You are on page 1of 6

HUBUNGAN PENGGUNAAN GARAM BERYODIUM

DENGAN PERTUMBUHAN LINIER ANAK

Mazarina Devi

Jurusan Teknologi Industri Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang


e-mail: mazrina_dm@yahoo.com

Abstract: In developing countries, the stunted prevalence happened to children is very high. The
malnutrition discussion based on body height according to age showed that there are still 30-40%
of infants in Indonesia is classified into short. The poor nutrition during infantile will continue to
disorder on school-age childrens growth. About 36.1% of school-age children experience
malnutrition. The study result showed that the growth of elementary school-age children in the
endemic area of Disorder from Sodium Deficiency (Gangguan Akibat Kurang Iodium/GAKI)
tends to be worse than the same age in non-endemic are. The purpose of this study was to identify
the relation of salted with sodium consumption toward the linear growth of children. The design of
this study was Cross Sectional. Factors which became independent variables in this analysis were:
childrens age, childrens sex, mothers age, fathers length of education, mothers length of
education, fathers occupation, mothers occupation, numbers of family member, as well as the
usage of salt with sodium and dependent factor of childrens linear growth. The result of the
analysis showed that the insufficient consumption of salt with sodium contributed to childrens
growth. On the families who did not consume sufficient salt with sodium, the growth of stunted
children is bigger than the families who consumed enough salt with sodium, but it is not
significant. The consumption of milk and egg contributed more significantly to childrens growth.

Abstrak: Pada negara berkembang, prevalensi stunted yang terjadi pada anak-anak sangat tinggi.
Kajian gizi kurang berdasarkan tinggi badan menurut umur masih sekitar 30-40% anak balita di
Indonesia diklasifikasikan pendek. Keadaan gizi yang tidak baik pada usia balita akan berlanjut
pada gangguan pertumbuhan anak usia sekolah, sekitar 36,1% anak usia sekolah menderita gizi
kurang. Berdasarkan hasil studi menunjukkan bahwa pertumbuhan anak baru sekolah dasar di
daerah endemik Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) cenderung lebih buruk dari pada usia
yang sama di daerah non-endemik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
penggunaan garam beryodium terhadap pertumbuhan linier anak. Design penelitian ini adalah
Cross sectional. Faktor yang menjadi variabel independent dalam analisis ini masing masing
terdiri: umur anak, jenis kelamin anak, umur ibu, lama pendidikan ayah, lama pendidikan ibu,
pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, serta penggunaan garam beryodium dan
faktor dependent pertumbuhan linier anak. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan garam
beryodium tidak cukup memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan anak. Pada keluarga yang
menggunakan garam tidak cukup mengandung yodium, maka pertumbuhan anak stunted lebih
besar daripada yang menggunakan garam cukup beryodium, tetapi tidak signifikan. Konsumsi
susu dan telur memberikan hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan anak.

Kata kunci: anak, pertumbuhan linier, garam beryodium, susu, telur

Kebutuhan gizi yang berperan dalam tumbuh yang penting di dalam laju pertumbuhan linier
kembang anak secara garis besar mencakup anak adalah Yodium (Handayani,M., 2003).
kebutuhan akan air, kalori, karbohidrat, protein, Yodium adalah sejenis mineral yang
lemak, mineral dan vitamin. Salah satu mineral terdapat di alam, baik di tanah, maupun di air,
merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk

52
Mazarina Devi, Hubungan Penggunaan Garam Beryodium Dengan Pertumbuhan Linier Anak 53

pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup. daerah pedesaan, setiap propinsi dibagi menjadi
(Lopriore dkk, 2004). Yodium diperlukan untuk 3-6 zone (wilayah).
membentuk hormon tiroksin yang diperlukan Data dikumpulkan dengan menggunakan
oleh tubuh untuk mengatur pertumbuhan dan kuesioner yang telah diberi kode yang meliputi
perkembangan mulai dari janin sampai dewasa. status sosial ekonomi dan status gizi balita.
(Waterlow JC. 1998). Yodium diperoleh dari Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
mengkonsumsi makanan dan minuman berada faktor faktor yang berhubungan dengan penggu-
dalam bentuk ion Yodium, dan besarnya naan garam ber-Iodium, maka data yang dikum-
bergantung dari kadar yodium dalam tanah. pulkan pada studi ini meliputi umur anak, usia
Menurut WHO (1997) , kebutuhan harian orang tua, tingkat pendidikan ayah dan ibu,
akan yodium adalah 50 mg/hari pada umur 0 pekerjaan ayah dan ibu, jumlah anggota
12 bulan, 90 120 mg/hari pada umur sampai 11 keluarga, dan selanjutnya dilihat hubungan peng-
tahun, 150 mg/hari pada remaja dan dewasa dan gunaan garam ber-Iodium dengan pertumbuhan
200 mg/hari pada ibu hamil / laktasi (Budiman, linier anak.
1993). Perilaku ibu dalam memiih garam akan Analisa data dilakukan secara bertahap
menentukan onsumsi yodium pada rumah mulai dari cara sederhana (distribusi dan tabel
tangga. silang) sampai pada penyusunan model regresi
Hipotiroidisme pada anak merupakan salah ganda (regresi logistik) menggunakan program
satu dampak GAKI. Makin tinggi kadar TSH SPSS Data.
makin berat masalah hipotiroid yang diderita
anak.Akibatnya makin sedikit jumlah hormon HASIL DAN PEMBAHASAN
tiroksin yang diproduksi kelenjar tiroid. Tiroksin
berperan dalam metabolisme semua zat gizi yang Karakteristik Anak
dibutuhkan tubuh. Di masa kanak-kanak pertum-
buhan kelenjer tiroid paralel dengan pertum- Jenis kelamin anak yang dianalisis sebagian
buhan badan (Juan A R dkk, 2001). besar berjenis kelamin laki-laki yaitu mencapai
sekitar 51,4% di kota dan 50,8% di desa dengan
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan
usia 18 bulan sampai 36 bulan dimana di desa
disimpulkan bahwa pertumbuhan anak baru
sebesar 53,5% dan di kota 53,2%. Penggunaan
sekolah dasar di daerah endemik Gangguan
garam beryodium cukup dan tidak cukup pada
Akibat Kurang Iodium (GAKI) cenderung lebih
rumah tangga di desa dan di kota yang memiliki
buruk dari pada usia yang sama di daerah non-
anak balita laki laki relatif sama. Begitu juga
endemik (Aritonang, 2005). Namun bila dilihat
dengan jenis kelamin perempuan baik di desa
hasil survai konsumsi garam beryodium yang
maupun di kota relatif sama (Tabel 1).
dilaksanakan Badan Pusat Statistik (BPS) sejak
tahun 1996 - 2002 menunjukkan bahwa kenaikan Berdasarkan usia anak, penggunaan garam
persentase rumah tangga yang mengkonsumsi tidak cukup (<30 ppm) di desa lebih besar
garam ber-Iodium dengan kadar yodium cukup daripada penggunaan garam beryodium cukup
(= 30 ppm) belum begitu berarti, yaitu dari (30 ppm) yakni 53,6 % sedangkan yang cukup
58.1% pada tahun 1996 sampai 68.53% pada 53,0%, untuk anak usia 18 sampai 36 bulan.
tahun 2002. Berdasarkan survey nasional , garam Pada anak usia di atas 36 bulan, penggunaan
beryodium sampai dengan tahun 2003 dikon- garam tidak cukup mengandung yodium juga
sumsi oleh 73,2% rumah tangga secara adekuat. lebih kecil daripada penggunaan garam cukup
mengandung yodium (terlihat pada Tabel 1)
Tidak berbeda dengan di desa, di kota
METODE
penggunaan garam tidak cukup (<30 ppm) lebih
Penelitian ini adalah penelitian survey besar daripada beryodium cukup (30 ppm)
dengan disain penelitian crossectional. Penelitian yakni 53,7% sedangkan yang cukup 53% pada
ini dilakukan di 7 propinsi di Indonesia dimana anak usia 18 sampai 36 bulan. Pada anak usia di
jumlah penduduk di propinsi-propinsi tersebut atas 36 bulan, penggunaan garam tidak cukup
mencakup 70% dari total penduduk Indonesia mengandung yodium juga lebih kecil daripada
yaitu propinsi Lampung, Banten, Jawa Barat, penggunaan garam cukup mengandung yodium,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat yaitu 46,3% dan 47%.
(Lombok) dan Sulawesi Selatan. Data dari Jenis kelamin tidak menunjukkan adanya
hubungan dengan penggunaan garam cukup
54 Jurnal TIBBS (Teknologi Industri Boga dan Busana) Vol. 3 No. 1 Maret 2012 :52-57

beryodium atau tidak cukup mengandung Usia ibu sebagian besar berusia di atas 25
yodium baik di kota maupun di desa. Begitu juga tahun (67,2% di desa, 68,2% di kota). Penggu-
dengan usia di mana penggunaan garam cukup naan garam beryodium tidak cukup lebih besar
mengandung yodium maupun tidak cukup dibandingkan dengan keluarga yang menggu-
mengandung yodium juga tidak menunjukkan nakan garam cukup beryodium pada rumah
adanya hubungan. tangga dengan usia ibu di bawah 25 tahun. baik
di desa maupun di kota (Tabel 2). Sedangkan
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian pada usia ibu 25 tahun atau lebih, penggunaan
garam yang tidak cukup menggandung yodium
Garam baik di kota maupun di desa lebih kecil daripada
Tidak Ya X X
Variabel Desa Kota Desa Kota De Ko penggunaan garam cukup mengandung yodium.
(%) (%) (%) (%) sa ta Tinggi ibu terbesar terdapat pada tinggi
Jenis kelamin dibawah 150 cm untuk di desa, sedangka di kota
Laki-laki 51,3 49,3 50,5 51,9 0,9 2,5 terbesar terdaapt pada tinggi di atas 150 cm.
48,7 50,7 49,5 48,1 0 9
Perempuan Tinggi ibu tidak memberikan hubungan yang sig-
Usia nifikan terhadap penggunaan garam beryodium.
18 36bulan 53,6 53,7 53,0 53,0 1,2 0,1
46,4 46,3 47,0 47,0 0 7
> 36 bulan
Pekerjaan dan Pendidikan Orang Tua
Karakteristik Keluarga Jenis pekerjaan ayah pada umumnya adalah
sebagai buruh, baik di desa maupun di kota
Jumlah anggota keluarga terbesar berjumlah
lebih dari 4 orang baik di desa maupun di kota. kumuh dan miskin. Ibu pada umumnya bekerja
sebagai buruh (di desa), sedangkan di kota
Di desa pada keluarga yang jumlah anggotanya 4
memilih tidak bekerja atau sebagai ibu rumah
atau kurang, penggunaan garam beryodium tidak
cukup lebih kecil daripada cukup daripada yang tangga.
menggunakan garam cukup beryodium, sedang- Pada ayah yang memiliki jenis pekerjaan
kan untuk keluarga yang jumlah anggota kelu- sebagai buruh dan petani, memperlihatkan
arganya lebih dari 4 orang, penggunaan garam penggunaan garam yang tidak cukup mengan-
tidak cukup beryodium lebih besar daripada yang dung yodium lebih besar dibandingkan dengan
menggunakan garam beryodium cukup. keluarga yang menggunakan garam cukup beryo-
dium, baik di desa maupun di kota. Bagi ayah
Di kota, keluarga yang jumlah anggota
yang bekerja sebagai pedagang dan PNS/ABRI,
keluarganya 4 orang atau kurang, penggunaan
penggunaan garam cukup mengandung yodium
garam tidak cukup mengandung yodium lebih
lebih besar daripada yang tidak cukup mengan-
besar daripada yang cukup, sedangkan pada
keluarga yang jumlah anggota keluarganya lebih dung yodium.
dari 4 orang, yang mengkonsumsi garam tidak Hal tersebut juga terlihat pada jenis
cukup mengandung yodium lebih kecil diban- pekerjaan ibu, dimana ibu yang memiliki jenis
dingkan daripada keluarga yang menggunakn pekerjaan sebagai buruh dan petani, memper-
garam cukup mengandung yodium (Tabel 2). lihatkan penggunaan garam yang tidak cukup
mengandung yodium lebih besar dibandingkan
dengan keluarga yang menggunakan garam
Tabel 2. Karakteristik Keluarga cukup beryodium, baik di desa maupun di kota,
Penggunaan Garam sedangkan ibu yang bekerja sebagai pedagang
Beryodium
X X
dan PNS/ABRI, penggunaan garam cukup
Tidak Ya mengandung yodium lebih besar daripada yang
Variabel De Ko
De Ko De Ko
sa ta sa ta
sa ta tidak cukup mengandung yodium.
(%) (%) (%) (%) Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan
Besar Keluarga ada hubungan yang signifikan antara jenis
4 orang 38,9 44,7 39,3 42,1 0,28 0,12
> 4 orang 61,1 55,3 60,7 57,5 pekerjaan ayah dan ibu terhadap konsumsi garam
Usia Ibu beryodium di kota, sedangkan di desa tidak
25 tahun 36,0 32,9 30,6 31,0 554,45 8,57 menunjukkan hubungan yang signifikan.
> 25 yahun 64,0 67,1 69,4 69
Tinggi badan ibu
150 cm 52,5 48,9 49,9 49,0 10,77 0,01
> 150 cm 47,7 51,1 50,1 50,0
Mazarina Devi, Hubungan Penggunaan Garam Beryodium Dengan Pertumbuhan Linier Anak 55

Tabel 3. Pekerjaan dan Pendidikan Orang Tua Di kota, ibu yang pendidikannya SD,
penggunaan garam cukup mengandung yodium
Penggunaan Garam
Beryodium lebih kecil dari pada penggunaan garam yang
Variabel
Tidak Ya X X tidak cukup mengandung yodium. sedangkan
De- Ko- De- Ko- Desa Kota pada tingkat pendidikan SMP dan SMA,
sa ta sa ta
(%) (%) (%) (%) penggunaan garam cukup beryodium lebih besar
Ayah daripada yang tidak cukup yodium. Hal ini
Petani 26,9 2,5 21,3 2,0 menunjukkan bahwa pendidikan ibu cenderung
Buruh 52,6 72,6 46,5 64,0 berhubungan dengan penggunaan garam cukup
Pedagang 11,9 9,0 14,9 10,5
mengandung yodium.
PNS/ABRI 8,6 13,1 17,3 20,1 339,45 42,49*
Ibu Dari hasil satu studi diketahui bahwa ada
Tidak - 83,8 - 82,2 hubungan antara tingkat pendidikan responden
bekerja dengan ketersediaan garam beryodium di rumah
Petani 10,1 - 7,2 -
tangga. Studi tersebut menunjukkan bahwa
Buruh 82,1 7,6 81,0 7,0
makin tinggi tingkat pendidikan responden
Pedagang 6,3 7,3 8,4 8,4
PNS/ABRI 1,5 1,3 3,4 2,3
makin baik pula ketersediaan garam beryodium
120,68 11,60*
di rumah tangga. Sebaliknya semakin rendah
Pendidikan :
Ayah
tingkat pendidikan responden maka ketersediaan
SD 58,8 37,2 41,4 32,0 garam beryodium makin tidak baik. Pendidikan
SMP 16,5 25,5 20,4 24,8 ibu mempunyai hubungan yang positif dengan
SMA 24,7 37,3 38,2 43,2 0,533 16,69 mutu gizi makanan keluarga ( Handayani, 2003).
Ibu Pendidikan yang rata-rata masih rendah
SD 70,3 55,0 50,1 44,7
SMP
khususnya di kalangan wanita merupakan salah
17,1 23,2 23,1 25,7
SMA satu masalah pokok yang berpengaruh terhadap
12,7 21,8 26,8 29,6 0,772 0,56*
masalah kesehatan. Pendidikan akan memudah-
kan seseorang mendapatkan informasi yang
Pendidikan ayah di desa tertinggi adalah berguna untuk memperoleh kemudahan-kemu-
pada tingkat SD yaitu sebesar 48,5%, sedangkan dahan. Karena itu seseorang yang berpendidikan
pendidikan ayah di kota terbesar pada tingkat di samping dapat memahami maksud dan tujuan
SMA atau sampai perguruan tinggi yaitu sebesar dilaksanakannya suatu kegiatan, juga dapat
41,7%. Pada pendidikan ibu, baik di desa menganalisis kegiatan yang lebih mendatangkan
maupun di kota tertinggi adalah sampai SD. Bila manfaat, sedangkan masyarakat berpendidikan
dilihat dari Tabel 3, penggunaan garam tidak rendah karena ketidaktahuannya menyebabkan
cukup mengandung yodium pada ayah yang mereka tidak selektif (Neumann CG , 1994).
pendidikkannya sampai SD atau kurang lebih
besar dari pada penggunaan cukup garam
Hubungan Penggunaaan Garam Beryodium dan
beryodium. Sedangkan pada tingkat pendidikan
Pertumbuhan Anak
SMP dan SMA, penggunaan garam cukup
beryodium lebih besar daripada yang tidak cukup Dari hasil tabulasi silang diperoleh bahwa
mengandung yodium (desa). status gizi berdasarkan TB/U pada keluarga yang
Pendidikan ayah di kota, yang pendidikkan penggunaan garam beryodium tidak cukup (<30
SD dan SMP, penggunaan garam cukup ppm), status gizi kurang lebih besar dari-pada
mengandung lebih kecil dari pada penggunaan gizi baik. Sedangkan untuk keluarga yang
garam yang tidak cukup mengandung yodium. mengkonsumsi garam cukup beryodium ( 30
Sedangkan pada tingkat pendidikan SMA, ppm), status gizi baik lebih besar baik di desa
penggunaan garam cukup beryodium lebih besar maupun di kota ( Tabel 4 ).
daripada yang tidak cukup yodium. Hal tersebut Berdasarkan hal di atas menunjukkan
juga terjadi pada tingkat pendidikan ibu, dimana bahwa penggunaan garam beryodium mempe-
ibu yang tingkat pendidikannya sampai SD, ngaruhi status gizi anak (TB/U) karena yodium
penggunaan garam yang tidak cukup mengan- salah satu zat gizi yang berperan dalam
dung yodium di desa lebih besar daripada yang pertumbuhan. Senyawa T3 berfungsi mengontrol
cukup mengandung yodium. Sedangkan pada laju metabolisme basal sel. Selama terjadi proses
tingkat pendidikan SMP dan SMA, penggunaan tumbuh kembang, yodium sangat dibutuhkan
garam cukup beryodium lebih besar daripada yang untuk membantu produksi senyawa T3. Apabila
tidak cukup mengandung yodium.
56 Jurnal TIBBS (Teknologi Industri Boga dan Busana) Vol. 3 No. 1 Maret 2012 :52-57

kadar senyawa T3 kurang akibat kebutuhan adalah pendidikan ibu, pekerjaan ayah dan
yodium yang tidak tercukupi, maka laju pekerjaan ibu di perkotaan kumuh dan miskin.
metabolisme basal sel akan rendah, sehingga
proses tumbuh kembang menjadi terganggu dan
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Logistik
terhambat.
Faktor Nilai P OR 95% Cl
Pendidikan Ibu 0.000 1.202 1.130-
Tabel 4. Hubungan antara Status Gizi dan 1.278
Penggunaan Garam Pekerjaan Ayah 0.001 1.101 1.041-
1.165
Status Gizi (TB/U) X Pekerjaan Ibu 0.176 1.034 0.985-
> - 2SD < -2 SD X 1.085
Variable
Desa Kota Desa Kota Desa Konstanta 0.000
(%) (%) (%) (%) Kota
168,6
Tidak <30 ppm 36,6 29,8 46,4 31,8
2,1 Dari Tabel 5 terlihat bahwa pendidikan ibu
Ya 30 ppm 63,4 68,2 53,6 66,1 yang tinggal di daerah kota kumuh dan miskin
memberikan peluang 1,201 kali menggunakan
garam cukup mengandung yodium. Pekerjaan
Dari beberapa studi dikemukakan bahwa ayah yang tinggal di daerah kota kumuh dan
kekurangan yodium dapat berakibat antara lain miskin memberikan peluang 1,101 kali menggu-
pada gangguan pertumbuhan fisik dan keterbe- nakan garam cukup mengandung yodium, begitu
lakangan mental (Zahraini, 2009). Pada penderita juga dengan pekerjaan ibu memberikan peluang
GAKY bukan kretin akan mengalami penurunan 1,034 kali menggunakan garam cukup mengan-
poin sebesar 10 dibawah normal sedangkan pada dung yodium.
penderita gondok akan mengalami penurunan
sebesar 5 dibawah normal. Dengan demikian
jumlah seluruh defisit mental di Indonesia SIMPULAN
disebabkan GAKY adalah 122,5-130 juta IQ Penelitian ini memberikan beberapa kesim-
poin (Jalal,1998). Penderita GAKY akan pulan yaitu:
mengalami gangguan metabolisme sehingga Jenis pekerjaan ibu dan ayah berhubungan
badannya merasa dingin dan lesu akan berat dengan penggunaan garam mengandung cukup
rendahnya produktivitas kerja (Aritonang E dan yodium, begitu pula dengan tingkat pendidikan
Evinaria (2004). ibu dan ayah baik yang tinggal di desa maupun
Menurut gangguan yang terjadi akibat di kota.
kekurangan yodium antara lain gangguan Penggunaan garam mengandung cukup
pertumbuhan fisik dan keterbelakangan mental. yodium berhubungan dengan pertumbuhan linier
Gangguan fisik meliputi pembesaran kelenjar anak. Pada anak yang konsumsi garam mengan-
tiroid (gondok) dan kreatin (kerdil), sedangkan dung tidak cukup yodium, akan mengalami
gangguan keterbelakangan mental termasuk pertumbuhan linier yang tidak normal. Tinggi
berkurangnya kekurangan tingkat kecerdasan anak lebih pendek dibandingkan dengan anak
anak Zahraini, 2009). Gangguan kekurangan yang mengkonsumsi garam cukup mengandung
yodium selanjutnya dapat berakibat pada rendah- yodium.
nya prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya
Pendidikan ibu, pekerjaan ayah dan peker-
produktifitas kerja pada orang dewasa serta tim-
jaan ibu adalah faktor yang berhubungan dengan
bulnya berbagai permasalahan sosial ekonomi
penggunaan garam cukup beryodium. Rendah-
masyarakat yang dapat menghambat pemba-
nya pendidikan ibu mempengaruhi pengetahuan
ngunan (Depkes, 2005).
gizi dalam penggunaan garam beryodium.
Perlunya penyuluhan mengenai pentingnya
Analisis Multivariat penggunaan garam beryodium bagi pertumbuhan
Analisis multivariat dilakukan pada penggu- anak, terutama pada pemerintah daerah. Pendi-
naan garam beryodium dengan karakteristik dikan gizi kepada ibu sebagai orang yang berke-
anak, karakteristik ibu, pekerjaan orangtua serta pentingan dalam pengolahan menu keluarga,
pendidikan orangtua. Dari variabel tersebut, yang perlu ditingkatkan untuk meningkatkan status
memberikan hasil yang berbeda signifikan gizi anak terutama di desa.
Mazarina Devi, Hubungan Penggunaan Garam Beryodium Dengan Pertumbuhan Linier Anak 57

DAFTAR RUJUKAN Lopriore, Yamina Guidoum, Andr Briend and


Francesco Branca . 2004. Spread fortified
Aritonang, E. dan Evinaria. Pola Konsumsi with vitamins and minerals induces catch-
Pangan, Hubungannya Dengan Status up growth and eradicates severe anemia
Gizi Dan Prestasi Belajar Pada Pelajar in stunted refugee children aged 36 y .
Sd Di Daerah Endemik Gaki Desa Kuta American Journal of Clinical Nutrition,
Dame Kecamatan Kerajaan Kabupaten Vol. 80, No. 4, 973-981, October 2004
Dairi Propinsi Sumatera Utara. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Suma-
Martorell R, Rivera J, Kaplowitz H. Conse-
tera Utara. 2005.
quences of stunting in early childhood for
Budiman, B. Growth determinant for children 6- adult body size in rural Guatemala. Ann
8 year old in IDD area. Food and nutrion Nestle [Fr] 1990.
researc Bogor. Centre Pusat Penelitian
Neumann CG, Harrison GG. Onset and
dan Pengembangan Gizi 1993.
evolution of stunting in infants and
Camilla H, T R Udam, L. Lauritzen, C. Ml- children. Examples from the Human
gaard, A. Juul and Kim Fleischer Nutrition Collaborative Research Support
Michaelsen. Animal protein intake, serum Program. Kenya and Egypt studies. Eur J
insulin-like growth factor I, and growth in Clin Nutr ;48:S90120. 1994.
healthy 2.5-y-old Danish children.
Pudjiadi, S. . Ilmu Gizi Klinis Pada Anak.
American Journal of Clinical Nutrition,
Fakultas Kedokteran Universitas Indo-
Vol. 80, No. 2, 447-452, August 2004.
nesia. 2003.
Hariyanto. Family behavior make use of iodized
Rusminah, S. dan I .R Gunanti. Factors where
salt in Iodine deficiency disorders (Case
association with salt availability in
studi in Kelurahan Kejawan Putih Tambak
household . IDD-Indonesia.Net, Centre of
Kecamatan Mulyorejo). Skripsi, Surabaya:
control something considered superior
FKM UNAIR. 2001.
Iodine deficiency disorders in Indonesian
Handayani,M., D Boediman, E.P. Prawiroharto . 2005.
.Linier growth of schoolchildren who
Satoto. Growth and development of children .
stunted and no stunted with factors of
Unpublished disertasi, Universitas of
influence. Tambo Gizi. 2003.
Diponegoro. Semarang.1990.
Jalal, F. 1996. Gizi dan kualitas hidup. Makalah
Sujudi. Pengarahan Menteri Kesehatan.
disampaikan pada Widyakarya Nasional
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
Pangan dan Gizi VI. Serpong, 17-20
VIII. 2004.
February 1998.
Waterlow JC. Observations on the natural
Juan A R., Teresita G.C., Mario F., Minerva R.,
history of stunting. In: Waterlow JC, ed.
Marta Rivera, Martha M Tllez-Rojo,
Linear growth retardation in less
Jorge L R and Kenneth H B . Multiple
developed countries. New York: Vevey/
micronutrient supplementation increases
Raven Press, :116. (Nestle Nutrition
the growth of Mexican infants. American
Workshop Series, vol 14.) 1988.
Journal of Clinical Nutrition, Vol. 74, No.
5, 657-663. 2001. WHO EAO IAEA, Iodine. In Trace Elements
in Human Nutrition and Health. Geneva :
Jelliffe, D and E.F.P Jelliffe, A. Zerfas and C.G.
WHO, 1997.
Neumann. Community nutritional assess-
ment. New York; Tofyo: Oxford. Press. Zahraini. Hubungan Status Gizi dan Status
1989. KADARSI.FakultasKesehatan Masyarakat.
UI. 2009.

You might also like