You are on page 1of 10

KDM-MAKALAH STRES DAN ADAPTASI

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
D III KEPERAWATAN
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara berpikir
dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada
kosekuensi di bidang kesehatan fisik dan bidang kesehatan jiwa.
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-
ubah. Manusia sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil
interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling
mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus
mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistik) sehingga manusia
disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Setiap individu memiliki intensitas atau derajat perasaan yang berbeda walaupun
menghadapi stimulus yang sama. Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai
keadaan dari diri individu pada suatu saat, misalnya orang merasa terharu melihat
banyaknya warga masyarakat yang tertimpa musibah kebanjiran.(Drs.Sunaryo, M.Kes ,
2004 : 149)
Sumber gangguan jasmani (somatik) maupun psikologis adalah stress. Penyesuaian
yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan
ego disebut mekanisme pertahanan diri.
Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan maupun
pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering dihubungkan dengan
kehidupan modern dan nampaknya kehidupan modern merupakan sumber gangguan
stress lainya. Perlu diperhatikan bahwa kepekaan orang terhadap stress berbeda. Hal ini
juga bergantung pada kondisi tubuh individu yang turut menampilkan gangguan jiwa.
Stress merupakan gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat dihindari, karena
merupakan bagian dari kehidupan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari stress?
2. Bagaimanakah penggolongan stress menurut para ahli?
3. Apa saja penyebab stress?
4. Bagaimanakah ciri-ciri penderita stress berdasakan kemampuan individu menahan
stress?
5. Apa saja tahapan-tahapan stress menurut para ahli?
6. Bagaimanakah reaksi-reaksi terhadap stress?
7. Bagaimanakah cara-cara untuk mengendalikan stress?
8. Seperti apa proses keperawatan managemen stress untuk perawat?
9. Apakah definisi dari adaptasi?
10. Apa saja jenis-jenis dari adptasi?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui definisi dari stress
2. Mengetahui penggolongan stress menurut para ahli
3. Mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan stress
4. Mengetahui ciri-ciri penderita stress berdasarkan kemampuan individu dalam
menahan stress
5. Mengetahui tahapan-tahapan stress menurut para ahli
6. Mengetahui reaksi-reaksi terhadap stress
7. Mengetahui cara-cara untuk mengendalikan stress
8. Mengetahui proses keperawatan managemen stress untuk perawat
9. Mengetahui definisi dari adaptasi
10. Mengetahui jenis-jenis dari adptasi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Stress
1. Pengertian Stress
Pengertian stress menurut para ahli :
Menurut Hans Selye, Stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik
terhadap setiap tuntutan kebuthan yang ada dalam dirinya (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI,
1989)
Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan
suatu ketegangan daqlam diri seseorang (Soeharto Heerdjan. 1987)
Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri , dan karena itu,
sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita (Maramis, 1999)
Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
mental atau beban kehidupan) (Dadang Hawari, 2001)

Secara umum, stress adalah respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stress
memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual,
sosial, dan spiritiual, sterss dapat mengancam keseimbangan fisiologis.
Stress emosi dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri
sendiri dan orang lain. Stress intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan
seseorang dalam menyelesaikan masalah, stress sosial akan mengganggu hubungan
individu terhadap kehidupan (Hans Selye, 1956 ; Davis, at all. 1989 ; Barbara Kozier, et
all, 1989).

2. Penggolongan Stress
Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), apabila ditinjau dari penyebabnya
stress dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah,
suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b. Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon,
atau gas.
c. Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan
penyakit.
d. Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga trua.
f. Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hububgan interpersonal, sosial,
budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti
kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
2. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran
rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.
3. Penyebab Stress / Stressor
Stressor adalah variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab timbulnya stress,
datangnya stressor dapat sendiri-sendiri atau dapat pula bersamaan. Sumber strees
dapat berasal dari dalam tubuh dan di luar tubuh, sumber stress dapat berupa biologi
atau fisiologi, kimia, psikologi, sosial, dan spiritual. Terjadinya stress karena stressor
tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga
menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan
kesehatan fisik dan psikologis. Contohnya:
a. Stressor biologi dapat berupa: mikroba; bakteri, virus dan jasad renik lainnya, hewan,
binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi
kesehatan misalnya : tumbuhnya jerawat (acne), demam, digigit binatang, dll, yang
dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu.
b. Stressor fisik dapat berupa : perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi: yang
meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi ; berupa jumlah anggota dalam
keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan, dll.
c. Stressor kimia: dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa, sedangkan
dari luar tubuh dapat berupa obat,pengobatan, pemakaian alkohol, nikotil, kafein, polusi
udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-bahan kosmetika,
bahan-bahan pengawet, pewarna, dll.
d. Stressor sosial psikologi , yaitu labeling (penamaan) dan prasangka , ketidakpuasan
terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya,perkosaan) konflik peran percaya diri yang
rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif dan kehamilan.
e. Stressor spiritual : yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan.
4. Kemampuan Individu Menahan Stress
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stress. Hal
tersebut sangat bergantung pada sifat dan hakikat stress yaitu intensitas, lokal, lamanya,
dan umum. Selain itu juga pada sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa stress apabila
ditinjau dari tipe kepribadian individu dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Tipe yang rentan (vulnerable)
Individu dengan tipe ini memiliki resiko yang tinggi mengalami stress dengan ciri-ciri
kepribadian sebagai berikut :
Cita-citanya tinggi (ambisius)
Agresif
Suka bersaing yang kurang sehat
Banyak jabatan rangkap
Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah
mengalami ketegangan, dan kurang sabar
Terlalu percaya diri (over confident)
Self kontrol kuat
Terlalu waspada
Tindakan dan cara bicaranya cepat serta tidak dapat diam (hiperaktif)
Cakap dalam berorganisasi (organisatoris)
Cakap dalam memimpim (leader)
Tipe kepemimpinan otoriter
Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic)
Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri
Disiplin waktu yang ketat
Kurang rileks dan serba terburu-buru
Kurang atau bahkan tidak ramah
Tidak mudah bergaul
Mudah empati, namun juga mudah bersikap bermusuhan
Sulit dipengaruhi
Sifatnya kaku (tidak fleksibel)
Pikiran tercurah kepekerjaan walaupun sedang libur
Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali

b. Tipe yang kebal (immune)


Individu dengan tipe ini kebal terhadap stress, yang ciri-ciri kepribadiannya sebagai
berikut :
Cita-cita atau ambisinya wajar
Berkompetensi secara sehat
Tidak agresif
Tidak memaksakan diri
Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah
tersinggung, penyabar, dan tenang
Kewaspadaan wajar
Self control wajar
Self confident wajar
Cara bicara tenang
Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat
Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat
Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi
Mudah bekerja sama (kooperatif)
Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan
Bersikap ramah
Mudah bergaul
Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)
Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar
Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan disaat libur
Mampu menahan dan mengendalikan diri

5. Tahapan stress
Menurut Dr.Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang
Hawari (2001) bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut :
a. Stress tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan nafsu
bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa
memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b. Stress tahap kedua, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar, dan punggung
tegang. Hal ini karena cadangan tenaga tidak memadai.
c. Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang
tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d. Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan rutin
terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat
menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e. Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan
mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.
f. Stress tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda seperti
jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar
keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.
6. Reaksi-reaksi terhadap stress
Stress dapat menimbulkan berbagai macam reaksi, baik reaksi terhadap tubuh maupun
terhadap psikologis. Adapun reaksi tubuh terhadap stress sebagai berikut.
a. Rambut
Rambut semula yang berwarna hitam pekat, lambat laun akan mengalami perubahan
warna. Ubanan terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
b. Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c. Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d. Daya pikir
Kemampuan mengingat, berpikir, dan konsentrasi menurun. Seringkali menjadi pelupa
dan mengeluh sakit kepala pusing.
e. Ekspresi wajah
Orang yang stress wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik wajah nampak serius,
tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka kedutan.
f. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain itu, pada
tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar untuk menelan, hal ini
disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps)
sehingga serasa tercekik.
g. Kulit
Reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit dari sebagian tubuh terasa panas atau dingin
dan bahkan keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit
menjadi lebih kering. Selain itu, bisa terkena penyakit kulit, seperti munculnya eksim,
urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne)
berlebihan, juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat.
h. Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas
terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai
dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat
dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan
tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan
tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma
(asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas dan paru-paru
mengalami spasme.
i. Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya,
jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit
(constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat.
Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga
menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebagian atau
seluruh tubuh terasa panas (subfebril) atau sebaliknya terasa dingin.
j. Sistem Pencernaan
Seringkali seseorang yang stress mengalami gangguan pada sistem pencernaannya.
Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedihd. Hal ini disebabkan karena
asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis
atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada
lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan
merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
k. Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu.
Frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita
kencing manis (diabetes mellitus).
l. Sistem Otot dan tulang
Orang yang menderita stress seringkali juga mengalami gangguan pada otot dan tulang
(musculoskeletal). Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain itu,
keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau
rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal
gejala ini sebagai keluhan pegal-linu.
m. Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress adalah
kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang
bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Gangguan hormonal
lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit
(dysmenorrhoe).
Sedangkan reaksi psikologis terhadap stress antara lain :
a. Kecemasan
Kecemasan merupakan respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang
menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan.
Jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah
tidur.
b. Kemarahan dan agresi
Merupakan perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebuah ancaman. Reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat
menyebabkan agresi. Agresi adalah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan
serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku
kegilaan, tindakan sadis dan usaha membunuh orang.
c. Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa
sedih yang berkepanjangan.

7. Cara mengendalikan stress


Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan stress yaitu :
a. Bersyukur
Bersyukur merupakan cara yang paling ampuh dalam mengatasi stress, bagaimana
tidak. karena pada umumnya orang mengalami stress karena tidak kuat dengan apa
yang telah terjadi atau keadaan yang menimpanya. Dengan bersyukur kita akan
senantiasa ingat bahwa segala sesuatu yang kita peroleh merupakan pemberian dari
Tuhan.
b. Kenali penyebab stress
Meskipun terdengar mudah, namun tidak segampang itu untuk mengenali sumber stress.
Apabila stress baru saja terjadi, mungkin bisa segera dikenali penyebabnya. Namun pada
stress jangka panjang, penyebabnya mungkin sudah dilupakan atau bertumpuk-tumpuk
dengan penyebab stress baru. Apabila sudah benar-benar mengenali penyabab stress,
berkonsentrasilah pada masalah tersebut. Apabila belum bisa dipecahkan dengan
segera, cobalah untuk setidaknya memperkecil dampaknya.
c. Buatlah perencanaan yang baik
Stres terjadi karena perubahan. Jika sudah direncanakan semua hal dengan baik, stres
tidak akan berakibat buruk. Perubahan seharusnya bisa dilakukan dengan
menyenangkan. Namun, tanpa perencanaan yang matang, perubahan bisa menjadi
malapetaka. Buatlah perencanaan yang baik untuk segala hal misalnya menikmati saat
istirahat di rumah, hingga merencanakan keuangan dengan benar.
d. Jagalah kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih mudah mengatasi stres. Makan dan berolahraga yang
teratur serta istirahat dengan cukup.
e. Jagalah perasaan anda
Berhentilah selalu menjaga perasaan orang lain. Jika perasaan sendiri tidak dijaga,
dampaknya juga akan buruk untuk orang-orang di sekitar kita. Tidak ada salahnya
menolak hal-hal yang tida disukai. Untungnya, perempuan seringkali lebih mudah
menunjukkan perasaan ketimbang seorang lelaki.
f. Mintalah bantuan
Jika tingkat stres sudah terlalu tinggi dan merusak kesehatan, berkonsultasilah pada
orang-orang terdekat atau pada konsultan ahli. Jangan biarkan diri menderita stres
terlalu lama.
g. Ingatlah bahwa sedikit stress justru baik karena dengan adanya stres, maka akan
memiliki rangsangan untuk melakukan sesuatu dan bisa menjadikan stres sebagai alat
pendorong untuk lebih berkembang dan maju. Hal inilah yang disebut dengan stres yang
positif.
h. Terima kenyataan bahwa stres adalah bagian dari hidup. Selama hidup, stres tidak
akan pernah bisa hindari 100%. Terimalah bahwa dalam hidup selalu akan muncul yang
namanya stres. Karena jika menerima stres sebagai bagian hidup. Secara mental dan
fisik akan lebih siap menghadapi stres.
i. Persiapkan diri untuk menghadapi berbagai berntuk stres setiap hari. Persiapan
yang baik adalah selalu mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan segala situasi.
j. Hidupkan pengharapan dalam hati. Harapan dapat mengurangi dampak stres yang
muncul. Dimana dengan harapan akan merasa adanya jalan keluar dari stres. Harapan
akan muncul ketika kita sudah melakukan tindakan positif.
k. Lakukan aktifitas baru. Sesuatu yang baru dan menarik akan terasa lebih
menyenangkan.
l. Meditasi sangat bagus tidak hanya untuk menghilangkan stres, tetapi juga untuk
relaksasi otot. Penelitian telah menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu dalam
menurunkan tekanan darah. Cobalah mulai sekarang renungkan untuk memanggil energi
positif. Caranya mudah, cukup hanya mengambil nafas panjang dan mengosongkan
pikiran Anda. Lakukan meditasi10 menit.
m. Optimisme dapat menangkal dampak negatif stres, ketegangan dan kecemasan telah
di sistem kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mengelilingi diri dengan orang-orang
positif.
n. Tertawa, membantu sel-sel kekebalan tubuh berfungsi lebih baik. Temukan humor
dalam hal-hal dan terlibat dalam aktivitas yang membuat tertawa untuk meningkatkan
fungsi kekebalan tubuh dan ketahanan terhadap penyakit.
o. Olahraga teratur dan aktivitas fisik tidak hanya memperkuat sistem kekebalan
tubuh, sistem kardiovaskular, jantung, otot dan tulang, tetapi juga membantu dalam
manajemen stres dengan menyediakan gangguan dari situasi stres dan meningkatkan
endorfin (merasa-baik tubuh kimia).

8. Proses keperawatan managemen stress untuk perawat

Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas


atau intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya
tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien.
Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada
beberapa daerah perawatan.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke
tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1. Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan
mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan
mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan
monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.
2. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan
memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
3. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan
kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari
pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan
keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
4. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat
meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres.
Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan
semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak
mengandung alkohol.
6. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres
karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang
seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi
stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan
fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan
waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti
menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu
tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
8. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami
dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor
psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor
yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya
digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.
9. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
10. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan
seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana
psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami
percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan
secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
11. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan
psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam
mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis,
sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
12. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh
mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme
pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa
homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara
stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem
endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam
tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat
melalui empat cara di antaranya:
a. Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat
seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b. Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan
dalam tubuh.
c. Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari
keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh
dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik
untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada.
d. Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.

B. Adaptasi
1. Pengertian adaptasi
Pengertian adaptasi menurut para ahli :
a. Menurut Soeharto Heerdjan (1987),Adaptasi adalah usaha atau perilaku yang
tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan.
b. Adaptasi adalah mengubah diri sesuai keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai keadaan (keinginan diri)(W.A.Gerungan , 1996).

Pada umumnya, adaptasi adalah menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau tuntutan
baru : yaitu suatu usaha untuk mencari keseimbangan kembali ke dalam keadaan
normal. Penyesuaiaan terhadap kondisi lingkungan : modifikasi dari organisme atau
penyesuaian organ secara sempurna untuk dapat eksis pada kondisi lingkungan tersebut.

2. Dimensi Adaptasi

Adaptasi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :


a. Adaptasi fisiologis
Indikator adaptasi ini bisa terjadi secara lokal atau umum. Lebih mudah diidentifikasi dan
secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indikator ini tidak selalu
teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indikator
tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien
mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat serta berkonsentrasi.
Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Contoh :
Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan tidak
merasa mengalami gangguan apa-apa pada organ tubuh.
Seseorang yang mampu mengatasi stress, wajahnya tidak pucat, tangannya tidak
berkeringat dan tidak gemetar.
b. Adaptasi psikologis
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
LAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh: seperti ketika
kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri,
panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena.
GAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan gangguan
dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti panas di
seluruh tubuh, berkeringat

Adaptasi psikologis bisa terjadi secara :


Sadar, individu mencoba memecahkan atau menyesuaikan diri dengan masalah
Tidak sadar , menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
Menggunakan gejala fisik atau psikofisiologik/psikosomatik.
Apabila seseorang mempunyai kesulitan atau hambatan dalam beradaptasi, baik berupa
tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stress.
c. Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan
tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya
menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau
menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk
yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
d. Adaptasi Sosial Budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian
bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor
pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau
keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respon stress atau
mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai
mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan
professional (Murata, 1994).
e. Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara,
tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat
mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor
sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi
dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika
perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai
kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana
keyakinan dan nilai telah berubah.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Emosi adalah suatu perasaan dengan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis
dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala
kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi,
dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian.
Sedangkan stress yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada
masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah
tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan
jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu
tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam
berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi
kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap
stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis
fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi
psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari
lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan
organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan
fungsi yang optimal.

B. SARAN
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena itu jagalah
kesehatan sebagaimana mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu tes mental
bagi jiwa manusia walaupun tidak dapat dipungkiri stress juga berdampak pada fisik
manusia. Untuk menghindari stress dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh
antara input dan output agar tetap seimbang (homeostatis). Sebagai manusia terapi
psikologis juga diperlukan untuk membangun spirit hidup, terapi psikologis yang paling
sederhana dapat dilakukan dengan cara selalu berpikir positif. Berpikir positif akan selalu
membawa manusia kepada hal-hal yang menjurus kepada keberhasilan dan sikap
optimisme, selain itu berpikir positif juga dapat mengurangi dampak stress pada diri
seseorang.

DAFTAR PUSTAKA
Davis,M., Eshelman, E.R.,& Mc Kay,M . The relatifision and stress reduction workbook
(third ed). 1988. California New Hanbinger Publition,Inc

Kozier,B.,Erb.G & Bufalino.P.M . Introdution of nursing California Addision. 1989. Wessley


Publising Company.

Rasmun.,SKp.,M.Kep. Stress, Koping dan Adaptasi. 2004. Jakarta:Sagung Seto.

http://ranrintansnote.blogspot.com/2013/06/psikologi-emosi-dan-stress-adaptasi_9.html

http://suhammadiyahpringsewu.blogspot.com/2012/09/kosep-stres-dan-
adaptasi.htmlhttp://stikesmuhammadiyahpringsewu.blogspot.com/2012/09/kosep-stres-
dan-adaptasi.html

You might also like