Professional Documents
Culture Documents
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
D III KEPERAWATAN
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara berpikir
dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada
kosekuensi di bidang kesehatan fisik dan bidang kesehatan jiwa.
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-
ubah. Manusia sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil
interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus
mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistik) sehingga manusia
disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Setiap individu memiliki intensitas atau derajat perasaan yang berbeda walaupun
menghadapi stimulus yang sama. Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai
keadaan dari diri individu pada suatu saat, misalnya orang merasa terharu melihat
banyaknya warga masyarakat yang tertimpa musibah kebanjiran.(Drs.Sunaryo, M.Kes ,
2004 : 149)
Sumber gangguan jasmani (somatik) maupun psikologis adalah stress. Penyesuaian
yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan
ego disebut mekanisme pertahanan diri.
Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan maupun
pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering dihubungkan dengan
kehidupan modern dan nampaknya kehidupan modern merupakan sumber gangguan
stress lainya. Perlu diperhatikan bahwa kepekaan orang terhadap stress berbeda. Hal ini
juga bergantung pada kondisi tubuh individu yang turut menampilkan gangguan jiwa.
Stress merupakan gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat dihindari, karena
merupakan bagian dari kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari stress?
2. Bagaimanakah penggolongan stress menurut para ahli?
3. Apa saja penyebab stress?
4. Bagaimanakah ciri-ciri penderita stress berdasakan kemampuan individu menahan
stress?
5. Apa saja tahapan-tahapan stress menurut para ahli?
6. Bagaimanakah reaksi-reaksi terhadap stress?
7. Bagaimanakah cara-cara untuk mengendalikan stress?
8. Seperti apa proses keperawatan managemen stress untuk perawat?
9. Apakah definisi dari adaptasi?
10. Apa saja jenis-jenis dari adptasi?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui definisi dari stress
2. Mengetahui penggolongan stress menurut para ahli
3. Mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan stress
4. Mengetahui ciri-ciri penderita stress berdasarkan kemampuan individu dalam
menahan stress
5. Mengetahui tahapan-tahapan stress menurut para ahli
6. Mengetahui reaksi-reaksi terhadap stress
7. Mengetahui cara-cara untuk mengendalikan stress
8. Mengetahui proses keperawatan managemen stress untuk perawat
9. Mengetahui definisi dari adaptasi
10. Mengetahui jenis-jenis dari adptasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Stress
1. Pengertian Stress
Pengertian stress menurut para ahli :
Menurut Hans Selye, Stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik
terhadap setiap tuntutan kebuthan yang ada dalam dirinya (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI,
1989)
Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan
suatu ketegangan daqlam diri seseorang (Soeharto Heerdjan. 1987)
Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri , dan karena itu,
sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita (Maramis, 1999)
Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental atau beban kehidupan) (Dadang Hawari, 2001)
Secara umum, stress adalah respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stress
memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual,
sosial, dan spiritiual, sterss dapat mengancam keseimbangan fisiologis.
Stress emosi dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri
sendiri dan orang lain. Stress intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan
seseorang dalam menyelesaikan masalah, stress sosial akan mengganggu hubungan
individu terhadap kehidupan (Hans Selye, 1956 ; Davis, at all. 1989 ; Barbara Kozier, et
all, 1989).
2. Penggolongan Stress
Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), apabila ditinjau dari penyebabnya
stress dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon,
atau gas.
c. Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan
penyakit.
d. Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga trua.
f. Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hububgan interpersonal, sosial,
budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti
kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
2. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran
rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
3. Penyebab Stress / Stressor
Stressor adalah variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab timbulnya stress,
datangnya stressor dapat sendiri-sendiri atau dapat pula bersamaan. Sumber strees
dapat berasal dari dalam tubuh dan di luar tubuh, sumber stress dapat berupa biologi
atau fisiologi, kimia, psikologi, sosial, dan spiritual. Terjadinya stress karena stressor
tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga
menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan
kesehatan fisik dan psikologis. Contohnya:
a. Stressor biologi dapat berupa: mikroba; bakteri, virus dan jasad renik lainnya, hewan,
binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi
kesehatan misalnya : tumbuhnya jerawat (acne), demam, digigit binatang, dll, yang
dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu.
b. Stressor fisik dapat berupa : perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi: yang
meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi ; berupa jumlah anggota dalam
keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan, dll.
c. Stressor kimia: dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa, sedangkan
dari luar tubuh dapat berupa obat,pengobatan, pemakaian alkohol, nikotil, kafein, polusi
udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-bahan kosmetika,
bahan-bahan pengawet, pewarna, dll.
d. Stressor sosial psikologi , yaitu labeling (penamaan) dan prasangka , ketidakpuasan
terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya,perkosaan) konflik peran percaya diri yang
rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif dan kehamilan.
e. Stressor spiritual : yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan.
4. Kemampuan Individu Menahan Stress
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stress. Hal
tersebut sangat bergantung pada sifat dan hakikat stress yaitu intensitas, lokal, lamanya,
dan umum. Selain itu juga pada sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa stress apabila
ditinjau dari tipe kepribadian individu dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Tipe yang rentan (vulnerable)
Individu dengan tipe ini memiliki resiko yang tinggi mengalami stress dengan ciri-ciri
kepribadian sebagai berikut :
Cita-citanya tinggi (ambisius)
Agresif
Suka bersaing yang kurang sehat
Banyak jabatan rangkap
Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah
mengalami ketegangan, dan kurang sabar
Terlalu percaya diri (over confident)
Self kontrol kuat
Terlalu waspada
Tindakan dan cara bicaranya cepat serta tidak dapat diam (hiperaktif)
Cakap dalam berorganisasi (organisatoris)
Cakap dalam memimpim (leader)
Tipe kepemimpinan otoriter
Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic)
Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri
Disiplin waktu yang ketat
Kurang rileks dan serba terburu-buru
Kurang atau bahkan tidak ramah
Tidak mudah bergaul
Mudah empati, namun juga mudah bersikap bermusuhan
Sulit dipengaruhi
Sifatnya kaku (tidak fleksibel)
Pikiran tercurah kepekerjaan walaupun sedang libur
Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali
5. Tahapan stress
Menurut Dr.Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang
Hawari (2001) bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut :
a. Stress tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stress tahap kedua, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan punggung
tegang. Hal ini karena cadangan tenaga tidak memadai.
c. Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang
tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan rutin
terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat
menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.
f. Stress tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.
6. Reaksi-reaksi terhadap stress
Stress dapat menimbulkan berbagai macam reaksi, baik reaksi terhadap tubuh maupun
terhadap psikologis. Adapun reaksi tubuh terhadap stress sebagai berikut.
a. Rambut
Rambut semula yang berwarna hitam pekat, lambat laun akan mengalami perubahan
warna. Ubanan terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
b. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c. Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d. Daya pikir
Kemampuan mengingat, berpikir, dan konsentrasi menurun. Seringkali menjadi pelupa
dan mengeluh sakit kepala pusing.
e. Ekspresi wajah
Orang yang stress wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik wajah nampak serius,
tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka kedutan.
f. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain itu, pada
tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar untuk menelan, hal ini
disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps)
sehingga serasa tercekik.
g. Kulit
Reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit dari sebagian tubuh terasa panas atau dingin
dan bahkan keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit
menjadi lebih kering. Selain itu, bisa terkena penyakit kulit, seperti munculnya eksim,
urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne)
berlebihan, juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat.
h. Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas
terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai
dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat
dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan
tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan
tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma
(asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas dan paru-paru
mengalami spasme.
i. Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya,
jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit
(constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat.
Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga
menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebagian atau
seluruh tubuh terasa panas (subfebril) atau sebaliknya terasa dingin.
j. Sistem Pencernaan
Seringkali seseorang yang stress mengalami gangguan pada sistem pencernaannya.
Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedihd. Hal ini disebabkan karena
asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis
atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada
lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan
merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
k. Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu.
Frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita
kencing manis (diabetes mellitus).
l. Sistem Otot dan tulang
Orang yang menderita stress seringkali juga mengalami gangguan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain itu,
keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau
rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal
gejala ini sebagai keluhan pegal-linu.
m. Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress adalah
kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang
bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Gangguan hormonal
lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit
(dysmenorrhoe).
Sedangkan reaksi psikologis terhadap stress antara lain :
a. Kecemasan
Kecemasan merupakan respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang
menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan.
Jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah
tidur.
b. Kemarahan dan agresi
Merupakan perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebuah ancaman. Reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat
menyebabkan agresi. Agresi adalah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan
serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku
kegilaan, tindakan sadis dan usaha membunuh orang.
c. Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa
sedih yang berkepanjangan.
B. Adaptasi
1. Pengertian adaptasi
Pengertian adaptasi menurut para ahli :
a. Menurut Soeharto Heerdjan (1987),Adaptasi adalah usaha atau perilaku yang
tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan.
b. Adaptasi adalah mengubah diri sesuai keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai keadaan (keinginan diri)(W.A.Gerungan , 1996).
Pada umumnya, adaptasi adalah menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau tuntutan
baru : yaitu suatu usaha untuk mencari keseimbangan kembali ke dalam keadaan
normal. Penyesuaiaan terhadap kondisi lingkungan : modifikasi dari organisme atau
penyesuaian organ secara sempurna untuk dapat eksis pada kondisi lingkungan tersebut.
2. Dimensi Adaptasi
A. KESIMPULAN
Emosi adalah suatu perasaan dengan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis
dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala
kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi,
dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian.
Sedangkan stress yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada
masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah
tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan
jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu
tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap
stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis
fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi
psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari
lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan
organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan
fungsi yang optimal.
B. SARAN
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena itu jagalah
kesehatan sebagaimana mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu tes mental
bagi jiwa manusia walaupun tidak dapat dipungkiri stress juga berdampak pada fisik
manusia. Untuk menghindari stress dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh
antara input dan output agar tetap seimbang (homeostatis). Sebagai manusia terapi
psikologis juga diperlukan untuk membangun spirit hidup, terapi psikologis yang paling
sederhana dapat dilakukan dengan cara selalu berpikir positif. Berpikir positif akan selalu
membawa manusia kepada hal-hal yang menjurus kepada keberhasilan dan sikap
optimisme, selain itu berpikir positif juga dapat mengurangi dampak stress pada diri
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Davis,M., Eshelman, E.R.,& Mc Kay,M . The relatifision and stress reduction workbook
(third ed). 1988. California New Hanbinger Publition,Inc
http://ranrintansnote.blogspot.com/2013/06/psikologi-emosi-dan-stress-adaptasi_9.html
http://suhammadiyahpringsewu.blogspot.com/2012/09/kosep-stres-dan-
adaptasi.htmlhttp://stikesmuhammadiyahpringsewu.blogspot.com/2012/09/kosep-stres-
dan-adaptasi.html