You are on page 1of 4

Latar Belakang

Teh merupakan yang paling sering kita konsumsi sehari-hari. Senyawa-


senyawa yang terkandung dalam teh adalah kafein. Kafein merupakan zat penikmat
yang terdapat di dalam tumbuha-tumbuhan baik itu terdapat dalam biji-bijian
maupun daun. Kafein juga berbahaya bagi tubuh manusia apabila di konsumsi
berlebih karena dapat mengakibatkan keracunan, gelisah, sensitif, dan tremor.
Kafein merupakan zat racun ( Soepomo,1998 ).
Teh sebagai minuman penyegar sudah dikenal lama. Karena kandungan teh
diyakini dapat menyembuhkan, mengurangi, dan mencegah timbulnya berbagai
penyakit. Komponen utama daun teh ialah selulosa terutama dalam sel tanaman,
selulosa merupakan polimer dari glukosa, tidak larut dalam air, tapi tidak
mengganggu proses isolasi. Kafein larut dalam air, dan merupakan zat utama yang
diekstraksi dalam larutan teh. Kofein terdapat 5% dalam daun teh ( Fulder,2004 ).
Kelarutan suatu senyawa dalam pelarut pada dasarnya berlandaskan pada
prinsip like dissolved like. Kemiripan kepolaran zat terlarut dengan pelarut yang
digunakan menentukan hasil pelarutan. Senyawa polar akan mudah larut dalam
pelarut polar dan sebaliknya. Untuk mendapatkan kafein, dilakukan ekstraksi padat
cair. Zat yang akan diekstraksi terdapat dalam fasa padat, yaitu kafein yang
berada di dalam daun teh. Ekstraksi adalah metoda pemisahan yang melibatkan
proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan
didasarkan kepada prinsip kelarutan (Wijaya, 2013).

Teh merupakan salah satu minuman yang paling banyak dikonsumsi di dunia yang
dibuat dari tanaman Camellia sinensis[1]. Tanaman teh dapat tumbuh subur dengan baik pada
ketinggian 250-1.200 m dpl, curah hujan minimal 60 mm/bulan, cepat mendapat sinar matahari,
karena jika sinar matahari kurang maka pertumbuhan tanaman teh akan lambat, tidak boleh
dilalui angin kering, dan keadaan tanah subur (Anggorowati, 2008).

Komposisi senyawa kimia yang terkandung dalam teh sangat kompleks, terdiri atas
polifenol (katekin dan turunannya), senyawa-senyawa ksantin (kafein, teofilin, dan teobromin),
asam amino, karbohidrat, protein, klorofil, senyawa-senyawa volatil, fluor, mineral, dan
senyawa-senyawa kelumit. Turunan polifenol terdapat dalam jumlah yang paling banyak
dan memiliki potensi aktivitas antioksidan, baik in vitro maupun in vivo (Wu dan Wei, 2002).
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh,
daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat
molekul 194,19 gr/mol dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1% dalam
air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi
yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta
memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan
denyut jantung tak beraturan (tachycardia) (Hermanto, 2007).

Kafein adalah suatu senyawa senyawa organik yang mempunyai nama lain yaitu kafein,
tein, atau 1,3,7-trimetilxantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum bercahaya. Bila tidak
mengandung air, kafein meleleh pada suhu 234 oC-239 oC dan menyublim pada suhu yang lebih
rendah. Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform, tetapi serikit larut dalam air dingin
dan alkohol. Kafein bersifat basa lemah dan hanya dapat membentuk garam dengan basa kuat
(Abraham, 2010).
Isolasi senyawa kafein dapat dilakukan dengan metode ekstraksi. Ekstraksi salah satu
metode yang memiliki kemiripan kepolaran. misalnya komponennya saling bercampur dengan
sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam
konsentrasi yang terlalu rendah . Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan
pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi
masuk ke dalam pelarut. (Medicafarma, 2010).

Identifikasi
Spectrum serapan inframerah(IR) zat yang telah dikeringkan dan didispersikan
dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelomnbang
yang sama seperti pada kofein BPFI. (Sudarmi, 1997).
Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat
dari permukaan laut, semakin rendah suhu udaranya atau udaranya semakin dingin. Demikian
juga intensitas matahari semakin berkurang (Karunia, 2010).

Sifat kafein
Kafein berbentuk anhidrat atau hidrat yang mengandung satu molekul air.
Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C8H10N4O2,
dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian serbuk putih atau berbentuk jarum
mengkilat putih; bisaanya menggumpal; tidak berbau;rasa pahit. Larutan bersifat
netral terhadap kertas lakmus. Bentuk hidratnya mekar di udara. Kelarutan agak
sukar larut dalam air, dalam etanol; mudah larut dalam kloroform; sukar larut dalam
eter.

Berdasarkan FDA (Food Drug Administration) dosis kafein yang diizinkan 100-
200mg/hari, sedangkan menurut SNI 01- 7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan
minuman adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian. Konsumi kafein yang berlebihan akan
menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, mual dan kejang (Liska, 2004).

Irwandi, Dedi. 2014. Experiment s of organic chemistry. Jakarta: FITK UIN press.
Wijaya, Wendi. 2013. Ekstraksi: Isolasi Kafein dari Teh dan Uji Alkaloid. Diakses dari
http://www.scribd.com/doc/191603986/Ekstraksi-Isolasi-Kafein-dari- Teh-dan-Uji-
Alkaloid pada tanggal 06 Oktober 2014
Soepomo, T.G.1998.Taksonomi Tumbuhan Obat Obat.Yogyakarta : UGM Press
Tjay, Tan Hoan.2002.Obat-obat Penting.Yogyakarta : PT Elex Media C.
Fulder S. 2004. Khasiat Teh Hijau. Jakarta : Prestasi Pustaka Publishar.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Achmad S A . 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta : Universitas terbuka
Hart, Harold. E. Craine, Leislie. Hart, David J. 2003. Kimia Organik . Jakarta :
Erlangga
Mageno, Sinegar. 1998. Dasar Dasar Kimia Organik . Jakarta ; Depdikbud
Superwan. 2000. Petunjuk Praktikum Kimia Organik I. Surakarta : UNS Press
Elfi, Susanti dan Suryadi, BU .2001. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Surakarta ;
UNS Press
Abraham, 2010. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. UNHALU : Kendari.
Hasnawati, 2005. Analisis Kuantitatif Kafein Dalam Minuman Suplemen
Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. UNHALU. Kendari.
Hermanto, Sindhu. 2007. Kafein, Senyawa Bermanfaat atau Beracunkah?.
http://Chem-is-try.org [9 Juni 2010].
http://id.wikipedia.org /Kafeina.htm (diakses tanggal 15 maret 2012).
Hermanto. 2007. Kafein, Senyawa Bermamfaat atau Beracunkah?
Medicafarma. 2010. Prinsip Ekstraksi.
Clark, Jim. 2007. Kromatografi Lapis Tipis. "http://chem-is-try.org diakses pada
tanggal 24 April 2014.
Utami, Nurul. 2008. Identifikasi Senyawa Alkohol dan Heksana Daun. FMIPA UNILA,
Lampung. Hal: 136.
Puspasari, Dian. 2010. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Dwi Media Press, hal. 159.
Anggorowati., 2008. Analisis Pemetikan Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) di
Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT. Abadi Tirta Sentosa, Ngargoyoso,
Karanganyar, Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Wu, C. D., & Wei, G., 2002. Tea as a functional Food for Oral Health 18, 443-444.

You might also like