslan omas batangan oleh badan ussha yang memproduksi emas batangan sebagaimana dimaksud dalam Pagal 1 ayat (1) huruf k kepada Bank Indonesia, (2) Pengecwalian dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas bbarang impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tetap berlalsa dalam hal barang impor tersebut: ‘2 dikenakan taif bea masuk sebesar 0% (nol persen); atau », tidak dipungut Pajak Pertambahan Nila @) Ponermiatian sehagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan Tura? f dinyataken dengan Surat Keterangan Bebas Pajale Penghasilan Pasal 22 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak (4) Pengecualian schagsimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, hurut ¢, huruf g, huraf h, dan huruf i dilakukan tanpa Surat Keterangan Bebas (SKB). (6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan Ihuruf © dan ayat (2) dlaksanakan oleh Direktorat Jenderal Bea ddan Cukai yang tata caranya diatur oleh Direktur Jenderal Bea ddan Culkai dan/atnu Direktur Jenderal Pajak. 4, Ketentuan Pasal 4 diuba, eehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berileut: Pasal 4 (1) Permungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 ates impor barang dlilaksanakan dengan cara penyetoran oleh: ‘a. importir yang bersangleutan; atau be. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devise, atau bank yang ditunjul oleh Menteri Keuangan. (1s) Permungutan Pajake Penghasilan Pasal 22 atas ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dlilaksanakan dengan cara penyetoran oleh eksportir yang bersanghautan ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau ‘bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, (2) Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 olch pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, huraf e, dan huruf d, wajib disetor oleh pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajal yang telah Giisi alas nama tekanan serta ditandatangant oleh pemungut pajake (9) Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 oleh pemungut pajak sebagaimana dimalesud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf e, huruf f, hhuruf g, huruf h, huruf j, huraf j, dan huruf k wajib disetor oleh pemungut ke kes negara melalui’ Kantor Pos, bank devise, atau ‘bank yang ditanjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan ‘Surat Setoran Pajak. (4) Techadap bukti penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (la), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan pemeriksaan formil bukti penyetoran pajak tersebut sebagai oicamen pelengkap pemberitahuan pabean elcspor dan dljadikan dasar pelayanan ekspor. (8) Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 oleh eksportir yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) dilakukan enpast micugguuishan Durat Setoran Pyjak dengan leetentuan sebagai berikut: a. diisi dengan identitas eksportr yang bersangutan; >. dalam olom Uraian Pembayaran diisi dengan Nomor Pengajuan Pemberitahuan Bkspor Barang. (6) Bukti penyetoran pajak yang digunakan sebagai doicumen pelengkap pemberitahuan pabean ekspor sebagaimana dimaksud pada ayat (#) adalah Surat Setoran Pajak yang telah tertera Nomor ‘Transakesi Penerimaan Negara. (7) Bksportir yang bersangleutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) wajib mengisi Lembar Lanjutan Pemberitahuan Ekspor Barang sesuai ketentuan Kepabeanan yang berlaicu, dengan zeetentuan sebagai belt: 2. dalam kolom Jenis Doksumen dist dengan ‘Surat Setoran Pajale* atau *SSP"; 1b. dalam kolom Nomer Dokumen diisi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang tertera dalam Surat Setoran Pajak; dan dalam kolom Tanggal Doisamen dlisi dengan tanggal Nomor ‘Transakei Penerimaan Negara 5, Ketentuan Pasal 5 diubal, sehingga Pasa 5 berbunyi sebagai berieut: Pasal 5 (1) Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22 olch importir, ekeportir komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan pemungut pajaie ‘sebagaimana dimalesud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf @ dilakukan dengan menggunakan formulir Surat Setoran Pajak yang berlaku sebagai bukti pemungutan pajak. (2) Pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Passl 1 ayat (1) hhuruf e, huruf f, huraf g, huruf h, huraf i, hurufj, dan hrf ke ‘wajib menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dalam rangkap 3 (tga), yaitu 44, lembar kesatu untuk Wajib Pajak yang dipungut; . lembar kedua sebagai lampiran laporan bulanan kepada Kantor Pelayanan Pajak (dlampirkan pada Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 22); dan ce lembar ketiga sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan (@) Bksportir Komoditas tambang batubara, mineral logam, dan ‘mineral bukan logem, scbagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyerahkan asii lembar ke-5 Surat Setoran Pajak yang telah tertera Nomor Transaksi Penerimaan Negara sebagai dolcumen pelengkap pemberitahuan pabean ekspor. Pasal 1 Pevanuran Dircktur Jenderal Pajale ini mulai berlaka sejake tanggal 8 Agustus 2015, Ditetapkan di Jakarta pada tanggal § Agustus 2015 DIREKTUR JENDERAL PAJAK, ted, ‘SIGIT PRIADI PRAMUDITO Salinan sesuai dengan aslinya ‘SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

You might also like