You are on page 1of 15

PENGARUH KONSELING TERHADAP SIKAP KLIEN VCT TENTANG HIV/AIDS DI

PUSKESMAS MENTIKAN KOTA MOJOKERTO

By :Faisal Ibnu,Binarti Dwi W,Amar Akbar


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

Infectious diseases HIV / AIDS is a health problem in Indonesia. Lack of promotion of


the public about the existence of VCT ( Voluntary Counseling and Testing ) , and the difficulty of
the community to access VCT services . The purpose of this study is to prove the effect of
counseling on poly VCT clients' attitudes about HIV / AIDS at the Health Center Mentikan
Mojokerto . In this study using pre - experimental research design . Independent variables are
counseled on HIV - AIDS and the dependent variable is the attitude of the client poly VCT on
HIV - AIDS . The population in this study are individuals who have behavioral risk of
contracting HIV AIDS who visited the health center Mentikan number 28 , the sampling
technique used was obtained 28 samples of consecutive sampling . The instrument used was a
questionnaire / questionnaires . Results of research on attitudes prior to counseling the majority
of respondents had a negative attitude that is 16 respondents ( 57 % ) . Performed after
counseling while most respondents have a positive attitude that is 24 respondents ( 86 % ) . From
the data analysis using the Wilcoxon signed ranks test test results obtained = 0.001 while =
0.05 . Value < , then H0 is rejected and H1 is accepted . There is the effect of counseling on
clients' attitudes poly VCT on HIV / AIDS at the Health Center Mentikan Mojokerto . Of this
research is there influence clients' attitudes toward counseling poly VCT on HIV / AIDS at the
Health Center Mentikan Mojokerto . With the counseling or counseling have an influence on the
attitude from negative to positive , but still there are not affected this can be caused by low levels
of educationand life experienceis still minimal .

Keywords : Counseling , Client Attitudes VCT , HIV / AIDS


PENDAHULUAN banyak menjangkiti remaja putri.
Diperkirakan diseluruh dunia yang terjangkit
penyakit HIV/AIDS 7,3 juta wanita muda
I.1. Latar Belakang
dan 4,5 juta pria muda. berusia 15 24
Penyakit infeksi HIV/AIDS
tahun tercatat sebagai penderita baru HIV.
merupakan masalah kesehatan di Indonesia.
Sebanyak 87% pengidap HIV/AIDS hidup
Selain angka kejadiannya yang terus
di negara miskin dan berkembang.
cenderung meningkat dan menjadi ancaman
Data di Jawa Timur Maret 2011
bagi kesehatan masyarakat juga gambaran
Pemberantasan Penyakit Menular
klinis penyakit ini sangat bervariasi.
melaporkan sebanyak 7.734 orang terinfeksi
Berbagai faktor yang ikut mempengaruhi
HIV (Depkes Jatim,2011).Sedangkan data di
terhadap peningkatan jumlah penderita yaitu
Dinas Kesehatan kota Mojokerto tahun 2009
meningkatnya jumlah pengguna Napza
tercatat 120 orang penderita HIV.Tahun
intravena, PSK, mobilitas dari dan keluar
2011 mencapai 269 dengan rincian laki-laki
negeri dan masih belum efektifnya upaya
148 wanita 121 usia 25 tahun - 44 tahun
pencegahan serta pengendalian penyakit ini
sebanyak 208 orang,usia < 15 tahun 8
(Tim medik RSUD Dr. Soetomo, 2002).
orang,usia 15 tahun - 30 tahun ada 30
Sangat sedikit kaum muda yang
orang(Dinkes Kota Mojokerto,2011).
memiliki pengetahuan memadai dan benar
Melihat tingginya prevalensi diatas
tentang VCT termasuk HIV/AIDS padahal
maka masalah HIV-AIDS saat ini bukan
pengetahuan tersebut dibutuhkan untuk
hanya masalah medik dari penyakit menular
terhindar dari resiko penularan dan tidak
semata tapi sudah menjadi masalah
diskriminatif kepada penderita AIDS. Dari
kesehatan masyarakat yang sangat luas.
data yang didapat dari UNAIDS (United
Oleh karena itu penangannya juga harus
Nation for AIDS) akhir tahun 2004 di dunia
berdasarkan pendekatan kesehatan
diperkirakan terdapat 39,4 juta orang
masyarakat melalui upaya pencegahan
penderita HIV/AIDS. Menurut laporan
primer, sekunder, dan tertier. Salah satu
United Nations Population Fund, HIV
upaya tersebut adalah upaya deteksi dini
untuk mengetahui apakah seseorang Pengetahuan dan Sikap mengenai HIV/AIDS
menderita HIV melalui konseling testing di Puskesmas Mentikan Kota Mojokerto.
dan tes sukarela bukan dipaksa atau 1.2 Rumusan Masalah
diwajibkan (Modul Pelatihan Konseling dan Sehubungan dengan data diatas maka
Tes Sukarela HIV VCT,Depkes RI, 2004). dapat disusun identifikasi masalah sebagai
Dasar pemikiran dari pengadaan berikut: Adakah pengaruh konseling
konseling sehubungan dengan infeksi terhadap sikap klien VCT tentang penyakit
HIV/AIDS ialah bahwa semua orang takut HIV/AIDS di Puskesmas Mentikan Kota
menghadapi rasa sakit yang hebat, apalagi Mojokerto.
yang sakitnya hebat dan tak ada harapan
untuk sembuh, terlebih lagi menghadapi TUJUAN DAN MANFAAT
kematian yang sudah diambang pintu dan
pasti. Dengan demikian maka diharapkan 3.1 Tujuan
mereka yang membutuhkan pelayanan dapat 3.1.1 Tujuan Umum
menerima layanan yang baik, menurunkan Tujuan umum penelitian ini
stigma dan mengurangi diskriminasi, VCT adalah untuk membuktikan
juga dapat mendorong perilaku masyarakat pengaruh konseling terhadap sikap
kearah normal yang disebut normalisasi klien VCT mengenai penyakit
HIV/AIDS. Karena itu penting untuk HIV/AIDS di Puskesmas Mentikan
meningkatkan ketersediaan pelayanan VCT Kota Mojokerto.
di Indonesia. Dari sisi kesehatan 3.1.2 Tujuan Khusus
masyarakat, VCT dipandang sebagai 1. Mengidentifikasi sikap sebelum
penghormatan atas hak asasi manusia. VCT konseling terhadap klien VCT
juga merupakan salah satu komponen utama tentang HIV/AIDS di Puskesmas
dalam mendukung program WHO The Mentikan Kota Mojokerto.
target 3 by 5 Target. Sebanyak 3.000.000 2. Mengidentifikasi sikap sesudah
ODHA bisa mengkonsumsi ARV di tahun konseling terhadap klien VCT
2005. tentang HIV/AIDS di Puskesmas
Berdasarkan latar belakang tersebut, Mentikan Kota Mojokerto.
penulis tertarik untuk melakukan penelitian 3 Menganalisis pengaruh konseling
Pengaruh Konseling terhadap Tingkat terhadap sikap klien VCT tentang
HIV/AIDS di Puskesmas METODE PENELITIAN
Mentikan Kota Mojokerto.
4.1. Tahapan Penelitian
4.2.Perubahan yang diamati
3.2 Manfaat 4.2.2 Sampel Penelitian
3.2.1 Bagi Institusi Sampel penelitian ini adalah individu
Memberikan masukan kepada instansi yang memenuhi kriteria inklusi
terkait dan sebagai bahan informasi Kriteria inklusi :
tentang konseling mengenai penyakit 1. Semua klien VCT yang berkunjung
HIV/AIDS pada kelompok resiko pertama kali di Puskesmas Mentikan
tinggi kususnya Wanita Penjaja Kota Mojokerto
Seksual di Lokalisasi Balong 2. Semua klien VCT yang berkunjung
Cangkring. pertama kali di Puskesmas Mentikan
3.2.2 Bagi Petugas Kesehatan Kota Mojokerto yang tidak buta
Memberikan informasi kepada petugas huruf.
kesehatan mengenai pengaruh Kriteria Eklusi ;
konseling tentang penyakit HIV/AIDS 1. Pasien VCT yang berkunjung bukan
terhadap sikap klien VCT tentang untuk tujuan konseling
HIV/AIDS di Puskesmas Mentikan 2. Pasien VCT yang tidak dapat datang
Kota Mojokerto. tetapi hanya menyertakan sampel
3.2.3 Bagi Responden darah saja untuk uji laboratorium.
Meingkatka pemahaman Sebagai salah 3. Pasien yang tidak bersedia untuk
satu upaya dalam mendukung peran dikonseling.
perawat sebagai konselor dengan 4.2.3 Tehnik Pengambilan Sampel
memberikan konseling pada kelompok Menggunakan consecutive sampling
resiko tinggi mengenai penyakit 4.3 Model Penelitian
HIV/AIDS dalam meningkatkan mutu Secara umum memakai desain pra
pelayanan dan tolak ukur keberhasilan eksperimen dimana rancangan penelitian
konseling yang dipergunakan untuk mencari hubungan
3.2.4 Menerbitkan hasil penelitian ke jurnal sebab-akibat dengan adanya keterlibatan
nasional (ber-ISSN, tidak penelitian dalam melakukan manipulasi
terakreditasi) terhadap variabel bebas. dengan
menggunakan Rancangan Pra-Pasca test 4.5 Tempat dan waktu Penelitian
dalam satu kelompok (One-Group Pra-test- Penelitian dilakukan di Puskesmas
posttest Design) Mentikan Kota Mojokerto pada tanggal 6
Agustus sampai dengan 31 Agustus 2013.
4.6 Analisa data
4.6.1 Analisa Univariat
1. Sikap
Untuk mengukur sikap responden, diukur
dengan menggunakan skala likert yang
terdiri dari 4 jawaban Sangat setuju = 4,

K : Subjek yang merupakan klien VCT Setuju = 3, Tidak setuju = 2, Sangat tidak

HIV AIDS setuju = 1 untuk pertanyaan positif. skor

O1 : Dilakukan pre tes sebelum diperoleh dengan rumus :

dilakukan konseling.
Sp
I : Dilakukan Intervensi (Konseling) N= x100%
Sm
sekali
O2 : Dilakukan post tes sesudah
dilakukan konseling.
Gambar 4.2 Rancangan penelitian
pengaruh konseling terhadap sikap klien
Poli VCT tentang penyakit HIV/AIDS di
Puskesmas Mentikan
Selanjutnya dikategorikan kedalam
4.4 Instrumen Penelitian dan Metode sikap positif jika skor responden 56% -
Pengambilan data 100% atau lebih dari rata-rata, sikap negatif
Teknik pengumpulan data yang jika skor responden < 40 % - 54% atau
digunakan dalam penelitian ini adalah kurang dari rata-rata.
menggunakan angket/kuisioner. Cara
Pemilihan uji statistik menggunakan Pra
Eksperimen Pre-Post Wilcoxon Signed rank
test. Sedangkan pada Sikap menggunakan 4.6.2 Analisa Statistik
format tipe likert
Untuk mengetahui pengaruh sikap diuji
dengan menggunakan Wilcoxon Signed Jenis Kelamin
Ranks Test dengan nilai kemaknaan p > Laki-Laki
4%
0,05. Perempuan

HASIL DAN PEMBAHASAN 96%

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1 Gambar Lokasi Penelitian
Klinik VCT (Voluntary Conseling 5.1.2.2 Distribusi Responden
and Testing) yang berada di RSU Dr.
Berdasarkan Usia
Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto
yang sekarang berada di Puskesmas Blooto
dan Mentikan Kota Mojokerto. Bentuk
Umur
< 15 tahun
layanan konseling dan testing sukarela
15-24 tahun
merupakan salah satu strategi kesehatan 18% 25% 25-34 tahun
masyarakat dan sebagai pintu masuk 21% 35-44 tahun
36% > 45 tahun
keseluruhan layanan kesehatan HIV/AIDS
berkelanjutan.
Pengambilan data dilakukan pada
klien VCT yang berkunjung pertama kali di
Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi
Puskesmas Mentikan yang berjumlah 28
Responden berdasarkan Usia
orang pada bulan Agustus 2013. klien poli VCT yang
berkunjung di Puskesmas
5.1.2 Data Umum
Mentikan bulan Agustus 2013.
5.1.2.1 Distribusi Responden
Berdasarkan Jenis kelamin Berdasarkan diagram pie 5.2 di atas
terlihat bahwa responden sebagaian besar
usia 25-34 tahun 10 responden (36%) dan
usia 15-24 tahun 7 responden (25%),usia 35-
44 tahun 6 responden (21%) serta usia < 15
tahun 5 responden (18%).
5.1.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan
Perilaku beresiko dari
IDU (Pengguna napsa suntik)kelompok

Pekerja seks

Pendidikan Terakhir Klien25% 18%


dari pekerja seks

7%
SD Hubungan sesama jenis
14% 4%
SMP 36%
11%
57% 29% SMA Biseksual

Klien dengan umur 15-24 tahun

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi
Responden berdasarkan Responden berdasarkan
Tingkat Pendidikan Kelompok Resiko klien poli
Terakhir klien poli VCT yang VCT yang berkunjung di
berkunjung di Puskesmas Puskesmas Mentikan bulan
Mentikan bulan Agustus 2013.
Agustus 2013.
Berdasarkan diagram pie 5.4 di atas
Berdasarkan diagram pie 5.3 di atas
bahwa sebagian besar responden adalah dari
terlihat bahwa responden sebagian besar
pekerja seks (PSK) sejumlah 10 responden
berpendidikan terakhir SMA sejumlah 16
(36%) dan 7 responden (25%) dari usia 15-
orang (57%) dan 8 responden (29%)
24 tahun, 5 responden (18%) dari IDU, 3
berpendidikan terakhir SMP serta 4
responden (10%) dari klien pekerja seks, 2
responden (14 %) berpendidikan terakhir
responden (7%) dari biseksual serta 1
SD.
responden (3%) dari kelompok
5.1.2.4 Distribusi Responden
homoseksual.
Berdasarkan Kelompok Resiko

5.1.2.5 Distribusi Responden

berdasarkan Peroleh Informasi

mengenali HIV/AIDS
Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi
Mendapatkan Informasi Responden berdasarkan
Sumber Informasi klien poli
VCT yang berkunjung di
Dapat Puskesmas Mentikan bulan
32% Tidak Dapat Agustus 2013.
68%

Berdasarkan diagram pie 5.6 di atas


terlihat bahwa sebagian besar responden 19
responden (68%) tidak pernah
Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi mendapatkan informasi mengenai
Responden berdasarkan
Mendapatkan Informasi klien HIV/AIDS dari manapun dan 6 responden
poli VCT yang berkunjung di (21%) di dapatkan dari Sumber Informasi
Puskesmas Mentikan
bulan Agustus 2013. Media elektronik, 2 responden (7%) dari
media cetak serta 1 responden (4%)

Berdasarkan diagram pie 5.5 di atas penyuluhan,.

terlihat bahwa responden sebagian besar


tidak pernah mendapatkan informasi 5.1.3 Data Khusus

mengenai HIV/AIDS dari manapun yaitu 19 5.1.3.1 Distribusi Responden


orang (68%).
Berdasarkan Sikap Sebelum
5.1.2.6 Distribusi Responden
Konseling HIV/AIDS
Berdasarkan Sumber Informasi

Sumber Informasi Sebelum


Penyuluhan Positif
Media Cetak 43% Negatif
57%
4% Media
7%
Elektronik
68% 21%
Tidak Dapat
Informasi

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi


Responden berdasarkan Sikap
Sebelum Konseling klien poli
VCT yang berkunjung di
Puskesmas Mentikan
bulan Agustus 2013. 5.1.3.3 Pengaruh Konseling Terhadap
Peningkatan Sikap Sebelum dan
Berdasarkan pie 5.7 di atas terlihat Sesudah Konseling
bahwa terdapat hasil sikap sebelum Tabel 5.1 Tabel pengaruh konseling
terhadap peningkatan sikap
konseling yaitu dari 28 responden terdapat sebelum dan sesudah konseling
sikap negatif berjumlah 16 responden (57%) klien poli VCT yg berkunjung di
Puskesmas Mentikan bulan
dan 12 responden bersikap positf (43%). Agustus 2013
5.1.3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap
Sikap Sesudah diberikan Kriteria Sebelum Sesudah
F % F %
Konseling HIV/AIDs
Positif 12 43% 24 86%
Negatif 16 57% 4 14%
Sesudah 28 100% 28 100%
P : 0,001
14% Positif
Negatif Berdasarkan uji statistik Non
86% Parametrik, Wilcoxon Signed Rank test
dengan kemaknaan P = 0,05 artinya apabila
P < 0,05 Ho di tolak yang berarti ada
pengaruh antara konseling terhadap sikap.
Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi
Responden berdasarkan Sikap Didapatkan hasil P = 0,001 yang artinya H0
Sebelum ditolak yang artinya terdapat pengaruh
Konseling klien poli VCT yang
berkunjung di Puskesmas konseling sebelum dan sesudah konseling
Mentikan mengenai HIV/AIDS.
bulan Agustus 2013.

Berdasarkan Diagram Pie 5.8 terlihat 5.2. Pembahasan

bahwa terdapat peningkatan sikap positif 5.2.1 Sikap Sebelum Dilakukan

sesudah konseling pada 28 Responden yaitu Konseling Terhadap Penyakit

menjadi 24 responden (86%) dan masih ada HIV/AIDS

4 responden (14 %) yang masih bersikap Berdasarkan hasil data di atas

negatif. sebelum di lakukan konseling dari 28


Responden jumlah sikap yang positif
berjumlah 12 orang (43%) dan yang
negatif 16 orang (57%). Hal ini dapat
disebabkan kurangnya informasi rahasia antaraklien dan konselor
dasar mengenai penyakit HIV/AIDS bertujuan meningkatkan kemampuan
sehingga pandangan seseorang menghadapi stres dan mengambil
mengenai penyakit tersebut masih keputusan berkaitan dengan
minim. Dari Responden yang HIV/AIDS. Proses konseling
mendapatkan informasi hanya 9 termasuk evaluasi risiko personal
orang (32%) ini akan mempengaruhi penularan HIV, fasilitasi
seseorang dalam proses berfikir pencegahan perilaku dan evaluasi
mengenai penyakit HIV/AIDS. Dari penyesuaian diri ketika klien
hasil penelitian didapatkan 16 menghadapi hasil tes positif . Proses
responden (57%) yang konseling termasuk evaluasi resiko
berpendidikan SMA. Semakin cukup personal penularan HIV/AIDS
umur seseorang maka semakin adalah fasilitas pencegahan perilaku
banyak pengalaman yang diperoleh dan evaluasi penyesuaian diri ketika
karena semakin matang, seseorang menghadapi hasil tes positif (Modul
maka akan semakin baik cara pelatihan konseling WHO, 2006).
mempersepsikan atau menanggapi Sikap Klien Poli VCT
masalah. Tingkat pendidikan sangat tentang penyakit HIV/AIDS di
mempengaruhi persepsi seseorang Puskesmas Mentikan Kota
karena dengan pendidikan semakin Mojokerto pada saat sebelum
tinggi maka orang tersebut akan diberikan konseling banyak yang
mudah menerima informasi mumpunyai sikap negatif

(Arikunto, 2010). dikarenakan banyak dari responden

Kenyataan di lapangan yang belum mengetahui tentang

menunjukkan bahwa responden yang penyakit HIV/AIDS dan bagaimana


cara penularannya.
berpendidikan SMA belum tentu
mempunyai wawasan yang luas
5.2.2 Sikap Sesudah Dilakukan
khususnya tentang penyakit
Konseling Terhadap Penyakit
HIV/AIDS.
HIV/AIDS
Konseling HIV/AIDS
Berdasarkan hasil data
merupakan komunikasi bersifat
penelitian dasar sesudah konseling
pada 28 responden yaitu mengalami responden (68%) tidak pernah
peningkatan dari sikap yaitu positif mendapatkan informasi mengenai
menjadi 24 orang (86%). HIV/AIDS dari sumber manapun.
Konseling merupakan suatu Dengan adanya konseling pada klien
proses pencegahan dan perubahan poli VCT tentang penyakit
perilaku dapat mencegah penularan. HIV/AIDS, responden dapat lebih
Diagnosis HIV mempunyai banyak mengetahui dan memahami tentang
implikasi - psikologik, sosial, fisik, penyakit HIV/AIDS dan bagaimana
spiritual. HIV ialah penyakit yang cara penularannya.Sikap Klien Poli
mengancam hidup dan pengobatan VCT tentang penyakit HIV/AIDS di
seumur hidup. Pencegahan penularan Puskesmas Mentikan Kota
HIV dengan menyediakan informasi Mojokerto pada kalangan ini banyak
tentang perilaku berisiko (seperti yang mumpunyai sikap positif dari
seks aman atau penggunaan jarum 12 responden menjadi 24 responden
bersama) dan membantu orang dikarenakan dari responden yang
dalam mengembangkan keterampilan sudah mengetahui tentang penyakit
pribadiyang diperlukan untuk HIV/AIDS dan bagaimana cara
perubahan perilaku dan negosiasi penularannya.
praktek lebih aman (Depkes RI, 5.2.3 Pengaruh sebelum dan sesudah
2004). konseling terhadap penyakit HIV-
Menurut Azwar (2005), AIDS
bahwa pembentukan sikap seseorang Berdasarkan uji statistik Non
dipengaruhi oleh beberapa faktor Parametrik, Wilcoxon Signed Rank
antara lain : pengalaman pribadi, test dengan kemaknaan P = 0,05
pengaruh orang lain yang dianggap artinya apabila P < 0,05 Ho di tolak
penting, pengaruh kebudayaan, yang berarti ada pengaruh antara
media massa dan lembaga konseling terhadap sikap.
pendidikan.
Didapatkan hasil P = 0,001 yang
Kenyataan di lapangan dari
artinya H0 ditolak yang artinya
sumber informasi ke 28 responden
terdapat pengaruh konseling sebelum
yang mendapatkan sumber informasi
dan sesudah konseling mengenai
sebanyak 9 responden (32%) dan 19
HIV/AIDS.
Berdasarkan data diatas HIV/AIDS.Konseling dapat
terdapat hasil peningkatan sikap mempengaruhi seseorang melalui
positif sebelum dan sesudah prosedur diskusi pembelajaran antara
konseling pada 28 responden dari 12 Konselor dan Responden untuk
responden (43%) menjadi 24 memahami HIV/AIDS beserta
responden (86%) ini menjadi bukti konsekuensi terhadap diri individu
bahwa konseling yang berisikan (Fonny, 2003).
tentang informasi dasar mengenai Kenyataan 28 responden
HIV-AIDS merupakan cara yang dikonseling 12 responden (43%)
efektif dalam merubah sikap yang bersikap Positif menjadi 24
seseorang dan pencegahan perilaku responden (86%) dan masih ada 4
yang beresiko penularan HIV-AIDS. responden (12%) yang bersikap
Konseling merupakan salah negatif.Hal ini dikarenakan 4
satu pendekatan yang perlu responden (14%) yang masih
dikembangkan untuk mengelola berpendidikan SD serta minimnya
kejiwaan dan proses menggunakan pengalaman hidup maka sulit untuk
pikiran secara mandiri (Pedoman memahami konseling.Dalam proses
pelayanan konseling dan testing perubahan perilaku hendaknya
HIV/AIDS). disadari bahwa perubahan
Hal ini sesuai dengan teori pengetahuan ke sikap dan seterusnya
bahwa reaksi perubahan perilaku ke perbuatan, bukan merupakan garis
yang disebabkan pemberian lurus. Terdapat beberapa catatan
konseling pada orang dewasa akan bahwa perubahan pengetahuan ke
bisa dinilai baik jika terdapat sikap, sangat dipengaruhi oleh
perubahan yang positif dari persepsi yang bersangkutan tentang
seseorang. Perubahan perilaku yang masalah dan perubahan yang
dimaksud adalah terjadinya dimaksud. Begitu pula bila sikap
peningkatan/perbaikan pengetahuan, telah berubah, maka keadaan itu
sikap, dan pemahaman tentang merupakan predisposisi untuk
penyakit HIV/AIDS dan mengetahui perubahan perilaku.
bagaimana cara penularan penyakit
KESIMPULAN DAN SARAN

7.2 Saran
7.1 Kesimpulan 1. Untuk mengurangi penularan

Pada bab ini akan diuraikan HIV/AIDS perlu dilakukan konseling

kesimpulan dan saran berdasarkan dari hasil untuk individu mendapatkan akses

pembahasan yang telah dipaparkan pada bab semua pelayanan baik informasi,

sebelumnya : edukasi terapi dan dukungan sosial.

2. Perlu diadakan penyuluhan atau


1. Sikap klien sebelum dilakukan
konseling kelompok, dengan
konseling didapatkan sebagian besar
mengadakan mobile VCT yang
bersikap negatif sebanyak 16 orang
berkesinambungan pada segala lapisan
(57%).
masyarakat baik lingkungan pendidikan
2. Sikap klien sesudah konseling
menengah atas, universitas, kelompok
didapatkan sebagian besar bersikap
Ibu-ibu rumah tangga, Lokalisasi dan
positif sebanyak 24 orang (86%).
Lembaga pemasyarakatan.
3. Terdapat pengaruh konseling
terhadap sikap klien VCT tentang
HIV/AIDS di Puskesmas Mentikan Kota 3. Penelitian ini dapat membuktikan bahwa
Mojokerto dengan hasil uji analisa terdapat pengaruh konseling terhadap
Wilcoxon Signed Rank test didapatkan sikap sehingga dapat dijadikan tolak
nilai p=0,001. ukur keefektifan konseling dalam
mengurangi pencegahan HIV/AIDS dan
sebagai data awal untuk penelitian
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini (2010). Prosedur suatu


pendekatan praktek.Edisi revisi III.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Alimul, Azis. (2003). Riset Keperawatan Dan
Azwar, Saifudin (2005 ). Sikap Manusia. Edisi
Teknik Penulisan Ilmiah. Surabaya: Salemba Revisi ke 2. Jogyakarta : Pustaka Pelajar.

Medika.
Dep.Kes RI (2006). Pedoman Pelayanan AIDS RSUD Dr. Soetomo FK. Univ.
Konseling dan Testing HIV AIDS Secara Airlangga
Sukarela (VCT). Jakarta : Dep.Kes RI
Nugrahaini Naning (2006). Patogenesis dan
DEPKES RI (2004). Modul Pelatihan Konseling Stadium Klinis HIV/AIDS. Jakarta :
dan Tes Sukarela HIV (VCT). Jakarta : Dep.Kes RI
Dep.Kes RI
Nursalam (2003). Konsep & Penerapan
Djauzi, Samsuridjal (2001). Buku Ajar Ilmu Motodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Penyakit Dalam. Jilid II. Ed. 3. Balai Surabaya : Salemba Medika
Penerbit FKUI. Hal : 81
Surjadi, Djidji (2001). Kepemimpinan da alam
Imam Kurnen, DSJ (2006). Konseling Infeksi terbuka. Jakarta : Lembaga Administrasi
HIV/AIDS. Surabaya : Tim Medik AIDS Negara
RSUD Dr. Soetomo FK. Univ. Airlangga
Silfanus J. Fonny (2003). Kebijaksanaan
Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Jakarta : Dep.Kes RI
Kedokteran. Jilid 2. Ed. 3. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI. Hal 163 Tim Medis RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo.
(2002). Epidemiologi dan Surveilans
Nasronudin, (2001). Gambaran Klinis Penyakit HIV/AIDS. cMojokerto
Infeksi HIV/AIDS. Surabaya : Tim Medik

You might also like